NIM : 203020601116
Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh daerah yang
terdiri dari provinsi dan kabupaten/kota. Peraturan daerah dibuat oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPRD) dengan persetujuan bersama kepala daerah. Untuk peraturan daerah provinsi,
dibentuk oleh DPRD provinsi dengan persetujuan bersama gubernur. Sedangkan, peraturan
daerah kebupaten/kota dibuat oleh DPRD kabupaten/kota dengan persetujuan bersama
bupati/walikota.
Adapun materi muatan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota
adalah materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Mekanisme penyususnan peraturan daerah provinsi secara umum terbagi menjadi 5 tahap,
yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan/pengesahan dan pengundangan.
1. Perencanaan
Materi yang diatur merupakan keterangan mengenai konsepsi rancangan peraturan daerah
provinsi yang meliputi:
Hasil penyusunan prolegda provinsi antara DPRD provinsi dan pemerintah daerah
provinsi disepakati menjadi prolegda provinsi dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD
provinsi. Prolegda provinsi ditetapkan dengan Keputusan DPRD Provinsi.
• Dimuat dalam daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas akibat putusan Mahkamah
Agung, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Perda provinsi yang
dibatalkan, diklarifikasi, atau atas perintah peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi;
• Perencanaan penyusunan di luar prolegda, di mana pemrakarsa dapat mengajukan
rancangan perda provinsi di luar prolegda provinsi berdasarkan izin prakarsa dari
gubernur dengan syarat dan dalam keadaan tertentu seperti untuk mengatasi kejadian
luar biasa seperti konflik atau bencana alam, akibat kerja sama dengan pihak
lain dan keadaan tertentu lain yang urgen untuk membentuk perda dengan persetujuan
bersama Balegda dan biro hukum.
2. Penyusunan
Rancangan Perda provinsi dapat berasal dari DPRD provinsi atau Gubernur. Selain itu,
rancangan Perda provinsi dapat diajukan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat
kelengkapan DPRD provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.
Rancangan perda provinsi disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau naskah
akademik.
Pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi dilakukan oleh DPRD provinsi bersama
Gubernur. Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat-tingkat pembicaraan. Tingkat-
tingkat pembicaraan dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan DPRD
provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.
Secara lebih rinci, berikut tahapan pembahasan rancangan peraturan daerah provinsi:
• Rancangan perda provinsi yang berasal dari gubernur disampaikan dengan surat
pengantar kepada pimpinan DPRD Provinsi yang memuat latar belakang, tujuan
penyusunan, sasaran dan materi pokok yang diatur yang menggambarkan substansi
rancangan perda;
• Rancangan perda provinsi dari DPRD provinsi disampaikan dengan surat pengantar
pimpinan DPRD provinsi kepada gubernur untuk dilakukan pembahasan yang
memuat latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran dan materi pokok yang diatur
serta menggambarkan substansi rancangan perda;
• Pembicaraan tingkat I yang meliputi:
Rancangan Perda Provinsi dari Gubernur Rancangan Perda Provinsi dari DPRD Provinsi
Penjelasan gubernur dalam rapat paripurna Penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan
mengenai rancangan perda komisi, pimpinan Balegda, atau pimpinan panitia
khusus dalam rapat paripurna mengenai rancangan
perda
• Pembicaraan tingkat II terdiri dari, keputusan rapat paripurna yang didahului dengan
laporan pimpinan komisi/gabungan komisi/panitia khusus yang berisi pendapat fraksi
serta hasil pembahasan dan permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh
pimpinan rapat paripurna dan diakhiri dengan pendapat akhir gubernur.
Jika dalam pembicaraan tingkat II rancangan perda provinsi tidak dapat dicapai
persetujuan melalui musyawarah, maka keputusan didasarkan pada suara terbanyak.
Adapun jika rancangan perda provinsi tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD
provinsi dan gubernur, maka rancangan perda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan DPRD Provinsi pada masa sidang itu.
4. Penetapan/Pengesahan
Rancangan perda provinsi yang telah disetujui bersama oleh DPRD provinsi dan gubernur
disampaikan oleh pimpinan DPRD provinsi kepada gubernur untuk ditetapkan menjadi
peraturan daerah provinsi. Penyampaian rancangan perda provinsi dilakukan dalam jangka
waktu paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Rancangan perda provinsi ditetapkan oleh gubernur dengan membubuhkan tanda tangan
dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak rancangan perda provinsi disetujui bersama
oleh DPRD provinsi dan gubernur.
Dalam hal rancangan perda provinsi tidak ditandatangani oleh Gubernur dalam waktu
paling lama 30 hari sejak rancangan perda provinsi tersebut disetujui bersama, rancangan
perda provinsi tersebut sah menjadi peraturan daerah provinsi dan wajib diundangkan.
Naskah yang telah ditandatangani gubernur dibubuhi nomor dan tahun oleh sekda
provinsi. Adapun jika lebih dari 30 hari naskah tidak ditandatangani gubernur maka ditulis
kalimat pengesahan oleh sekda provinsi yang berbunyi “Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”
di halaman terakhir naskah perda, yang kemudian dibubuhi nomor dan tahun oleh sekda
provinsi.
5. Pengundangan
Peraturan daerah provinsi diundangkan dalam Lembaran Daerah oleh Sekda provinsi.
Sedangkan Peraturan Gubernur diundangkan dalam Berita Daerah. Adapun penjelasan perda
provinsi diundangkan dalam Tambahan Lembaran Daerah. Peraturan perundang-undangan
mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali
ditentukan lain di dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Pembentukan Perda Kabupaten/Kota
1. Perencanaan
2. Penyusunan
3. Pembahasan
4. Penetapan/Pengesahan
5. Pengundangan
1. Perencanaan
Program pembentukan perda disusun oleh DPRD dan kepala daerah untuk jangka waktu 1
(satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan perda dan ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
Penyusunan dan penetapan program pembentukan Perda dilakukan setiap tahun sebelum
penetapan rancangan perda tentang APBD.
Dalam program pembentukan perda dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri
atas:
• APBD.
• penataan Desa.
Dalam keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah dapat mengajukan rancangan perda di
luar program pembentukan Perda karena alasan:
• Akibat pembatalan oleh Menteri untuk Perda Provinsi dan oleh gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk Perda Kabupaten/Kota; dan
2. Penyusunan
3. Penetapan
Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala Daerah
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Perda
dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Gubernur wajib menyampaikan rencangan Perda Provinsi kepada Menteri paling lama 3
(tiga) hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda Provinsi dari pimpinan DPRD
provinsi untuk mendapatkan nomor register Perda yang diberikan paling lama 7 (tujuh) hari
sejak rancangan perda diterima.
Rancangan Perda yang telah mendapat nomor register ditetapkan oleh kepala daerah
dengan membubuhkan tanda tangan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan Perda
disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah. Dalam hal kepala daerah tidak
menandatangani rancangan Perda yang telah mendapat nomor register, maka rancangan
Perda tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dalam lembaran daerah.
4. Pengundangan
Perda diundangkan dalam lembaran daerah yang dilakukan oleh sekretaris daerah. Perda
mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali
ditentukan lain di dalam Perda yang bersangkutan.
Pada Bab III, Pasal 10 s/d Pasal 18 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
mengatur tentang mekanisme penyusunan propemperda. Proses penyusunan propemperda
kabupaten/kota dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu penyusunan propemperda di
lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota, penyusunan propemperda di lingkungan DPRD
Kabupaten/Kota, dan Penyusunan Propemperda Kabupaten/Kota.
Propemperda Kabupaten/Kota dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas:
• APBD;
• Penataan desa.
• Mengatasi keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu
rancangan Perda yang dapat disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD yang
khusus menangani bidang pembentukan Perda dan unit yang menangani bidang
hukum pada pemerintahan daerah; dan
Analisis
Selain itu, dengan tidak diikut sertakannya masyarakat di dalam proses pembentukan
Peraturan Perundang-undangan memberikan kesempatan besar bagi pembuat peraturan
Perundang-undangan dalam memasukkan unsur kepentingan di dalam Peraturan Perundang-
undangan yang sedang disusun. Sehingga tidak sesuai dengan kepentngan masyarakat
khususnya masyarakat daerah yang terdampak langsung oleh peraturan tersebut.
Otonomi daerah adalah kewenangan suatu daerah untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya secara mandiri menurut peraturan dan caranya
sendiri dengan baik dengan tidak melanggar pada peraturan perundang-undangan pusat yang
berlaku, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Primbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.