MAKALAH
OLEH : Kelompok II
1. Muh.Abdi Al-Manaf
2. Mutmainnah Azzahra
3. Israyanti
KATA PENGANTAR
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari
beragai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kam menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penulis
ii
3
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menarik untuk dibicarakan dan kita mengkaji kembali salah satu tokoh
ekonomi islam yang sangat brilian dimasanya, yaitu Abu Yusuf yang sangat
terkenal dengan salah satu karyanya “Al- Kharaj”. Kita tahu bahwa ekonomi
islam telah hadir kembali saat ini, bukanlah suatu hal yang iba-tiba datang begitu
saja. Ekonomi islam sebagai sebuah cetusan konsep pemikiran dan praktek
tentunya telah hadir secara bertahap dalm periode dan fase tertentu.
Terdapat tokoh-tokoh ekonomi islam yang memerikan prinsip-prinsip dasar,
yang mana konsep ekonomi mereka berakar pada hukum Nash yaitu Alquran dan
Hadis Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana tokoh yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu Abu Yusuf, beliau telah memberikan kontribusi pemikiran
ekonomi. Beliau merupakan seorang tokoh muslim pertama yang menyinggung
masalah mekanisme pasar, dalam makalah ini akan mencoba berusaha
mengangkat tentang bagaimanakh pemikiran ekonomi beliau.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar blkang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengambil rumusan masalah :
C. Tujuan Penulisan
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkapnya Ya’qub ibn Ibrahim ibn Sa’ad ibn Husein al-Anshori.Beliau
lahir di kuffah pada tahun 113 H dan wafat pada tahun 182H. Abu Yusuf berasal
dari suku Bujailah, salah satu suku bangsa arab. Keluarganya disebut anshori
karena dari pihak ibu masih memiliki hubungan dengan kaum anshar.
Dibesarkan di kota kufah dan Baghdad yang pada masa itu merupakan
pusat kegiatan pemikiran dan intelektual islam paling dinamis. Beliau berguru
pada salah seorang ulama besar kenamaan yaitu nu’man bin tsabit yang dikenal
dengan nama abu hanifah, pendiri madzhab hanafi. Beliau belajar pada imam abu
hanifah selama 17 tahun. Begitu intensnya hubungan pribadi dan intelektual ini
membuat imam abu yusuf (w. 182/798) mengambil metode dan cara berfikir
gurunya itu dan turu tmenyebarkan paham fikihnya selama hidup.
Beliau dikenal sebagai orang yang memiliki ketajaman pikiran, cepat
mengerti, dan sangat cepat menghafal hadits. Murid-muridnya yang sangat
terkenal adalah imam ahmad bin hanbal (pendiri madzhab hanbali), imam yahya
bin ma’in (seorang ulama hadits yang sangat tersohor), dan yahya bin adam
(seorang ulama yang menulis karya ilmiah kitab al-kharraj juga.4 Abu yusuf
menimba berbagai ilmu kepada banyak ulama besar, seperti Abu Muhammad
Atho bin as-Saib Al-Kufi,Sulaiman bin Mahran Al- A’masy, Hisyam bin Urwah,
Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila, Muhammad bin Ishaq bin Yassar bin
Jabbar, dan Al-Hajjaj bin Arthah.
Beliau termasuk ulama yang banyak menggunakan ra’yu (pendapat)
seperti yang menjadi ciri khas dari Fiqih Hanafiyah. Beliau dapat menempatkan
kekuatan ra’yu itu dalam perspektif hadits. Keunikan beliau yang mampu
memadukan dua aliran ini membuatnya terkenal sebagai seorang ulama ahli ra’yu
dan hadits. Kedudukan yang unik ini sebenarnya sulit dicapai tanpa kepenguasaan
ilmu yang memadai baik dari hadits maupun ra’yu. Beliau seorang alim yang
2
3
Bisa saja variabel tersebut adalah pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang
yang beredar di suatu negara atau terjadinya penimbunan dan penahanan barang.
Bagi Abu Yusuf, tinggi rendahnya harga adalah bagian dari ketentuan Allah.
Manusia tidak dapat melakukan intervensiatas urusan dan ketetapan-Nya (Habib,
2004: 10; Al-Duri, 1394 H).
Oleh karena itu, menurut Abu Yusuf, fenomena perekonomian tidak selalu
berhubungan secara langsung dengan sebab akibat (undang-undang tentang
perekonomian). Hubungan biasanya bersifat tidak langsung karena melalui
kehendak tertinggi, atau kehendak wakil Tuhan di permukaan bumi dalam
bentukmasyarakat muslim, penguasa atau lainnya. Para Khalifah Tuhan
memilikiwewenang untuk mengambil keputusan berkaitan dengan sejumlah
fenomena fenomena perekonomian seperti perbaikan tanah dan lain-lain. Tentang
keuangan, Abu Yusuf menyatakan bahwa uang negara bukan milik Khalifah dan
Sultan,tetapi amanat Allah s.w.t. dan rakyatnya, yang harus dijaga dengan penuh
tanggungjawab. Hubungan penguasa dengan kas negara sama seperti hubungan
seorang wali dengan harta anak yatim yang diasuhnya (Dahlan, 1996: 18).
