Dosen Pengampu:
M. Yasir, M.H H.
Oleh :
11150440000011
1 Ismaya Samun, Pengantar Hukum Agraria, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 87
4. Bagaimana kegiatan-kegiatan yang ada dalam penatagunaan tanah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tata guna tanah.
2. Untuk mengetahui tujuan dari tata guna tanah dan dasar hukumnya.
3. Untuk mengetahui asas-asas yang ada dalam tata guna tanah.
4. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada dalam penatagunaan tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
2 Sudikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1988), hlm. 63
3 R. Soeprapto, Undang-undang Pokok Agraria dalam Praktik, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 75
4 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, (Jakarta: Kencana Media Group, cet. 2, 2013),
hlm.246
a. Mengatur penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah bagi berbagai
kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
b. Mewujudkan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah agar sesuai
dengan arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
c. Mewujudkan tata tertib pertahanan yang meliputi penguasaan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian
pemanfaatan tanah.
d. Menjamin kepastian hukum untuk mengusai, menggunakan, dan
memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum
dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah
ditetapkan.
2. Dasar Hukum Tata Guna Tanah
Penatagunaan tanah sebagai bagian dari Hukum Agraria Nasional
mempunyai landasan hukum yang bersumber dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD
1945, yaitu: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.’’
Ketentuan ini mengandung tiga prinsip:
a. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara.
b. Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia harus
menggunakan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
c. Hubungan antara negara dengan bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya merupakan hubungan menguasai.5
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menjadi pedoman bagi pembentukan Undang-
undang Pokok Agraria (UUPA). Pasal 2 UUPA menyatakan bahwa:
6 Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria
7 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, hlm.240
1) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan (3), pasal
9 ayat (2) serta pasal 10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam rangka sosialisme
Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,
peruntukkan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya :
a. untuk keperluan Negara;
b. untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci
lainnya, sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa;
c. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan
dan lain-lain kesejahteraan;
d. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, peternakan
dan perikanan serta sejalan dengan itu;
e. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan
pertambangan.
2) Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat (1) ini dan mengingat
peraturan-peraturan yang bersangkutan, Pemerintah Daerah mengatur
persediaan, peruntukkan dan penggunaan bumi, air serta ruang angkasa
untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.
3) Peraturan Pemerintah Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini
berlaku setelah mendapat pengesahan, mengenai Daerah Tingkat I dari
Presiden, Daerah Tingkat II dari Gubernur Kepala Daerah yang
bersangkutan dan Daerah Tingkat III dari Bupati/Walikota/Kepala Daerah
yang bersangkutan.
Berkaitan dengan ketentuan Pasal 14 UUPA, pemerintah mengeluarkan
beberapa kebijakan sebagai pengaturan pelakasanaan ketentuan Pasal tersebut,
misalnya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam GBHN 1988 telah
dipertajam masalah tata guna tanah dan tata ruang dengan merinci bidang tertentu
yang memiliki kaitan dengan penggunaan tanah, yaitu bidang pertanian, dinyatakan
sebagai berikut:
Pembangunan pertanian perlu didukung oleh tata ruang dan tata guna tanah
sehingga penggunaan, penguasaan, pemilikan, dan pengalihan hak atas tanah dapat
menjamin kemudahan dan kelancaran usaha pertanian serta benar-benar sesuai
dengan asas adil dan merata. Pembangunan pertanian harus memanfaatkan secara
efisiensi sumber daya yang ada yang dapat dikembangkan serta harus menunjang
pembangunan sektor lain terutama bidang industri, pembangunan daerah pedesaan,
transmigrasi, serta upaya memelihara kelestarian kemampuan sumber daya dan
lingkungannya.8
3. Asas-asas dalam Penatagunaan Tanah
Azas Penatagunaan Tanah diatur dalam PP No. 16 Tahun 2004 Pasal
22:“Penatagunaan tanah berasaskan keterpaduan, berdayaguna dan
berhasilguna, serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan,
keadilan dan perlindungan hukum.”
1) Asas keterpaduan, maksudnya adalah penatagunaan tanah dilakukan untuk
mengharmoniskan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.
2) Asas berdaya guna dan berhasil guna, maksudnya adalah penatagunaan
tanah harus dapat mewujudkan nilai tanah yang sesuai dengan fungsi ruang.
3) Asas serasi, selaras, dan seimbang, penatagunaan tanah menjamin
terwujudnya antara hak dan kewajiban masing-masing pemegang hak atas
tanah atau kuasanya, sehingga meminimalkan benturan kepentingan antar
penggunaan atau pemanfaatan tanah.
4) Asas berkelanjutan, maksudnya yaitu penatagunaan tanah menjamin
kelestarian fungsi tanah demi memerhatikan kepentingan antar generasi.
5) Asas keterbukaan, keadilan, dan perlindungan hukum, yaitu
penyelenggaraan tata guna tanah tidak mengakibatkan diskriminasi antar
8 Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, cet 2, 2008, hlm. 261
pemilik tanah, sehingga ada perlindungan hukum dalam menggunaan dan
memanfaatkan tanah.9
4. Kegiatan-kegiatan dalam Penatagunaan Tanah
a. Pokok-pokok Penatagunaan Tanah
Penatagunaan tanah merupakan kegiatan dibidang pertanahan di kawasan
lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan. Yang termasuk kawasan lindung
adalah:
1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, antara
kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air.
2) Kawasan perlindungan setempat, antara lain sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar pantai.
3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain kawasan suaka alam,
kawasan suakan alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan
baku, taman nasional, taman hutan rakyat, taman wisata alam, cagar alam,
suaka marga satwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
4) Kawasan rawan bencana alam, antara lain kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi, rawan tanah longsor, rawan gelombang
pasang, dan kawasan rawan banjir
5) Kawasan lindung lainnya, misalnya taman baru, cagar biosfir, perlindungan
plasma utfah, dan terumbu karang.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah
kawsan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan
A. Kesimpulan
Dari uraian panjang diatas kiranya dapat penulis simpulkan beberapa poin hal
penting, yaitu:
1. Tata guna tanah adalah penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang
berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang
terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk
kepentingan masyarakat secara adil.
2. Penatagunaan tanah bertujuan untuk:
a. Mengatur penguasaan.
b. Mewujudkan penguasaan.
c. Mewujudkan tata tertib pertahanan.
d. Menjamin kepastian hukum.
3. Dasar hukum yang mengatur tata guna tanah:
a. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
b. Pasal 2 ayat (2) UUPA
c. Pasal 14 UUPA
d. PP No. 16 Tahun 2004
4. Asas-asas dalam penatagunaan tanah:
a. Asas keterpaduan.
b. Asas berdaya guna dan berhasil guna.
c. Asas serasi, selaras, dan seimbang.
d. Asas berkelanjutan.
5. Kegiatan-kegiatan dalam penatagunaan tanah:
a. Melakukan pertahanan di kawasan lindung. Kawasan lindung adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Yang termasuk kawasan lindung:
1) Kawasan yang memberi perlindungan dibawahnya, seperti: hutan
lindung, kawasan berkabut, kawasan resapan air.
2) Kawasan perlindungan setempat, seperti: sempadan pantai, sungai,
kawasan sekitar waduk atau danau.
3) Suaka alam dan cagar budaya, seperti: cagar alam, suaka marga
satwa.
b. Melakukan pertahanan di kawasan budi daya.
Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Yang termasuk dalam kawasan budi daya yaitu: kawasan peruntukan
hutan produksi, hutan rakyat, kawasan pertanian, perikanan, pertambangan,
pemukiman, industri, tempat ibadah, tempat pendidikan, dan kawasan
keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1988).
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, (Jakarta: Kencana Media Group, cet. 2,
2013).