Anda di halaman 1dari 7

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS DALAM EKONOMI ISLAM

Mata Kuliah : Hadis Ekonomi

Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Syakur, Lc, M. EI

KELOMPOK I :

Anggraini Fitria R. (21404049)

Restiana Dwi R. (21404064)

Isa Zakaria P. (21404078)

PENDAHULUAN

Didalam ajaran agama Islam, Al-Qur’an dan Hadis yaitu sebagai sumber hukum
Islam yang abadi menjadi petunjuk hidup bagi umat manusia. Bukan hanya sumber
hukum dalam bidang keagamaan saja, namun juga menjelaskan dalam bidang sosial,
politik, dan semua aspek-aspek yang ada dalam kehidupan, termasuk dalam bidang
ekonomi. Al-Qu’an dan Hadis ini menjadi pedoman umat manusia supaya tidak tersesat
kejalan yang salah.

Ekonomi Islam memposisikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar hukum, tentu
memiliki rambu-rambu dalam hal keharaman dan keharamannya. Diantaranya melarang
transaksi ribawi (bunga), gharar (ketidakjelasan), ikhtikar (menimbun), tadlis
(penipuan), maisir (judi), menekankan aspek keadilan, kesejahteraan sosial, dan lain-
lain. Perkembangan Ekonomi Islam tidak bisa terlepas dari peran Al-Qur’an dan Hadis,
Ilmu Fiqih, Ijtihad, dan lain sebagainya.

Sumber Hukum Ekonomi Islam merupakan sebuah aturan-aturan yang


didalamnya mengandung prinsip syariat Islam. Segala bentuk tindakan semua telah
diatur didalam sumber hukum Islam yang telah disepakati oleh seluruh ulama’ yaitu Al-
Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas.
Hadis nabi merupakan sumber ajaran Islam, disamping Al-Qur’an. Hadis atau as-
Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada nabi Muhammad,
baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir-nya. Pada makalah ini penulis akan
menjelaskan kedudukan dan fungsi hadis sebagai sebagai sumber ekonomi Islam.
Sumber hukum utama dalan Islam yaitu Al-Qur’an da Hadis karena kedua sumber inilah
yang diutamakan dalam penetapan hukum Islam.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis.
Hadis menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang
dekat atau waktu yang singkat. Hadis juga sering disebut al-khabar, yang artinya
Berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain, sama maknanya dengan hadis. 1
Sedangkan pengertian Hadis menurut ahli ushul fiqh, Hadis adalah sesuatu
yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, maupun
ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang
disyariatkan kepada manusia. Selain itu yang dikatakan hadis adalah sesuatu yang
berkaitan dengan misi dan ajaran Allah yang diemban oleh Nabi Muhammad sebagai
Rasulullah. Menurut mereka harus berupa ucapan dan perbuatan beliau serta
ketetapan-ketetapannya. Sedangkan kebiasaan-kebiasaan, tata cara berpakaian, cara
tidur dan sejenisnya merupakan kebiasaan manusia dan sifat kemanusiaan tidak
dapat dikategorikan sebagai hadis. Degan demikian, pengertian hadis menurut ahli
ushul fiqh lebih sempit dibandingkan dengan hadis menurut ahli hadis.

B. Bentuk-bentuk Hadis.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para ulama’, secara lebih
mendetail bentuk-bentuk atau cara-cara yang termasuk kedalam kategori hadis
menurut Muhammad Abdul Rauf, yang telah dikutip oleh Syuhudi Ismail, ialah :
1. Sifat-sifat Nabi Muhammad yang dikemukakan oleh para sahabat.
1
Drs. Munzier Suparta,MA. Ilmu Hadis (Jakarta,2002) hal.1
2. Perbuatan dan Akhlak Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh para sahabat.
3. Sikap dan perbuatan para sahabat yang didiamkan atau dibiarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, atau bisa juga disebut dengan taqrir an-nabiy.
4. Sabda Nabi Muhammad yang keluar dari lisan beliau sendiri.
5. Surat-surat nabi Muhammad yang dikirimkan kepada para sahabat yang bertugas
di daerah-daerah atau kepada pihak diluar Islam.2
6. Firman Allah selain al-Qur’an yang disampaikan oleh nabi Muhammad yang
biasa disebut juga dengan Hadis Qudsi.
7. Timbulnya beragam pendapat sahabat dihadapan nabi Muhammad, lalu beliau
mengemukakan pendapatnya sendiri atau mengakui salah satu pendapat sahabat
beliau.

C. Kedudukan Hadis.
Al-Qur’an dan Hadis merupakan dua sumber hukum syari’at Islam yang tetap,
yang mana orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam
dan lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber hukum Islam tersebut.
Banyak ayat al-Qur’an dan Hadis yang memberikan pengertian bahwa hadis itu
merupakan sumber hukum Islam setelah al-Qur’an yang wajib dijadikan pedoman
manusia, baik perintah maupun larangan-nya. Pada umumnya al-Qur’an membawa
keterangan-keterangan yang bersifat mujmal, sehingga banyak hukum Islam yang
tidak dapat dijadikan syarah dari Nabi Muhammad. Jumhur ulama’ telah sepakat
bahwa dasar Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.3 Hadis adalah segala sesuatu yang
dipraktikkan oleh Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan-
keteapan yang bersumber dari Rasulullah.
Dari segi urutan tingkatan dasar Islam, hadis mempunyai kedudukan sebagai
sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an karna beberapa alasan, sebagai
berikut :

2
Dr. M, Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis (Yogyakarta, 2010) hal.23
3
Prof.dr.T.M.Hisbi Ash Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, Bulan Bintang : Jakarta, 1976.
Hlm.365
1. Hadis sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kedudukan penjelas berada satu
tingkat dibawah pihak yang dijelaskan. Teks al-Qur’an sebagai pokok asal,
sedangkan Hadis sebagai penjelas (tafsir) yang dibangun karenanya.
2. Mayoritas hadis relatif kebenarannya (zhannniy ats-tsubut). Sehingga derajatnya
lebih rendah dari al-Qur’an yang berfaedah qath’i ats-tsubut.

D. Ekonomi Islam.
Sistem Ekonomi Islam, sistem ini hadis terlebih dahulu dibanding dengan dua
sitem ekonomi lainnya yaitu Sistem Ekonomi Sosialis/Komunis dan Sistem Ekonomi
Kapitalis. Ekonomi Islam ini tumbuh dan berkembang bersamaan dengan lahir dan
berkembangnya agama Islam didunia. Ketika Rasulullah SAW berada di Makkah,
kegiatan Ekonomi belum dilaksanakan, dikarenakan perjuangan Rasulullah lebih
terkonsentrasikan pada Ketauhidan. Namun ketika Rasulullah hijrah ke Madinah,
beliau diangkat sebagai pemimpin dan disitulah beliau mampu melaksanakan
pemerintahan dengan baik.4
Pada dasarnya banyak konsep dasar ekonomi yang dikembangkan oleh
Kapitalis telah dibahas secara baik oleh Ekonom muslim, baik yang didasarkan pada
sumber hukum utama ataupun permintaan pada penguasa. Pemikian muslim
dijadikan acuan dalam menjalankan kebijakan ekonomi kapitalis. Demikian juga
yang dielajari oleh para ilmuan-ilmuan dari berbagai kalangan non muslim yang
berasal dari Eropa. Pada era tersebut khazanah keilmuan Islam sudah sangat akrab
dengan para pemikir yang telah dilakukan penterjemah-penterjemah karya ilmiah
muslim kedalam berbagai bahasa barat.5
M. A. Abdul Mannan mengemukakan “Ekonomi Islam merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam”. Sedangkan pendapat MM. Le Wally didalam buku
Ismail Nawawi Bahwa Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang
mengikuti Al-Qur’an, Hadis, Ijma’ dan Qiyas.
4
Syafiq, M. Hanafi,M.Ag. Sistem ekonomi Islam dan Kapitalisme. Cakrawala, Jakarta 2007. Hal.103
5
Prof.Dr.Drs.H. Abdul Mannan, M.Hum, Hukum Ekonomi Syari’ah, Prenada Media Group. Jakarta ;
2012. Hal.23
E. Hadis yang Menjelaskan Tentang Prinsip Ekonomi Islam.
Hadis-hadis yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam :
1. Hadis tentang anjuran bekerja.
َّ ِ‫ط خَ ْيرًا ِم ْن َأ ْن يَْأ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه َوِإ َّن نَب‬
‫ي هللاِ دَا ُو َد َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬ ُّ َ‫َما َأ َك َل َأ َح ٌد طَ َعا ًما ق‬
‫َكانَ يَْأ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه‬
Artinya : “Tiada seorangpun yang makan-makanan yang lebih baik daripada
makan yang diperoleh dari hasil keringatnya sendiri. Sesungguhnya nabi Daud AS
itupun makan dari karyanya sendiri”. (HR. Bukhari)
Penjelasan Hadis :
Bekerja merupakan suatu usaha kegiatan manusia yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sandang, pangan,
dan papan. Dan Islam menganjurkan kepada manusia untuk bekerja dan berusaha
semaksimal mungkin. Bahkan didalam hadis tersebut disebutkan bahwa kita lebih
baik memakan ataupun memberi maka keluarga dengan hasil jerih payah kita
didalam bekerja. Bukan dari yang lain yang tidak jelas perolehannya.
2. Larangan untuk menjual barang cacat.

ُ‫ْال ُم ْسلِ ُم َأ ُخو ْال ُم ْسلِ ِم اَل يَ ِحلُّ لِ ُم ْسلِ ٍم بَا َع ِم ْن َأ ِخي ِه بَ ْيعًا فِي ِه َعيْبٌ ِإاَّل بَيَّنَهُ لَه‬
Artinya : “Seorang muslim adalah saudara lainnya. Tidak dihalalkan bagi seorang
muslim menjual suatu barang kepada saudaranya yang didalamnya mengandung
cacat kecuali setelah ia menjelaskan kepadanya”. (HR. Ibnu Majah)
Penjelasan Hadis :
Didalam melakukan transaksi penjualan hendaknya dilakukan dengan
transparan. Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk jujur, termasuk
didalamnya jujur menyampaikan kecacatannya jika barang yang diperjualbelikan
cacat.
3. Larangan menimbun.

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل‬


َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ض َربَهُ هَّللا ُ بِ ْال ُج َذ ِام َواِإْل ْفاَل‬
ُ ‫س َس ِمع‬
َ ‫ْت َرس‬ َ ‫َم ْن احْ تَ َك َر َعلَى ْال ُم ْسلِ ِمينَ طَ َعا ًما‬
Artinya : “Aku mendengar dari Raulullah bersabda; Barang siapa menahan
makanan (keperluan) kaum muslimin, maka Allah akan menimbulkan padanya
kerugian dan kebangkrutan”. (HR. Ibnu Majah)
Penjelasan Hadis :
Menimbun barang hanya akan membuat kerugian dan kebangkrutan orang
lain, untuk itu Islam melarang adanya penimbunan. Dengan menimbun, sirkulasi
barang tidak akan normal dan tentu mengganggu aktivitas ekonomi. Islam begitu
jelas mengatur segala hal keterkaitan dengan aktivitas ekonomi untuk
mempermudah persoalan hidup manusia. Untuk itu, hal-hal yang sudah
dicontohkan didalam Islam sudah seharusnya mejadi panutan bagi manusia
didalam menjalankan roda kehidupan.

KESIMPULAN

Dalam ajaran Islam al-Qur’an dan Hadis menjadi sumber hukum Islam yang
abadi. Bukan hanya sumber Islam dalam bidang keagamaan saja, namun juga
menjelaskan dalam bisang sosial, politik, dan semua aspek-aspek yang ada dalam
kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Al-Qu’an dan Hadis ini menjadi pedoman
umat manusia supaya tidak tersesat kejalan yang salah.

Hadis menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadis juga sering disebut al-khabar, yang artinya Berita, yaitu
sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama
maknanya dengan hadis.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Munzier, Suparta, Ilmu Hadis. Jakarta.2002

Dr. M,Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis, Yogyakarta,2010

Prof.H. Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syari’ah, Prenada Media Group :


Jakarta.2012
Syafiq, M.Hanafi, Sistem Ekonomi Syari’ah, Cakrawala : Jakarta.2007

T.M.Hisbi Ash Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis, Bulan Bintang : jakarta,
1976

Anda mungkin juga menyukai