Anda di halaman 1dari 73

ARAH KEBIJAKAN

PENYUSUNAN APBD TA 2024


Berdasarkan Permendagri Nomor 15 Tahun 2023
KEBIJAKAN UMUM DAN STRUKTUR APBD
FUNGSI BINWAS KEMENDAGRI
Pasal 373
(1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan
Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan umum penyelenggaraan pemda secara nasional
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Menjamin keberlangsungan pelayanan & pemberdayaan masyarkat,
ayat (1) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri. pembangunan daerah, demokrasi, penegakan hukum dan kesatuan
bangsa
Pasal 374 POROS Pemerintahan &
(1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Politik Dalam Negeri
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373 ayat (1) Berlandaskan Penjabaran Visi, Misi, dan Program sesuai dgn agenda
dilaksanakan oleh Menteri, menteri teknis, dan kepala prioritas kerja Presiden dan Wakil Presiden. Penjabaran Program
lembaga pemerintah nonkementerian. Operasional KEMENDAGRI, Koordinasi antar K/L secara terpadu
(2) Menteri melakukan pembinaan yang bersifat umum meliputi:
a. pembagian Urusan Pemerintahan;
b. kelembagaan Daerah;
c. kepegawaian pada Perangkat Daerah; Komitmen bersama dan partisipasi melaksanakan program secara
d. keuangan Daerah; efektif, efisien, bersih berwibawa dlm rangka memperkokoh NKRI
e. pembangunan Daerah; SASARAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG
f. pelayanan publik di Daerah; BERSIH, EFEKTIF DAN DEMOKRATIS
g. kerja sama Daerah;
h. kebijakan Daerah; Gubernur, Bupati & Wali Kota mengelola dan memecahkan berbagai
i. kepala Daerah dan DPRD; dan isu strategis
j. bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagai akibat dari penyerahan
urusan pemerintahan yang dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Dalam rangka penyusunan APBD, pemerintah menyusun Pedoman Penyusunan APBD


setiap tahun yang memuat :
• sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dengan kebijakan pemerintah pusat,
• prinsip penyusunan APBD,
• kebijakan penyusunan APBD,
• teknis penyusunan APBD, dan
• hal khusus lainnya.
LANDASAN HUKUM
‘’melaksanakan ketentuan Pasal 308 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 89 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah’’

 Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah
BATANG TUBUH Pasal 3
• Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 berdasarkan kebijakan umum anggaran dan prioritas serta
plafon anggaran sementara berupa target dan kinerja program, kegiatan dan subkegiatan yang
tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
1 2
• Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 dilakukan melalui sistem informasi pemerintahan daerah
sinkronisasi kebijakan Prinsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah Penyusunan APBD
dengan kebijakan
pemerintah pusat Pasal 4
• APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.
3 • APBD disusun berdasarkan klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur sesuai urusan
pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan dan subkegiatan yang diuraikan
Kebijakan masing-masing ke dalam akun pendapatan, belanja dan pembiayaan serta dijabarkan ke
Penyusunan APBD dalam kelompok, jenis, objek, rincian objek, subrincian objek pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4 5 Pasal 5
Teknis Hal-Hal Khusus Lainnya Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2024 untuk:
penyusunan APBD • mengelola belanja secara efektif, efisien, dan fokus terhadap capaian target pelayanan publik;
• mengutamakan penggunaan alokasi anggaran melalui rasionalisasi belanja daerah yang belum
menjadi prioritas guna meningkatkan kualitas keluaran belanja daerah; dan
• mengalokasikan anggaran yang memadai guna percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tema RKP & KEM PPKF Tahun 2024
“Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi
Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”
fokus pembangunan diarahkan kepada:
1. pengurangan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem;
2. peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan;
3. revitalisasi industri dan penguatan riset terapan;
4. penguatan daya saing usaha;
5. pembangunan rendah karbon dan transisi energi;
6. percepatan pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas;
7. percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN); dan
8. pelaksanaan pemilihan umum Tahun 2024

fokus kebijakan fiskal nasional difokuskan pada :


1. penghapusan kemiskinan ekstrem melalui pengurangan beban
pengeluaran masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat, dan
peningkatan akses infrastruktur dasar;
2. penurunan stunting;
3. pengendalian inflasi; dan
4. peningkatan investasi.
5. Selain itu untuk mempercepat akselerasi transformasi ekonomi maka
dalam jangka menengah Pemerintah juga mendorong untuk terus
dilakukan penguatan kualitas SDM, pembangunan infrastruktur, dan
peningkatan nilai tambah SDA.
PRINSIP PENYUSUNAN APBD
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah;
2. APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi;
3. APBD disusun dengan berpedoman pada KUA dan PPAS yang didasarkan pada RKPD
4. APBD disusun tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
5. APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan daerah
dan pengeluaran daerah;

6. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,


dan stabilisasi;
7. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan Perda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. APBD dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, partisipatif dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk
masyarakat dan taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan;
9. APBD merupakan dasar Pengelolaan Keuangan Daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran.
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
• APBD dalam satu tahun anggaran meliputi: • Klasifikasi APBD dalam rancangan Perda tentang APBD dirinci menurut
1. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan urusan pemerintahan daerah, bidang urusan, organisasi, program,
bersih; kegiatan, sub kegiatan, akun, kelompok, dan jenis pendapatan, belanja,
2. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai dan pembiayaan;
kekayaan bersih; dan • Klasifikasi APBD dalam rancangan Peraturan Kepala Daerah (Perkada)
3. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang tentang penjabaran APBD dirinci menurut urusan pemerintahan
akan diterima kembali, pada tahun anggaran yang bersangkutan atau daerah, bidang urusan, organisasi, program, kegiatan, sub kegiatan,
pada tahun anggaran berikutnya. akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub rincian objek
pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
• Penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam bentuk uang harus • Klasifikasi APBD mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
dicantumkan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD; undangan mengenai Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
• Penerimaan Daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah serta
Penerimaan Daerah yang terukur secara rasional yang dapat dicapai pemutakhirannya;
untuk setiap sumber Penerimaan Daerah dan berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Pengeluaran Daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana
Pengeluaran Daerah sesuai dengan kepastian tersedianya dana atas
Penerimaan Daerah dalam jumlah yang cukup;
• Setiap Pengeluaran Daerah harus memiliki dasar hukum yang
melandasinya;
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
Belanja Daerah
Belanja daerah harus mendukung target capaian Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2024 sesuai dengan kewenangan masing-masing tingkatan Pemerintah
Daerah, kemampuan pendapatan daerah, dan fokus pada pencapaian target pelayanan publik
Belanja daerah dalam rangka mendukung percepatan transformasi ekonomi • pengendalian inflasi antara lain:
paling sedikit meliputi: 1) Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan strategis.
• penghapusan kemiskinan ekstrem antara lain: 2) Pengendalian laju alih fungsi lahan.
1) Pengurangan Beban Pengeluaran Masyarakat. 3) Pemberian bantuan sektor pertanian yang tepat sasaran.
2) Peningkatan Pendapatan Masyarakat. 4) Penguatan tata kelola logistik daerah.
3) Penurunan jumlah kantong-kantong kemiskinan. 5) Pengawasan harga dan operasi pasar.
• penurunan stunting antara lain: • peningkatan investasi antara lain:
1) Kegiatan yang mendukung intervensi gizi spesifik seperti pemberian 1) Kemudahan usaha dan investasi melalui penguatan sistem Online Single
suplemen dan makanan tambahan bagi ibu hamil, bayi dan balita. Submission (OSS).
2) Kegiatan yang mendukung intervensi gizi sensitive seperti 2) Mendukung penguatan konektivitas dan kualitas sumber daya manusia.
penyediaan akses air minum layak, akses sanitasi layak, akses • penguatan kualitas Sumber Daya Manusia;
layanan kesehatan dan keluarga berencana dan pendampingan • pembangunan infrastruktur; dan
keluarga rawan stunting. • peningkatan nilai tambah Sumber Daya Alam (SDA
3) Kegiatan pendukung penanganan stunting, seperti kegiatan fasilitasi Pemerintah Daerah menetapkan target capaian kinerja program, kegiatan dan
penataan dan pemberdayaan kelembagaan. Dengan memprioritaskan
sub kegiatan yang konkrit dan tidak absurd untuk belanja daerah, dengan
belanja utamanya untuk kegiatan yang mendukung pemberian
tetap memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
makanan tambahan dan suplemen gizi terutama untuk ibu hamil, bayi
dan balita.
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab.
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
• Standar harga satuan berfungsi sebagai:
Belanja Daerah 1) batas tertinggi yang besarannya tidak dapat dilampaui dalam
berpedoman pada standar harga satuan, analisis standar belanja penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
dan/atau standar teknis sesuai dengan ketentuan peraturan Daerah (RKA-SKPD);
perundang-undangan antara lain: 2) referensi penyusunan proyeksi prakiraan maju; dan
1) Belanja Daerah Standar harga satuan untuk belanja daerah disusun 3) bahan penghitungan pagu indikatif APBD.
berdasarkan Standar Harga Satuan Regional (SHSR) dan standar harga
satuan selain yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang- • Dalam pelaksanaan anggaran, standar harga satuan yang ditetapkan dengan
undangan mengenai SHSR ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Perkada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
memperhatikan prinsip kebutuhan, efisiensi, efektivitas, kepatutan, dan merupakan:
kewajaran serta diimplementasikan dalam aplikasi Sistem Informasi 1) batas tertinggi yang besarannya tidak dapat dilampaui dalam
Pemerintahan Daerah (SIPD-RI). perencanaan dan pelaksanaan anggaran kegiatan dan sub kegiatan.
2) Analisis standar belanja disusun berdasarkan penilaian kewajaran atas 2) batas tertinggi yang tidak dapat dilampaui dalam perencanaan anggaran
beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang satuan biayanya berfungsi sebagai estimasi, namun dalam
baik bersifat fisik maupun non fisik yang ditetapkan dengan peraturan pelaksanaan anggaran dapat dilampaui sepanjang didasarkan atas bukti
kepala daerah serta diimplementasikan dalam aplikasi SIPD-RI. pengeluaran riil.
3) Standar harga satuan dan analisis standar belanja harus dilakukan reviu
oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebelum ditetapkan • Belanja daerah yang berasal dari Transfer ke Daerah (TKD) yang telah
dengan Perkada. ditentukan penggunaanya dianggarkan dan dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
Belanja Daerah Pembiayaan Daerah
• Klasifikasi kelompok Belanja Operasi yang terdiri atas: • Pembiayaan merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
a) belanja pegawai; dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada Tahun
b) belanja barang dan jasa; Anggaran berkenaan maupun pada tahun-tahun Anggaran berikutnya.
c) belanja subsidi; • Klasifikasi akun Pembiayaan Daerah yang diuraikan menurut kelompok,
d) belanja hibah; jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek dikelola berdasarkan
e) belanja bantuan sosial; dan kewenangan pengelolaan keuangan pada SKPKD sesuai ketentuan
f) belanja bunga; peraturan perundang-undangan.
diuraikan menurut jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek yang
• Pembiayaan netto merupakan selisih antara penerimaan Pembiayaan
dikelola berdasarkan kewenangan pengelolaan keuangan pada SKPKD dan
dengan pengeluaran Pembiayaan.
SKPD, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pembiayaan netto digunakan untuk menggunakan surplus anggaran atau
• Klasifikasi kelompok Belanja Modal diuraikan menurut jenis, objek, rincian menutup defisit anggaran.
objek, sub rincian objek yang dikelola berdasarkan kewenangan
pengelolaan keuangan pada SKPD sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Klasifikasi kelompok Belanja Tidak Terduga, dan kelompok Belanja Transfer
menurut jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek yang dikelola
berdasarkan kewenangan pengelolaan keuangan pada SKPKD sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN
PENDAPATAN DAERAH
KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH

01 02 03
PENDAPATAN ASLI PENDAPATAN LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH TRANSFER DAERAH YANG SAH

• Pajak Daerah • Dana Bagi Hasil • Pendapatan Hibah


• Retribusi Daerah • Dana Alokasi Umum • lain-lain pendapatan
• Hasil Pengelolaan • Dana Alokasi Khusus sesuai dengan ketentuan
Kekayaaan Daerah yang • Insentif Fiskal peraturan perundang-
Dipisahkan • Dana Otsus/Dana undangan
• Lain-lain PAD yang Sah Keistimewaan
• Dana Desa
• Bagi Hasil
• Bantuan keuangan
PENDAPATAN PAJAK & RETRIBUSI DAERAH
data potensi pajak & retribusi daerah di Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah didasarkan pada Perda tentang Pajak Daerah dan
masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. Retribusi Daerah, yang disusun berdasarkan:
(1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk target
penerimaan sampai dengan paling lama 4 Januari 2024; dan
(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 untuk target penerimaan paling lambat 5 Januari 2024 sampai
dengan 31 Desember 2024.
Dalam hal Perda yang disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 belum ditetapkan sampai dengan
ditetapkannya Perda tentang APBD, penganggaran atas penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2023. Untuk itu, pemungutannya
penetapan target baru dapat dilaksanakan setelah ditetapkannya Perda yang disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022.
pajak & retribusi Perda berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 masih dapat berlaku paling lama sampai dengan
daerah tanggal 4 Januari 2024, sedangkan khusus untuk Perda terkait PKB, BBNKB, MBLB masih berlaku sampai dengan
tanggal 4 Januari 2025.
Perda berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 mulai berlaku paling lambat tanggal 5 Januari 2024,
memperhatikan perkiraan asumsi makro, seperti sedangkan khusus untuk ketentuan PKB, BBNKB, MBLB beserta opsennya efektif mulai berlaku sejak tanggal 5
pertumbuhan rasio perpajakan daerah, pertumbuhan Januari 2025.
ekonomi, dan tingkat inflasi tahun 2023 yang dapat Dikecualikan untuk dianggarkan dalam APBD atas penerimaan jenis pajak daerah dan retribusi daerah
mempengaruhi target pendapatan pajak & retribusi sebagai berikut:
daerah
1) Pajak Kendaraan Bermotor atas Alat Berat yang berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 15/PUU-
XV/2017;
Optimalisasi pajak daerah dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi atas
kegiatan pemungutan berbasis teknologi mulai dari: 2) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, sesuai amanat Undang-Undang
• penghimpunan data objek dan subjek pajak,; Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
• penentuan besarnya pajak yang terutang; Kependudukan; dan
• kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak; serta 3) Retribusi Izin Gangguan, sesuai amanat Pasal 114 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
• pengawasan penyetorannya, Kerja.
PENDAPATAN PAJAK & RETRIBUSI DAERAH
Penetapan target Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam APBD • Penganggaran retribusi daerah yang bersumber dari jenis pelayanan kebersihan
memperhatikan: memperhatikan biaya penanganan sampah. Biaya penanganan sampah didasarkan pada
(1) pemberian keringanan, pengurangan, pembebasan, dan penundaan pembayaran kegiatan penanganan sampah sesuai dengan Permendagri Nomor 7 Tahun 2021 tentang
atas pokok dan/atau sanksi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sesuai maksud Tata Cara Perhitungan Tarif Retribusi dalam Penyelenggaraan Penanganan Sampah.
Pasal 96 UU Nomor 1 Tahun 2022; Kegiatan penanganan sampah dimaksud dianggarkan dalam sub kegiatan Penanganan
(2) kebijakan fiskal nasional, sesuai maksud Pasal 97 UU Nomor 1 Tahun 2022; Sampah dengan melakukan Pemilahan, Pengumpulan, Pengangkutan, Pengolahan, dan
(3) insentif fiskal yang dilakukan untuk mendukung kebijakan kemudahan berinvestasi Pemrosesan Akhir Sampah di TPA/TPST/SPA Kabupaten/Kota.
yang diberikan atas permohonan Wajib Pajak dan Wajib Retribusi atau diberikan • Dalam rangka mengoptimalkan pajak daerah, Pemerintah Daerah harus melakukan
secara jabatan oleh Kepala Daerah berdasarkan pertimbangan; ekstensifikasi dan intensifikasi atas kegiatan pemungutan. Kegiatan pemungutan
(4) pemberian insentif Pengurangan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan
untuk mendukung operasional penggunaan alat utama dan komponen subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan
utama/penunjang Alat Peralatan Pertahanan Keamanan, dengan menetapkan PBBKB pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya, dengan berbasis teknologi.
paling tinggi sebesar 2% (dua persen); • Kegiatan elektronifikasi transaksi Pemerintah Daerah sesuai dengan Permendagri
(5) Untuk mendukung pelaksanaan proyek strategis nasional, Kepala Daerah sesuai Nomor 56 Tahun 2021 tentang Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah
dengan kewenangannya dapat tidak memungut atau mengenakan tarif 0% (nol Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Tata Cara Implementasi Elektronifikasi Transaksi
persen) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan atas proyek strategis nasional Pemerintah Daerah, dianggarkan pada sub kegiatan Elektronifikasi Transaksi
sesuai maksud Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 tentang Pemerintah Daerah.
Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang • Dalam rangka menjaga daya beli masyarakat, Pemerintah Daerah agar menetapkan:
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, (1) PBBKB Jenis BBM Tertentu yaitu Minyak, Solar (Gas Oil) dan Jenis BBM Khusus
(6) Kerjasama pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilaksanakan dengan Penugasan (JBKP) sebesar 5%; dan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2023 (2) PBBKB Jenis BBM Umum (JBU) paling tinggi 10%,
sesuai Peraturan Menteri ESDM mengenai Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar
Minyak.
PENDAPATAN PAJAK DAERAH
NO UU 28/2009 (16 Jenis Pajak) UU HKPD (14 Jenis Pajak)

1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor PKB) Exclude alat berat dan kendaraan berbasis energi terbarukan, tarif turun untuk mengakomodasi opsen PKB
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Exclude alat berat, kendaraan berbasis energi terbarukan, dan BBNKB II dst, tarif diturunkan untuk mengakomodasi
opsen BBNKB
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor -
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan -
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Penambahan objek berupa rokok lainnya yang dikenakan cukai rokok
6 Pajak Hotel Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) • Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
(Pajak atas Konsumsi) • Makanan dan/atau Minuman di Restoran
7 Pajak Restoran
• Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan
8 Pajak Hiburan Prasarana Olahraga dan rekreasi
9 Pajak Parkir • Jasa Parkir
• Tenaga Listrik
10 Pajak Penerangan Jalan
11 Pajak Reklame Pajak Reklame -
12 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tarif turun untuk mengakomodasi opsen MBLB
(MBLB)
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah -
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet -
15 PBB-P2 PBB-P2 Memperkenalkan assessment value NJKP 20% s.d. 100%
16 BPHTB BPHTB, Pajak Alat Berat Memperhatikan Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017
Opsen Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB
PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH
UU PDRD dan UU Cipta Kerja
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu UU HKPD
(15 jenis pelayanan) (11 jenis pelayanan) (5 jenis pelayanan izin)
1. Pelayanan Kesehatan 1. Pemakaian Kekayaan Daerah 1. PBG (Persetujuan Bangunan Retribusi Jasa Umum (5 jenis pelayanan)
2. Pelayanan Kebersihan 2. Pasar Grosir/Pertokoan Gedung)
2. Izin Tempat Penjualan Minuman 1. pelayanan kesehatan
3. Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan 3. Tempat Pelelangan 2. pelayanan kebersihan
Sipil Beralkohol
4. Terminal 3. Izin Trayek 3. pelayanan parkir di tepi jalan umum
4. Pelayanan Pemakaman 5. Tempat Khusus Parkir
5. Parkir di Tepi Jalan Umum 4. Izin Usaha Perikanan 4. pelayanan pasar
6. Penginapan/Villa 5. pengendalian lalu lintas
6. Pelayanan Pasar 5. Perpanjangan Izin Mempekerjakan
7. Rumah Potong Hewan Tenaga Kerja Asing (PP97/2012)
7. Pelayanan Pengujian Kendaraan 8. Pelayanan Kepelabuhanan Retribusi Jasa Usaha (10 jenis pelayanan)
Bermotor Retribusi Izin Gangguan dihapus UU
9. Tempat Rekreasi dan Olahraga Cipta Kerja Sama seperti UU 28/2009, dengan
8. Pemeriksaan Alat Pemadam 10. Penyeberangan di Air menghapuskan Retribusi Terminal
Kebakaran 11. Penjualan Produksi Usaha Daerah
9. Biaya Cetak Peta Penyediaan Retribusi Perizinan Tertentu (3 jenis
/Penyedotan Kakus
11. Pengolahan Limbah Cair pelayanan izin)
12. Pelayanan Tera/Tera Ulang 1. PBG (Persetujuan Bangunan Gedung)
13. Pelayanan Pendidikan 2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
14. Pengendalian Menara 3. PPR (Pengelolaan Pertambangan
Telekomunikasi Rakyat)
15. Pengendalian Lalu Lintas Retribusi Tambahan yang diatur dengan PP
(PP 97/2012) (misal retribusi perkebunan sawit)
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH
Kebijakan penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan
TA 2024 memperhatikan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan perolehan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang terdiri atas:
manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu (1) hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan;
tertentu, antara lain: (2) hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;
(1) keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu berupa (3) hasil kerja sama daerah;
deviden, bunga dan pertumbuhan nilai perusahaan daerah yang (4) jasa giro;
mendapatkan investasi Pemerintah Daerah; (5) hasil pengelolaan dana bergulir;
(2) peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah (6) pendapatan bunga;
tertentu dalam jangka waktu tertentu; (7) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian keuangan daerah;
(3) peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu sebagai (8) penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi, dan/atau
akibat langsung dari investasi yang bersangkutan; pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan uang pada
bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau dari kegiatan lainnya merupakan pendapatan
(4) peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka
daerah;
waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang
bersangkutan; dan/atau
(9) penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
(10) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
(5) peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari investasi (11) pendapatan denda pajak daerah;
Pemerintah Daerah, (12) pendapatan denda retribusi daerah;
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (13) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
(14) pendapatan dari pengembalian;
(15) pendapatan dari BLUD yang hanya digunakan untuk mencatat pendapatan dari BLUD yang bukan merupakan objek
retribusi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2023 ; dan
(16) pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DBH PAJAK & DBH CHT
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN

Dana Bagi Hasil – bersumber dari Pajak terdiri atas: dianggarkan paling tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Dalam hal:
Pajak (DBH-Pajak) • DBH-Pajak Bumi dan Bangunan • Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
(DBH-PBB) selain PBB Perkotaan • Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak TA 2024 Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DBH-Pajak
dan Perdesaan, dan atau ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
• DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) • informasi resmi mengenai alokasi DBH-Pajak TA 2024 yang 2) informasi resmi mengenai alokasi DBH-Pajak TA 2024 melalui
yang terdiri dari: dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan, portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan
 PPh Pasal 25: dengan memperhatikan kemungkinan realisasi penerimaan negara Daerah tentang APBD TA 2023 ditetapkan,
 PPh Pasal 29 Wajib Pajak yang dinamis, diantaranya dengan mempertimbangkan penerimaan Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DBH-Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri DBH tahun anggaran sebelumnya dimaksud pada Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD TA 2024
(WPOPDN); atau ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi
 PPh Pasal 21. Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TA 2024
Dana Bagi Hasil – • dianggarkan sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Dalam hal;
Cukai Hasil Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau 1) Peraturan Menteri Keuangan mengenai rincian alokasi DBH-CHT
Tembakau (DBH- Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut menurut provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dan/ atau
CHT) provinsi/kabupaten/kota TA 2024. terdapat perubahan; atau
• Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau 2) informasi resmi mengenai rincian alokasi DBH-CHT menurut
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2024 melalui portal
provinsi/kabupaten/kota TA 2024 belum ditetapkan, penganggaran Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan Daerah
pendapatan DBH-CHT didasarkan pada realisasi DBH-CHT Tahun tentang APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan,
Anggaran sebelumnya. Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DBH-CHT dimaksud
dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada
• Pendapatan DBH yang bersumber dari Pajak terdiri atas Pajak Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan
Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Cukai Hasil Tembakau Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2023 atau
untuk daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran, ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
DBH - CHT Penerimaan DBH-CHT, baik bagian provinsi maupun bagian
kabupaten/kota dialokasikan untuk mendanai program:
(a) Dalam hal terdapat pendapatan lebih DBH-Pajak kecuali DBH-CHT peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
TA 2024 seperti pendapatan lebih salur tahun-tahun sebelumnya lingkungan sosial,
atau selisih lebih pendapatan TA 2023, pendapatan lebih tersebut
dianggarkan dalam Perda tentang Perubahan APBD TA 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak sosialisasi ketentuan dibidang cukai dan/atau pemberantasan barang
melakukan perubahan APBD TA 2024. kena cukai palsu (cukai ilegal) sebagaimana diatur dalam peraturan
(b) Apabila terdapat pendapatan kurang DBH-Pajak kecuali DBH-CHT perundang-undangan mengenai cukai;
TA 2024 seperti pendapatan kurang salur tahun-tahun sebelumnya
atau selisih kurang pendapatan TA 2023, pendapatan kurang
tersebut diperhitungkan dalam penyaluran TA 2024. prioritas pada bidang kesehatan untuk mendukung program jaminan
(c) Dalam hal terdapat alokasi DBH-CHT yang penggunaannya sudah kesehatan nasional terutama peningkatan kuantitas dan kualitas layanan
ditentukan (earmarked) kurang bayar pada TA 2022 yang belum kesehatan dan pemulihan perekonomian di daerah. Pelayanan kesehatan
terealisasi pelaksanaannya di TA 2023, Pemerintah Daerah dapat dimaksud baik kegiatan promotif, preventif, maupun kuratif/rehabilitative;
menganggarkan kembali pada TA 2024 mendahului perubahan
APBD, dengan melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran
prioritas mendukung upaya penurunan angka prevalensi stunting dan upaya
APBD TA 2024 dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD, untuk
penyediaan/peningkatan/pemeliharaan sarana/ prasarana fasilitas
selanjutnya ditampung dalam Perda tentang Perubahan APBD TA
Kesehatan, dan/atau
2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD TA 2024.

pembayaran iuran JKN yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah termasuk


pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja yang ditetapkan dengan
Perkada.
DBH SDA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN

Dana Bagi Hasil – Pendapatan Dana Bagi Hasil yang • dianggarkan paling tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Dalam hal:
Sumber Daya Alam bersumber dari Sumber Daya Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau Peraturan Menteri
(DBH-SDA) Alam (DBH-SDA) terdiri dari: • Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA TA 2024 atau Keuangan mengenai alokasi DBH-SDA ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
• DBH-Kehutanan, & Dana • informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA TA 2024 yang 2) informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA TA 2024 melalui portal Kementerian
Reboisasi dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan Keuangan dipublikasikan
• DBH-Mineral dan Batubara, setelah Peraturan Daerah tentang APBD TA 2024 ditetapkan,
• DBH-Minyak Bumi & Gas Bumi, Apabila belum dipublikasikan:
• DBH-Panas Bumi, penganggaran DBH-SDA tersebut didasarkan realisasi penerimaan negara Pemerintah Daerah harus menganggarkan alokasi DBH-SDA Kehutanan kecuali DBH-SDA
• DBH-Perikanan yang dinamis, diantaranya dengan mempertimbangkan penerimaan DBH- Dana Reboisasi, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi,
• DBH-Pekebunan Sawit SDA Kehutanan, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Perikanan serta Perkebunan Sawit dimaksud pada Perda tentang Perubahan APBD TA
Bumi, Perikanan serta Perkebunan Sawit 3 (tiga) tahun terakhir yaitu TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
2021, TA 2022, dan TA 2023 perubahan APBD TA 2024
Penggunaan DBH-SDA Kehutanan untuk DBH-SDA Dana Reboisasi ditujukan Dalam hal:
untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, dan kegiatan 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DBH-SDA Kehutanan untuk DBH-SDA
Dana Reboisasi ditetapkan dan/atau
3) terdapat perubahan atau informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA Kehutanan
untuk DBH-SDA Dana Reboisasi TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan
dipublikasikan
setelah Perda tentang APBD TA 2024 ditetapkan

Pemerintah Daerah harus menganggarkan alokasi DBH-SDA Kehutanan untuk DBH-SDA


Dana Reboisasi dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran
APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan
dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi
Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024
DBH SDA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN

Dana Bagi Hasil – Pendapatan Dana Bagi Hasil Dalam hal terdapat pendapatan lebih DBH-SDA Kehutanan kecuali Dana pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD
Sumber Daya yang bersumber dari Sumber Reboisasi, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi, TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
Alam (DBH-SDA) Daya Alam (DBH-SDA) terdiri Perikanan serta Perkebunan Sawit TA 2024 seperti pendapatan lebih melakukan perubahan APBD TA 2024
dari: salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih lebih pendapatan TA 2023,
• DBH-Kehutanan, & Dana
Reboisasi
Apabila terdapat pendapatan kurang DBH-SDA Kehutanan kecuali Dana pendapatan kurang tersebut diperhitungkan dalam penyaluran TA 2024
• DBH-Mineral dan Batubara,
Reboisasi, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi,
• DBH-Minyak Bumi & Gas
Perikanan serta Perkebunan Sawit TA 2024 seperti pendapatan kurang
Bumi,
salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih kurang pendapatan TA 2023,
• DBH-Panas Bumi,
• DBH-Perikanan
• DBH-Pekebunan Sawit
DBH SDA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Bagi Hasil – Pendapatan DBH SDA Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi dianggarkan sesuai dengan:
Sumber Daya Alam pertambangan minyak bumi yaitu : 1) Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2024 atau
Minyak dan Gas Bumi dan gas alam untuk Provinsi • bagian dari pertambangan minyak sebesar 55% (lima puluh lima 2) Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi pendapatan DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas
(DBH-SDA MIGAS) Papua Barat Daya serta persen) dan bagian pertambangan gas bumi sebesar 40% alam untuk Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh TA
tambahan DBH minyak dan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang- 2024 atau
gas bumi untuk Provinsi undangan, 3) informasi resmi mengenai alokasi pendapatan DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk
Aceh • paling sedikit 30% dialokasikan untuk membiayai pendidikan di Aceh Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh TA 2024 yang
dan paling banyak 70% dialokasikan untuk membiayai program dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
pembangunan yang disepakati bersama antara Pemerintah Aceh
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Program pembangunan Apabila belum dipublikasikan:
yang sudah disepakati bersama dimaksud dilaksanakan oleh penganggaran DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk Provinsi Papua serta tambahan DBH
Pemerintah Aceh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh tersebut didasarkan realisasi penerimaan negara yang dinamis,
undangan. diantaranya dengan mempertimbangkan penerimaan DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk
Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh 3 (tiga) tahun
terakhir yaitu TA 2021, TA 2022, dan TA 2023

Pendapatan DBH SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Alam untuk Dalam hal:
Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya: sebesar 70% yang 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
pembagian antara provinsi dan kabupaten/kota diatur secara adil, 2) Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk
transparan, dan berimbang dengan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk
dengan memberikan perhatian khusus pada daerah-daerah yang Provinsi Aceh ditetapkan dan/atau
tertinggal dan Orang Asli Papua sesuai dengan ketentuan mengenai 3) terdapat perubahan atau informasi resmi mengenai alokasi DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas
otonomi khusus bagi Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat alam untuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas
Daya, dengan penggunaan untuk bumi untuk Provinsi Aceh TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
• 35% untuk belanja pendidikan,
• 25% untuk belanja Kesehatan dan perbaikan gizi, Pemerintah Daerah harus menganggarkan alokasi DBH SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Alam untuk
• 30% untuk belanja infrastruktur, dan Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya serta Tambahan DBH Minyak dan Gas Bumi untuk Provinsi
• 10% untuk belanja bantuan pemberdayaan masyarakat adat Aceh dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan diberitahukan
sesuai dengan ketentuan mengenai otonomi khusus bagi Provinsi Papua kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau
Barat dan Provinsi Papua Barat Daya ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
DBH SDA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Bagi Hasil – Sumber Pendapatan DBH SDA Dalam hal terdapat alokasi DBH-SDA kehutanan untuk DBH dana reboisasi, DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas
Daya Alam Minyak dan pertambangan minyak bumi alam untuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Dayaserta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi
Gas Bumi dan gas alam untuk Provinsi Aceh yang penggunaannya sudah ditentukan (earmarked) kurang bayar pada TA 2022 yang belum terealisasi pelaksanaannya
(DBH-SDA MIGAS) Papua Barat dan Provinsi di TA 2023,
Papua Barat Daya serta
tambahan DBH minyak dan Pemerintah Daerah dapat menganggarkan kembali pada TA 2024 mendahului perubahan APBD, dengan melakukan perubahan
gas bumi untuk Provinsi Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam
Aceh Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD TA 2024
Pendapatan Kehutanan, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi, Perikanan serta Perkebunan Sawit
untuk daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran, didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan
DAU & DAK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN

Dana Alokasi Umum (DAU) DAU bersumber dari pendapatan • Dalam hal Peraturan Presiden belum ditetapkan atau informasi resmi mengenai alokasi DAU TA 2024
APBN yang dialokasikan dengan melalui portal Kementerian Keuangan belum dipublikasikan, penganggaran pendapatan DAU didasarkan
tujuan pemerataan kemampuan pada alokasi DAU TA 2023.
keuangan antar daerah untuk • Dalam hal:
mendanai kebutuhan daerah dalam 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
alokasi DAU ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
rangka pelaksanaan desentralisasi
2) informasi resmi mengenai alokasi DAU TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
sesuai dengan ketentuan peraturan
setelah Peraturan Daerah tentang APBD TA 2024 ditetapkan,
perundang-undangan Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada Peraturan Daerah tentang
Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
dianggarkan sesuai dengan :
perubahan APBD TA 2024.
• Peraturan Presiden
Dana Transfer Khusus (DAK) • bersumber dari APBN yang mengenai Rincian APBN TA • Dalam hal Rancangan KUA dan Rancangan PPAS disepakati Kepala Daerah bersama DPRD sebelum
dialokasikan kepada Daerah 2024 atau Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 ditetapkan atau informasi resmi mengenai alokasi
tertentu untuk membantu • informasi resmi mengenai Dana Transfer Khusus TA melalui portal Kementerian Keuangan belum dipublikasikan, Dana Transfer
mendanai kegiatan khusus yang alokasi TA 2024 yang Khusus langsung dianggarkan dalam rancangan Peraturan Daerah tentang APBD TA 2024.
merupakan urusan Daerah dan • Dalam hal:
dipublikasikan melalui portal
1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
sesuai dengan Prioritas Kementerian Keuangan. mengenai alokasi Dana Transfer Khusus ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
Nasional.
2) informasi resmi mengenai alokasi Dana Transfer Khusus Tahun Anggaran 2024 melalui portal
• Pendapatan dana transfer Kementerian Keuangan
khusus: dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan,
1. DAK Fisik dan
2. DAK Non Fisik. Pemerintah Daerah harus menganggarkan Dana Transfer Khusus dimaksud dengan melakukan
perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan diberitahukan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang perubahan
APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
atau telah melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
DAK FISIK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN

Dana Transfer Khusus (DAK) Pendapatan dana Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling banyak 5% dari alokasi per jenis per bidang/subbidang/ tematik DAK fisik untuk mendanai
transfer khusus: DAK kegiatan penunjang sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Petunjuk Teknis DAK Fisik
Fisik.
dalam hal terdapat sisa DAK fisik, Pemerintah Daerah memperhatikan ketentuan:
• DAK fisik pada bidang/subbidang yang output belum tercapai, yaitu:
1) untuk sisa DAK fisik 1 (satu) TA sebelumnya, digunakan dalam rangka pencapaian output dengan menggunakan petunjuk teknis pada
saat outputnya belum tercapai, dan dianggarkan dalam APBD TA 2024 dengan melakukan perubahan perkada tentang Penjabaran
APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam perda tentang perubahan APBD TA
2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2023; atau
2) untuk sisa DAK fisik lebih dari 1 (satu) TA sebelumnya, digunakan untuk mendanai kegiatan DAK fisik pada bidang/subbidang tertentu
sesuai dengan kebutuhan daerah dengan menggunakan petunjuk teknis TA 2024, dengan mekanisme dianggarkan dalam APBD TA
2024 atau melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang
tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
• DAK fisik pada bidang/subbidang yang outputnya telah tercapai, sisa DAK fisik digunakan dalam rangka mendanai kegiatan DAK fisik
pada:
1) bidang/subbidang yang sama di tahun anggaran berjalan dan tahun anggaran berikutnya; dan/atau
2) bidang/subbidang tertentu sesuai kebutuhan daerah di tahun anggaran berjalan dan tahun anggaran berikutnya,
dengan menggunakan Petunjuk Teknis TA berjalan, dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2023 dan
diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2023 atau ditampung
dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
• Dalam hal DAK fisik per jenis per bidang/subbidang tidak disalurkan seluruhnya atau disalurkan sebagian, pendanaan untuk
penyelesaian kegiatan DAK fisik dan/atau kewajiban kepada pihak ketiga atas pelaksanaan kegiatan DAK fisik menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah.
DAK NON FISIK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Transfer Khusus Pendapatan dana penganggaran dan penggunaan DAK Nonfisik TA 2024 berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang pengelolaan DAK
(DAK) transfer khusus: DAK Nonfisik dan Petunjuk Teknis DAK Nonfisik yang ditetapkan oleh masing-masing kementerian/lembaga terkait sesuai dengan ketentuan
Non Fisik. peraturan perundang-undangan.
• ketentuan pengaturan pengelolaan dana BOS/Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP
PAUD)/dana BOP Pendidikan Kesetaraan yang bersumber dari APBN yang merupakan bagian dari DAK Nonfisik yang dialokasikan
pada provinsi dan kabupaten/kota yaitu:
1) penganggaran dana BOS pada provinsi bagi satuan pendidikan menengah (satdikmen) negeri dan satuan pendidikan khusus
(satdiksus) negeri yang diselenggarakan oleh provinsi dalam bentuk program, kegiatan, sub kegiatan dan belanja sesuai kode
rekening berkenaan sedangkan satdikmen swasta dan satdiksus swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk
program, kegiatan, sub kegiatan sesuai kode rekening berkenaan melalui belanja hibah.
2) Dalam rangka pendanaan satdikmen Provinsi Papua yang semula merupakan kewenangan Provinsi, agar disesuaikan penyerahan
kewenangan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2021 tentang Kewenangan dan Kelembagaan
Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus Provinsi Papua menjadi kewenangan kabupaten/kota.
3) penganggaran dana BOS pada kabupaten/kota bagi satuan pendidikan dasar (Satdikdas) negeri yang diselenggarakan oleh
kabupaten/kota dalam bentuk program, kegiatan, sub kegiatan dan diuraikan ke dalam belanja sesuai kode rekening berkenaan,
sedangkan BOS bagi Satdikdas swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk program, kegiatan, sub kegiatan dan
diuraikan ke dalam belanja hibah sesuai kode rekening berkenaan.
4) penganggaran dana BOP PAUD dan BOP Pendidikan Kesetaraan pada provinsi/kabupaten/kota bagi satuan Pendidikan (Satdik)
PAUD negeri dan Satdik Kesetaraan negeri yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota dalam bentuk program, kegiatan, sub
kegiatan dan diuraikan ke dalam belanja hibah sesuai kode rekening berkenaan.
5) Sisa dana BOS/BOP PAUD/BOP kesetaraan TA sebelumnya diperhitungkan kembali dalam penyaluran dana BOS/BOP PAUD/BOP
Kesetaraan TA 2024. Penganggaran penggunaan kembali sisa dana BOS/BOP PAUD/BOP kesetaraan dilakukan penyesuaian
mendahului perubahan APBD TA 2024 dengan menetapkan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD dan pemberitahuan
kepada pimpinan DPRD
DAK NON FISIK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Transfer Khusus Pendapatan dana • Pemerintah Daerah wajib menganggarkan perubahan atas alokasi dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) ASN Daerah,
(DAK) transfer khusus: DAK Tunjangan Khusus Guru (TKG) ASN Daerah, dan Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru ASN Daerah karena penyaluran dana
Non Fisik. cadangan dari Pemerintah, dan/atau penghentian atau penyesuaian jumlah salur, dengan berpedoman pada surat
rekomendasi penyaluran dana cadangan, dan/atau surat rekomendasi penghentian atau penyesuaian salur yang diterbitkan
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
• Pemerintah Daerah menganggarkan perubahan atas alokasi dana TPG ASN Daerah, TKG ASN Daerah, dan Tamsil Guru ASN
Daerah dimaksud dengan cara melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada
pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA
bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
• Dalam hal Perda tentang perubahan APBD TA 2024 telah ditetapkan mendahului informasi perubahan yang diakibatkan oleh
pencairan dana cadangan dari pemerintah, dan/atau pelaksanan penghentian atau penyesuaian jumlah salur, maka
Pemerintah Daerah tetap dapat merealisasikan perubahan tersebut yang ditampung dalam LRA TA 2024.
• Dalam hal Pemerintah Daerah memiliki sisa DAK Nonfisik, dianggarkan kembali pada jenis DAK Nonfisik yang sama dalam
APBD TA 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. selanjutnya, dalam hal Perda tentang APBD TA
2024 telah ditetapkan masih terdapat sisa DAK Nonfisik yang merupakan bagian SiLPA, dianggarkan kembali pada jenis DAK
Nonfisik yang sama dalam APBD TA 2024 dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan
diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
INSENTIF FISKAL
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke Kebijakan Insentif Fiskal bersumber Penganggaran Insentif Fiskal dialokasikan Dalam hal :
Daerah- Kebijakan dari APBN yang dialokasikan kepada sesuai dengan Peraturan Presiden • Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
Insentif Fiskal Pemerintah Daerah atas pencapaian mengenai rincian APBN TA 2024 atau • Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Insentif Fiskal
kinerja berdasarkan kriteria tertentu. Peraturan Menteri Keuangan mengenai ditetapkan dan/atau
Kriteria tertentu berupa perbaikan tata cara pengalokasian Insentif Fiskal TA • terdapat perubahan atau informasi resmi mengenai alokasi Insentif
dan/atau pencapaian kinerja 2024 atau informasi resmi mengenai Fiskal TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
pemerintahan daerah, antara lain alokasi Insentif Fiskal TA 2024 yang setelah Perda tentang APBD TA 2024 ditetapkan,
pengelolaan keuangan daerah, dipublikasikan melalui portal Kementerian
pelayanan umum pemerintahan dan Keuangan. Pemerintah Daerah menganggarkan alokasi Insentif Fiskal dimaksud
pelayanan dasar. dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024
dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan
dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam
LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA
2024
OTONOMI KHUSUS
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke Daerah- Dana Otonomi Khusus merupakan • Dana Otonomi Khusus dianggarkan sesuai dengan Peraturan Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
Dana Otonomi Khusus bagian dari TKD yang dialokasikan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau informasi resmi Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana Otonomi Khusus
kepada daerah tertentu untuk mengenai alokasi Dana Otonomi Khusus TA 2024 yang ditetapkan dan/atau terdapat perubahan atau informasi resmi
mendanai otonomi khusus dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan. mengenai alokasi Dana Otonomi Khusus TA 2024 melalui portal
sebagaimana ditetapkan dalam • Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Perda tentang APBD TA
Undang-Undang mengenai Otonomi belum ditetapkan atau informasi resmi mengenai alokasi Dana 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan Dana
Khusus. Otonomi Khusus TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan Otonomi Khusus dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada
belum dipublikasikan, penganggaran Dana Otonomi Khusus tentang penjabaran APBD TA 2024 dan Perda tentang perubahan APBD
tersebut didasarkan pada alokasi Dana Otonomi Khusus TA TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
2023. melakukan perubahan APBD TA 2024.

Alokasi Dana Otonomi Khusus Pemerintah Aceh untuk TA 2024 disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 dan penggunaannya ditujukan untuk membiayai
pembangunan terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, pendanaan pendidikan, sosial dan kesehatan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua setara dengan 2,25% dari plafon Dana Alokasi Umum Nasional Tahun 2022 dibagi:
• Dana Otonomi Khusus yang bersifat block grant sebesar 1% untuk mendanai: pembangunan, pemeliharaan, dan pelaksanaan pelayanan publik;peningkatan kesejahteraan Orang Asli
Papua dan penguatan lembaga adat; dan hal lain berdasarkan kebutuhan dan prioritas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
• Dana Otonomi Khusus yang bersifat spesific grant sebesar 1,25% untuk mendanai pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan besaran paling sedikit:
30% untuk belanja pendidikan; 20% (dua puluh persen) untuk belanja kesehatan; Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
Pendapatan dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersifat spesific grant dianggarkan pada masing-masing APBD Kabupaten/Kota berdasarkan hasil evaluasi
rencana anggaran dan program yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, sedangkan pada APBD Provinsi berdasarkan hasil penilaian atas rencana anggaran dan program
yang dilakukan oleh Menteri yang melaksanakan urusan pemerintahan dibidang keuangan bersama Menteri yang melaksanakan urusan pemerintahan dalam negeri dan yang
melaksanakan urusan pemerintahan dibidang perencanaan pembangunan nasional. Dalam hal penganggaran tidak sesuai hasil evaluasi dan/atau hasil penilaian, Kepala Daerah
melakukan penyesuaian dengan mendahului perubahan Perda tentang APBD TA 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
OTONOMI KHUSUS
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke Dana Otonomi Khusus Terhadap SiLPA yang bersumber dari sisa Dana Otonomi Khusus TA 2023, penggunaanya dalam APBD Tahun Anggaran 2024
Daerah- Dana merupakan bagian dari TKD yang mempedomani butir (f).i dan butir (f).ii di atas, dengan ketentuan:
Otonomi Khusus dialokasikan kepada daerah • dalam hal terdapat sisa dana otonomi khusus TA sebelumnya maka digunakan kembali untuk mendanai
tertentu untuk mendanai program/kegiatan/sub kegiatan dana otonomi khusus TA berjalan sesuai dengan program/kegiatan/sub kegiatan yang
otonomi khusus sebagaimana sama pada TA sebelumnya.
ditetapkan dalam Undang- • mekanisme penganggaran penggunaan kembali sisa dana otonomi khusus TA sebelumnya dilakukan dengan mendahului
Undang mengenai Otonomi perubahan APBD TA 2024 dengan menetapkan perubahan perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan
Khusus. memberitahukan kepada Pimpinan DPRD.
• SiLPA yang berasal dari pekerjaan tahun sebelumnya yang belum dibayarkan dan/atau belum dapat dilaksanakan,
digunakan untuk mendanai Program, Kegiatan dan Sub Kegiatan tahun sebelumnya yang belum dibayarkan dan/atau
belum dapat dilaksanakan.
• SiLPA yang berasal dari efisiensi pencapaian keluaran kegiatan, digunakan untuk mendanai Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan serta prioritas TA berjalan dan/atau dapat disisihkan untuk dikelola sebagai Dana Abadi atau Dana Abadi
Daerah.
DANA KESITIMEWAAN
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke • Dana Keistimewaan merupakan bagian dari TKD yang dialokasikan untuk mendukung • Pendapatan Dana Keistimewaan dianggarkan sesuai dengan
Daerah - Dana urusan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagaimana ditetapkan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau
Keistimewaan dalam Undang-Undang mengenai Keistimewaan Yogyakarta. informasi resmi mengenai alokasi Dana Keistimewaan TA 2024
yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
• Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari Dana Keistimewaan, digunakan
untuk melaksanakan urusan keistimewaan sesuai dengan ketentuan peraturan • Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024
perundang-undangan, yaitu: atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana
1) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Keistimewaan ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
Wakil Gubernur; informasi resmi mengenai alokasi Dana Keistimewaan TA 2024
2) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Perda
3) kebudayaan; tentang APBD TA 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah
4) pertanahan; dan menganggarkan Dana Keistimewaan dimaksud dengan melakukan
5) tata ruang. perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan
diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
• Dana Keistimewaan digunakan dengan memperhatikan keselarasan terhadap dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau
prioritas nasional, prioritas daerah, dan pencapaian target outcome pusat-daerah. ditampung dalam LRA jika tidak melakukan perubahan APBD TA
• Penggunaan Dana Keistimewaan agar tetap menjaga keselarasan dan konsistensi 2024.
dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 131 Tahun 2021 tentang Grand Design
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022-2042 sebagai rujukan
dalam perencanaan.
DANA DESA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Tranfer Ke Daerah- • DD merupakan bagian dari TKD yang diperuntukkan • DD dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau informasi
Dana Desa bagi desa dengan tujuan untuk mendukung resmi mengenai rincian Dana Desa TA 2024 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian
pendanaan penyelenggaraan pemerintahan, Keuangan.
pelaksanaan pembangunan, pemberdayaan • Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 belum ditetapkan atau informasi resmi
masyarakat, dan pembinaan kemasyarakatan. mengenai rincian Dana Desa TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan belum dipublikasikan,
• Penggunaan DD mempedomani ketentuan penganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada penganggaran Dana Desa TA 2024.
peraturan perundang-undangan termasuk • Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mendukung optimalisasi perlindungan jaminan mengenai rincian Dana Desa ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau informasi resmi
kesehatan bagi penduduk desa melalui mengenai rincian Dana Desa TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah
pendaftaran kepesertaan penduduk desa ke dalam Perda tentang APBD TA 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan dana desa
JKN KIS sebagai penduduk yang didaftarkan desa dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan
menuju desa Universal Health Coverage (UHC). diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang
Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
perubahan APBD TA 2024.
TRANSFER ANTAR DAERAH
PENDAPATAN BAGI HASIL
SUMBER BAGI HASIL • Pendapatan bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan daerah
yang dialokasikan kepada Pemerintah Daerah lain berdasarkan angka persentase
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah
pemerintah provinsi didasarkan pada penganggaran belanja Bagi Hasil Pajak
Daerah dalam APBD pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2024.

CONDITIONAL

Dalam hal:
• penetapan APBD kabupaten/kota TA 2024 mendahului penetapan APBD provinsi TA 2024, penganggarannya
didasarkan pada penganggaran bagi hasil pajak daerah TA 2023 dengan memperhatikan realisasi bagi hasil
pajak daerah TA 2022 .
• Dalam hal terdapat bagian Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang belum direalisasikan oleh Pemerintah
Daerah provinsi akibat pelampauan target TA 2023, dianggarkan dalam Perda tentang Perubahan APBD TA
2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TA 2024.
TRANSFER ANTAR DAERAH
PENDAPATAN BANTUAN KEUANGAN • Pendapatan bantuan keuangan merupakan dana yang diterima dari Pemerintah Daerah lainnya baik dalam rangka
kerja sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu lainnya, dari
SUMBER BAGI HASIL
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya.
• Bantuan keuangan yang berasal dari provinsi dan/atau kabupaten/kota, terdiri atas:
1) Bantuan keuangan umum yang merupakan dana yang diterima dari daerah lainnya dalam rangka kerja sama
daerah atau pemerataan peningkatan kemampuan keuangan.
2) Bantuan keuangan khusus yang merupakan dana yang diterima dari daerah lainnya untuk tujuan tertentu.
• Pendapatan bantuan keuangan tersebut dianggarkan dalam APBD penerima bantuan keuangan berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu:
1) bantuan keuangan umum dari daerah provinsi;
2) bantuan keuangan khusus dari daerah provinsi;
3) bantuan keuangan umum dari daerah kabupaten/ kota; dan
4) bantuan keuangan khusus dari daerah kabupaten/ kota.
CONDITIONAL

• Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat umum dimaksud diterima setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2024 ditetapkan,
Pemerintah Daerah harus menganggarkan bantuan keuangan dimaksud pada Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
• Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2024 ditetapkan,
Pemerintah Daerah menyesuaikan bantuan keuangan bersifat khusus dimaksud dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2023 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
• Pendapatan hibah yang bersumber dari PT Jasa Raharja (Persero) dalam rangka mendukung biaya
operasional di kantor bersama Samsat, yang besaran nilainya sesuai dengan jumlah kendaraan yang
melunasi SWDKLLJ masing-masing Provinsi digunakan:
a. Operasional Kesamsatan terkait dengan kebutuhan Samsat dalam rangka peningkatan pelayanan
dan penerimaan pajak kendaraan bermotor dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan (SWDKLLJ); dan
b. biaya pengadaan stiker berpengaman sebagai bukti pembayaran pajak kendaraan bermotor
(PKB), pengadaan kios layanan mandiri, dan sosialisasi.
Kebutuhan Tim Pembina Samsat Tingkat Provinsi dalam rangka peningkatan pelayanan dan penerimaan
pajak kendaraan bermotor serta SWDKLLJ yang mencakup:
• Gelar Operasi Bersama;
badan usaha luar negeri • Pengembangan Sistem Aplikasi Kesamsatan;
• Pengembangan SAMSAT Unggulan;
• Pelaksanaan SAMSAT Keliling;
• Pengembangan Single Data;
Pemerintah Daerah • Pemberian Apresiasi kepada wajib pajak; dan
• Kebutuhan Operasional Tim Pembina Samsat Tingkat Provinsi

Sisa dana hibah untuk bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dapat
• Surat Penetapan Pemberian Hibah atau dianggarkan kembali pada tahun berikutnya dengan melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran
• Surat Persetujuan Pemberian Hibah APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD TA 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH • Pendapatan dana darurat dianggarkan sepanjang
sudah diterbitkannya Peraturan Presiden mengenai
rincian APBN Tahun Anggaran 2023 atau Peraturan
• dari APBN yang diberikan kepada Pemerintah Daerah pada tahap pasca bencana untuk mendanai keperluan
Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Darurat
mendesak yang diakibatkan oleh bencana yang tidak mampu ditanggulangi oleh Pemerintah Daerah dengan
Tahun Anggaran 2023.
menggunakan sumber APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian
• Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk mendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani
APBN Tahun Anggaran 2023 atau Peraturan Menteri
masyarakat sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
Keuangan mengenai alokasi Dana Darurat Tahun
Anggaran 2023 ditetapkan setelah Peraturan Daerah
LAIN-LAIN PENDAPATAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
tentang APBD Tahun Anggaran 2023 ditetapkan,
• Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat
dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2023 atau informasi resmi Pemerintah Daerah menganggarkan dana dimaksud
mengenai alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2023 yang dipublikasikan melalui dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
portal Kementerian Keuangan. tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2023 dan
diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
• apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2023 ditetapkan atau informasi
dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan
resmi mengenai alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2023 melalui portal
APBD Tahun Anggaran 2023 atau ditampung dalam LRA
Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2023
bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan
ditetapkan
APBD Tahun Anggaran 2023.
• Bagi daerah kabupaten/kota yang memperoleh pendapatan berasal dari bonus produksi pengusahaan panas bumi sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 21
Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan PP Nomor 28 Tahun 2016 tentang Besaran dan Tata Cara Pemberian Bonus Produksi Panas Bumi, dengan mempertimbangkan:
realisai bonus produksi panas bumi selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan rencana produksi pengesahan panas bumi pada tahun berkenaan, sehingga anggaran
dimaksud dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan pada 1 (satu) tahun anggaran berkenaan, baik yang bersifat kontraktual maupun non kontraktual.
• Pendapatan bonus produksi pengusahaan panas bumi sesuai dengan pelaksanaan UU Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2016, diprioritaskan penggunaannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:
i. besaran prioritas pemanfaatan bonus produksi dialokasikan paling sedikit sebesar 50% untuk masyarakat sekitar PLTP;
ii. pemerintah Kabupaten/Kota menyusun ketentuan terkait kriteria masyarakat sekitar daerah penghasil panas bumi untuk tingkat kecamatan dan/atau desa; dan
iii. pemanfaatan pendapatan bonus produksi diprioritaskan untuk bidang infrastruktur antara lain pembangunan jalan, penerangan (penyediaan listrik), penyediaan
air bersih, pengelolaan sampah dan bidang lain sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
KEBIJAKAN
BELANJA DAERAH
KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

BELANJA OPERASI BELANJA MODAL BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA TRANSFER

• Belanja Pegawai • Modal Tanah • Belanja Tidak Terduga • Belanja Bagi Hasil
• Belanja Barang dan Jasa • Modal Peralatan dan • Belanja Bantuan
• Belanja Bunga Mesin Keuangan
• Belanja Subsidi • Modal Gedung dan
• Belanja Hibah Bangunan
• Belanja Bantuan Sosial • Modal Jalan, Jaringan
dan Irigasi
• Modal Aset Tetap Lainnya
• Modal Aset Lainnya
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI
• BELANJA PEGAWAI (diluar tunjangan guru) dialokasikan melalui TKD
Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi belanja
maksimal 30% dari total belanja APBD
pegawai daerah secara bertahap dalam waktu
melebihi 30% 5 (lima) tahun
• Belanja pegawai tidak termasuk belanja untuk tambahan penghasilan guru, tunjangan khusus guru, tunjangan profesi guru dan
tunjangan sejenis lainnya yang bersumber dari TKD yang telah ditentukan penggunaannya.
Kebijakan penganggaran belanja pegawai dimaksud memperhatikan ketentuan:
• Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan ASN dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan ASN,
Penganggaran belanja pegawai bagi: pemberian gaji ketiga belas serta tunjangan hari raya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Kepala Daerah dan wakil Kepala • Pemerintah Daerah mengalokasikan Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan calon ASN (PNS dan PPPK)
Daerah dianggarkan pada belanja berdasarkan formasi pegawai Tahun 2024 yang ditetapkan oleh Menteri yang melaksanakan urusan di bidang Pendayagunaan
SKPD Sekretariat Daerah; Aparatur Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai
• Pimpinan dan Anggota DPRD dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji
dianggarkan pada belanja SKPD pokok dan tunjangan.
Sekretariat DPRD; dan • Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta
• Pegawai ASN dianggarkan pada ASN (PNS dan PPPK) dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
belanja SKPD bersangkutan. • gaji atau upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja penerima upah yang
terdiri dari kepala daerah, wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD, PNS Daerah, PPPK terdiri atas gaji atau upah pokok,
tunjangan keluarga, tunjangan jabatan atau tunjangan umum, tunjangan profesi, tambahan penghasilan bagi ASN Daerah
berdasarkan besaran pagu yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah mengenai tambahan penghasilan pegawai.
• Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta
Pimpinan dan Anggota DPRD serta ASN (PNS dan PPPK) dibebankan pada APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI -TPP
Kebijakan TPP untuk TA 2023, yaitu:
Ketentuan pemberian TPP ASN:
• sama dengan nominal alokasi TPP TA sebelumnya;
• memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh • dapat melebihi nominal alokasi TA sebelumnya sepanjang:
persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- a. merupakan hasil realokasi anggaran belanja pegawai dalam APBD, antara lain uang lembur dan/atau kompensasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Persetujuan DPRD dilakukan pada saat pembahasan KUA undangan yang diterima pegawai ASN pada TA sebelumnya;
dan PPAS; b. merupakan pemberian TPP berdasarkan kriteria beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan objektif lainnya
• penentuan kriteria pemberian TPP ASN dimaksud didasarkan pada • alokasi anggaran TPP bagi inspektur lebih kecil dari sekretaris daerah dan lebih besar dari kepala perangkat daerah lainnya, dan jabatan administrator dan
pertimbangan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, pengawas serta jabatan fungsional tertentu pada inspektorat daerah lebih besar dari jabatan administrator dan pengawas serta jabatan fungsional tertentu di
kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif perangkat daerah lainnya
lainnya;
Berdasarkan amanat Pasal 6 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 30
• pemberian TPP ASN ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pemerintah Daerah berpedoman pada rekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi
dengan berpedoman pada peraturan pemerintah;
(KPK) dalam menganggarkan TPP ASN, sebagai berikut:
• dalam hal belum adanya peraturan pemerintah dimaksud, kepala • menggunakan hasil evaluasi jabatan yang telah divalidasi kementerian terkait sesuai dengan regulasi mengenai evaluasi jabatan PNS;
daerah dapat memberikan TPP ASN setelah mendapat persetujuan • mengintegrasikan pembayaran insentif dan honorarium ke dalam formulasi penganggaran TPP ASN;
Menteri Dalam Negeri. Persetujuan Menteri Dalam Negeri diberikan • pemberian sanksi administratif berupa penundaan pembayaran TPP dalam hal ASN penerima TPP tidak patuh dalam pelaporan Laporan Harta Kekayaan
setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri yang Penyelenggara Negara (LHKPN), menguasai atau memanfaatkan aset milik/dikuasai Pemerintah Daerah secara tidak sah, dan/atau belum menyelesaikan kerugian
menyelenggarakan urusan di bidang keuangan; dan negara/daerah berdasarkan hasil audit dan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Inspektorat/APIP; dan
• dalam hal Kepala Daerah menetapkan pemberian TPP ASN tidak • memprioritaskan pemberian TPP kepada jabatan fungsional dan/atau ASN di Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) mengacu kepada hasil evaluasi jabatan,
sesuai dengan ketentuan atau melampaui persetujuan Menteri mengingat relatif tingginya resiko terjadinya korupsi dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa.
Dalam Negeri, menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintah Daerah tidak mengajukan permohonan persetujuan TPP ASN TA 2024 kepada Menteri Dalam Negeri apabila:
pemerintahan di bidang keuangan melakukan penundaan dan/atau
• tidak terdapat kenaikan besaran nominal yang diterima oleh ASN setiap bulan dalam 1 (satu) tahun anggaran dibandingkan dengan TPP ASN TA 2023.
pemotongan DTU atas usulan Menteri Dalam Negeri.
• terdapat kenaikan pagu total TPP ASN akibat adanya penambahan jumlah ASN.
Dalam hal terdapat kenaikan besaran nominal yang diterima oleh ASN setiap bulan dalam 1 (satu) tahun anggaran dibandingkan dengan TPP ASN TA 2023,
 larangan Pemerintah Daerah menganggarkan subkegiatan yang Pemerintah Daerah memperhatikan ketentuan dan tahapan sebagai berikut:
hanya diuraikan ke dalam jenis belanja pegawai, objek belanja • Besaran total TPP ASN telah memperoleh persetujuan DPRD pada saat pembahasan KUA dan PPAS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
honorarium, rincian objek belanja dan subrincian objek belanja • Penggunaan Kriteria pada Penjabaran TPP ASN yang terdiri atas Beban Kerja, Kondisi Kerja, Prestasi Kerja, Tempat Bertugas, dan Kelangkaan Profesi wajib
honorarium ASN. didasarkan pada kertas kerja dan evidence yang memadai serta diinput dalam aplikasi Sistem Monitoring Evaluasi Analisa Jabatan (SIMONA) paling lambat sebelum
 larangan Pemerintah Daerah menganggarkan dalam jenis belanja persetujuan bersama Kepala Daerah dan DPRD atas rancangan APBD TA 2024;
pegawai untuk tenaga Non ASN dikarenakan belanja pegawai • Pengajuan permohonan persetujuan TPP ASN harus sesuai dengan hasil verifikasi dan tidak melebihi pagu anggaran yang tertuang dalam Peraturan Daerah tentang
hanya diperuntukan bagi PNS daerah, PPPK daerah, kepala APBD TA 2024 diajukan melalui SIPD-RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk selanjutnya diberikan persetujuan permohonan TPP ASN
daerah/wakil kepala daerah dan DPRD. kepada Pemerintah Daerah.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Barang digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang antara lain:
• Belanja barang pakai habis, barang tak habis pakai, dan barang bekas dipakai yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata didasarkan atas
pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, standar kebutuhan yang ditetapkan oleh kepala daerah, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun Anggaran 2023 dengan menerapkan digitalisasi pengelolaan administrasi dalam rangka
efisiensi dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Belanja barang untuk dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, rasionalitas dan
efektivitas dalam pencapaian sasaran program, kegiatan dan subkegiatan pemerintahan daerah guna mencapai target kinerja yang ditetapkan
berdasarkan visi dan misi kepala daerah yang tertuang dalam RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
• Penganggaran belanja barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain agar memperhatikan:
a. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian pencapaian target kinerja yang tertuang dalam RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam
rencana kerja Pemerintah Daerah;
• Belanja barang dan jasa digunakan untuk
b. memiliki data dan informasi yang telah diverifikasi oleh SKPD terkait; dan
menganggarkan pengadaan barang/jasa yang
nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan, c. usulan atas barang dimaksud dilakukan oleh SKPD terkait tanpa ada pengajuan proposal dari calon penerima.
termasuk barang/jasa yang akan diserahkan atau • Pengadaan belanja barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dianggarkan sebesar harga beli/bangun atas barang
dijual kepada masyarakat/pihak lain dalam rangka yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain ditambah belanja yang terkait langsung dengan pengadaan/pembangunan sampai
melaksanakan program, kegiatan dan subkegiatan siap diserahkan.
pemerintahan daerah guna pencapaian sasaran Belanja Jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan jasa yang didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaannya dalam sub kegiatan
prioritas daerah yang tercantum dalam memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap pencapaian kinerja pelaksanaan sub kegiatan. Belanja Jasa dimaksud terdiri atas:
RPJMD/RPD pada SKPD terkait.
• Belanja barang dan jasa diuraikan dalam objek: Penganggaran Jasa Kantor antara lain meliputi:
1. belanja barang, • Penganggaran jasa sebagai imbalan yang diberikan kepada ASN dan/atau Non ASN berdasarkan keahlian/profesi secara spesifik yang dituangkan
2. belanja jasa, dalam perjanjian/penugasan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. belanja pemeliharaan,
• Penganggaran jasa sebagai imbalan yang diberikan kepada pihak lain atas pemberian layanan antara lain telepon, air, listrik, internet, dan jasa-jasa
4. belanja perjalanan dinas, dan
lainnya; dan
5. Belanja Uang dan/atau Jasa untuk diberikan
kepada Pihak Ketiga/Pihak Lain/Masyarakat. • Penganggaran jasa kontribusi asosiasi digunakan untuk menganggarkan iuran dan kegiatan asosiasi pada SKPD terkait antara lain asosiasi
Pemerintah Daerah provinsi, asosiasi Pemerintah Daerah kabupaten, asosiasi Pemerintah kota, asosiasi DPRD provinsi, asosiasi DPRD kabupaten,
asosiasi DPRD kota dan asosiasi lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Penganggaran Iuran Jaminan/Asuransi dengan ketentuan:
• menganggarkan iuran jaminan kesehatan yang terdiri dari Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNPNSD), kepala desa dan perangkat desa,
bantuan iuran, kontribusi iuran, iuran pekerja bukan penerima upah yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
• mendaftarkan dan melaporkan perubahan data PNPNSD sebagai peserta jaminan kesehatan nasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• menganggarkan iuran jaminan kesehatan selaku pemberi kerja untuk kepala desa dan perangkat desa yang menerima gaji/upah dan dianggarkan
dalam APBD dan mendaftarkan ke BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• pembayaran iuran 1% (satu persen) kepala desa dan perangkat desa melalui mekanisme intersep Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 2020 tentang Pemotongan, Penyetoran, dan Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan
Bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Dalam rangka menjamin keberlangsungan dan ketersediaan pembiayaan atas jaminan layanan kesehatan:
• Berkontribusi dalam membayar iuran bagi Penerima Bukan Iuran (PBI) jaminan kesehatan sesuai kapasitas fiskal daerah sebagaimana diatur
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan dalam peraturan perundang-undangan, yang dianggarkan pada SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan pemberi
mengelola sendiri (sebagian atau seluruhnya) pelayanan kesehatan;
Jaminan Kesehatan Daerahnya dengan • Menganggarkan kontribusi pada SKPD berkenaan sebesar kebutuhan peserta PBI jaminan kesehatan untuk pembiayaan 1 (satu) Tahun Anggaran;
manfaat yang sama dengan Jaminan • Menganggarkan iuran dan bantuan iuran pada SKPD sesuai dengan jumlah penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembiayaan
Kesehatan Nasional, termasuk mengelola 1 (satu) Tahun Anggaran;
sebagian Jaminan Kesehatan Daerahnya • Menganggarkan atas pembayaran Bantuan luran bagi penduduk yang mendaftar secara mandiri dengan manfaat pelayanan di Ruang Perawatan
dengan skema ganda Kelas III sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Menganggarkan bantuan iuran pada SKPD sesuai dengan jumlah penduduk yang mendaftar secara mandiri untuk pembiayaan 1 (satu) Tahun
Anggaran;
• Menganggarkan atas kewajiban tunggakan atas Iuran Wajib (IW) bagi peserta pekerja upah Pemerintah Daerah, iuran Kepala Desa dan Perangkat
Desa (KP Desa), kontribusi iuran bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), iuran PBPU Pemerintah Daerah, bantuan iuran PBPU/BP dan iuran
bantuan iuran PBPU mandiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal tunggakan dimaksud belum dianggarkan pada
APBD Tahun Anggaran 2024, Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian/perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024 atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024;
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA LANJUTAN
Dalam rangka mewujudkan UHC, Pemerintah Daerah:
• menganggarkan iuran baik sebagian atau seluruhnya bagi setiap penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan kelas III selain Pekerja Penerima Upah (PPU) dan PBI;
• wajib melakukan integrasi jaminan kesehatan daerah dengan jaminan kesehatan nasional melalui kerja sama pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja (BP)
Pemerintah Daerah dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan guna terselenggaranya jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk
dan tidak melakukan realokasi atas penganggaran jaminan kesehatan nasional; dan
• penganggaran atas kerja sama dalam pendaftaran PBPU dan BP antara Pemerintah Daerah dengan BPJS Kesehatan untuk 12 (dua belas) bulan dengan
berpedoman pada Pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan.
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengelola sendiri (sebagian atau seluruhnya) Jaminan Kesehatan Daerahnya dengan manfaat
yang sama dengan JKN, termasuk mengelola sebagian Jaminan Kesehatan Daerahnya dengan skema ganda.
Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh Kategori skema ganda, yaitu Kategori bukan skema ganda, antara lain
BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan
berupa medical check up, kepada: • penjaminan atau pembayaran atas biaya pelayanan kesehatan masyarakat • penjaminan/pembayaran pelayanan kesehatan orang dengan gangguan
• Kepala daerah/wakil kepala daerah sebanyak 1 (satu) yang dibayarkan oleh Pemerintah Daerah kepada fasilitas kesehatan atau jiwa dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tidak memiliki
kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga (satu langsung kepada masyarakat, yang jenis pelayanan kesehatan/manfaatnya identitas (NIK) sehingga tidak dapat didaftarkan sebagai peserta jaminan
istri/suami dan dua anak), dianggarkan dalam bentuk sama sebagian atau seluruhnya dengan jenis/manfaat pelayanan kesehatan kesehatan nasional;
program dan kegiatan pada SKPD yang secara
yang diatur dalam program jaminan kesehatan nasional yang dikelola oleh • pembayaran pelayanan kesehatan masyarakat yang jenis
fungsional terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
BPJS Kesehatan, dan manfaat/pelayanan kesehatannya tidak dijamin oleh program jaminan
perundang-undangan.
• pimpinan dan anggota DPRD sebanyak 1 (satu) kali dalam • penjaminan/pembayaran pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Daerah kesehatan nasional (seperti biaya ambulance peserta jaminan kesehatan
1 (satu) tahun, tidak termasuk istri/suami dan anak, kepada fasilitas kesehatan atau langsung kepada masyarakat yang telah nasional dari rumah ke fasilitas kesehatan atau sebaliknya), biaya
dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada terdaftar dalam kepesertaan program jaminan kesehatan nasional dengan transportasi peserta dan pendamping ke fasilitas kesehatan rujukan di
SKPD yang secara fungsional terkait sesuai dengan status kepesertaan aktif atau berstatus nonaktif karena menunggak iuran. luar kota yang tidak dijamin dalam jaminan kesehatan nasional, biaya
ketentuan peraturan perundang-undangan, dilakukan di • penjaminan/pembayaran pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Daerah rumah singgah pengantar khusus rujukan ke luar kota; dan
dalam negeri dengan tetap memprioritaskan Rumah kepada fasilitas kesehatan atau langsung kepada masyarakat yang belum • manfaat komplementer lainnya yang tidak dijamin dalam manfaat jaminan
Sakit Umum Daerah terdekat, Rumah Sakit Umum Pusat terdaftar menjadi peserta jaminan kesehatan nasional. kesehatan nasional sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Daerah.
di Provinsi atau Rumah Sakit Umum Pusat terdekat. • dikecualikan dari angka i), masyarakat yang belum terdaftar jaminan • kategori bukan skema ganda dapat dianggarkan dalam APBD dengan
kesehatan nasional namun langsung didaftarkan oleh Pemerintah Daerah menggunakan kode rekening pembayaran layanan kesehatan di luar
kepada BPJS Kesehatan sebagai peserta PBPU BP Pemerintah. cakupan layanan BPJS Kesehatan;
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
• Belanja iuran jaminan kecelakaan kerja bagi Non ASN digunakan untuk menganggarkan belanja iuran jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga Non
ASN yang dipekerjakan melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan atas risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berupa
perawatan, santunan, dan tunjangan cacat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Belanja iuran jaminan kematian bagi Non ASN digunakan untuk menganggarkan belanja iuran jaminan kematian bagi tenaga Non ASN yang
dipekerjakan melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan atas risiko kematian bukan akibat kecelakaan kerja berupa santunan
kematian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Penganggaran sewa terdiri


Pemerintah Daerah dapat menganggarkan jasa konsultansi
atas sewa tanah, sewa
nonkonstruksi sedangkan jasa konsultansi kontruksi mengikuti
peralatan dan mesin, sewa
konsep full costing atau nilai aset tetap yang dianggarkan dalam
gedung dan bangunan,
belanja modal adalah sebesar harga beli/bangun aset ditambah
sewa jalan, jaringan dan
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset
irigasi, dan sewa aset tetap
sampai siap digunakan, kecuali diatur lain oleh peraturan
lainnya sesuai dengan
perundangan-undangan dan diakui sebagai Kontruksi Dalam
ketentuan peraturan
Pengerjaan (KDP) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
perundangan-undangan
undangan.

Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja jasa ketersediaan layanan (availability payment) untuk pembayaran
secara berkala oleh kepala daerah kepada badan usaha pelaksana atas tersedianya layanan yang sesuai dengan kualitas
dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha (KPDBU)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA LANJUTAN

PENGANGGARAN BEASISWA PENDIDIKAN PNS, KURSUS, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, SOSIALISASI, DAN BIMBINGAN TEKNIS MELIPUTI:
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi
penyelenggara Pemerintah Daerah dalam APBD TA 2024, untuk:
• Pendidikan dan Pelatihan teknis dan fungsional dan/atau Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri, pengembangan
kompetensi teknis binaan K/L, sebagaimana amanat ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penyelenggaraan uji kompetensi pemerintahan dalam rangka sertifikasi kompetensi pemerintahan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 85 Tahun 2017 tentang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2017 tentang Kompetensi
Pemerintahan.

Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan bagi ASN dalam rangka pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah
Daerah
• sekurang-kurangnya 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan
• sekurang-kurangnya 0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
Dalam hal besaran alokasi anggaran dalam APBD tahun sebelumnya untuk pendidikan dan pelatihan bagi ASN
• telah melebihi 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan
• telah melebihi 0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota,
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengurangi besaran persentase alokasi anggaran pendidikan dan pelatihan dimaksud dan alokasi TA sebelumnya.
Alokasi anggaran khusus pengembangan kompetensi bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta orientasi dan pendalaman tugas anggota DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Pemeliharaan
• Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaan pengelola barang,
pengguna barang atau kuasa pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai BMD.
• Pemerintah Daerah menganggarkan PKB, BBNKB, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), SWDKLLJ dan administrasi
perpajakan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penganggaran pemeliharaan BMD yang berada dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau
kuasa pengguna barang berpedoman pada:
a. daftar kebutuhan pemeliharaan BMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah;
b. standar kebutuhan dan/atau standar harga pemeliharaan untuk satuan biaya pemeliharaan gedung
atau bangunan dalam negeri, kendaraan dinas dan sarana kantor ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran belanja pemeliharaan untuk menjamin aset yang telah
diserahkan dari kementerian/lembaga kepada Pemerintah Daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri
• Belanja Perjalanan Dinas Biasa. perjalanan dinas jabatan melewati batas kota bagi pejabat negara, pejabat daerah, ASN, dan pihak lain dalam
menjalankan perintah perjalanan dinas
• Komponen perjalanan dinas biasa, yaitu uang harian, biaya penginapan, uang representasi, biaya transportasi.
• Belanja Perjalanan Dinas Tetap. perjalanan dinas tetap yang dihitung dengan memerhatikan jumlah pejabat yang melaksanakan perjalanan
dinas untuk pelayanan masyarakat. Contoh: perjalanan dinas oleh tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh agama, dan lainnya;
• Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk perjalanan dinas di dalam kota yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam atau kurang
dari 8 (delapan) jam bagi pejabat negara, pejabat daerah, ASN, dan pihak lain dalam menjalankan perintah perjalanan dinas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, terdiri atas:
a. perjalanan dinas di dalam kota yang lebih dari 8 (delapan) jam diberikan uang harian sebagai penggantian biaya keperluan sehari-hari
 perjalanan dinas biasa digunakan meliputi uang saku, transportasi lokal, dan uang makan.
untuk: b. perjalanan dinas di dalam kota sampai dengan 8 (delapan) jam hanya diberikan uang transport lokal termasuk pemberian pada masyarakat
a. pejabat negara dalam rangka menghadiri rapat, seminar, dan sejenisnya;
c. uang harian pendidikan dan pelatihan diberikan dalam rangka menjalankan tugas untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
b. pejabat daerah
diselenggarakan di dalam kota yang melebihi 8 (delapan) jam pelatihan atau diselenggarakan di luar kota.
c. ASN
• Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota. perjalanan dinas dalam rangka rapat, pertemuan, atau sejenisnya yang diselenggarakan
d. pihak lain dalam menjalankan oleh Pemerintah Daerah di dalam kota di luar kantor dalam rangka penyelesaian pekerjaan yang perlu dilakukan secara intensif dan bersifat
perintah perjalanan dinas koordinatif yang paling sedikit melibatkan peserta dari luar satuan kerja perangkat daerah atau masyarakat, yang meliputi:
 standar harga satuan biaya  Biaya transportasi peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
perjalanan dinas dalam negeri,  Biaya paket meeting (halfday/fullday/ fullboard/ residence);
rapat atau pertemuan di dalam dan  Uang saku peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
 Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber yang mengalami kesulitan transportasi.
di luar kantor mengacu pada
Besaran nilai biaya paket meeting dalam kota, uang transport, uang saku, dan uang harian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
ketentuan peraturan perundang- undangan.
undangan mengenai SHSR
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri
• Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota. perjalanan dinas dalam rangka rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di
luar kota pada Pemerintah Daerah penyelenggara dan dibiayai seluruhnya oleh Pemerintah Daerah penyelenggara, serta dilaksanakan di luar
kota Pemerintah Daerah peserta dengan biaya perjalanan dinas yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah peserta, meliputi:
 Biaya transportasi peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
 Biaya paket meeting (halfday/fullday/ fullboard/ residence);
 Uang saku peserta, panitia/moderator dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
 Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber yang mengalami kesulitan transportasi.
Besaran nilai biaya paket meeting luar kota, uang transport, uang saku, dan uang harian mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai
standar biaya tahun berkenaan.
• Perjalanan dinas jabatan dilakukan antara lain dalam rangka:
perjalanan dinas bagi: a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
• pejabat daerah, b. mengikuti rapat, seminar, dan kegiatan sejenis trainnya;
• pegawai negeri, c. pengumandahan (detasering);
d. menempuh ujian dinas atau ujian jabatan;
• pegawai tidak tetap dan e. penugasan untuk mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3; dan
• pihak lain sesuai dengan f. mengikuti pendidikan dan pelatihan,
ketentuan peraturan perundang- g. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
undangan
Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri
• Belanja perjalanan dinas biasa luar negeri digunakan untuk menganggarkan perjalanan dinas biasa yang dilaksanakan di luar negeri.
• Ketentuan mengenai standar biaya perjalanan dinas luar negeri bagi Pemerintah Daerah mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai standar biaya masukan yang berlaku pada APBN sebagaimana dimaksud peraturan perundang-undangan mengenai
SHSR.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri memperhatikan ketentuan:
• Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja atau studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan
dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi, jumlah hari dan jumlah orang dibatasi dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan
target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan Pemerintah Daerah dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hasil kunjungan kerja atau studi banding dilaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• ASN, kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD dapat melakukan perjalanan ke luar negeri. Perjalanan luar negeri
berpedoman pada ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2019 tentang Tata Cara Perjalanan ke Luar Negeri di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
Penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, kepatutan, kewajaran, dan akuntabel serta
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai dengan biaya riil (at cost) atau lumpsum, khususnya meliputi:
 Pelaksanaan perjalanan dinas • Uang Harian
• Uang Representasi
bagi pimpinan/anggota DPRD • Khusus untuk gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota, pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat yang
berpedoman pada ketentuan diberikan kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas setingkat pejabat pimpinan tinggi madya dapat diberikan sewa kendaraan dalam kota
peraturan perundang-undangan yang dibayarkan sesuai biaya riil (at cost)
• Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil (at cost)
mengenai SHSR.
• Biaya transportasi darat antar kabupaten/kota di dalam provinsi yang sama
 Ketentuan mengenai perjalanan • Biaya taksi
dinas ditetapkan dengan • Biaya penginapan
peraturan kepala daerah • untuk perjalanan dinas jabatan yang dilakukan oleh gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota kepada ajudan
gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota dapat menginap pada hotel/penginapan yang sama. Dalam hal biaya
penginapan pada hotel/penginapan yang sama tersebut lebih tinggi dari satuan biaya hotel/penginapan, maka ajudan gubernur/wakil
gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota tersebut dapat menggunakan fasilitas kamar pada hotel/ penginapan dimaksud
dengan tetap mengedepankan prinsip efisiensi melalui pemilihan biaya/tarif kamar terendah dan/atau penggunaan kamar untuk 2 (dua)
orang.
• estimasi penganggaran secara riil (at cost) merupakan prakiraan besaran biaya tertinggi yang dalam pelaksanaannya dapat dilampaui karena
kondisi tertentu, termasuk karena adanya kenaikan harga pasar.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja uang untuk diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran, rasionalitas dan efektivitas dalam pencapaian sasaran program, kegiatan dan subkegiatan
pemerintahan daerah guna mencapai target kinerja yang ditetapkan berdasarkan visi dan misi kepala daerah
yang tertuang dalam RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah, dalam bentuk:
• pemberian hadiah yang bersifat perlombaan;
• penghargaan atas suatu prestasi;
• pemberian beasiswa kepada masyarakat;
• penanganan dampak sosial kemasyarakatan akibat penggunaan tanah milik Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan
pembangunan proyek strategis nasional dan non proyek strategis nasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Belanja uang dan/atau jasa untuk • Transfer Ke Daerah yang penggunaannya sudah ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
diberikan kepada pihak ketiga/pihak • Bantuan fasilitasi premi asuransi pertanian;
lain/masyarakat digunakan untuk • uang yang diberikan kepada RT atau dengan sebutan lain yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupaten/kota;
menganggarkan uang dan/atau jasa • uang yang diberikan kepada RW atau dengan sebutan lain yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupaten/kota;
untuk diberikan kepada pihak • uang yang diberikan kepada karang taruna sesuai dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
ketiga/pihak lain/masyarakat yang kewenangan daerah;
dianggarkan dalam jenis belanja barang • uang yang diberikan kepada lembaga pemberdayaan masyarakat sesuai dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan jasa sesuai dengan ketentuan yang menjadi kewenangan daerah; dan/atau
peraturan perundang-undangan • uang yang diberikan kepada pos pelayanan terpadu yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupaten/kota.

Belanja Jasa Untuk Diberikan Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga/Pihak Lain


Pengadaan belanja jasa untuk diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran, rasionalitas dan efektivitas dalam pencapaian sasaran program, kegiatan dan subkegiatan pemerintahan
daerah guna mencapai target kinerja yang ditetapkan berdasarkan visi dan misi kepala daerah yang tertuang dalam
RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Uang Dan/Atau Jasa Untuk Diberikan Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga/Pihak Lain
Penganggaran belanja uang dan/atau jasa untuk diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain agar
memperhatikan:
• merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian pencapaian target kinerja yang tertuang dalam
RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah;
• memiliki data dan informasi yang telah tervalidasi yang ditetapkan oleh Kepala Daerah; dan
• usulan atas Uang dan/atau jasa dimaksud dilakukan oleh SKPD terkait tanpa ada pengajuan proposal dari
calon penerima.
Belanja uang dan/atau jasa untuk
diberikan kepada pihak ketiga/pihak Pengadaan belanja jasa yang akan diberikan kepada pihak ketiga/pihak lain/masyarakat pada Tahun
lain/masyarakat digunakan untuk Anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan sebesar harga beli yang akan diserahkan kepada pihak
menganggarkan uang dan/atau jasa ketiga/pihak lain/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan jasa sampai siap
untuk diberikan kepada pihak diserahkan.
ketiga/pihak lain/masyarakat yang
dianggarkan dalam jenis belanja barang
dan jasa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
KEBIJAKAN BELANJA BUNGA DAN SUBSIDI
Belanja Bunga
• Belanja bunga digunakan Pemerintah Daerah untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok
utang berdasarkan perjanjian pinjaman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja bunga antara lain
berupa belanja bunga utang pinjaman, belanja bunga utang obligasi daerah dan belanja pembayaran imbalan sukuk daerah.
• Belanja bunga berupa belanja bunga utang pinjaman, belanja bunga utang obligasi dan belanja pembayaran imbalan sukuk daerah
dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun Anggaran berkenaan, termasuk yang diperhitungkan langsung terhadap
penyaluran DTU.
• Belanja bunga yang digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang tidak berasal pembayaran atas kewajiban
pokok utang, dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun Anggaran berkenaan.
• Bemerintah Daerah yang memiliki kewajiban pembayaran bunga utang dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun Anggaran
2024 pada SKPKD.

Belanja Subsidi
• Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan belanja subsidi agar harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan oleh badan
usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga
dapat terjangkau oleh masyarakat.
• Badan usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta merupakan badan yang menghasilkan produk atau jasa
pelayanan dasar masyarakat, termasuk penyelenggaraan pelayanan publik antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan
kewajiban pelayanan umum (public service obligation).
• Badan usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagai penerima subsidi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu oleh kantor akuntan publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA SUBSIDI
Belanja Subsidi
• Dalam hal tidak terdapat kantor akuntan publik, pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat dilaksanakan oleh lembaga lain yang
independen dan ditetapkan oleh kepala daerah.
• Pemeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi atas kelayakan
penganggaran pemberian subsidi.
• Hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu menjadi dasar perencanaan dan bahan pertimbangan untuk memberikan subsidi Tahun
Anggaran berikutnya.
• Penerima subsidi sebagai objek pemeriksaan bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan subsidi yang
diterimanya, dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada kepala daerah.
• Pemerintah Daerah menganggarkan belanja subsidi dalam APBD Tahun Anggaran berkenaan pada SKPD terkait.
• Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada BUMD penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
apabila telah menetapkan peraturan kepala daerah mengenai tata cara perhitungan dan penetapan tarif air minum serta
pemberian subsidi dari Pemerintah Daerah kepada BUMD penyelenggara SPAM, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Dalam hal kepala daerah menetapkan tarif lebih kecil dari usulan tarif yang diajukan direksi BUMD penyelenggara SPAM yang
mengakibatkan tarif rata-rata tidak mencapai pemulihan biaya secara penuh (full cost recovery), Pemerintah Daerah harus
menyediakan subsidi untuk menutup kekurangannya melalui APBD setelah mendapat persetujuan dari dewan pengawas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemberian subsidi bunga atau program sejenis lainnya kepada masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat
berupa program Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURDa) melalui lembaga keuangan bank daerah dalam rangka mendorong inklusi
keuangan dan penguatan UMKM
KEBIJAKAN BELANJA HIBAH
Belanja hibah dianggarkan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah terkait sesuai PUU yaitu:

terkait urusan dan kewenangan daerah dianggarkan pada SKPD

terkait hubungan antar lembaga pemerintahan dan/atau dianggarkan pada SKPD yang melaksanakan urusan
instansi vertikal Pemerintahan Umum

yang bukan urusan dan kewenangan Pemda yang


mendukung program dan kegiatan Pemda dianggarkan pada Sekretariat Daerah

Belanja hibah berupa uang, barang, atau jasa dapat • Pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran, program, kegiatan, dan subkegiatan Pemerintah Daerah sesuai kepentingan daerah
dianggarkan dalam APBD sesuai dengan dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
kemampuan keuangan daerah setelah rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan • Pengadaan belanja hibah berupa barang pada Tahun Anggaran 2024 dianggarkan sebesar harga beli/bangun atas barang yang akan diserahkan kepada
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan masyarakat/pihak ketiga/pihak lain ditambah seluruh belanja yang terkait langsung dengan pengadaan/pembangunan sampai siap diserahkan sesuai
pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja hibah memenuhi kriteria paling sedikit:
Belanja hibah diberikan kepada: • peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
• Pemerintah Pusat; • bersifat tidak wajib, tidak mengikat;
• Pemerintah Daerah lainnya; • tidak terus menerus setiap Tahun Anggaran, kecuali:
• Badan Usaha Milik Negara; a. kepada pemerintah pusat dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah sepanjang tidak tumpang tindih pendanaannya dengan APBN
• BUMD; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• BUMDesa b. badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
• Badan dan lembaga, serta organisasi perundang-undangan;
kemasyarakatan yang berbadan hukum c. partai politik dan/atau;
Indonesia; d. ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
• Partai Politik. • yang dimaksud tidak diberikan secara terus menerus adalah tidak diberikan berkesinambungan atau berkelanjutan setiap Tahun Anggaran.
• memberikan nilai manfaat bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
• memenuhi persyaratan penerima hibah.
KEBIJAKAN BELANJA HIBAH
Partai Politik.
• Belanja hibah juga berupa pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Besaran penganggaran belanja bantuan keuangan kepada partai politik dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Penganggaran dan pelaksanaan hibah kepada partai politik berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
• Dalam hal terdapat kenaikan atas bantuan keuangan partai politik Tahun Anggaran 2024, Pemerintah Daerah mencantumkan dalam KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2024 berdasarkan persetujuan Menteri
untuk tingkat provinsi dan persetujuan gubernur untuk tingkat kabupaten/kota.
Pemerintah Pusat
Hibah kepada pemerintah pusat diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga non kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan, dengan ketentuan:
• Wilayah kerjanya termasuk dari kabupaten/kota kepada instansi vertikal yang wilayah kerjanya pada provinsi;
• Hibah kepada pemerintah pusat dapat diberikan lebih dari 1 (satu) kali dalam tahun berkenaan sesuai kemampuan keuangan daerah kecuali hibah kepada unit kerja kementerian dalam negeri yang
membidangi urusan administrasi kependudukan untuk penyediaan blanko KTP.

• Alokasi anggaran belanja hibah yang telah dicantumkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah Tahun 2024 menjadi dasar dalam pencantuman alokasi anggaran belanja hibah dalam
rancangan KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2024.
• Alokasi anggaran belanja hibah, berdasarkan hasil evaluasi oleh SKPD terkait yang telah mendapatkan pertimbangan TAPD atas usulan tertulis dari calon penerima hibah dengan
memperhatikan:
 kelengkapan administrasi calon penerima hibah antara lain nama, alamat, besaran, dan tujuan penggunaan;
 memberikan manfaat bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan;
 kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
• Dalam hal pengelolaan hibah tertentu diatur lain dengan peraturan perundang-undangan, pengaturan pengelolaan hibah dikecualikan dari peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
• Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah yang diterimanya.
• Penganggaran belanja hibah dalam APBD Tahun Anggaran 2024 berpedoman pada peraturan kepala daerah yang mengatur tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah, sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
KEBIJAKAN BELANJA BANTUAN SOSIAL
Bantuan Sosial sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan.
tidak dapat direncanakan
Dianggarkan di BTT
direncanakan sebelumnya
• dialokasikan untuk kebutuhan akibat risiko sosial yang tidak dapat
terkait urusan dan kewenangan daerah dianggarkan pada SKPD
diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda
yang bukan urusan dan kewenangan penanganannya akan menimbulkan risiko sosial yang lebih besar bagi
Pemda yang mendukung program dan dianggarkan pada individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
kegiatan Pemda Sekretariat Daerah • usulan permintaan atas bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya dilakukan oleh SKPD terkait
• Pengadaan belanja bantuan sosial berupa barang pada Tahun Anggaran 2024 • penggunaan atas bantuan sosialyang tidak dapat direncanakan sebelumnya
dianggarkan sebesar harga beli/bangun atas barang yang akan diserahkan kepada tidak melebihi pagu alokasi anggaran yang direncanakan, kecuali bantuan
Belanja bantuan sosial dapat dianggarkan dalam masyarakat/pihak ketiga/pihak lain ditambah seluruh belanja yang terkait langsung sosial yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dengan pengadaan/pembangunan sampai siap diserahkan sesuai dengan ketentuan Bantuan sosial memenuhi kriteria paling sedikit:
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. • Selektif diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon
urusan pemerintahan wajib dan urusan • Belanja bantuan sosial bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan risiko sosial;
pemerintahan pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai keadaan tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak • Memenuhi persyaratan penerima bantuan diartikan memiliki identitas
wajib dan tidak harus diberikan setiap Tahun Anggaran dan keadaan tertentu dapat kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap Tahun Anggaran • Bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan
Belanja bantuan sosial diberikan kepada: sampai penerima bantuan telah lepas dari risiko sosial. tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa pemberian bantuan sosial
• individu; • Alokasi anggaran bantuan sosial dalam rangka menunjang program, kegiatan dan sub tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap Tahun Anggaran dan keadaan
• keluarga; kegiatan Pemerintah Daerah dicantumkan dalam RKPD TA 2024 berdasarkan hasil tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat
• kelompok dan/atau masyarakat, yang evaluasi Kepala SKPD terkait yang telah mendapatkan pertimbangan TAPD atas usulan diberikan setiap Tahun Anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari
tertulis dari calon penerima bantuan social dan/atau kepala SKPD dengan risiko sosial; dan
mengalami risiko sosial;
memperhatikan: • Sesuai tujuan penggunaan diartikan bahwa tujuan pemberian bantuan sosial
• lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, meliputi Rehabilitasi sosial, Perlindungan sosial, Pemberdayaan sosial,
 kelengkapan administrasi calon penerima bantuan sosial antara lain nama, alamat,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk besaran, dan tujuan penggunaan; Jaminan sosial, Penanggulangan kemiskinan, Penanggulangan bencana
melindungi individu, kelompok, dan/atau  tujuan Pemerintah Daerah dalam melindungi individu, keluarga, dan kelompok • Dalam hal pengelolaan bantuan sosial tertentu diatur lain dengan peraturan
masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial sesuai dengan perundang-undangan, maka pengaturan pengelolaan bantuan sosial
stabil sebagai dampak risiko sosial. ketentuan peraturan perundang-undangan; dikecualikan dari peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
 kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan urusan • Belanja bantuan sosial yang tercantum dalam RKPD Tahun 2024 menjadi
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. dasar dalam pencantuman dalam Rancangan KUA dan PPAS TA 2024.
KEBIJAKAN BELANJA MODAL

• Pengadaan aset tetap tersebut memenuhi kriteria mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan
pemerintahan daerah, batas minimal kapitalisasi aset tetap yang diatur dalam peraturan kepala daerah, berwujud atau tidak berwujud, biaya
perolehan aset tetap dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
• Pemerintah Daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2024 untuk pembangunan dan pengembangan
sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan publik serta pertumbuhan ekonomi daerah
• Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi batas minimal
kapitalisasi aset, dan memperpanjang masa manfaat atau yang memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Belanja modal digunakan untuk menganggarkan
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap dan aset lainnya. • Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Nilai aset tetap yang dianggarkan dalam belanja • Penganggaran pengadaan BMD dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektif,
modal tersebut adalah sebesar harga beli atau
transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel dengan mengutamakan produk dalam negeri.
bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait
• Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah didasarkan pada:
dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
siap digunakansesuai dengan peraturan perundang- a. perencanaan kebutuhan BMD yang mendukung tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada;
undangan b. standar barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga.
• Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk menjamin aset yang telah diserahkan dari kementerian/lembaga kepada Pemerintah
Belanja modal dirinci menurut jenis belanja yang terdiri
Daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal.
atas:
• belanja modal tanah; • Pengadaan BMD dimaksud dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintah Daerah sesuai
• belanja modal peralatan dan mesin; dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• belanja modal bangunan dan gedung;
• belanja modal jalan, jaringan, dan irigasi;
• belanja modal aset tetap lainnya;
• belanja aset lainnya;
KEBIJAKAN BELANJA TIDAK TERDUGA
• Pengeluaran untuk keadaan darurat meliputi bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa, pelaksanaan
operasi pencarian dan pertolongan, dan/atau kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya untuk menganggarkan pengembalian atas
kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah yang bersifat tidak berulang yang terjadi pada tahun sebelumnya.
• Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya antara lain bantuan sosial yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan,
pemberian uang duka bagi masyarakat miskin dengan kriteria dan besaran diatur dalam peraturan kepala daerah yang merupakan
pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Daerah yang tercantum dalam RPJMD/RPD, serta keadaan tidak stabil yang terjadi secara
Keperluan mendesak sesuai dengan karakteristik tiba-tiba sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
masing-masing Pemerintah Daerah dilaksanakan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Keperluan mendesak meliputi: Dalam hal alokasi anggaran BTT tidak mencukupi, Pemerintah Daerah:
• kebutuhan daerah dalam rangka Pelayanan Dasar a. melakukan penyesuaian atas program, kegiatan dan subkegiatan pada SKPD yang bersangkutan atau antarSKPD sepanjang program,
masyarakat yang anggarannya belum tersedia kegiatan dan subkegiatan belum dilaksanakan/direalisasikan;
dalam Tahun Anggaran berjalan; b. melakukan optimalisasi/penjadwalan ulang atas program/kegiatan/subkegiatan atau belanja pada SKPD yang bersangkutan; dan/atau
• belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja c. memanfaatkan kas yang tersedia.
yang bersifat wajib;
• pengeluaran daerah yang berada diluar kendali Penggunaan BTT untuk keadaan darurat di luar penggunaan untuk keadaan bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial dan/atau
Pemerintah Daerah dan tidak dapat diprediksikan
kejadian luar biasa, pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan, dan/atau kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan
sebelumnya, serta amanat peraturan perundang-
pelayanan publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan untuk mendanai keperluan mendesak dilakukan melalui
undangan; dan/atau
• pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda pergeseran anggaran dari BTT ke dalam program, kegiatan dan subkegiatan serta belanja terkait pada SKPD sesuai dengan kewenangannya,
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi dengan tahapan sebagai berikut:
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat. • dalam hal anggaran belum tersedia atau belum cukup tersedia, dilakukan pergeseran dari BTT dalam RKA pada SKPKD ke dalam RKA pada
SKPD terkait sesuai dengan kewenangannya; dan
Kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak • RKA menjadi dasar dalam melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
Tahun Anggaran 2024.
atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
KEBIJAKAN BELANJA TIDAK TERDUGA
Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. diusulkan oleh SKPD terkait a) kepala SKPD mengajukan RKB paling lama 1 (satu) hari kepada PPKD selaku BUD;
dengan tahapan sebagai berikut: b) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT kepada kepala SKPD
penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keadaan darurat dalam rangka kebutuhan tanggap paling lama 1 (satu) hari terhitung sejak diterimanya RKB.
darurat bencana, penghentian konflik dan rekonsiliasi pasca konflik, dan/atau kejadian luar biasa
dilakukan dengan PEMBEBANAN LANGSUNG kepada belanja tidak terduga.

kepala SKPD PPKD selaku BUD

kepala daerah menetapkan


status tanggap darurat Rencana Kebutuhan Rencana Kebutuhan
Belanja (RKB) Belanja (RKB)
paling lambat 1 (satu)
hari kerja terhitung
sejak diterimannya RKB
a. penggunaan dana kebutuhan belanja dicatat pada BKU tersendiri
oleh BP/BPP;
b. kepala SKPD bertanggungjawab secara fisik dan keuangan terhadap
penggunaan dana kebutuhan belanja dimaksud yang dikelolanya
yang dibuktikan dengan penandatanganan Surat dana kebutuhan belanja
Pertanggungjawaban Mutlak; dan melalui mekanisme TU
c. pertanggungjawaban atas penggunaan dana kebutuhan belanja
dimaksud disampaikan oleh kepala SKPD kepada PPKD dengam
melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap serta
BP/BPP
Surat Pertanggungjawaban Mutlak atas penggunaan belanja.
KEBIJAKAN BELANJA TIDAK TERDUGA
Penggunaan BTT untuk penanggulangan keadaan darurat, dan keperluan mendesak untuk Penanggulangan bencana meliputi tahap pra bencana, saat tanggap
pra bencana dan pascabencana yang belum tersedia dan/atau belum cukup tersedia darurat dan pascabencana yang meliputi bencana alam/nonalam dan
anggarannya, diatur ketentuan: bencana sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana: Prabencana, antara lain:


a) perencanaan dan penyusunan standar teknis penanggulangan bencana;
Pascabencana, antara lain: b) pengurangan risiko dan pencegahan bencana;
a) rehabilitasi antara lain kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan c) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, d) kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana;
pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan revolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi dan budaya, e) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana.
pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan dan pemulihan fungsi
Tanggap darurat, antara lain:
pelayanan publik.
a) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan
b) rekonstruksi antara lain kegiatan pembangunan kembali prasarana dan sarana, pembangunan sumber daya;
kembali sarana sosial masyarakat, pembangkitan kembali kehidupan sosial masyarakat, b) penentuan status keadaan darurat bencana;
penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
bencana, partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia usaha dan d) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
masyarakat, peningkatan kondisi sosial dan budaya, peningkatan fungsi pelayanan publik atau e) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital,
peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. penyelenggaraan tanggap darurat dikendalikan oleh kepala Badan
c) terhadap kebutuhan prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana sebagai antisipasi bencana Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sesuai kewenangannya.
yang terjadi secara simultan, Pemerintah Daerah mendukung aktif dengan mengutamakan
penganggaran perlindungan, pemberdayaan, dan pemenuhan kebutuhan khusus kelompok rentan Pergeseran anggaran dengan melakukan perubahan peraturan kepala daerah
(perempuan, anak, lansia, dan difabel) dalam rangka memenuhi SPM sesuai dengan ketentuan tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan dilaporkan kepada pimpinan
peraturan perundang-undangan. DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan
APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran bagi
Dalam hal untuk tanggap darurat dilaksanakan melalui pembebanan langsung BTT. Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
KEBIJAKAN BELANJA TRANSFER
Belanja transfer merupakan pengeluaran uang dari PEMDA kepada PEMDA lainnya dan/atau dari PEMDA kepada
BELANJA BAGI HASIL pemerintah DESA. Belanja transfer dianggarkan pada SKPD selaku SKPKD.
• Bersumber dari pendapatan pajak daerah provinsi kepada Besaran alokasi belanja bagi hasil pajak daerah dianggarkan secara bruto, yaitu jumlah
kabupaten/kota. pendapatan daerah yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang
digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan
• Kebijakan penganggaran belanja bagi hasil pajak daerah dianggarkan
bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil sesuai dengan ketentuan
dalam APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
peraturan perundang-undangan.
undangan.
• Hasil penerimaan pajak daerah provinsi sebagian diperuntukkan bagi BELANJA BAGI HASIL PAJAK DAERAH PROVINSI DIANGGARKAN DALAM APBD TA 2024
pemerintah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan • Penyaluran bagi hasil pajak daerah dimaksud dilakukan setiap bulan berikutnya sesuai dengan hasil
pendapatan pajak daerah.
DENGAN KETENTUAN: • Belanja bagi hasil pajak daerah provinsi yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2024 harus
memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran 2024.
hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan • Dalam hal terdapat pelampauan realisasi penerimaan target pajak daerah Pemerintah Daerah
30% Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota provinsi pada akhir Tahun Anggaran 2023, disalurkan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota
pada Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
• Pemerintah Daerah provinsi dilarang menganggarkan belanja bagi hasil provinsi kepada Pemerintah
hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada
70% kabupaten/kota
Daerah kabupaten/kota yang bersumber dari retribusi daerah.
PENDAPATAN PAJAK DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAHAN DESA.
Pemerintah Daerah kabupaten/kota menganggarkan belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi
70% hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada kabupaten/kota •
daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% dari rencana pendapatan pajak daerah dan
retribusi daerah kabupaten/kota pada Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan ketentuan PUU.
• Besaran alokasi bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada pemerintah desa
50% hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada kabupaten/kota dianggarkan secara bruto
• Penyaluran bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah dimaksud dilakukan setiap bulan berikutnya
Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada sesuai dengan hasil pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah.
80% hanya pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air
Permukaan dimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan
• Dalam hal terdapat pelampauan realisasi penerimaan target pajak daerah dan retribusi daerah
Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada akhir Tahun Anggaran 2023, disalurkan kepada pemerintah
desa pada Tahun Anggaran 2024.
KEBIJAKAN BELANJA TRANSFER
Belanja bantuan keuangan dapat dianggarkan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan
BELANJA BANTUAN KEUANGAN pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan serta alokasi belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Bantuan keuangan antar-daerah provinsi • Dalam hal Pemerintah Daerah dan/atau pemerintah desa sebagai penerima bantuan keuangan khusus tidak menggunakan sesuai peruntukan yang
Bantuan keuangan antar-daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh Pemerintah Daerah pemberi bantuan keuangan, Pemerintah Daerah dan/atau pemerintah desa sebagai penerima bantuan keuangan
Bantuan keuangan daerah provinsi ke daerah khusus wajib mengembalikan kepada Pemerintah Daerah pemberi bantuan keuangan khusus.
kabupaten/kota di wilayahnya dan/atau daerah • Pemerintah Daerah pemberi bantuan keuangan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa penerima bantuan. Dalam hal pemberi bantuan keuangan khusus mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam
kabupaten/kota di luar wilayahnya APBD, Pemerintah Daerah penerima bantuan keuangan melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024
Bantuan keuangan daerah kabupaten/kota ke daerah dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
provinsinya dan/atau daerah provinsi lainnya ditampung dalam laporan realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
Bantuan keuangan daerah provinsi atau kabupaten/kota PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
kepada desa
• Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang memiliki desa menganggarkan DD yang diterima dari APBN dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada
Belanja bantuan keuangan diberikan kepada daerah lain dalam rangka kerja pemerintah desa dalam APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan • Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang memiliki desa menganggarkan ADD untuk pemerintah desa dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada
tertentu lainnya. pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari DTU (dana alokasi umum dan DBH) yang diterima oleh kabupaten/kota yang memiliki desa
dalam APBD Tahun Anggaran 2024 tidak termasuk dana bagi hasil-cukai hasil tembakau, dana bagi hasil sumber daya alam kehutanan dana reboisasi,
Belanja bantuan keuangan dalam rangka tujuan tertentu lainnya guna dana bagi hasil sumber daya alam perkebunan sawit, dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas bumi dalam rangka otonomi khusus sebagaimana
memberikan manfaat bagi pemberi dan/atau penerima bantuan keuangan. diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
• ADD diprioritaskan penggunaannya untuk kebutuhan pembayaran Penghasilan Tetap (Siltap) aparat desa.
Bantuan keuangan yang bersifat UMUM peruntukan • ADD dapat digunakan sebagian untuk mendaftarkan peserta PBPU yang didaftarkan oleh pemerintah desa yang belum tercakup dalam kepesertaan
dan pengelolannya diserahkan kepada Pemerintah jaminan kesehatan nasional.
Daerah dan/atau pemerintah desa penerima bantuan • Dalam hal ADD yang dialokasikan dalam APBD tidak tersalur 100% (seratus persen), Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang memiliki desa
menganggarkan sisa ADD yang belum tersalur tersebut dalam APBD tahun berikutnya sebagai tambahan ADD kepada pemerintah desa. Sisa ADD
Bantuan keuangan yang bersifat KHUSUS tersebut merupakan kurang bayar ADD Tahun Anggaran 2023 dan terpisah dari ADD Tahun Anggaran 2024.
peruntukannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
pemberi bantuan dan pengelolaannya diserahkan  Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintah desa dalam
sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah dan/atau jenis belanja bantuan keuangan daerah provinsi atau kabupaten/kota lainnya kepada desa, sebagaimana diatur dalam ketentuan
pemerintah desa penerima bantuan
peraturan perundang-undangan.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban dan pelaporan
serta monitoring dan evaluasi belanja bantuan keuangan ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
• SiLPA Tahun Sebelumnya
• Pencairan Dana Cadangan
• Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahakan
• Penerimaan Kembali atas Pemberian
Pinjaman
• Penerimaan Pinjaman Daerah
• Penerimaan Pembiayaan Lainnya PENERIMAAN
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMBIAYAAN

PENGELUARAN • Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang


Jatuh Tempo;
PEMBIAYAAN • Penyertaan Modal Daerah;
• Pembentukan Dana Cadangan;
• Pembentukan Dana Abadi Daerah;
• Pemberian Pinjaman Daerah;
• Pengeluaran Pembiayaan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pencairan Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan
• Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan • Dana cadangan penggunaannya diprioritaskan untuk mendanai kebutuhan pembangunan
dari rekening dana cadangan ke RKUD dalam Tahun Anggaran berkenaan. prasarana dan sarana daerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran.
• Jumlah dana cadangan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dengan peraturan • Dana cadangan dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan lainnya sesuai dengan ketentuan
daerah tentang pembentukan dana cadangan bersangkutan. peraturan perundang-undangan.
• Pencairan dana cadangan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran menjadi penerimaan • Dana cadangan bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah kecuali dari:
pembiayaan APBD dalam Tahun Anggaran berkenaan. 1) dana alokasi khusus;
2) pinjaman daerah; dan
• Dalam hal dana cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut
3) penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan
dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan risiko rendah.
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Posisi dana cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan • Pembentukan dana cadangan ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana
pertanggungjawaban APBD. cadangan. peraturan daerah tersebut paling sedikit memuat:
• Penggunaan atas dana cadangan yang dicairkan dari rekening dana cadangan ke RKUD 1) penetapan tujuan pembentukan dana cadangan;
dianggarkan pada SKPD pengguna dana cadangan bersangkutan, kecuali ditentukan lain 2) program, kegiatan dan subkegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan;
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke
• Penerimaan hasil bunga/ jasa giro/imbal hasil/dividen/keuntungan (capital gain) atas rekening dana cadangan;
rekening dana cadangan dan/atau penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai 4) sumber dana cadangan; dan
lain-lain PAD yang sah. 5) Tahun Anggaran pelaksanaan dana cadangan.
• Peraturan daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan dimaksud ditetapkan sebelum
persetujuan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD atas rancangan peraturan daerah
tentang APBD.
• Pembentukan Dana Cadangan tidak dapat dilakukan pada perubahan APBD Tahun Anggaran
berkenaan.
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan • Pemberian pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan pemberian pinjaman
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak penerima pinjaman sesuai daerah yang diberikan kepada pemerintah pusat, Pemerintah Daerah lainnya, BUMD,
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. badan usaha milik negara, koperasi, dan/atau masyarakat.
• Pemberian pinjaman daerah dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPRD.
• Persetujuan DPRD menjadi bagian yang disepakati dalam KUA dan PPAS.
• Ketentuan mengenai tata cara pemberian pinjaman daerah diatur dalam peraturan
kepala daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembentukan Dana Abadi Daerah


Daerah dapat membentuk dana abadi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Penyertaan Modal (1)
• Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dianggarkan • Penyertaan modal daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam APBD Tahun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Anggaran 2024 telah ditetapkan dalam peraturan daerah mengenai penyertaan modal daerah bersangkutan
dan pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Peraturan daerah dimaksud ditetapkan sebelum persetujuan Kepala Daerah bersama DPRD atas rancangan
peraturan daerah tentang APBD.
• Penyertaan modal daerah tidak dapat dilakukan pada perubahan APBD Tahun Anggaran berkenaan, kecuali
diatur lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemerintah Daerah dalam melakukan penyertaan modal daerah memperhatikan ketentuan:
1. Dalam hal akan melaksanakan penyertaan modal, Pemerintah Daerah harus menyusun perencanaan
investasi Pemerintah Daerah dan analisis penyertaan modal daerah sebelum disetujui oleh kepala daerah.
2. Analisis penyertaan modal daerah dilakukan oleh penasehat investasi yang independen dan profesional,
serta ditetapkan oleh kepala daerah.
3. Penyertaan modal daerah bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah, pertumbuhan
perkembangan perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
4. Pemenuhan penyertaan modal pada tahun sebelumnya tidak diterbitkan peraturan daerah tersendiri
sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut tidak melebihi jumlah penyertaan modal yang
telah ditetapkan dengan peraturan daerah mengenai penyertaan modal bersangkutan.
5. Dalam hal Pemerintah Daerah akan menambah jumlah penyertaan modal melebihi jumlah penyertaan
modal yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah mengenai penyertaan modal, Pemerintah Daerah
melakukan perubahan peraturan daerah mengenai penyertaan modal dimaksud sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Penyertaan Modal (2)
• Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dianggarkan • Dalam rangka memperkuat struktur permodalan pada BUMD, Pemerintah Daerah dapat menambah modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang disetor dan/atau melakukan penambahan penyertaan modal pada BUMD, sehingga BUMD tersebut
dapat lebih berkompetisi, tumbuh dan berkembang. Untuk BUMD sektor perbankan, Pemerintah Daerah
dapat melakukan penambahan penyertaan modal dimaksud guna menambah modal sebagaimana
dipersyaratkan otoritas jasa keuangan dan untuk memenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR).
• Pemerintah Daerah diminta memenuhi modal inti minimum bank pembangunan daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan paling lambat 31 Desember 2024.
• Perusahaan daerah yang menjadi BUMD dengan kepemilikan saham 1 (satu) daerah dibawah 51% (lima puluh
satu persen), daerah tersebut wajib menyesuaikan kepemilikan sahamnya menjadi paling sedikit 51% (lima
puluh satu persen) paling lama 5 (lima) tahun, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Daerah dapat menganggarkan investasi jangka
panjang nonpermanen dalam bentuk dana bergulir.
• Dalam penyaluran dana bergulir, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dengan BUMD lembaga
keuangan perbankan, lembaga keuangan nonperbankan atau lembaga keuangan lainnya.
• Dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable Development Goal’s (SDG’s) Tahun 2025 yaitu
cakupan pelayanan air minum perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% (delapan puluh persen) dan di
wilayah perdesaan sebanyak 60% (enam puluh persen) serta peningkatan capaian air minum aman sebesar
15% (lima belas persen), Pemerintah Daerah perlu memperkuat struktur permodalan Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). Penguatan struktur permodalan tersebut dilakukan dengan menambah penyertaan modal
Pemerintah Daerah yang antara lain bersumber dari pemanfaatan laba bersih PDAM.
• Penyertaan modal dimaksud dilakukan untuk penambahan, peningkatan, perluasan prasarana dan sarana
sistem penyediaan air minum, serta peningkatan kualitas dan pengembangan cakupan pelayanan. Selain itu,
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
• Penerimaan Pinjaman Daerah/Pembiayaan Utang Daerah (1) • Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang Jatuh Tempo
• Pembiayaan Utang Daerah digunakan untuk membiayai urusan pemerintahan yang menjadi • Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan
kewenangan daerah. sesuai dengan perjanjian pembiayaan utang dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari
• Pemerintah Daerah dilarang melakukan pembiayaan langsung dari pihak luar negeri. seluruh kewajiban Pemerintah Daerah yang harus diselesaikan dalam Tahun Anggaran berkenaan
• Pemerintah tidak memberikan jaminan atas pembiayaan utang daerah. berdasarkan perjanjian pembiayaan utang.
• Pendapatan dan/atau BMD tidak dapat dijadikan jaminan pinjaman daerah. • Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo merupakan pembayaran pokok pembiayaan utang
• Nilai bersih maksimal pembiayaan utang daerah dalam 1 (satu) Tahun Anggaran terlebih dahulu yang menjadi beban Pemerintah Daerah harus dianggarkan pada APBD setiap tahun sampai dengan
mendapat persetujuan DPRD pada saat pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD. selesainya kewajiban dimaksud, termasuk yang diperhitungkan langsung terhadap penyaluran DTU.
• Dalam hal tertentu yaitu kondisi kedaruratan yang mengakibatkan perkiraan pendapatan daerah • Dalam hal alokasi anggaran dalam APBD tidak mencukupi untuk pembayaran cicilan pokok utang,
mengalami penurunan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari APBD, kepala daerah dapat Kepala Daerah dapat melakukan pelampauan (penambahan) pembayaran mendahului perubahan
melakukan pembiayaan melebihi nilai bersih maksimal yang telah disetujui dprd dan dilaporkan APBD, dengan melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
sebagai perubahan APBD tahun yang bersangkutan. Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
• Pembiayaan utang daerah yang memenuhi persyaratan teknis dapat dilakukan melebihi sisa masa peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam laporan
jabatan kepala daerah setelah mendapat pertimbangan dari Menteri, menteri yang realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara, dan menteri yang 2024.
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.
• Pembiayaan Utang Daerah terdiri dari:
1. Pinjaman daerah
a. Pinjaman Daerah adalah pembiayaan utang Daerah yang diikat dalam suatu perjanjian
pinjaman dan bukan dalam bentuk surat berharga, yang mengakibatkan Daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain, sehingga Daerah
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
b. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari:
• Pemerintah;
• Pemerintah Daerah lain;
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
• Penerimaan Pinjaman Daerah/Pembiayaan Utang Daerah (2) • Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang Jatuh Tempo
d. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah dapat dilakukan melalui penugasan kepada • Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan
lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan bukan bank. sesuai dengan perjanjian pembiayaan utang dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari
e. Pinjaman Daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pemberi pinjaman. seluruh kewajiban Pemerintah Daerah yang harus diselesaikan dalam Tahun Anggaran berkenaan
f. Pinjaman Daerah dapat berbentuk konvensional atau syariah. berdasarkan perjanjian pembiayaan utang.
g. Pinjaman Daerah dilakukan dalam rangka: • Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo merupakan pembayaran pokok pembiayaan utang
• pengelolaan kas; yang menjadi beban Pemerintah Daerah harus dianggarkan pada APBD setiap tahun sampai dengan
• pembiayaan pembangunan infrastruktur Daerah; selesainya kewajiban dimaksud, termasuk yang diperhitungkan langsung terhadap penyaluran DTU.
• pengelolaan portofolio utang Daerah; dan/atau • Dalam hal alokasi anggaran dalam APBD tidak mencukupi untuk pembayaran cicilan pokok utang,
• penerusan pinjaman dan/atau penyertaan modal kepada BUMD. Kepala Daerah dapat melakukan pelampauan (penambahan) pembayaran mendahului perubahan
h. Pinjaman Daerah dalam rangka pengelolaan kas dilakukan tidak dengan persetujuan DPRD dan APBD, dengan melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
harus dilunasi dalam Tahun Anggaran berkenaan. Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
i. Pinjaman daerah dalam rangka pembiayaan pembangunan infrastruktur daerah dapat berupa peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam laporan
pinjaman tunai dan/atau pinjaman kegiatan. realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran
j. Pinjaman daerah dalam rangka penerusan pinjaman kepada BUMD berupa penugasan dari 2024.
pemerintah/Pemerintah Daerah kepada BUMD untuk membiayai program, kegiatan, dan
subkegiatan yang bersifat strategis nasional atau penugasan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penugasan Pemerintah Daerah kepada BUMD yang bukan
merupakan program, kegiatan, dan subkegiatan yang bersifat strategis nasional harus
mendapatkan persetujuan Menteri.
k. Dalam hal pinjaman selain dari pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah, Menteri tidak
memberikan pertimbangan pinjaman daerah dan Pemerintah Daerah cukup melakukan
penyampaian salinan perjanjian pinjaman daerah yang telah ditanda tangani kepala daerah dan
pemberi pinjaman kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keuangan negara.
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
• Penerimaan Pinjaman Daerah/Pembiayaan Utang Daerah (3) • Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang Jatuh Tempo
2. Obligasi daerah dan Sukuk Daerah • Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan
a. Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah dilakukan dalam rangka: sesuai dengan perjanjian pembiayaan utang dan pelaksanaannya merupakan prioritas utama dari
• pembiayaan pembangunan infrastruktur Daerah; seluruh kewajiban Pemerintah Daerah yang harus diselesaikan dalam Tahun Anggaran berkenaan
• pengelolaan portofolio utang Daerah; dan/atau berdasarkan perjanjian pembiayaan utang.
• penerusan pinjaman dan/atau penyertaan modal kepada BUMD atas dana hasil penjualan • Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo merupakan pembayaran pokok pembiayaan utang
Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah. yang menjadi beban Pemerintah Daerah harus dianggarkan pada APBD setiap tahun sampai dengan
b. Penerbitan obligasi daerah dan sukuk daerah dilakukan dengan persetujuan menteri yang selesainya kewajiban dimaksud, termasuk yang diperhitungkan langsung terhadap penyaluran DTU.
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara setelah mendapat • Dalam hal alokasi anggaran dalam APBD tidak mencukupi untuk pembayaran cicilan pokok utang,
pertimbangan Menteri. Kepala Daerah dapat melakukan pelampauan (penambahan) pembayaran mendahului perubahan
c. Penerbitan obligasi daerah dan sukuk daerah dalam rangka pembiayaan pembangunan APBD, dengan melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
infrastruktur daerah dilakukan untuk penyediaan sarana dan prasarana daerah. Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam
d. Pengelolaan obligasi daerah dan sukuk daerah sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam laporan
perundang-undangan. realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran
• Pemerintah Daerah wajib membayar kewajiban pembiayaan utang daerah pada saat jatuh tempo. 2024.
• Dana untuk membayar kewajiban pembiayaan utang daerah dianggarkan dalam APBD sampai
dengan berakhirnya kewajiban.
• Dalam hal Pemerintah Daerah tidak menganggarkan pembayaran kewajiban pembiayaan utang
daerah, kepala daerah dan DPRD dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkannya hak
keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
• Dalam hal daerah tidak membayar kewajiban pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah
dan lembaga yang mendapat penugasan dari pemerintah yang telah jatuh tempo, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara dapat melakukan pemotongan
dana TKD yang tidak ditentukan penggunaannya setelah berkoordinasi dengan Menteri.
• Pemerintah Daerah dapat melakukan pembiayaan utang daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
KEBIJAKAN SURPLUS DAN DEFISIT
• Dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat digunakan untuk pengeluaran pembiayaan daerah yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD
yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam hal APBD diperkirakan defisit, APBD dapat didanai dari penerimaan pembiayaan daerah yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD yang
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Defisit APBD harus dapat ditutup dari pembiayaan neto.
• Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo merupakan pembayaran pokok utang yang belum cukup tersedia anggaran dalam pengeluaran pembiayaan
• Selisih antara anggaran pendapatan daerah sesuai dengan perjanjian.
dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan
• Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi surplus APBD kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
terjadinya surplus atau defisit APBD.
negara setiap semester dalam Tahun Anggaran berkenaan.
• Surplus APBD merupakan selisih lebih antara
pendapatan daerah dan belanja daerah. • Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batas
• Defisit APBD merupakan selisih kurang antara maksimal defisit APBD masing-masing Daerah yang dibiayai dari Pinjaman Daerah setiap Tahun Anggaran.
pendapatan daerah dan belanja daerah. • Penetapan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batas maksimal defisit APBD masing-masing daerah paling lambat bulan Agustus untuk Tahun
• Penggunaan surplus APBD diutamakan untuk: Anggaran berikutnya.
1) pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh • Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi defisit APBD kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
tempo; negara setiap semester dalam Tahun Anggaran berkenaan. Pemerintah Daerah yang melanggar ketentuan dapat dikenai sanksi penundaan penyaluran DTU.
2) penyertaan modal daerah; • Menteri melakukan pengendalian defisit APBD provinsi berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batas maksimal defisit APBD masing-
3) pembentukan dana cadangan; masing Daerah yang dibiayai pinjaman daerah yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.
4) pemberian pinjaman daerah; dan/atau • Gubernur selaku wakil pemerintah pusat melakukan pengendalian defisit APBD kabupaten/kota berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD.
5) pengeluaran pembiayaan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA)
undangan. • Pemerintah Daerah menganggarkan SILPA Tahun Anggaran 2024 bersaldo nihil.
• Batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD untuk • Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD menghasilkan SILPA tahun berjalan positif, Pemerintah Daerah harus
setiap Tahun Anggaran berpedoman pada penetapan
memanfaatkannya untuk penambahan program, kegiatan dan subkegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program, kegiatan, subkegiatan yang telah
batas maksimal defisit APBD yang ditetapkan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
keuangan negara. • Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD menghasilkan SILPA tahun berjalan negatif, Pemerintah Daerah melakukan
• Pengendalian dilakukan pada saat evaluasi terhadap pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan program, kegiatan, dan subkegiatan yang
rancangan peraturan daerah tentang APBD. kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program, kegiatan dan subkegiatan.

Anda mungkin juga menyukai