Anda di halaman 1dari 38

OPTIMALISASI PERAN DPRD

DALAM PEMBUATAN PERDA,


PENGANGGARAN DAN
PENGAWASAN
BERDASARKAN PP NOMOR 12 TAHUN
2018

Bahan Bimbingan Teknis DPRD Kabupaten


Otong Rosadi Dharmasraya
Padang, 21-24 September 2020
OTONG ROSADI
HP: +62 852 220 558 080
Email: otong_rosadi@yahoo.co.uk
Lahir di Subang, 20 Januari 1969
Aktivitas saat ini:
1.Rektor Univ. Ekasakti 2018-kini
2.Dekan Fakultas Hukum Universitas Ekasakti sejak 2010-2018
3.Direktur PKHOD (Pusat Kajian Hukum & Otonomi Daerah) 2011-2017
4.Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Universitas Ekasakti, 2015

Riwayat Pendidikan:
S1: Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1993
S2: Ilmu Hukum, Program Pascasarjana,Universitas Padjadjaran, Bandung, 2001
S3: Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010.

Pengalaman:
1.Ketua APHTN-HAN Sumatera Barat, 2017-2023
2.Dosen Tamu pada beberapa perguruan tinggi di Bandung, Jambi, Riau
3.Penyusun Naskah Akademik, Tenaga Ahli, TA Pendamping Pemda/DPRD
Pendahuluan
 PP Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Tata Tertib DPRD Provinsi,
Kabupaten, dan Kota
 Ditetapkan 12 April 2018 diundangkan 16 April
2018 berdasarkan LNRI Tahun 2018 No. 59.
 Terdiri dari XV Bab, 137 Pasal
Konsideran Menimbang
 DPRD sbg unsur penyelenggara pemerintahan daerah
memiliki peran dan tanggung jawab dalam mewujudkan
efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui pelaksanaan
hak, kewajiban, tugas, wewenang, dan fungsi DPRD sesuai
dg ketentuan peraturan perundangan-undangan;

 Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 132 ayat (1), Pasal 145,


Pasal 186 ayat (1), dan Pasal 199 UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan PP tentang
Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD.
Materi Bimtek
 OPTIMALISASI
 PERAN (Baca: FUNGSI) DPRD DALAM:
1. PEMBUATAN PERDA,
2. PENGANGGARAN DAN
3. PENGAWASAN
Fungsi DPRD
 Pasal 96 ayat (1) UU Pemda: DPRD provinsi
mempunyai fungsi:
a. pembentukan Perda provinsi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
 Pasal 149 ayat (1) UU Pemda: DPRD kabupaten/kota
mempunyai fungsi:
a. pembentukan Perda Kabupaten/Kota;
b. anggaran; dan
c. Pengawasan
 Ketiga fungsi ini dijalankan dalam kerangka representasi
rakyat di Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota .
 Dalam rangka melaksanakan fungsinya DPRD Provinsi,
Kabupaten dan Kota menjaring aspirasi masyarakat.
1. FUNGSI DPRD: Pembentukan
Perda
Fungsi Pembentukan Perda dilaksanakan dg cara:
a. Menyusun Program Pembentukan Perda bersama kepala daerah
b. membahas bersama Kepala Daerah dan menyetujui atau tidak
menyetujui Rancangan Perda; dan
c. mengajukan usul Rancangan Perda.
 Program Pembentukan Perda ditetapkan persatu tahunan berdasarkan
skala prioritas.
 Ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara DPRD dan Kepala Daerah.
 Rancangan Perda dpt berasal dari DPRD atau Kepala Daerah disertai
penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah akademik.
 Rancangan Perda dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota
DPRD, Komisi, Gabungan Komisi, atau Bapemperda
yang dikoordinasikan oleh Bapemperda.
 Rancangan Perda yang diajukan oleh Anggota DPRD,
Komisi, Gabungan Komisi, atau Bapemperda disampaikan
secara tertulis kpd Pimpinan DPRD disertai dgn:
 penjelasan atau keterangan dan/ atau naskah akademik; dan
 daftar nama dan tanda tangan pengusul.
 Ranperda disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada
Bapemperda untuk dilakukan pengkajian (pengharmoni-
sasian, pembulatan, & pemantapan).
 Ranperda yg telah dikaji oleh Bapemperda disampaikan oleh
Pimpinan DPRD kepada semua Anggota DPRD paling
lambat 7 hari sebelum rapat paripurna.
Hasil pengkajian Bapemperda disampaikan oleh Pimpinan
DPRD dlm rapat paripurna, dg agenda:
a. Penjelasan Pengusul;

b. Fraksi dan Anggota DPRD lainnya memberikan pandangan;


dan
c. Jawaban Pengusul atas pandangan Fraksi dan Anggota
DPRD lainnya
Keputusan rapat paripurna berupa:
 persetujuan;

 persetujuan dgn pengubahan; atau

 penolakan.

Jika Keputusan Paripurna persetujuan dengan pengubahan,


DPRD menugaskan komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda
untuk menyempurnakan Ranperda.
Ranperda yg telah disiapkan oleh DPRD disampaikan
dengan surat Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah

Pasal 8 Bila DPRD dan Kepala Daerah


menyampaikan Ranperda yg sama, yg dibahas adalah
Ranperda DPRD dan Ranperda Kepala Daerah sbg
persandingan.

Pasal 9 Ranperda yang berasal dari DPRD atau


Kepala Daerah dibahas oleh DPRD dan Kepala
Daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama.
Pembahasan Ranperda dilakukan melalui:
Pembicaraan tingkat I, meliputi kegiatan:
Dalam hal Ranperda berasal dari Kepala Daerah:
1. Penjelasan Kepala Daerah dalam Rapat Paripurna mengenai Ranperda;
2. Pandangan umum Fraksi terhadap Ranperda; dan
3. Tanggapan dan/atau jawaban Kepala Daerah terhadap pemandangan
umum Fraksi.
Dalam hal Ranperda berasal dari DPRD:
 Penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan
Bapemperda, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat paripurna
mengenai Ranperda;
 Pendapat Kepala Daerah terhadap Ranperda; dan
 Tanggapan dan/atau jawaban Fraksi terhadap pendapat Kepala Daerah.
Pembahasan dalam Rapat Komisi, Gabungan Komisi, atau Panitia Khusus yg
dilakukan bersama dg Kepala Daerah atau pejabat yg ditunjuk untuk mewakili.
Penyampaian pendapat akhir Fraksi dilakukan pada akhir pembahasan antara DPRD
dan Kepala Daerah atau pejabat yg ditunjuk untuk mewakili.
Pembicaraan tingkat II, meliputi kegiatan:

Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului


a.

dengan:
1. penyampaian laporan yang berisi proses pembahasan, pendapat Fraksi, dan hasil
pembicaraan tingkat I oleh pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, atau
pimpinan panitia khusus;
2. permintaan persetujuan secara lisan pimpinan rapat kepada anggota dalam rapat
paripuma; dan
3. pendapat akhir Kepala Daerah.
b. Dlm hal persetujuan secara musyawarah untuk mufakat, tidak
di dapat, maka keputusan berdasarkan suara terbanyak
c. Dalam hal Ranperda tidak mendapat persetujuan bersama
antara DPRD dan Kepala Daerah, Ranperda tersebut tidak dapat
diajukan lagi dlm persidangan DPRD masa sidang itu.
Penarikan Ranperda (Pasal 10)
 Ranperda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh
DPRD dan Kepala Daerah.
 Penarikan kembali rancangan Perda oleh DPRD dilakukan dengan keputusan
Pimpinan DPRD dengan disertai alasan penarikan.
 Penarikan kembali rancangan Perda oleh Kepala Daerah disampaikan dengan
surat Kepala Daerah disertai alasan penarikan.
 Ranperda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah.
 Penarikan kembali rancangan Perda hanya dapat dilakukan
dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh Kepala Daerah.
 Ranperda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada
masa sidang yang sama.
Pasal 11 Penetapan Ranperda Menjadi Perda
Pasal 12 Ranperda RPJP, RPJM, APBD, Pajak
Retribusi Daerah dan RTRW
 Ranperda yg telah disetujui bersama disampaikan
Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah untuk
ditetapkan menjadi Perda.
 Penyampaian Ranperda dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
persetujuan bersama.
 Ranperda tentang RPJP Daerah, RPJM Daerah, APBD,
Perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD, pajak daerah, retribusi daerah, dan tata ruang
daerah dapat diundangkan setelah dilakukan evaluasi
oleh Menteri atau Gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat sesuai kewenangannya.
Pasal 13 Penyempurnaan Ranperda APBD
Pasal 14 Pelibatan Perancang dan Masyarakat
 Hasil Evaluasi atas Ranperda tentang APBD,
Perubahan APBD, dan Pertanggungiawaban APBD,
Ranperda disempumakan oleh Kepala Daerah
bersama dg DPRD melalui Badan Anggaran
 Pemerintah Daerah dan DPRD wajib melibatkan
perancang peraturan perundang-undangan dalam
pembentukan Perda. Pembentukan Perda melibatkan
partisipasi masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. FUNGSI ANGGARAN
 Pasal 15 Fungsi anggaran DPRD diwujudkan dalam
bentuk pembahasan untuk persetujuan bersama
terhadap Ranperda tentang APBD yang diajukan oleh
Kepala Daerah.

 Fungsi anggaran dilaksanakan dengan cara:


 membahas KUA dan PPAS yang disusun oleh Kepala
Daerah berdasarkan RKP Daerah;
 membahas Ranperda tentang APBD;
 membahas Ranperda tentang perubahan APBD; dan
 membahas Ranperda tentang pertanggungiawaban
pelaksanaan APBD.
Pembahasan KUA dan PPAS (Pasal
16)
Pembahasan KUA dan PPAS setelah Kepala Daerah menyampaikan
KUA dan PPAS disertai dengan dokumen.
 Pembahasan Rancangan KUA dilaksanakan oleh Banggar dan Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk disepakati menjadi
KUA.
 KUA menjadi dasar bagi Banggar DPRD bersama TAPD untuk
membahas Rancangan PPAS.
 Banggar melakukan konsultasi dg Komisi untuk memperoleh
masukan program dan kegiatan yang ada dalam Rancangan PPAS
 Pembahasan RKUA, RPPAS, dan konsultasi dengan komisi
dilaksanakan melalui Rapat DPRD.
 KUA dan PPAS yg telah mendapat persetujuan bersama
ditandatangani oleh Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD dlm Rapat
Paripurna.
Pasal 17 Pembahasan Ranperda APBD dan
Perubahan APBD
 Pembahasan Ranperda tentang APBD dilaksanakan oleh
DPRD dan Kepala Daerah setelah Kepala Daerah
menyampaikan Ranperda tentang APBD beserta penjelasan
dan dokumen pendukung.
 Pembahasan Ranperda APBD dibahas Kepala Daerah bersama
DPRD dengan berpedoman pada RKP Daerah, KUA APBD,
dan PPAS untuk mendapat persetujuan bersama.
 Pembahasan Ranperda tentang APBD dilaksanakan oleh
Banggar dan TAPD.

Ketentuan mengenai Pembahasan Ranperda tentang APBD


berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembahasan
Ranperda tentang Perubahan APBD (Pasal 18).
Pasal 19
 Banggar membahas Ranperda tentang Pertanggungiawaban Pelaksanaan APBD.
 Ranperda disampaikan oleh Kepala Daerah dg dilampirkan laporan keuangan yg
telah diperiksa oleh BPK.
 Laporan keuangan paling sedikit meliputi:
 laporan realisasi anggaran;
 laporan perubahan saldo anggaran lebih;
 neraca;
 Iaporan operasional;
 laporan arus kas;
 laporan perubahan ekuitas; dan
 catatan atas laporan keuangan.
 Dalam hal daerah memiliki BUMD, catatan atas laporan keuangan harus dilampiri
dengan ikhtisar laporan keuangan BUMD.
 Pembahasan Ranperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 9.
Pasal 20
Jadwal Pembahasan dan Rapat Paripurna KUA APBD,
PPAS, Ranperda tentang APBD, Ranperda Perda
tentang Perubahan APBD, dan Ranperda tentang
Pertanggungiawaban APBD ditetapkan oleh Badan
Musyawarah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan keuangan daerah.
3. FUNGSI PENGAWASAN
 Pasal 21 ayat (1) dalam bentuk pengawasan terhadap:
a. pelaksanaan Perda dan peraturan Kepala Daerah;
b. pelaksanaan peraturan perundang-undangan lain yg terkait dg
penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan
c. pelaksanaan tindak lanjut LHP BPK.
 Pengawasan dapat dilaksanakan melalui:
a. rapat kerja komisi dengan Pemerintah Daerah;
b. kegiatan kunjungan kerja;
c. rapat dengar pendapat umum; dan
d. Pengaduan masyaralat.
 Fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Bapemperda melalui
kegiatan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan Perda,
Peraturan Kepala Daerah, dan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yg lain.
 Hasil evaluasi dilaporkan kepada Pimpinan DPRD dan
diumumkan dalam Rapat Paripurna DPRD berdasarkan
keputusan Rapat Paripurna dapat meminta klarifikasi atas
temuan LHP BPK. Permintaan klarifikasi disampaikan
melalui surat Pimpinan DPRD kepada BPK
 Pasal 22 Dlm melaksanakan fungsi pengawasan, DPRD dapat
memberikan Rekomendasi terhadap LKPj Kepala Daerah
untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
DPRD Mempunyai Tugas dan Wewenang:
a. membentuk Perda bersama Kepala Daerah;
b. membahas & memberikan persetujuan Ranperda APBD yg diajukan oleh KDH;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD;
memilih KDH dan/atau wakil KDH dalam hal terjadi kekosongan jabatan untuk
d.

meneruskan sisa masa jabatan lebih dari 18 (delapan belas) bulan (Pasal 24-25);
mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur dan wakil gubemur kepada
e.
Presiden melalui Menteri, pengangkatan dan pemberhentian bupati/wali kota dan wakil
bupati/wali kota kepada Menteri melalui Gubernur sbg wakil Pemerintah Pusat u/
mendapatkan pengesahan pengangkatan & pemberhentian;
memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemda terhadap rencana perjanjian
f.

internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan thd rencana kerjasama internasional Pemda (Pasal 26);
h. meminta LKPj Daerah dlm penyelenggaraan pemerintahan daerah;
memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan
i.
pihak ketiga yg membebani masyarakat dan daerah; dan
melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
j.

perundang-undangan.
Pasal 31 Alat Kelengkapan DPRD
Alat kelengkapan DPRD terdiri atas:
a. Pimpinan DPRD;
b. badan musyawarah;
c. komisi;
d. Bapemperda;
e. badan anggaran;
f. badan kehormatan; dan
g. alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk rapat paripurna (panitia khusus yang bersifat tidak
tetap)

Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan DPRD dibantu oleh sekretariat dan
dapat dibantu oleh kelompok pakar atau tim ahli.

Badan musyawarah, komisi, Bapemperda, badan anggaran, dan badan kehormatan dibentuk
oleh DPRD pada awal masajabatan Keanggotaan DPRD. Pembentukan alat kelengkapan
DPRD ditetapkan dengan keputusan DPRD.
BAB V RENCANA KERJA DPRD Pasal 67

 Rencana kerja DPRD disusun berdasarkan usulan


Rencana Kerja Alat Kelengkapan DPRD berupa
Program dan Daftar Kegiatan.
 Pimpinan DPRD menyampaikan rencana Kerja DPRD
kepada sekretaris DPRD untuk dilakukan penyelarasan.
Hasil penyelarasan rencana kerja DPRD disampaikan
kepada Pimpinan DPRD untuk dibahas dan ditetapkan
dalam Rapat Paripurna
 Rencana kerja DPRD yang telah ditetapkan dlm rapat
paripurna menjadi pedoman bagi sekretariat DPRD dalam
menyusun dokumen Rencana dan Anggaran sekretariat
DPRD untuk Anggaran tahun berikutnya. Penetapan
rencana kerja DPRD paling lambat tanggal 30 September
tahun berjalan.
HAK DPRD dan ANGGOTA DPRD (Pasal 69)

DPRD mempunyai hak:


a. Interpelasi;
b. angket; dan
c. menyatakanpendapat.
Anggota DPRD mempunyai hak:
a) mengajukan rancangan Perda;
b) mengajukanpertanyaan;
c) menyampaikan usul dan pendapat;
d) memilih dan dipilih;
e) membela diri;
f) imunitas;
g) mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
h) protokoler; dan
i) keuangan dan administratif.
Pasal 76 Sub Poena DPRD di Hak Angket

 Panitia angket DPRD dalam melakukan penyelidikan dapat memanggil


pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum, atau warga yg dianggap
mengetahui atau patut mengetahui masalah yg diselidiki untuk
memberikan keterangan serta untuk meminta menunjukkan surat atau
dokumen yg berkaitan dengan hal yg sedang diselidiki.
 Pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum, atau warga masyarakat yang
dipanggil wajib memenuhi panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang
sah menurut ketentuan Peraturan perundang-undangan.
 Dalam hal pejabat Pemerintah Daerah, Badan Hukum, atau warga
masyarakat telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak
memenuhi panggilan DPRD dapat memanggil secara paksa dengan
bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
Peraturan perundang-undangan
Pasal 88 Masa Reses
 Masa Reses paling lama 6 (enam) hari dalam 1 (satu)
kali reses bagi DPRD Kabupaten/Kota dan paling lama 8
(delapan) Hari dalam 1 (satu) kali reses bagi DPRD
provinsi.
 Untuk daerah provinsi bercirikan kepulauan dan/atau yg
memiliki kondisi alam yg sulit dijangkau, masa reses dpt
ditambah paling lama 6 (enam) hari dg memperhatikan
efektivitas & efisiensi.
 Sekretaris DPRD mengumumkan agenda reses setiap
Anggota DPRD paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum
masa reses dimulai melalui saluran yg mudah diakses.
Pasal 88 Masa Reses
 Masa reses Anggota DPRD secara perseorangan atau
kelompok dilaksanakan dengan memperhatikan:
a) waktu reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota DPRD provinsi dan
anggota DPRD kabupaten/kota di wilayah provinsi pada daerah pemilihan
yang sama;
b) rencana kerja Pemerintah Daerah;
c) hasil pengawasan DPRD selama masa sidang; dan
d) kebutuhan konsultasi publik dalam pembentukan Perda.
 Anggota DPRD wajib melaporkan hasil pelaksanaan reses kepada
Pimpinan DPRD, paling sedikit memuat: a. waktu dan tempat kegiatan
reses; b. tanggapan, aspirasi dan pengaduan dari masyarakat; dan c.
dokumentasi peserta dan kegiatan pendukung.
 Anggota DPRD yang tidak menyampaikan laporan tidak dapat
melaksanakan reses berikutnya.
Pasal 89 Jenis dan Rapat DPRD
a) Rapat Paripurna;
b) rapat Pimpinan DPRD;
c) rapat Fraksi;
d) rapat konsultasi;
e) rapat badan musyawarah;
f) rapat komisi;
g) rapat gabungan komisi;
h) rapat badan anggaran;
i) rapat Bapemperda;
j) rapat badan kehormatan;
k) rapat panitia khusus;
l) rapat kerja;
m) rapat dengar pendapat; dan
n) rapat dengar pendapat umum.
Hal-hal Baru dlm PP 12/2018
 Berdasarkan Pasal 24 PP No. 12 tahun 2018 harus dimasukkan satu
pasal yang mengatur mekanisme pemilihan KDh dalam hal terjadi
kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan
 Tugas dan wewenang panitia pemilihan, tata cara pemilihan dan
perlengkapan pemilihan, jadwal dan tahapan, penyampaian visi misi,
hak anggota DPRD dalam pemilihan dan larangan serta sanksi bagi
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah atau wakil kepala daerah
yang mengundurkan diri sejak ditetapkan sebagai pasangan calon atau
calon.
 Menyiapkan aturan pemanggilan paksa melibatkan aparat kepolisian
jika mengabaikan pemanggilan
 Perubahan atau pergantian nama komisi-komisi DPRD dari huruf
(Komisi A,B,C dan D) menjadi menjadi angka Komisi (1,2,3 dan 4).
 Reses dan Pokok Pikiran yang diatur lebih rinci
PP No. 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
 Pasal 20 ayat (1) Pengawasan oleh DPRD bersifat kebijakan.
 Pasal 20 ayat (2) Pengawasan oleh DPRD meliputi:
a. pelaksanaan PERDA dan Perkada;

b. pelaksanaan peraturan perundang-undangan yg terkait dg


penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; dan
c. pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan laporan keuangan oleh
BPK.
 Pasal 20 ayat (3) Dalam melaksanakan pengawasan DPRD mempunyai
hak:
a. mendapatkan laporan hasil pemeriksaan BPK;

b. melakukan pembahasan terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK;

c. meminta klarifikasi atas temuan laporan hasil pemeriksaan kepada


BPK; dan
d. meminta kepada BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PP No. 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

 Pasal 20 ayat (4) Pembahasan dan klarifikasi


terhadap laporan hasil pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan hanya dilakukan terhadap
laporan keuangan Pemerintah Daerah yang tidak
memperoleh opini wajar tanpa pengecualian.
 Pasal 20 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
tata cara pengawasan oleh DPRD dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai tata tertib
DPRD.
Optimalisasi Fungsi DPRD
 Penyediaan ahli atau pakar di DPRD menjadi staf
ahli atau dalam bentuk mitra bestari.
 Anggota DPRD harus rajin mengumpulkan
informasi dari masyarakat
 Layanan Informasi dan Masukan Masyarakat
hotline, SMS, dan media sosial
 Menjalin hubungan dengan tokoh informal.
 Dilakukan melalui Reses dan DI LUAR RESES
Langkah-Langkah Optimalisasi
Fungsi DPRD
1. Merumuskan batasan tentang lingkup kerja dan prioritas Kelompok Ahli atau Tim
Ahli (dg bantuan mitra bestari, on call);
2. Peningkatan kapasitas fungsi Pembentukan Perda dan Penyusunan Anggaran.
3. Merumuskan standar akuntabilitas yg baku dlm pengawasan yang dapat diterima
oleh lembaga yang menjadi sasaran dan mitra pengawasannya (dg bantuan mitra
bestari). Standar akuntabilitas yang baku harus dimiliki dan dipahami oleh DPRD,
agar dapat menghindarkan diri dari politisasi fungsi pengawasan dan terhindar dari
dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya;
4. Merumuskan standar atau ukuran yang jelas untuk menentukan sebuah kebijakan
publik dikatakan berhasil, gagal atau menyimpang dari Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) yang telah ditetapkan;
5. Merumuskan rekomendasi serta tindak lanjut dari hasil pengawasan, baik itu pada
tingkat kebijakan, proyek, atau kasus-kasus tertentu. Semua itu harus dirumuskan
dalam Tata Tertib DPRD, sehingga alat kelengkapan dewan yang akan melakukan
fungsi pengawasan memiliki satu pemahaman yang sama meskipun berasal dari
fraksi yang berbeda-beda.
Lembaga Politik, Bukan Teknis
 Karena DPRD adalah lembaga politik, maka dlm
menjalankan Fungsinya DPRD tidak terlalu bersifat teknis,
kecuali dilakukan dlm Rapat yg terkait.
 Sebagai lembaga Politik, DPRD dilengkapi dengan:
 Hak interpelasi maka DPRD dapat meminta keterangan dari kepala
daerah tentang kebijakan yang meresahkan dan berdampak luas
pada kehidupan masyarakat.
 Hak angket dilakukan untuk menyelidiki kebijakan tertentu dari
kepala daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan masyarakat dan diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
 Hak menyatakan pendapat fungsinya berbeda dengan mosi tidak
percaya, karena tidak dapat menjatuhkan kepala daerah, tetapi
hanya berupa pengusulan pemberhentian kepala daerah kepada
presiden
Penutup
 Pertama, Pemahaman tugas, wewenang, dan fungsi DPRD mmelalui
orientasi bagi anggota dewan secara terarah dan berkesinambungan;
 Kedua, DPRD disarankan membentuk peraturan atau pedoman pokok yg
dapat menguatkan posisi DPRD dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, termasuk fungsi pengawasan secara optimal. Untuk hal ini
seyogyanya DPRD menyusun Rencana Strategi (RENSTRA) DPRD
Kabupaten/Kota yang memuat Visi, Misi, Rencana, Program Kegiatan dan
Manual Pedoman menjalankan peran dan fungsinya.
 Ketiga, DPRD disarankan untuk membuka/menyediakan wadah komunikasi
yang setiap saat dapat diakses secara mudah, murah dan luas oleh
masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan informasi kepada DPRD.
 Keempat, anggota DPRD beragam latar belakang. Untuk memperkuat
kemampuan DPRD dlm melaksanakan tugas dan fungsinya, maka perlu tim
ahli atau pakar yang mendukung kinerja DPRD.
 Kelima, karena DPRD lembaga politik, maka tugas dan fungsi DPRD
dijalankan melalui kewenangan dan hak-hak DPRD yang dimilikinya
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai