Anda di halaman 1dari 45

PENDAHULUAN

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang


Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang dimaksud
dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya
disebut RKAKL, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga
(Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran untuk menjadi pedoman
pelaksanaan program dan kegaitan.
Dalam penyusunan RKAKL selain mengacu pada RKP dan Renstra K/L,
penyusunan RKAKL juga harus mengacu pada pagu sementara dan definitif yang
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan, hasil kesepakatan yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga terkait dengan DPR, serta tidak boleh keluar dari tupoksi unit
organisasi kementerian/lembaga yang bersangkutan. Selain itu, banyak rambu-rambu
yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan RKAKL agar tercapai anggaran berbasis
kinerja seperti memperhatikan alur perencanaan dan penganggaran sebagaimana
dicantumkan pada bagian selanjutnya dari booklet ini.
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Visi, Misi, Program Pedoman Pedoman


Renstra- Renja- Rincian

Pemerintah Pusat
Presiden RKA-KL
KL KL APBN
Dijabarkan
Pedoman Acuan

RPJP Pedoman RPJM Dijabarkan Pedoman


RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Acuan Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

Pedoman Dijabarkan Pedoman

Pemerintah Daerah
RPJP RPJM RKP
RAPBD APBD
Daerah Daerah Daerah

Pedoman Acuan
Dijabarkan

Renstra- Pedoman Renja- Pedoman RKA- Rincian


Visi, Misi, Program
Kepala Daerah SKPD SKPD SKPD APBD

UU SPPN
UU KN
DASAR HUKUM
1. UU NO 17/2003 Pasal 14 (1)
Dalam rangka penyusunan RAPBN, menteri/ pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/pengguna barang menyusun RKA-KL
2. UU NO 17/2003 Pasal 14 (2)
RKAKL disusun berdasarkan prestasi kerja / kinerja yang akan dicapai.
3. PP NO 20/2004 Pasal 3 (2)
Program dan kegiatan disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka
pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu
4. PP NO 21/2004 Pasal 4
RKA-KL disusun dengan menggunakan pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah; Penganggaran Terpadu dan Penganggaran Berbasis Kinerja.
5. Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
RKA-KL
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134 /PMK.06/ 2005
Tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
7. Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara K/L
8. Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Definitif K/L
SITEM PERENCANAAN & PENGANGGARAN

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara


mengamanatkan Pemerintah untuk menyusun anggaran dengan pendekatan
anggaran terpadu (unified budget), kerangka pengeluaran jangka
menengah/KPJM (Medium Term Expenditure Framework/MTEF) dan
Penganggaran Berbasis Kinerja/PBK (Perfomance Based Budgeting). Penyusunan
anggaran ini dilakukan dengan menyusun dokumen anggaran yang disebut
"Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)"

1. PENGANGGARAN TERPADU
Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling rnendasar bagi
pelaksanaan elemen reformasi penganggaran lainnya, yaitu Penganggaran
Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
Dengan kata lain bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan kondisi
yang harus terwujud terlebih dahulu.
5 Komponen Pokok Pendekatan Anggaran Terpadu Dalam RKA-KL:
(1.) Satuan Kerja
Penetapan satuan kerja sebagai kuasa pengguna anggaran untuk
melaksanakan semua kegiatan yang ditetapkan menteri/pimpinan
lembaga
(2.) Kegiatan
Setiap satuan kerja minimal mempunyai satu kegiatan dlm rangka
mewujudkan sebagian sasaran program dari unit organisasi
(3.) Keluaran
Kegiatan yang dilaksanakan satuan kerja mempunyai keluaran yang jelas
& tidak tumpang tindih dng keluaran dari kegiatan lain
(4.) Jenis Belanja
Jenis belanja ditetapkan dengan kriteria yang sama untuk semua kegiatan
(5.) Jenis Belanja
Satu dokumen perencanaan, satu dokumen penganggaran dan satu
dokumen pelaksanaan anggaran untuk semua jenis satker dan kegiatan
Diagram Kerangka Ideal Penganggaran Terpadu
DU A L B U DGET U N I FI E D B U D G E T

1 Kepala Kantor (A. Rutin) 1 Kepala Kantor / KPA

Pendekatan Pendekatan
• Program
Sektoral Fungsional • Program
• Kegiatan
Kegiatan Kelembagaan • Kegiatan
- Kegiatan Dasar
- Kegiatan Penunjang - Kegiatan Dasar
 Pembayaran Gaji
 Ops. Kantor & Pemeliharaan
Pimpinan Proyek (A. Pemb)
- Kegiatan Penunjang
2 2  Priorotas Nasional
• Program  Penunjang
- Proyek – Prioritas Nasional

• MAK Anggaran Rutin


- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Belanja Lain MAK: tida ada tumpang tindih penggunaan
- Belanja Perjalanan antara satu MAK dengan yang lainnya

• Mak Anggaran Pembangunan


- Belanja Modal
Penerapan Penganggaran Terpadu (unified budget) diharapkan dapat
mewujudkan:
(1) Satuan kerja sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang
bertanggung jawab terhadap asset dan kewajiban yang dimilikinya;
(2) Alokasi dana untuk kegiatan dasar/operasional organisasi
mendukung kegiatan penunjang dan prioritas dalam rangka
pelaksanaan fungsi, program dan kegiatan satuan kerja yang
bersangkutan;
(3) Adanya akun yang standar (dahulu dikenal sebagai mata anggaran
keluaran) untuk satu jenis belanja dipastikan tidak ada duplikasi
penggunaannya, sehingga satu jenis belanja hanya untuk satu jenis
pengeluaran tertentu.

2. PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA


Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan anggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Sesuai Pasal 7 PP Nomor 21
tahun 2004 kementerian negara/lembaga diharuskan menyusun
anggaran dengan mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya dan
evaluasi kinerja. lndikator kinerja (performance indicators) dan sasaran
(targets) merupakan bagian dari pengembangan sistem penganggaran
berdasarkan kinerja. Penerapan penganggaran berbasis kinerja akan
mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan.
Sistem ini terutama berusaha untuk menghubungkan antara keluaran
(outputs) dengan hasil (outcomes) yang disertai dengan penekanan
terhadap efektifitas dan efisiensi terhadap anggaran yang dialokasikan.
Secara lebih rinci maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja
adalah :
Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (ouput) dan dampak
(outcome) atas alokasi belanja (input) yang ditetapkan;
Disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam
satu tahun anggaran;
Program dan kegiatan disusun berdasarkan renstra kementerian
negara/lembaga.
Penerapan penganggaran berbasis kinerja tersebut akan tercermin
dalam dokumen anggaran (RKA-KL). Secara substansi RKA-KL
menyatakan informasi kebijakan beserta dampak alokasi anggarannya.
lnformasi yang dinyatakan dalam RKA-KL antara lain berupa :
Kebijakan dan hasil yang diharapkan dari suatu program.
Kondisi yang diinginkan untuk mencapai sasaran program berupa
output dan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan dan keluarannya beserta masukan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan.
5 Komponen Pokok Pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja Dalam
RKA-KL:
(1.) Satuan Kerja
Satuan kerja sebagai penangung jawab pencapaian keluaran/output
kegiatan/ subkegiatan
(2.) Kegiatan
Rangkaian tindakan yang dilaksanakan satuan kerja sesuai dengan
tugas pokoknya untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan
(3.) Keluaran
Satuan kerja mempunyai keluaran yang jelas & terukur sebagai
akibat dari pelaksanaan kegiatan
(4.) Standar Biaya
Perhitungan anggaran didasarkan pada standar biaya (bersifat
umum dan bersifat khusus)
(5.) Jenis Belanja
Pembebanan anggaran pada jenis belanja yang sesuai
3. PENGANGGARAN DALAM KERANGKA PENGELUARAN JANGKA
MENENGAH
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan
implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dengan
mempertimbangkan implikasi biaya pada tahun berikutnya yang dinyatakan
sebagai prakiraan maju.
Tujuan dari pendekatan ini adalah agar disiplin fiskal bisa berjalan secara
berkelanjutan karena ketika Kementerian/Lembaga mengajukan usulan
anggaran untuk membiayai program dan kegaitan dalam tahun anggaran yang
direncanakan dan menyampaikan prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
Dalam penyusunan RKA-KL dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka
menengah, kementerian negara/lembaga perlu menyelaraskan
kegiatan/program yang disusun dengan RPJM Nasional dan Renstra
kementerian negara/lembaga, yang pada tahap sebelumnya menjadi acuan
dalam menyusun RKP dan Renja-KL.
Secara umum konsepsi dasar KPJM dalam RKAKL dapat digambarkan dalam
diagram sebagai berikut:
Diagram Sistem Perencanaan dan Penganggaran

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


(R P J P) U Visi
Nasional
n
1) t
u
RPJM 2) Renstra KL 3) KPJM k

1) 3)
M
5)
e
n
RKA-KL
RKP 2) RK - KL 4) c Visi
(APBN)
a Presiden
p
a
Program 1) Kegiatan 5) Output 5) Outcome i

"Performance-based budget"

1) Dijabarkan 2) Dirangkum 3) Indikasi Pendanaan 4) Kepastian pendanaan 5) Menghasilkan 6) Proyeksi ke Depan


UU APBN 5
4
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Usulan
Anggaran
RKA
UU RAPBN
APBN
1 8 7 2 KEMENTERIAN
TEKNIS

Pokok kebijakan
Fiskal & kerangka Kebijakan Umum &
Prioritas Anggaran SURAT
Ekonomi makro
EDARAN

KEMENTRIAN KEUANGAN Usulan


3
Anggaran
6
Lingkar Koordinasi Perencanaan Dep. Agama

1. Ditjen Bimas Islam Kanwil


Ditjen Penyeleng. 2. Ditjen Bimas Kristen ITJEN Dep.Agama
I Haji & Umrah Provinsi
3. Ditjen Bimas Katolik
N 4. Ditjen Bimas Hindu
T 5. Ditjen Bimas Budha
Ditjen Pendidikan UIN, IAIN,
E Islam STAIN, STAKN,
R STAHN, IHDN
N
A Badan Litbang Balai Diklat &
L & Diklat Balai Litbang

Setjen/ KPPN
Biro Perencanaan
E
K DPR (Komisi VIII,
BAPPENAS Komisi X
S
& Panja Anggaran)
T 1. MENKOKESRA dan DPD
E 2. DEPDIKNAS
R 3. DEPKES
Badan Pusat 4. PEMDA (PERDA) DEPKEU :
N Statistik (BPS) 5. BKKBN DJAPK & DJPB
A 6. MENEG PP
L 7. BNN
8. MENEG. PDT
SISTEM PENGANGGARAN K/L TAHUN 2008
PENDEKATAN KEBIJAKAN 2008 PENYUSUNAN RKA-KL TH 2008

MENYEMPURNAKAN:
MENYEMPURNAKAN KRITERIA JENIS BELANJA
ANGGARAN
PELAKSANAAN KRITERIA SATUAN KERJA
TERPADU ANGGARAN TERPADU NON STRUKTURAL K/L DI DAERAH
ALOKASI DANA DARI SUMBER PHLN & PNBP

PILOT PROYEK KPJM PADA BEBERAPA K/L


PILOT PROYEK
KPJM KPJM
MENYEMPURNAKAN FORMAT RKA-KL
UNTUK PELAKSANAAN KPJM

PENETAPAN KEGIATAN SESUAI TUPOKSI


ANGGARAN TAHAP I PELAKSANAAN PENETAPAN OUTPUT & OUTCOME
KINERJA ANGGARAN KINERJA PEMAKAIAN STANDAR BIAYA UMUM DAN
STANDAR BIAYA KHUSUS

FORMAT RKA-KL 2008 : TERDIRI DARI 13 FORMULIR

MEMUAT ANGGARAN SATKER 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5

MEMUAT ANGGARAN UNIT ES I 2.1 2.2 2.3 2.4

3.1 3.2 3.3 3.4


MEMUAT ANGGARAN K/L
DOKUMEN PENGANGGARAN
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga (RKA-KL)

FORMAT RKA-KL
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
2.1 2.2 2.3 2.4
3.1 3.2 3.3 3.4

KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN


KELUARAN PRAKIRAAN JENIS BELANJA PENDAPATAN JENIS BELANJA
VOLUME MAJU RINCIAN PER
MEMUAT BIAYA
KELUARAN MATA ANGGARAN
OUTPUT
KPJM
ANGGARAN MEMUAT BIAYA
ANGARAN
KINERJA INPUT
TERPADU
ANGGARAN
ANGGARAN
KINERJA
KINERJA
DASAR-DASAR PENGALOKASIAN ANGGARAN

Visi dan Misi kementerian negara/lembaga.


Skala Prioritas.
RKA-KL disusun berdasarkan skala prioritas dengan mengacu pada:
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) hasil pembahasan dengan DPR
Pagu Sementara/Pagu Definitif
Hasil Kesepakatan DPR dengan kementerian negara/lembaga
Tupoksi unit organisasi kementerian negara/lembaga
Pengalokasian anggaran ke dalam kegiatan/subkegiatan dalam RKA-KL tidak
dapat mengakibatkan :
Pergeseran anggaran antar program
Pengurangan belanja mengikat
Perubahan pagu sumber pendanaan/ sumber pembiayaan
(RM/PLN/HLN/PNBP) yang ditetapkan dalam Surat Edaran Menteri
Keuangan tentang Pagu Sementara.
Perhitungan alokasi biaya didasarkan pada indeks satuan biaya yang
ditetapkan.
PRIORITAS DALAM PENYUSUNAN RKA-KL
1. Program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran Priotitas
Pembangunan Nasional dan/atau Prioritas Kementerian
Negara/Lembaga.
2. Kebutuhan anggaran yang bersifat mengikat
3. Kebutuhan dana Pendamping untuk kegiatan-kegiatan yang
anggarannya bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri.
4. Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak
(multi years).
5. Penyediaan dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan percepatan
pemulihan pasca konflik dan pasca bencana di berbagai daerah.
6. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri termasuk kendaraan
bermotor
COST OF
ACTIVITY

DETAIL OF HOW WAY,METHOD,E


COST MUCH FFORT TO
ACTIVITY HOW IMPLEMENT

MEANING,
ACTIVITY, WHAT WHERE
OUTPUT
LOCATION OF
ACTIVITY

REASONS
RELATED TO
WHY WHEN
PROGRAM
WHO CERTAIN TIME
SUBJECT STARTED &
SUBJECT ENDED, HOW
PERFORMING RECEIVING
ACTIVITY LONG
BENEFIT
UNIT ORG

OUTPUT

JENIS
BELANJA
(INPUT)

NATIONAL
GOALS
Keterangan:

FUNGSI
SUBFUNGSI
PROGRAM K/L
KEGIATAN
SUBKEGIATAN
Program dalam RKA-KL dikelompokkan ke dalam:

Program Prioritas (Nasional), yaitu program-program yang ditetapkan


Pemerintah dalam RKP sebagai prioritas pembangunan yang difokuskan
pada upaya penyelesaian masalah mendesak dan berdampak luas bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat, keadaan yang lebih aman, adil dan
demokratis. Program prioritas nasional tersebut dijabarkan lebih lanjut
dalam kegiatan-kegiatan prioritas.

Program Penunjang, yaitu semua program yang dilaksanakan oleh


kementerian/lembaga, kecuali yang telah ditetapkan sebagai program
prioritas nasional. Program penunjang dijabarkan lebih lanjut dalam
kegiatan penunjang.
DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2008 MELAKSANAKAN 5 FUNGSI
YANG TERDIRI DARI 21 PROGRAM

Fungsi Pelayanan Umum 6 Program

Fungsi Pariwisata dan Budaya 1 Program

Fungsi Agama 5 Program

Fungsi Pendidikan 8 Program

Fungsi Perlindungan Sosial 1 Program


5 Fungsi dan 21 Program pada Departemen Agama
I. FUNGSI PELAYANAN UMUM
1. Program Penerapan Pemerintahan Yang Baik
2. Program Peningkatan Pengawasan Dan Akuntabilitas Aparatur
Negara
3. Program Penataan Kelembagaan Dan Ketatalaksanaan
4. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur
5. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
6. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Negara
II. FUNGSI PARIWISATA DAN BUDAYA
7. Program Pembinaan Dan Peningkatan Partisipasi Pemuda
III. FUNGSI AGAMA
8. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
9. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan Dan
Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan
10. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama
11. Program Penelitian Dan Pengembangan Agama
12. Program Pengembangan Lembaga-Lembaga Sosial Keagamaan Dan
Lembaga Pendidikan Keagamaan
IV. FUNGSI PENDIDIKAN
13. Program Pendidikan Anak Usia Dini
14. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
15. Program Pendidikan Menengah
16. Program Pendidikan Non Formal
17. Program Pendidikan Tinggi
18. Program Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan
19. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
20. Program Peningkatan Pendidikan Agama Dan Keagamaan
V. FUNGSI PERLINDUNGAN SOSIAL
21. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Dan
Anak
PENGELOLAAN GAJI,
TUNJANGAN DAN HONORARIUM

KEGIATAN PENYELESAIAN LANGGANAN


DASAR
DAYA DAN JASA
PERAWATAN SARANA
PRASARANA
KEGIATAN
KEGIATAN
PRIORITAS
KEGIATAN
TUPOKSI
KEGIATAN
PENUNJANG
Untuk mendukung kecepatan dan kelancaran penganggaran dan pelaksanaan anggaran satker pusat
dapat berupa Unit eselon II, sepanjang memenuhi salah satu atau lebih syarat sbb:
Lokasi satker berada pada prop/kab/kota yang berbeda dengan kantor pusatnya.
Karakteristik tugas/kegiatan satker yang komplek.
Volume kegiatan dengan anggaran yang relatif besar
SATKER

KEGIATAN DASAR
GAJI & TUNJANGAN YANG
MELEKAT PADA GAJI
LANGGANAN DAYA DAN JASA
PEMELIHARAAN SARANA DAN
PRASARANA KANTOR
DIDANAI DARI BELANJA
MENGIKAT

KEGIATAN TUPOKSI (KEGIATAN PRIORITAS & KEGIATAN


PENUNJANG)
UNTUK MENCAPAI OUTPUT YANG MENJADI TANGGUNGJAWABNYA
UNTUK MENDUKUNG MEWUJUDKAN SASARAN PROGRAM
DIDANAI DARI BELANJA TIDAK MENGIKAT
PENGELUARAN UNTUK KOMPENSSI DALAM BENTUK UANG YANG
BELANJA PEGAWAI DIBERIKAN KEPADA PEGAWAI PEMERINTAH YANG BERTUGAS
DIDALAM MAUPUN DILUAR NEGERI SEBAGI IMBALAN
ATASPEKERJAAN YANG TELAH DILAKSANAKAN
PENGELUARAN UNTUK PENGADAAN BARANG/JASA YANG HABIS
BELANJA BARANG
PAKAI UNTUK MEMPRODUKSI BARANG/JASA TERTENTU
PENGELUARAN YANG DIPAKAI UNTUK PEMBENTUKAN MODAL
BELANJA MODAL YANG SIFATNYA MENAMBAH ASET PEMERINTAH

PENGELUARAN UNTUK TRANSFER UANG ATAU BARANG YANG


BANTUAN SOSIAL DIBERIKAN KEPADA MASYARAKAT GUNA MELINDUNGI DARI
KEMUNGKINAN TERJADINYA RESIKO SOSIAL TERTENTU
PENGELUARAN UNT TRANSFER YANG SIFATNYA TIDAK WAJIB
HIBAH KEPADA NEGARA LAIN ATAU ORGANISASI INTERNASIONAL
PENGELUARAN YG DIBAYARKAN KEPADA PERUSAHAAN
NEGARA/SWASTA/LEMBAGA TERTENTU YG MEMPRODUKSI DAN
SUBSIDI MENJUAL BARANG/JASA AGAR HARGA BARANG/JASA YANG
DIPRODUKSI DPT DIJANGKAU MASYARAKAT
CICILAN/BUNGA PENGELUARAN UNTUK PEMBAYARAN ATAS KEWAJIBAN
UTANG PENGGUNAAN UTANG BAIK DALAM MAUPUN LUAR NEGERI
PENGELUARAN UNTUK BELANJA PEMERINTAH YANG TIDAK DAPAT
BELANJA LAIN-LAIN DIKLASIFIKASIKAN MENURUT JENIS BELANJA TERSEBUT
SEBELUMNYA
SATKER

KEGIATAN SWAKELOLA
ANGGARAN DIBEBANKAN PADA
BEBERAPA JENIS BELANJA,
SESUAI DENGAN KOMPONEN-
KOMPONENNYA
CONTOH : DIKLAT FUNGSIONAL
HONORARIUM MASUK BELANJA
PEGAWAI, PERJALANAN MASUK
BELANJA BARANG

KEGIATAN KONTRAKTUAL
ANGGARAN DIBEBANKAN PADA SATU JENIS BELANJA YANG
SESUAI
CONTOH : DIKLAT FUNGSIONAL MASUK BELANJA BARANG
KOMPONEN STANDAR BIAYA Pengelola Keu

Pengadaan B&J

Tim Teknis Keg.


HONORARIUM
Tim Fungsional

S.B. UANG LEMBUR

UMUM PERJALANAN
Dalam Negeri

Luar Negeri

STANDAR KEGIATAN UMUM ATK

BIAYA BARANG & JASA Bahan M

Barang lainnya

S.B. BARANG & JASA Perawatan Aset

KHUSUS KEG. KHUSUS Sewa

Jasa lainnya
2. 3. 4.
1. PENY. RENCANA OLEH RAKOR/KONSULTASI
TELAAHAN KEBIJAKAN OLEH SATKER PUSAT, INSTANSI RAKOR INTERNAL SATKER PENYUSUNAN PAGU PRA
SATKER PUSAT, INSTANSI VERTIKAL DAN UPT SBG PUSAT, INSTANSI VERTIKAL INDIKATIF OLEH SATKER
BAHAN PERSIAPAN PAGU PRA DAN UPT SBG BAHAN PAGU PUSAT, INSTANSI VERTIKAL &
VERTIKAL DAN UPT PRA INDIKATIF
INDIKATIF UPT SBG BAHAN RENJA-KL
(Minggu I Januari) (Minggu II Januari) (Minggu III Januari) (Minggu IV Januari)

5.
13. PENYAMPAIAN USULAN PAGU
PEMBAHASAN DAN INDIKATIF OLEH MENAG KPD
MENEG PPN/KA BAPPENAS,
PENERBITAN DIPA DENGAN
MENKEU DAN DPR
DJPB (Minggu I Pebruari)
(Minggu I Oktober)

6.
PENYUSUNAN DAN
12. PENGALOKASIAN PAGU
PENYEMPURNAAN DAN INDIKATIF OLEH SEKJEN KPD
PENELAHAAN RKA-KL DENGAN SATKER PUSAT, INSTANSI
DPR VERTIKAL DAN UPT
(Minggu I – III Maret)
(Minggu IV Juni-Sept)

7.
11. PEMBICARAAN PENDAHULUAN
PEMBICARAAN PAGU INDIKATIF MENEG
PPN/KA BAPPENAS, MENKEU
PENDAHULUAN RKA-KL DAN DPR
DENGAN DPR (Minggu IV Maret)
(Minggu III – IV Juni)

9. 8.
10. PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN PAGU
PENYAMPAIN RKA-KL KE PAGU SEMENTARA OLEH SATKER SEMENTARA OLEH SEKJEN
DAN PENYERAHAN KPD
BAPPENAS, DJA DAN DPR PUSAT, INSTANSI VERTIKAL DAN SATKER PUSAT, INSTANSI
(Minggu III Juni) UPT, DJA VERTIKAL DAN UPT.
(Minggu II – III Juni) (Minggu I - II Juni)

Ctt: Siklus dan jadwal di atas sewaktu-waktu dapat berubah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
ketetapan atau perundangan yang berlaku kemudian
Penyusunan
Dokumen
Penyusunan

Anggaran
RKAKL Pembahasan
RKAKL
Januari Kementerian
Penyusunan Oktober November
Teknis

RAPBN
Pemerintah

Pembahasan
RKAKL RUU-APBN
RKP
PERRES
(DJAPK)
Depkeu

RKAP/ RINCIAN
RAPBN APBN

SAPSK
RUU UU
APBN APBN
DPR

Panitia
Anggaran
Komisi
Sektoral
UNIT
WAKTU
K/L DJAPK SEKKAB DJPBN

RKA-KL YG PENELAAHAN
DISEPAKATI RKA-KL
JULI DPR

HIMPUNAN
AGUSTUS RKA-KL

SEPTEMBER
PENELAAHAN
RKA-KL
OKTOBER PENYESUAIAN
RKA-KL DNG
PAGU DEFINITIF PENYUSUNAN
RINCIAN APBN
PENETAPAN
NOVEMBER PERPRES
KONSEP
PERPRES
PERPRES
SAPSK RABPP PENGESAHAN
KONSEP
DESEMBER DIPA
DIPA
D
D II P
PAA
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan
anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi
sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung
kegiatan akuntansi pemerintah.
DIPA memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran.
DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali, pelaksanaan, pelaporan,
pengawasan, dan sekaligus merupakan perangkat akuntansi pemerintah.
Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh
dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Berlaku Azas satu DIPA satu Satker, dikecualikan untuk Depag, Kejagung,
Dep.Hukum dan HAM, Depkeu, Dephankam, Kepolisian Republik Indonesia,
dan BPN satu DIPA dapat untuk beberapa satker.
Bahan Penyusunan Konsep DIPA

1. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-KL) Kementerian


Negara/Lembaga yang telah disetujui DPR, sebagai dasar
penyusunan rincian kegiatan dan anggaran yang dituangkan
dalam DIPA.
2. Undang-Undang APBN.
3. Peraturan Presiden mengenai rincian APBN sebagai dasar alokasi
anggaran.
4. Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk satuan kerja yang
Konsep DIPA-nya ditelaah di daerah.
PENELAAHAN DAN PENGESAHAN DIPA
Penelaahan DIPA
adalah proses pencocokan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan/Kanwil DJPB antara Konsep DIPA yang diajukan
Kementerian/Lembaga / satker dengan Perpre tentang Rincian APBN/SRAA (menurut
organisasi, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, sub kegiatan, jenis belanja, serta
lokasi kegiatan / sub kegiatan).

Penetapan SRAA
Untuk keperluan pengesahan DIPA di daerah, Ditjen Perbendaharaan menetapkan
Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) sebagai dasar penelaahan di Kantor Wilayah
Ditjen Perbendaharaan.

DIPA Sementara
Dalam hal Kementerian negara/lembaga/ satker tidak menyampaikan Konsep DIPA
sampai dengan tanggal yang telah ditetapkan, maka Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan menyusun Konsep DIPA Sementara dan mengesahkan DIPA
Sementara berdasarkan Perpres tentang Rincian APBN.
DJA SATKER DJPB

UU APBN UU APBN

PERPRES PERPRES

UU APBN

PERPRES SP
CHECK DIPA

KONSEP KONSEP
DIPA DIPA

DIPA
PENETAPAN TANGGAL SURAT PENGESAHAN DIPA (SP-DIPA)
1. Penetapan SP-DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB
adalah tanggal 31 Desember dan berlaku sejak tanggal 1 Januari s.d. 31 Desember.
2. Penetapan SP-DIPA APP oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan sesuai dengan
tanggal saat pengesahan DIPA.
PENYAMPAIAN DIPA
DIPA yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kanwil DJPB,
disampaikan kepada :
1. Menteri/Ketua Lembaga;
2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Gubernur Propinsi;
4. Direktur Jenderal Anggaran;
5. Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q Direktur Akuntansi dan Pelaporan serta Kepala
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan terkait, beserta arsip data komputernya(DIPA
Pusat);
6. Direktur Jenderal Perbendaharaan cq. Dit. PA dan Dit. IA, beserta arsip data
komputernya (DIPA Daerah);
7. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara bersangkutan, beserta arsip data
komputernya.
Penyusunan Penelahaan
DIPA n DIPA
Kementerian Oktober November Desember
Teknis

Pengesahan
KONSEP DIPA
DIPA
Pemerintah

DIPA/
(DJPBN) (DJAPK)

SRAA DIPA
DIPA revisi
Depkeu

KEPRES
RINCIAN
APBN Re-check
UU
APBN SAPSK
DPR

Penyusunan
Dokumen
Anggaran
Penyusunan Penelahaann Tahun
DIPA DIPA Pelaksanaan
November December anggaran
Kementerian KONSEP MENTERI
Teknis

DIPA
Pemerintah

TEKNIS SATKER

KONSEP
DIPA
(DJPBN)
Depkeu

DIPA
KPPN

Pengesahan
DIPA
DPR

Penyusunan BPK
Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
DEFINISI-DEFINISI
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
DPR.
Menteri Keuangan adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan
negara.
Kementerian Keuangan adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri yang
bertanggung jawab di bidang keuangan negara.
Menteri Perencanaan adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang
perencanaan pembangunan nasional (dalam hal ini adalah Bappenas).
Kementerian Perencanaan adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri yang
bertanggung jawab di bidang perencanaan pembangunan nasional.
Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan RI yang dipimpin oleh
menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu.
Lembaga Negara adalah organisasi nonkementerian negara dan instansi lain
pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
UUD 45 dan peraturan perundang-undangan.
Unit Organisasi adalah bagian dari suatu kementerian negara/lembaga yang
bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu program.
Satuan Kerja adalah adalah bagian dari suatu unit organisasi pada kementerian
negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.
Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk
mencapai tujuan.
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemeritahan di bidang tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.
Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau masyarakat yang dikordinasikan
oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
dengan mengerahkan segala sumber daya (personil, teknologi,dana,dll) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang dan jasa.
Sub kegiatan adalah bagian dari kegiatan, timbulnya sub kegiatan ini sebagi
kosekuensi adanya perbedaan jenis dan satuan keluaran.
Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA KL) adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian
negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari RKP dan rencana strategis
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta pagu
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.
Pagu Indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada KL untuk
setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja
Kementerian/Lembaga.
Pagu Sementara merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum
dan prioritas anggaran hasil pembahasan Pemerintah Pusat dengan DPR sebagai
acuan dalam penyusunan RKA KL.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan DIPA) adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja yang disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPb atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi
sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan.
Kanwil DJPb adalah instansi vertikal DJPb dan bertanggung jawab kepada Dirjen
Perbendaharaan.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah instansi vertikal DJPb yang
berada dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah DJPb.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) adalah Menteri/Pimpinan
Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai