Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang universal sebagai pedoman


yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, pada garis
besarnya menyangkut dua bagian pokok, yaitu ibadah dan
muamalah. Ibadah adalah menghambakan diri kepada Allah
SWT dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sedangkan muamalah ialah kegiatan-
kegiatan yang menyangkut antar manusia yang meliputi
aspek ekonomi, politik dan sosial. Untuk kegiatan muamalah
yang menyangkut aspek ekonomi seperti jual-beli, simpan-
pinjam, hutang-piutang, usaha bersama dan lain sebagainya.

Saat ini banyak lembaga keuangan syariah yang


berkembang dengan pesat dan menawarkan produk-
produknya yang bermacam-macam pada masyarakat. Namun
kebanyakan masyarakat belum mengetahui produk-produk
yang ditawarkan oleh bank yang berbasis syariah ini. Untuk
itu, dalam makalah ini penulis akan membahas salah satu
produk yang ada dalam lembaga keuangan syariah. Produk
yang akan diulas dalam makalah ini adalah murabahah.

Murabahah merupakan salah satu bentuk jual-beli


barang yang dikembangkan oleh perbankan syariah. Dalam
perbankan syariah, murabahah mendominasi pendapatan
bank dari produk-produk yang ada di semua bank Islam.
Murabahah juga memberi banyak manfaat kepada Bank
Islam/Bank Syariah, salah satunya adalah keuntungan yang
muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual
kepada nasabah.

B. Rumusan Masalah

1
1. Apakah pengertian dari jual-beli murabahah?

2. Apakah dasar dasar hukum diberlakukannya jual-beli


murabahah?

3. Apakah syarat-syarat berlakunya jual-beli murabahah?

4. Bagaimana aplikasi dan manfaat dari penerapan jual-


beli murabahah?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami


pengertian dari jual-beli murabahah.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami


dasar hukum berlakunya jual-beli murabahah.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami


syarat-syarat dalam jual-beli murabahah.

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami


pengaplikasian dan pemanfaatan dari jual-beli
murabahah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual-Beli Murabahah

Secara etimologi, murabahah berasal dari kata kerja (


) :




-
-

Yang berarti saling menguntungkan. Bai al-murabahah (
) adalah jual-beli dengan harga pokok dengan

tambahan yang diketahui.1
Secara terminologi, para ulama terdahulu
mendefinisikan murabahah dengan :





Jual beli dengan harga awal ditambah keuntungan yang
diketahui.

Sedangkan murabahah dalam Peraturan Bank Indonesia


diartikan dengan jual beli barang sebesar harga pokok
barang ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati.2

Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara


pemesanan dan biasa disebut murabahah kepada pemesan
pembelian. Dalam kitab al-Umm, Imam Syafii menamai


transaksi sejenis ini dengan istilah al-amr bisysyira (
) . Dalam hal ini, calon pembeli atau pemesan beli dapat

memesan kepada seseorang untuk membelikan suatu barang
tertentu yang diinginkannya. Kedua pihak membuat
kesepakatan mengenai barang tersebut serta kemungkinan
harga asal pembelian yang masih sanggup ditanggung

1 Syarif Hidayatullah. Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam


Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Muamalat, Maliyyah
Islamiyyah, Muashirah). (Jakarta: Gramata Publishing, 2012). Hal 131-132.

2 Isnawati Rais dan Hasanudin. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS.
(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). Hal
87.

3
pemesan. Setelah itu kedua pihak juga harus menyepakati
berapa keuntungan atau tambahan yang harus dibayar
pemesan. Jual-beli antar kedua pihak dilakukan setelah barang
tersebut berada di tangan pemesan.3
Misalnya, pedagang eceran membeli komputer dari
grosir dengan harga Rp. 1.000.000, kemudian ia
menambahkan keuntungan Rp.750.000 dan ia jual kepada si
pembeli dengan harga Rp. 1.750.000. Pada umumnya, si
penjual eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada
pesanan dari calon pembeli, dan mereka sudah menyepakati
tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan ia
ambil, serta besarnya angsuran kalau akan dibayar secara
angsuran.4
Murabahah adalah salah satu jenis yang dibenarkan
oleh syariah dan merupakan implementasi muamalat tijariyah
(interaksi bisnis).5

B. Dasar Hukum Jual-Beli Murabahah

1) Al-Quran

Firman Allah Q.S Al-Baqarah: 275

3 Syarif Hidayatullah. Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam


Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Muamalat, Maliyyah
Islamiyyah, Muashirah). (Jakarta: Gramata Publishing, 2012). Hal 132.

4 Enang Hidayat. Fiqih Jual Beli. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015).


Hal 48.

5 Azharudin Lathif. Fiqh Muamalat. (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005). Hal
118.

4
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.

Firman Allah Q.S Al-Baqarah 280









Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.

Firman Allah Q.S An-Nisa: 29





Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.

Firman Allah Q.S Al-Maidah: 1

5
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

2) Al-Hadits

Hadits riwayat Baihaqi dan Ibnu Majah






)

:
(
Dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah Saw.
bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan
suka sama suka. (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

Hadits riwayat Ibnu Majah

:
:





,
,
( )
Nabi Saw. bersabda: Ada tiga hal yang mengandung
berkah: (1) jual beli tidak secara tunai; (2) muqaradhah
(mudharabah); (3) mencampur gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

3) Ijma

Mayoritas ulama sepakat mengatakan dibolehkan jual-


beli dengan cara murabahah.6

4) Kaidah fiqih :








6 Ibnu Rusyd. Bidayah al-Mujtahid. Juz 2. Hal. 161; lihat pula al-Kasani.
Badai as-Sanai. Juz 5. Hal. 220-222

6
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

5) Fatwa Hukum:
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No.04/DSN-MUI/IV/2000, tentang Murabahah.7

C. Syarat-syarat Jual-Beli Murabahah

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi


murabahah meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang


telah dimiliki (hak kepemilikan telah berada di tangan si
penjual). Artinya, keuntungan dan risiko barang tersebut
ada pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan
yang timbul dari akad yang sah. Ketentuan ini sesuai
dengan kaidah, ( ) bahwa risiko disertai
dengan keuntungan.8 Bila produk tersebut tidak dimiliki
penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah
kepada pemesan pembelian (murabahah KPP), hal ini
dinamakan demikian karena si penjual semata-mata
mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si
pembeli yang memesannya.
2) Mengetahui harga pertama (harga dasar). Disyaratkan
agar harga pertama diketahui oleh pembeli, karena
mengetahui harga adalah salah satu syarat untuk
sahnya jual-beli dan karena harga awal (harga pokok)
dijadikan dasar dalam transaksi murabahah. Jika tidak
diketahui harga dasar, maka jual-beli dipandang fasid,
kecuali kalau diketahui pada majelis akad dan jika tidak
diketahui harga dasar/pokok tersebut hingga dua pihak

7 Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah. (Jakarta: Kencana,


2012). Hal 141.

8 Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah. (Jakarta: Kencana,


2012). Hal 137.

7
telah berpisah dari majelis akad, maka akad murabahah
menjadi batal, karena fasad telah berulang kali. Hal ini
agar tidak merugikan salah satu pihak yang
) segala

bertransaksi. Dalam kaidah fiqih, (
mudharat (bahaya) wajib dihindarkan sedapat mungkin.
3) Mengetahui jumlah keuntungan. Seyogyanya
keuntungan harus diketahui, harga keuntungan itu
merupakan bagian dari harga. Pengetahuan terhadap
harga adalah salah satu syarat untuk sahnya jual-beli.

4) Hendaklah modal dari sesuatu yang dapat ditukar, atau


dapat ditimbang, atau dapat dihitung.

Sedangkan menurut Syafii Antonio menambahkan


syarat-syarat murabahah sebagai berikut:

5) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang


ditetapkan, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli
secara murabahah (antara pembeli pertama yang
menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah),
karena murabahah adalah jual beli dengan harga
pertama disertai tambahan keuntungan.

6) Kontrak harus bebas dari riba.

7) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi


cacat atas barang sesudah pembelian.

8) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan


dengan pembelian, misalnya jikia pembelian dilakukan
secara hutang. 9

D. Pengaplikasian Murabahah dalam Lembaga Keuangan


Syariah

9 Syarif Hidayatullah. Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam


Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Muamalat, Maliyyah
Islamiyyah, Muashirah). (Jakarta: Gramata Publishing, 2012). Hal 136-137.

8
Bank-bank Islam yang ada pada zaman sekarang ini
mempraktekkan transaksi tertentu yang disebut jual beli
murabahah dengan orang yang memerintahkan untuk


membeli barang ( ) sebagai alternatif

bagi transaksi-transaksi riba yang dijalankan oleh bank-bank
konvensional. Bentuk transaksinya adalah seseorang
mengajukan proposal ke bank untuk membeli mobil dengan
ciri-ciri yang ditentukan, atau membeli perlengkapan
laboratorium, alat-alat kedokteran, atau peralatan
laboratorium tertentu. Pihak bank kemudian melakukan
pembiayaan murabahah dengan membeli barang-barang
tersebut dan menjualnya kepada orang yang bersangkutan.
Proses pembayarannya ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (dengan cara kredit), dan tentu saja dengan harga
yang lebih besar dari harga kontan.10

Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan berupa


talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu
barang/jasa dengan kewajiban mengembalikan talangan dana
tersebut seluruhnya pada waktu jatuh tempo. Bank
memperoleh margin keuntungan dari transaksi jual-beli antara
bank dengan pemasok dan antara bank dengan nasabah.
Model pengembalian talangan dana seluruhnya pada waktu
jatuh tempo biasanya diberikan kepada objek pembiayaan
yang tidak segera menghasilkan, seperti misalnya untuk
kebutuhan traktor petani tidak mungkin dibayar kembali
sebelum tanamannya menghasilkan.

Dalam praktek perbankan, Bank bertindak sebagai


penjual, sedangkan nasabah bertindak sebagai pembeli.
Setelah ada kata kesepakatan melalui negosiasi dengan
berbagai persyaratan yang diajukan oleh bank kepada

10 Wahbah az-Zuhaili. Fiqih Islam wa Adillatuhu. Jilid 5. (Jakarta: Gema


Insani, 2014). Hal 366.

9
nasabah. Maka kedua pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual adalah harga beli bank
dari pemasok ditambah keuntungan. Harga jual dicantumkan
dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan,
murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran
cicilan (bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini
barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan
pembayaran dilakukan secara tangguh, 11 meskipun tidak
dilarang untuk membayar secara tunai (naqdam). Sistem ini
biasanya dilakukan untuk pembiayaan barang-barang
investasi seperti melalui letter of credit (L/C) dan pembiayaan
persediaan sebagai modal kerja.12

Secara umum, aplikasi perbankan dari bai al-


murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

Skema Bai al-Murabahah


1. Negosiasi
&

2. Akad jual-
BANK beli NASABAH
6. Bayar

3. Beli barang SUPLIER 4. Kirim 5. Terima


PENJUAL Barang &
Dokumen

E. Manfaat Jual-Beli Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki


beberapa manfaat, diantaranya:

1. Keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual


dengan harga jual kepada nasabah.

11 Isnawati Rais dan Hasanudin. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada


LKS. (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
Hal 91-92.

12 Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah. (Jakarta: Kencana,


2012). Hal 178.

10
2. Sistem murabahah yang juga sangat sederhana, sehingga
memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.
3. Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang
konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif
seperti mesin produksi, pabrik, dll.
4. Nasabah dapat mengansur pembayarannya dengan jumlah
angsuran yang tidak akan berubah selama masa pernjanjian.
5. Dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian
barang-barang investasi baik domestic maupun luar negeri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual-beli murabahah itu adalah jual-beli yang menyebutkan


harga awal dan keuntungan yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak. Dengan jangka waktu pembayaran yang telah
ditentukan.

Jual-beli Murabahah berdasarkan al-quran dan al-hadits


disertai dengan ketentuan ijma ulama dan kaidah fiqih ialah
boleh, dan telah diperkuat oleh kepastian hukum dari Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

Jual-beli murabahah disyaratkan agar barang yang dijual


haruslah dimiliki, dan harus disebutkan modalnya dan
keuntungannya, dimana modal hendaklah sesuatu yang dapat
dihitung. Kemudian, pada penerapan bank syariah
ditambahkan persyaratan bahwa, kontrak pertama haruslah
sah, dan tidak ada sistem riba. Bank juga harus menyebutkan
apabila ada cacat pada barang dan sesuatu yang menyangkut
pembelian barang, misalnya pembayaran dilakukan secara
berhutang.

Manfaat dari berlakunya jual-beli murabahah adalah menjamin


adanya keuntungan bagi penjual dan menghindari kerugian
bagi pembeli. Jual-beli murabahah juga terbilang jual-beli yang

11
sangat sederhana, sehingga memudahkan dalam administrasi
bank.

B. Saran

Bagi masyarakat yang berkelut di dalam jual-beli dianjurkan


untuk melakukan akad sesuai dengan tuntunan syari, dan
murabahah adalah salah satu produk yang diluncurkan oleh
ulama untuk memberikan ketenangan dalam bermuamalah,
demi mendapatkan harta yang halal lagi baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kasani. Badai as-Sanai. Juz 5. Mesir : Darul Aam. 1973.


Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam wa Adillatuhu. Jilid 5. Jakarta: Gema
Insani. 2014.
Hidayat, Enang. Fiqih Jual Beli. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2015.
Hidayatullah, Syarif. Qawaid Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam
Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Muamalat,
Maliyyah Islamiyyah, Muashirah). Jakarta: Gramata Publishing.
2012
Lathif, Azharudin. Fiqh Muamalat. Ciputat: UIN Jakarta Press. 2005.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.
2012.
Rais, Isnawati dan Hasanudin. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada
LKS. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2011.
Rusyd, Ibnu. Bidayah al-Mujtahid. Juz 2. Mesir : Darul Aam. 1985.
Vogel, Frank. E dan Samuel L. Hayes. Hukum Keuangan Islam :
Konsep, Teori, dan Praktik. Bandung: Nusamedia. 2007.

13

Anda mungkin juga menyukai