Menurut Abu Yusuf, sumber ekonomi berada pada dua tingkatan: tingkat
pertama meliputi unsur-unsur alam (antara lain air dan tanah). Unsur-unsur
inipaling kuat dan melakukan produksi secara mandiri. Tingkatan kedua
7
tenagakerja. Tingkatan yang kedua ini berperan kurang maksimal dan tidak rutin
seperti perbaikan dan pemanfaatan tanah, membuat sistem irigasi dan lain-lain.
Sebetulnya produksi dalam pengertian membuat barang baku (setengah jadi)
menjadi produk final melalui kerja, tidak banyak menarik perhatian Abu
Yusuftermasuk pada proses permulaan seperti menghidupkan tanah mati (Ihyā’
al-Mawāt) dan tidak bertuan harus diberikan kepada seseorang yang
dapatmengembangkan dan menanaminya serta membayar pajak yang diterapkan
padatanah tersebut (Habib, 2004: 10).
Pada masa Abu Yusuf misalnya penduduk satu desa atau kota memenuhi
kebutuhan mereka secara mandiri dari sektor produk pertanian dan
kerajinan.Tidak menggantungkan diri pada barang-barang impor kecuali untuk
pelengkap.Demikian pula kesatuan sektor pajak, karena penduduknya konsisten
untukbersolidaritas dan saling menjamin dalam mengeluarkan nominal pajak
dalamsetahun, baik dalam bentuk barang ataupun uang. Terakhir kesatuan
administrasi,artinya administrasi pemerintahan pusat tidak melakukan interaksi
denganmasing-masing individu melainkan secara kolektif sebagai satu kesatuan
melaluitokoh desa (shaikh al-qaryah) atau pemimpin desa (Sa‟ad, 1979).
hubungan umatIslam dengan komunitas nonmuslim dalam Dār al-H arb. Dalam
hubunganmodel pertama pendapatan bersumber dari al-kharāj dan al-jizyah.
Sedangkan hubungan model kedua, pendapatan bersumber dari al-ghanīmah
yangsebagiannya didistribusikan untuk baitulmal. Selain itu, pemerintah juga
menarikbea cukai dari pedagang kafir h arbi atas barang dagangan mereka yang
masukke negara Islam. Adapun umat Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat
sebagai bentuk solidaritas sosial mereka sesama muslim yang
membutuhkan(Yusuf, 1302 H: 122).
Dari pemikiran Abu Yusuf yang termuat dalam kitab al-Kharāj dapat
disimpulkan meliputi beberapa bidang sebagai berikut:
Abu Yusuf menjadi salah satu dari dua referensi utama fikih dalam
mazhabHanafi, selain Muhammad Ibn Hasan al-Shaibani. Pengetahuannya
tentang hadisjuga tidak dapat diremehkan. Ini terlihat dalam kitab al-Athar karya
putranyaYusuf. Kitab ini sarat dengan wacana fikih Abu Hanifah dan Abu Yusuf
(AlJunaidal, 1406 H: II/131).
membuatnya banyak menghindar dari rumusan fikih yang asumtif. Ketiga, bebas
dalam berpendapat. Kemampuan Abu Yusuf menggabungkan metode fukaha
aliran ra'yidan aliran hadis membentuknya menjadi faqih independen, tidak
berpihak kepadapendapat tertentu secara subyektif. Beliau melakukan ijtihad
secara mandiri dantidak terpengaruh oleh pendapat guru-gurunya. Keempat,
komitmen pada sumber-sumber tekstual dan rasional. Metode ini menjadi tradisi
para ulama ahl al-ra'yyang menggunakan nalar qiyas dan nalar istih sān serta
mempertimbangkan al-'urf (tradisi masyarakat yang baik) (Al Junaidal, 1406 H:
II/131).
BAB III
PENUTUP
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni Mth. 2005. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Ibn Adam: Eksplorasi
awal tentang konsep sumber keuangan Negara. Dalam MILLAH Jurnal
Studi Agama, vol. IV. no. 2. Januari.
Dahlan, Abdul Azis. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam. jilid 1-3. Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Dewan Redaksi, 1993. Ensiklopedi Islam. Jilid 2-3-5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Ningsih, Prilla Kurnia. 2013. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf (731-798M) dan Abu
Ubaid (154-224H). Jakarta