Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH

PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF

OLEH : Kelompok II

1. Muh.Abdi Al-Manaf
2. Mutmainnah Azzahra
3. Israyanti

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH II E


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALOPO
2018
2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf” yang
disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Ullah Muhammad
Shalallahu ‘alaihi Wasallam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari
beragai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kam menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pemikiran Ekonomi


Abu Yusuf dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Palopo, 15 Maret 2018

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Yusuf ............................................................................... 2

B. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf ............................................................ 3

C. Studi Kritis Pemikiran ekonomi Abu Yusuf ........................................ 12

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menarik untuk dibicarakan dan kita mengkaji kembali salah satu tokoh
ekonomi islam yang sangat brilian dimasanya, yaitu Abu Yusuf yang sangat
terkenal dengan salah satu karyanya “Al- Kharaj”. Kita tahu bahwa ekonomi
islam telah hadir kembali saat ini, bukanlah suatu hal yang iba-tiba datang begitu
saja. Ekonomi islam sebagai sebuah cetusan konsep pemikiran dan praktek
tentunya telah hadir secara bertahap dalm periode dan fase tertentu.
Terdapat tokoh-tokoh ekonomi islam yang memerikan prinsip-prinsip dasar,
yang mana konsep ekonomi mereka berakar pada hukum Nash yaitu Alquran dan
Hadis Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana tokoh yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu Abu Yusuf, beliau telah memberikan kontribusi pemikiran
ekonomi. Beliau merupakan seorang tokoh muslim pertama yang menyinggung
masalah mekanisme pasar, dalam makalah ini akan mencoba berusaha
mengangkat tentang bagaimanakh pemikiran ekonomi beliau.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar blkang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengambil rumusan masalah :

1. Jelaskan biografi Abu Yusuf?


2. Bagaimanakah pemikiran ekonomi Abu Yusuf?
3. Jelaskan studi kritis pemikiran ekonomi Abu Yusuf?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui biografi Abu Yusuf


2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi Abu Yusuf
3. Untuk mengetahui studi kritis pemikiran ekonomi Abu Yusuf
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Yusuf (113-182 H)

Nama lengkapnya Ya’qub ibn Ibrahim ibn Sa’ad ibn Husein al-
Anshori.Beliau
lahir di kuffah pada tahun 113 H dan wafat pada tahun 182H. Abu Yusuf berasal
dari suku Bujailah, salah satu suku bangsa arab. Keluarganya disebut anshori
karena dari pihak ibu masih memiliki hubungan dengan kaum anshar.
Dibesarkan di kota kufah dan Baghdad yang pada masa itu merupakan
pusat kegiatan pemikiran dan intelektual islam paling dinamis. Beliau berguru
pada salah seorang ulama besar kenamaan yaitu nu’man bin tsabit yang dikenal
dengan nama abu hanifah, pendiri madzhab hanafi. Beliau belajar pada imam abu
hanifah selama 17 tahun. Begitu intensnya hubungan pribadi dan intelektual ini
membuat imam abu yusuf (w. 182/798) mengambil metode dan cara berfikir
gurunya itu dan turu tmenyebarkan paham fikihnya selama hidup.
Beliau termasuk ulama yang banyak menggunakan ra’yu (pendapat)
seperti yang menjadi ciri khas dari Fiqih Hanafiyah. Beliau dapat menempatkan
kekuatan ra’yu itu dalam perspektif hadits. Keunikan beliau yang mampu
memadukan dua aliran ini membuatnya terkenal sebagai seorang ulama ahli ra’yu
dan hadits. Kedudukan yang unik ini sebenarnya sulit dicapai tanpa kepenguasaan
ilmu yang memadai baik dari hadits maupun ra’yu. Beliau seorang alim yang
sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik ulama, penguasa maupun
masyarakat umum. Tidak jarang berbagai pendapatnya dijadikan acuan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu bentuk penghormatan dan
pengakuan pemerintah atas keluasan dan
3

B. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf

Abu Yusuf adalah orang pertama yang memperkenalkan konsep


perpajakan di dalam karyanya al-Kharāj. Kitab ini ditulis atas permintaan
Khalifah Harun al-Rashid, ketika beliau ingin mengatur sistem baitulmal, sumber
pendapatan negara seperti al-kharāj, al-’ushr dan al-jizyah. Demikian pula cara
pendistribusian hartaharta tersebut dan cara menghindari manipulasi, kezaliman.
Bahkan juga bagaimana mewujudkan harta-harta tersebut, untuk kepentingan
penguasa (Al Junaidal, tt: 139).
Muatan konseptual al-Kharāj dan visi strategisnya terhadap kebijakan
pendapatan negara mencerminkan keunggulan akademik Abu Yusuf dalam bidang
ekonomi dan pengalamannya menjabat sebagai hakim agung. Interaksinya dengan
penguasa dari satu sisi dan kepakarannya dalam ilmu fikih dari sisi lain, telah
menempatkan kitab al-Kharāj sebagai karya monumental dan komprehensif.
Keberadaan kitab al-Kharāj juga mempertegas bahwa ilmu ekonomi adalah
bagian tak terpisahkan dari seni dan menejemen pemerintahan dalam rangka
pelaksanaan amanat yang dibebankan rakyat kepada pemerintah untuk
mensejahterakan mereka. Dengan kata lain, tema sentral pemikiran ekonominya
menekankan pada tanggungjawab penguasa untuk mensejahterakan 14 rakyatnya.
Ia adalah peletak dasar prinsip-prinsip perpajakan yang di kemudian hari
“diambil” oleh para ahli ekonomi sebagai canons of taxation (Karim, 2001;
Asmuni, 2005: 118).
Al-Kharāj buah karya Abu Yusuf yang menjadi panduan manual
perpajakan pada masa Khalifah Harun al-Rashid, sebenarnya memiliki berbagai
versi percetakan. Yang tertua di antaranya adalah edisi Bulaq yang dicetak pada
tahun 1302 H/1885 M dan tidak memiliki kelengkapan editorial. Setelah itu
Salafiyah Press menerbitkan kembali satu edisi dan sempat mengalami beberapa
kali cetak ulang yang memuat isi dan hadis yang sama. Pada edisi ini hanya
memberi kesan tampilan perbedaan halamannya saja. Sehingga tidak salah bila
diduga edisi ini bersumber pada bahan dan manuskrip yang sama. Pada edisi
Salafiyah Press sebagian memiliki editorial namun hanya sebagian kecil saja.
4

Sementara edisi yang lengkap tentang kitab al-Kharāj ini terdapat dalam satu
komentar yang diberi judul Fiqhu al-Mulk wa miftāh al-Ritaj yang ditulis oleh
Abdul Aziz bin Muhammad al-Rahbi, yang wafat pada tahun 1194 H (Majid,
2003: 33-34).
Kitab al-Kharāj tersebut didominasi pemikiran Abu Yusuf
tentangekonomi. Hal ini terlihat dari pembahasan selanjutnya tentang jizyah yang
hanyadiberlakukan untuk orang-orang nonmuslim serta pembahasan mengenai
statussosial, hak dan kewajiban penduduk nonmuslim di negara Islam, selain itu
padabagian akhir membahas hudūd, gaji pegawai pemerintah, fiskal, devisa
negara,kesejahteraan nonmuslim dan lain sebagainya (Al-Kaaf, 2002: 149;
Yusuf,1302:28, 42, 94, 69, 117, 128).
Kitab karya Abu Yusuf diberi nama al-Kharāj, didasarkan kepada
pemilihan persoalan mayoritas yang dibahas dalam kitab tersebut yaitu
pajak,jizyah, serta terinspirasi dari penjelasan tentang beberapa persoalan yang
menjelaskan tentang administrasi pemerintahan. Selain itu kharāj diartikan
sebagai harta yang dikeluarkan oleh pemilik tanah untuk diberikan kepada
negara.ada bagian lain kharāj diartikan dengan apa yang dibayarkan untuk pajak
tanah pertanian atau pajak hasil bumi (Al-Kaaf, 2002: 149).

Menurut Abu Yusuf, ada variabel lain yang ikut mempengaruhi harga,
tetapi tidak dijelaskan secara rinci. Bisa saja variabel tersebut adalah pergeseran
dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara atau terjadinya
penimbunan dan penahanan barang. Bagi Abu Yusuf, tinggi rendahnya harga
adalah bagian dari ketentuan Allah. Manusia tidak dapat melakukan intervensiatas
urusan dan ketetapan-Nya (Habib, 2004: 10; Al-Duri, 1394 H).

Abu Yusuf juga mengenalkan konsep perdagangan luar negeri, yang


secara implisit diberi istilah tabādul. Pemahaman fleksibilitas dibangun Abu
Yusuf dengan melahirkan sikap toleran dengan kesepakatan damai dalam
hubungan perdagangan internasional. Kesepakatan tersebut adalah jaminan
keamanan berkala per empat bulan dengan pembaharuan apabila perdagangan
mereka belum selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Serta diperboleh
5

kantinggal di Dār al-Islam dengan status sebagai ahli dhimmi (Al Mawardi, tt:
291-292).

Dalam melakukan restrukturisasi sistem perekonomian negara Baghdad,


ada beberapa mekanisme yang dikembangkan oleh Abu Yusuf yaitu:

a. Menggantikan sistem Waz īfah dengan sistem Muqassamah


Istilah waz īfah dan istilah muqassamah adalah istilah untuk
menyebutsistem pemungutan pajak. Sistem waz īfah adalah
sistem pemungutan yangditentukan berdasarkan nilai tetap, tanpa
membedakan ukuran tingkat kemampuanwajib pajak atau mungkin
dapat dibahasakan dengan pajak yang dipungut denganketentuan
jumlah yang sama secara keseluruhan. Sedang sistem
muqassamahadalah sistem pemungutan pajak yang diberlakukan
berdasarkan nilai yang tidaktetap (berubah) dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan dan persentasepenghasilan
atau pajak proporsional (Yusuf,1302: 48).
b. Membangun pemahaman fleksibilitas sosial.
Meskipun hukum Islam hanya mengakui muslimin sebagai
individu dengan kapasitas hukum penuh, secara bersamaan kaum
nonmuslim sebenarnya juga dapat menuntut adanya kepastian
hukum untuk mendapatkan perlindungandari penguasa Islam
apabila mereka diijinkan untuk memasuki wilayah Dār al-Islām.
Seorang muslim adalah seorang yang secara alamiah berada di
bawahhukum Islam dan menikmati hak-hak kewarganegarannya
secara penuh. Namundibalik itu setiap warga negara akan
menikmati haknya secara berbeda-beda,tergantung hubungan dan
kepentingan mereka masing-masin. Abu Yusuf dalam hal ini
menyikapi perlakuan terhadap tiga kelompok yang dianggap
tidakmempunyai kapasitas hukum secara penuh, yaitu kelompok
H arbi, kelompok Musta’min dan kelompok Dhimmi. Abu Yusuf
berusaha memberi pemahaman keseimbangan dan persamaan hak
6

terhadap mereka di tengah masyarakatnya,dengan mengatur


beberapa ketetapan khusus berkenaan dengan status
kewarganegaraan, sistem perekonomian dan perdagangan serta
ketentuan hukumlainnya (Al-Mawardi, tt: 252).
c. Membangun sistem dan politik ekonomi yang transparan
Transparansi yang dibangun Abu Yusuf terlihat ketika
beliaumendeskripsikan income negara yang meliputi ghanimah dan
fai’ sebagaipemasukan yang sifatnya incidental revenue,
sedangkan kharāj, jizyah, ‘ushr dans adaqah/zakat sebagai
pemasukan yang sifatnya permanent revenue. Abu Yusufmemberi
interpretasi yang jelas tentang aturan Alquran dalam surat al-Anfal
ayat41 yang artinya:
”....Ketika engkau mengambil setiap barang rampasan, seperlima
darinyaadalah milik Allah dan Rasul, saudara-saudara dekatnya,
anak yatim, orangorangmiskin dan musafir..”.
Interpretasi dari istilah seperlima dalam ayat ini di kalangan para
ahli fikih terjadiperbedaan pandangan. Dalam kitab al-Kharāj Abu
Yusuf seperlima tersebutmenurut:”Riwayat Qais bin Muslim yang
diriwayatkan dari Hasan bin Muhammadbin Hanafiyah, dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu untuk Nabi (Para Khalifahpenggantinya
setelah beliau wafat), untuk keluarga terdekat dan untuk
kelompokanak yatim, fakir miskin dan musafir” (Yusuf, 1302: 21).
Dari sistem pembagian harta yang dilaksanakan oleh Abu Yusuf,
akanterlihat dari empat bagiannya didistribusikan untuk prajurit,
sedangkanseperlimanya disimpan pada bendahara umat atau
baitulmal untuk kepentinganumat.
d. Menciptakan sistem ekonomi yang otonom
Upaya menciptakan sistem ekonomi yang otonom terlihat pada
pandangan Abu Yusuf dalam penolakannya atas intervensi
pemerintah dalam pengendalian dan penetapan harga. Dalam hal
ini beliau berpendapat bahwa jumlah banyak dan sedikitnya barang
7

tidak dapat dijadikan tolok ukur utama bagi naik dan


turunnyaharga, tetapi ada variabel lain yang lebih menentukan.
Pendapat Abu Yusuf iniberdasarkan hadis Rasulullah SAW:
”Diriwayatkan dari Abdu al-Rahman bin Abi Laila, dari Hikam
Bin’Utaibah yang menceritakan bahwa pada masa Rasulullah
harga pernahmelambung tinggi,

Dari pemikiran Abu Yusuf yang termuat dalam kitab al-Kharāj dapat
disimpulkan meliputi beberapa bidang sebagai berikut:

1) Tentang pemerintahan, Ia mengemukakan bahwa seorang penguasa


bukanlah seorang raja yang dapat berbuat secara diktator. Ia adalahseorang
khalifah yang mewakili Tuhan di bumi ini untuk melaksanakanperintah-
Nya. Oleh karena itu penguasa harus bertindak atas nama Allahs.w.t.
Dalam hubungan hak dan tanggung jawab pemerintah terhadaprakyat, ia
menyusun sebuah kaidah fikih yang sangat populer yaitu21tas arruf al-
imām ‘alā al-ra’iyyah manūt un bi-al-mas lahah (setiaptindakan
pemerintah yang berkaitan dengan rakyat senantiasa terkaitdengan
kemaslahatan).
2) Keuangan, Ia menyatakan bahwa uang negara bukan milik khalifah
dansultan, tetapi amanat Allah s.w.t. dan rakyatnya yang harus dijaga
denganpenuh tanggung jawab. Hubungan penguasa dengan kas negara
samaseperti hubungan seorang wali dengan harta anak yatim yang
diasuhnya.
3) Pertanahan, Ia meminta kepada pemerintah agar hak milik tanah rakyat
dihormati, tidak boleh diambil dari seseorang lalu diberikan kepada
oranglain. Tanah yang diperoleh dari pemberian dapat ditarik kembali jika
tidak digarap selama tiga tahun dan diberikan kepada yang lain.
4) Perpajakan, Ia berpendapat bahwa pajak hanya ditetapkan pada
hartayang melebihi kebutuhan rakyat yang ditetapkan berdasarkan
kerelaanmereka.
8

5) Peradilan, Ia mengatakan bahwa jiwa dari suatu peradilan adalah


keadilanyang murni. Penghukuman terhadap orang yang tidak bersalah
danpemberian maaf terhadap orang yang bersalah adalah suatu
penghinaan,terhadap lembaga peradilan. Menetapkan hukum tidak
dibenarkanberdasarkan hal yang syubhat. Kesalahan dalam mengampuni
lebih baikdaripada kesalahan dalam menghukum. Orang yang ingin
menggunakankekuasaan untuk mencampuri persoalan keadilan harus
ditolak dankedudukan seseorang atau jabatannya tidak boleh menjadi
bahanpertimbangan dalam persoalan keadilan (Dahlan, 1996: 18).

C. Studi Kritis terhadap Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf

Abu Yusuf menjadi salah satu dari dua referensi utama fikih dalam
mazhabHanafi, selain Muhammad Ibn Hasan al-Shaibani. Pengetahuannya
tentang hadisjuga tidak dapat diremehkan. Ini terlihat dalam kitab al-Athar karya
putranyaYusuf. Kitab ini sarat dengan wacana fikih Abu Hanifah dan Abu Yusuf
(AlJunaidal, 1406 H: II/131).

Keunggulan karya Abu Yusuf dalam bidang fikih karena ditulis


denganmetode: Pertama, menggabungkan metode fukaha (aliran ra'y) di Kufah
dengan22metode fukaha (aliran al-hadith) di Madinah. Kedua, rumusan
hukumnya sejalandengan fenomena aktual di tengah masyarakat sehingga sangat
aplikatif danrealistis. Pengalamannya dalam menyelesaikan kasus-kasus riil,
membuatnya banyak menghindar dari rumusan fikih yang asumtif. Ketiga, bebas
dalam berpendapat. Kemampuan Abu Yusuf menggabungkan metode fukaha
aliran ra'yidan aliran hadis membentuknya menjadi faqih independen, tidak
berpihak kepadapendapat tertentu secara subyektif. Beliau melakukan ijtihad
secara mandiri dantidak terpengaruh oleh pendapat guru-gurunya. Keempat,
komitmen pada sumber-sumber tekstual dan rasional. Metode ini menjadi tradisi
para ulama ahl al-ra'yyang menggunakan nalar qiyas dan nalar istih sān serta
mempertimbangkan al-'urf (tradisi masyarakat yang baik) (Al Junaidal, 1406 H:
II/131).
9

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dari deskripsi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan tentang


pemikiranekonomi Islam Abu Yusuf. Secara garis besar terdapat agenda yang
dilakukanAbu Yusuf dalam merestrukturisasi sistem ekonomi di negara Baghdad
padamasa pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid. Ketiga agenda tersebut adalah:

1. Menggantikan sistem waz īfah dengan sistem muqassamah.


Waz īfah dan muqassamah adalah istilah untuk menyebut sistem
pemungutanpajak. Sistem waz īfah adalah sistem pemungutan
yang ditentukanberdasarkan nilai tetap, tanpa membedakan ukuran
tingkat kemampuan wajibpajak atau mungkin dapat dibahasakan
dengan pajak yang dipungut denganketentuan jumlah yang sama
secara keseluruhan. Sedang sistem muqassamahadalah sistem
pemungutan pajak yang diberlakukan berdasarkan nilai yangtidak
tetap (berubah) dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan
danpersentase penghasilan atau pajak proporsional.
2. Membangun pemahaman fleksibilitas sosial
Abu Yusuf dalam hal ini menyikapi perlakuan terhadap tiga
kelompok yangdianggap tidak mempunyai kapasitas hukum secara

penuh, yaitu kelompokHarbi, kelompok Musta’min dan kelompok

Dhimmi. Abu Yusuf berusahamemberi pemahaman keseimbangan


dan persamaan hak terhadap mereka ditengah masyarakatnya
dengan mengatur beberapa ketetapan khusus berkenaandengan
status kewarganegaraan, sistem perekonomian dan perdagangan
sertaketentuan hukum lainnya.
10

A. Saran

Membangun sistem dan politik ekonomi yang transparan

Transparansi yang dibangun Abu Yusuf terlihat ketika beliau


mendeskripsikanincome negara yang meliputi ghanimah dan fay’ sebagai
pemasukan yangsifatnya incidental revenue, sedangkan kharaj, jizyah,’ushr dans
adaqah/zakat sebagai pemasukan yang sifatnya permanent revenue. AbuYusuf
memberi interpretasi yang jelas tentang aturan Alquran dalam surat al-Anfal ayat
Menciptakan sistem ekonomi yang otonom
Upaya menciptakan sistem ekonomi yang otonom terlihat pada pandangan
AbuYusuf dalam penolakannya atas intervensi pemerintah dalam pengendalian
danpenetapan harga. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa jumlah banyak
dansedikitnya barang tidak dapat dijadikan tolok ukur utama bagi naik
danturunnya harga, tetapi ada variabel lain yang lebih menentukan.
11

DAFTAR PUSTAKA

Ir H. Adimarwan Azwar Karim, SE, M.B.A, M.A.E.P, 2004. Sejarah Pemikiran


Ekonomi Islam
Asmuni Mth. 2005. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Ibn Adam: Eksplorasi
awal tentang konsep sumber keuangan Negara. Dalam MILLAH Jurnal
Studi Agama, vol. IV. no. 2. Januari.
Dahlan, Abdul Azis. 1997. Ensiklopedi Hukum Islam. jilid 1-3. Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Kaaf, Abdullah Zakiy. 2002. Ekonomi dalam Perspektif Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Dewan Redaksi, 1993. Ensiklopedi Islam. Jilid 2-3-5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Yulianti, Rahmani Timorita.2014.Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf. Yogyakarta
Ningsih, Prilla Kurnia. 2013. Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf (731-798M) dan Abu
Ubaid (154-224H). Jakarta

Lilatuzzahra.2015. Pemikiran Tokoh Ekonomi IslamAbu Yusuf. (Online) http://


matkultugasku.blogspot.co.id (diakses pada 13 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai