Anda di halaman 1dari 9

TAHAPAN PENYUSUNAN PERDA TENTANG KEBIJAKAN PUBLIK

YANG BERWAWASAN KESEHATAN


Oleh : ABD. HASID PEDANSA
(Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara)

Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah
mendapat persetujuan bersama DPRD.
Ada dua alasan mengapa Perda itu dibentuk:
Pertama, Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
provinsi/kabupaten/kota dan tugas pembantuan.
Kedua, Perda merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
Berkaitan dengan kedua hal tersebut diatas, tentunya hal yang penting untuk
diperhatikan adalah substansi/muatan materi dari perda tersebut. Muatan materi
dimaksud berkaitan dengan urusan pemerintahan dalam hal ini bidang ataupun sub
bidang yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi ataupun pemerintahan
daerah kabupaten/kota. Hal-hal menyangkut ini dapat berpedoman pada PP No. 38
tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Yang perlu diperhatikan juga, Perda dilarang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan Perda hanya berlaku
setelah diundangkan dalam lembaran daerah.

Selain muatan materi juga perlu diperhatikan teknik penyusunan, dan tahapan
pembentukan peraturan daerah dalam rangka memenuhi unsur yuridis
formil/prosedural dan unsur yuridis substansial.

1
A. Pembentukan Peraturan Daerah
Pembentukan peraturan daerah adalah pembuatan peraturan daerah yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan.1

1. Tahapan-Tahapan Pembuatan Perda

Tahapan perencanaan, adalah proses yang dimulai dengan penyusunan program


legislasi daerah (Prolegda).
Prolegda memuat program pembentukan Peraturan Daerah dengan judul Rancangan
Peraturan Daerah, materi yang diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan
Perundang-undangan lainnya.
Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan
lainnya merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan Peraturan Daerah
yang meliputi:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang ingin diwujudkan;
c. pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan
d. jangkauan dan arah pengaturan.
Mater-materi diatas setelah melalui pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam
Naskah Akademik.
Penyusunan Prolegda dilaksanakan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah.
Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah.
Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Dalam penyusunan Prolegda, penyusunan daftar rancangan peraturan daerah
didasarkan atas:
a. perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi;
b. rencana pembangunan daerah;
c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan
d. aspirasi masyarakat daerah.

1
Pasal 1 angka 1 dan angka 7 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Daerah
Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
persetujuan bersama Gubernur.
2
Penyusunan Prolegda dikoordinasikan oleh DPRD melalui alat kelengkapan DPRD
yang khusus menangani bidang legislasi.
Penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah Daerah dikoordinasikan oleh
biro/bagian hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.
Hasil penyusunan rancangan Prolegda antara DPRD dan Pemerintah Daerah
disepakati menjadi Prolegda dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD yang
ditetapkan dengan Keputusan DPRD.
Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Kepala Daerah dapat mengajukan Rancangan
Peraturan Daerah di luar Prolegda, yaitu:
a. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;
b. akibat kerja sama dengan pihak lain; dan
c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan
Peraturan Daerah yang dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD yang
khusus menangani bidang legislasi dan biro/bagian hukum.
Dalam Prolegda Provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas:
a. akibat putusan Mahkamah Agung; dan
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.
Dalam Prolegda Kabupaten/Kota dapat dimuat daftar kumulatif terbuka mengenai
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan Kecamatan atau nama lainnya
dan/atau pembentukan, pemekaran, dan penggabungan Desa atau nama lainnya.

Tahapan penyusunan, adalah proses perumusan materi yang dilakukan pemrakarsa.


Jika rancangan Perda berasal dari kepala daerah (Pemerintah Daerah), maka
penyusunannya dilakukan oleh SKPD yang menjadi leading sector muatan materi
rancangan Perda bersangkutan. Misalnya, rancangan peraturan daerah tentang Pajak
Daerah, maka SKPD yang merumuskan materi rancangan perda adalah Dinas
Pendapatan.
Biro/Bagian Hukum Sekretariat Daerah kemudian melakukan pengharmonisasian,
pembulatan dan pemantapan konsepsi. Pengharmonisasian, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
Jika rancangan Perda berasal dari DPRD, maka penyusunannya dilakukan oleh
pemrakarsa dalam hal ini anggota, komisi, atau alat kelengkapan DPRD lainnya.
Alat Kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi kemudian
melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi.
Selain menyusun rancangan perda, pemrakarsa (Pemerintah Daerah atau DPRD),
dapat menyusun penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.

3
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan peraturan daerah adalah teknik
penyusunan peraturan daerah tersebut berupa sistematika yang meliputi kerangka
peraturan daerah, hal-hal khusus peraturan daerah, ragam bahasa peraturan daerah,
dan bentuk racangan peraturan daerah.
Teknik penyusunan peraturan daerah berpedoman pada UU No. 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana Lampiran II
buku ini.

Tahapan pembahasan, adalah proses pembahasan yang dilakukan di DPRD bersama


2
Kepala Daerah melalui tingkat pembicaraan I dan II.
Penjelasan akan tahapan ini dapat dilihat pada poin B dan poin C dibawah ini.

Tahapan pengesahan atau penetapan, adalah tahapan dilakukannya pengesahan


atau penetapan setelah dilakukan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah.
Pada tahapan ini, kepala daerah membubuhi tanda tangannya paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak disetujui bersama dengan DPRD. Jika tidak ditandatangani kepala
daerah dalam jangka waktu tersebut, maka rancangan Perda tetap dinyatakan Sah dan
wajib diundangkan.

Tahapan pengundangan, adalah tahapan yang dilakukan oleh Sekretaris Daerah


untuk menempatkannya dalam Lembaran Daerah. Pengundangan ini dimaksudkan agar
setiap orang mengetahuinya.

Tahapan penyebarluasan, adalah tahapan yang dilakukan baik pada saat Perda
masih berupa rancangan, maupun setelah ditetapkan/diundangkan.
Penyebarluasan saat masih berupa rancangan Perda dilakukan oleh lembaga
pemrakarsa.
Dalam hal ini jika rancangan Perda berasal dari DPRD, maka penyebarluasannya
dilakukan oleh Sekretaris DPRD.
Jika rancangan Perda berasal dari kepala daerah, maka penyebarluasannya dilakukan
oleh Sekretaris Daerah. Penyebarluasan dimaksudkan untuk dapat memberikan
informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku
kepentingan.

2
Dalam hal Raperda berasal dari DPRD, ada proses internal yang lebih dulu harus dilalui DPRD, sebelum dibahas dalam tingkat
pembicaraan I dan tingkat pembicaraan II.
4
Penyebarluasan ketika telah ditetapkan/diundangkan yakni berupa salinan naskah
peraturan daerah yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan oleh
Sekretaris Daerah.

B. Pembahasan Rancangan Perda yang berasal dari DPRD


Pembahasan raperda yang berasal dari DPRD, dilakukan dalam 2 (dua) tahap
pembahasan.
Pembahasan pertama dilakukan di internal DPRD, untuk diambil keputusannya
apakah dapat disetujui menjadi raperda prakarsa DPRD untuk dilanjutkan
pembahasannya dengan kepala daerah, atau ditolak sehingga tidak perlu dilanjutkan,
dan pembahasan berhenti sampai disitu.

5
Pembahasan Internal DPRD

1. 2. 3.
PENGUSUL PIMPINAN BALEGDA

Kegiatan :
u1. Pengusul dalam hal ini anggota, komisi, atau
alat kelengkapan lain menyampaikan 4.
rancangan peraturan daerah kepada
a pimpinan DPRD disertai dengan penjelasan PIMPINAN ANGGOTA
atau keterangan dan/atau naskah akademik,
daftar nama dan tanda tangan para
pengusul, dan diberikan nomor pokok oleh
sekretariat DPRD.
2. Pimpinan kemudian menyampaikan kepada
Badan Legislasi Daerah (Balegda). 5.
3. Balegda kemudian melakukan pengkajian BADAN MUSYAWARAH
berupa pengharmonisasian, pembulatan,
dan pemantapan konsepsi, dan
menyampaikan hasil pengkajiannya kepada
pimpinan.
4. Pimpinan menyampaikan raperda hasil 6.
pengkajian Balegda kepada semua anggota. RAPAT PARIPURNA
5. Badan Musyawarah (Bamus) Agenda :
mengagendakan Rapat Paripurna, paling a. Penjelasan Pengusul
lambat 7 hari setelah hasil pengkajian b. Pandangan Fraksi
Balegda diterima. Rapat Paripurna sebaiknya c. Jawaban Pengusul atas
diselenggarakan 2x (dua kali) atau lebih Pandangan Fraksi
tergantung kesepakatan Bamus.
6. Rapat Paripurna (pertama) diselenggarakan
dengan susunan acara penjelasan pengusul,
pandangan fraksi, dan jawaban pengusul
atas pandangan fraksi.
7.
7. Rapat Paripurna berikutnya agenda RAPAT PARIPURNA
Pengambilan Keputusan. Keputusan yang Agenda : Pengambilan Keputusan
dapat diambil ada 3 hal yakni persetujuan, 1. Persetujuan
persetujuan dengan pengubahan, dan
2. Persetujuan dengan
penolakan.
pengubahan
Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, 3. Penolakan
Rapat Paripurna menugasi komisi/gabungan
komisi/Balegda/Pansus untuk
menyempurnakan rancangan peraturan
daerah tersebut.

Dalam menyampaikan pandangan atau pendapat fraksi, pimpinan fraksi sebaiknya


menggelar rapat fraksi untuk merumuskan hal-hal yang akan disampaikan dalam
pandangan atau pendapat fraksi. Rapt fraksi dihadiri oleh pimpinan dan anggota fraksi.
Pandangan atau pendapat fraksi merupakan sikap fraksi yang mewakili partai politik
yang berhimpun dalam fraksi tersebut terhadap rancangan peraturan daerah tersebut.
6
Pembahasan kedua dilakukan bersama kepala daerah.
Rancangan peraturan daerah yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan
surat pimpinan DPRD kepada kepala daerah.

Pembahasan dilakukan dalam 2 (dua) tingkat pembicaraan dengan skema alur sebagai
berikut:
PEMBICARAAN TINGKAT I Pembahasan
Rapat Paripurna / Diskusi
4.
1. 2. 3.
RAPAT
PENJELASAN PENDAPAT JAWABAN
GABUNGAN
DPRD KEPALA DAERAH DPRD
KOMISI

Kegiatan :
1. Rapat Paripurna dengan agenda Penjelasan DPRD,
dapat disampaikan oleh pimpinan komisi, pimpinan
gabungan komisi, pimpinan Badan Legislasi Daerah, PEMBICARAAN TINGKAT II
atau pimpinan panitia khusus.
2. Rapat Paripurna dengan agenda Pendapat Kepala
5.
Daerah dilakukan oleh Kepala Daerah.
RAPAT PARIPURNA
3. Rapat Paripurna dengan agenda Tanggapan dan/atau PENGAMBILAN
Jawaban DPRD terhadap Pendapat Kepala Daerah.
DPRD dapat menunjuk fraksi, komisi, gabungan
KEPUTUSAN:
komisi atau badan legislasi untuk menyampaikan a. Laporan Hasil Rapat
jawaban DPRD. Gabungan Komisi
4. Rapat Gabungan Komisi atau Rapat Panitia b. Pendapat Fraksi
Khusus yang dilakukan untuk membahas bersama
dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk c. Permintaan
untuk mewakilinya Persetujuan
5. Rapat Paripurna dengan agenda Pengambilan
d. Pendapat Akhir Kepala
Keputusan dengan susunan acara antara lain :
Daerah
a. penyampaian laporan hasil rapat gabungan komisi
yang disampaikan oleh pimpinan gabungan
komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi proses
pembahasan.
b. pendapat DPRD, disampaikan oleh fraksi, komisi,
gabungan komisi atau badan legislasi
c. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan
oleh pimpinan rapat paripurna.
d. Pendapat Akhir Kepala Daerah

Dalam menyampaikan pandangan atau pendapat fraksi, pimpinan fraksi sebaiknya


menggelar rapat fraksi untuk merumuskan hal-hal yang akan disampaikan dalam
pandangan atau pendapat fraksi. Rapt fraksi dihadiri oleh pimpinan dan anggota fraksi.
Pandangan atau pendapat fraksi merupakan sikap fraksi yang mewakili partai politik
yang berhimpun dalam fraksi tersebut terhadap rancangan peraturan daerah tersebut.
7
C. Pembahasan Rancangan Perda yang berasal dari Kepala Daerah

PEMBICARAAN TINGKAT I
Pembahasan
Rapat Paripurna / Diskusi

1. 2. 3. 4.
PENJELASAN PEMANDANGAN JAWABAN RAPAT
KEPALA DAERAH UMUM FRAKSI DPRD KEPALA GABUNGAN
DAERAH KOMISI

Kegiatan :
6. Rapat Paripurna dengan agenda Penjelasan Kepala
Daerah, disampaikan langsung oleh Kepala Daerah
atas rancangan peraturan daerah PEMBICARAAN TINGKAT II
7. Rapat Paripurna dengan agenda Pemandangan
Umum Fraksi DPRD dilakukan oleh Fraksi-fraksi
5.
dalam dewan melalui juru bicara masing-masing atas
RAPAT PARIPURNA
rancangan peraturan daerah yang diajukan kepala
PENGAMBILAN KEPUTUSAN:
daerah.
e. Laporan Hasil Rapat
8. Rapat Paripurna dengan agenda Tanggapan dan/atau Gabungan Komisi
Jawaban Kepala Daerah dapat dilakukan oleh
Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah terhadap f. Pendapat Akhir Fraksi
pemandangan umum fraksi-fraksi DPRD. g. Permintaan Persetujuan
9. Rapat Gabungan Komisi atau Rapat Panitia
Khusus yang dilakukan untuk membahas bersama h. Pendapat Akhir Kepala
dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk Daerah
untuk mewakilinya terhadap rancangan peraturan
daerah.
10. Rapat Paripurna dengan agenda Pengambilan
Keputusan dengan susunan acara antara lain :
e. penyampaian laporan hasil rapat gabungan
komisi/panitia khusus yang disampaikan oleh
pimpinan gabungan komisi/pimpinan panitia
khusus yang berisi proses dan hasil-hasil
pembahasan.
f. pendapat akhir fraksi, disampaikan oleh juru
bicara masing-masing fraksi.
g. Permintaan persetujuan secara lisan disampaikan
oleh Pimpinan Rapat Paripurna, kepada seluruh
anggota DPRD.
h. Pendapat Akhir Kepala Daerah, disampaikan
langsung oleh kepala daerah

Dalam menyampaikan pandangan atau pendapat fraksi, pimpinan fraksi sebaiknya


menggelar rapat fraksi untuk merumuskan hal-hal yang akan disampaikan dalam
pandangan atau pendapat fraksi. Rapt fraksi dihadiri oleh pimpinan dan anggota fraksi.
Pandangan atau pendapat fraksi merupakan sikap fraksi yang mewakili partai politik
yang berhimpun dalam fraksi tersebut terhadap rancangan peraturan daerah tersebut.

8
D. Lain-Lain

Partisipasi Masyarakat
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka
penyiapan3 atau pembahasan rancangan peraturan daerah.
Ketentuan Denda dan Pidana
Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegaka hukum,
seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan perundangan.
Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda selain diatas sesuai dengan yang
diatur dalam peraturan perundangan lainnya.
Konsultasi ke Pemerintah
Ada 4 jenis Perda yang harus dikonsultasikan dalam hal ini mendapat evaluasi dari
Pemerintah (pusa) sebelum ditetapkan, yakni:
1. Perda tentang Pajak dan Retribusi;
2. Perda tentang RTRW;
3. Perda tentang APBD; dan
4. Perda tentang RPJMD/RPJPD

*****

3
Penyiapan dimaksud meliputi tahapan perencanaan dan tahapan penyusunan. Masyarakat berhak untuk terlibat pada kedua
tahapan ini, dan pemerintah daerah maupun DPRD sedianya memberikan ruang yang nyata untuk masyarakat.
9

Anda mungkin juga menyukai