Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah
BATANG TUBUH Pasal 3
• Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 berdasarkan kebijakan umum anggaran dan prioritas serta
plafon anggaran sementara berupa target dan kinerja program, kegiatan dan subkegiatan yang
tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
1 2
• Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 dilakukan melalui sistem informasi pemerintahan daerah
sinkronisasi kebijakan Prinsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah Penyusunan APBD
dengan kebijakan
pemerintah pusat Pasal 4
• APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.
3 • APBD disusun berdasarkan klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur sesuai urusan
pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan dan subkegiatan yang diuraikan
Kebijakan masing-masing ke dalam akun pendapatan, belanja dan pembiayaan serta dijabarkan ke
Penyusunan APBD dalam kelompok, jenis, objek, rincian objek, subrincian objek pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4 5 Pasal 5
Teknis Hal-Hal Khusus Lainnya Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2024 untuk:
penyusunan APBD • mengelola belanja secara efektif, efisien, dan fokus terhadap capaian target pelayanan publik;
• mengutamakan penggunaan alokasi anggaran melalui rasionalisasi belanja daerah yang belum
menjadi prioritas guna meningkatkan kualitas keluaran belanja daerah; dan
• mengalokasikan anggaran yang memadai guna percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tema RKP & KEM PPKF Tahun 2024
“Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi
Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”
fokus pembangunan diarahkan kepada:
1. pengurangan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem;
2. peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan;
3. revitalisasi industri dan penguatan riset terapan;
4. penguatan daya saing usaha;
5. pembangunan rendah karbon dan transisi energi;
6. percepatan pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas;
7. percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN); dan
8. pelaksanaan pemilihan umum Tahun 2024
01 02 03
PENDAPATAN ASLI PENDAPATAN LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH TRANSFER DAERAH YANG SAH
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor PKB) Exclude alat berat dan kendaraan berbasis energi terbarukan, tarif turun untuk mengakomodasi opsen PKB
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Exclude alat berat, kendaraan berbasis energi terbarukan, dan BBNKB II dst, tarif diturunkan untuk mengakomodasi
opsen BBNKB
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor -
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan -
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Penambahan objek berupa rokok lainnya yang dikenakan cukai rokok
6 Pajak Hotel Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) • Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
(Pajak atas Konsumsi) • Makanan dan/atau Minuman di Restoran
7 Pajak Restoran
• Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan
8 Pajak Hiburan Prasarana Olahraga dan rekreasi
9 Pajak Parkir • Jasa Parkir
• Tenaga Listrik
10 Pajak Penerangan Jalan
11 Pajak Reklame Pajak Reklame -
12 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tarif turun untuk mengakomodasi opsen MBLB
(MBLB)
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah -
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet -
15 PBB-P2 PBB-P2 Memperkenalkan assessment value NJKP 20% s.d. 100%
16 BPHTB BPHTB, Pajak Alat Berat Memperhatikan Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017
Opsen Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB
PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH
UU PDRD dan UU Cipta Kerja
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu UU HKPD
(15 jenis pelayanan) (11 jenis pelayanan) (5 jenis pelayanan izin)
1. Pelayanan Kesehatan 1. Pemakaian Kekayaan Daerah 1. PBG (Persetujuan Bangunan Retribusi Jasa Umum (5 jenis pelayanan)
2. Pelayanan Kebersihan 2. Pasar Grosir/Pertokoan Gedung)
2. Izin Tempat Penjualan Minuman 1. pelayanan kesehatan
3. Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan 3. Tempat Pelelangan 2. pelayanan kebersihan
Sipil Beralkohol
4. Terminal 3. Izin Trayek 3. pelayanan parkir di tepi jalan umum
4. Pelayanan Pemakaman 5. Tempat Khusus Parkir
5. Parkir di Tepi Jalan Umum 4. Izin Usaha Perikanan 4. pelayanan pasar
6. Penginapan/Villa 5. pengendalian lalu lintas
6. Pelayanan Pasar 5. Perpanjangan Izin Mempekerjakan
7. Rumah Potong Hewan Tenaga Kerja Asing (PP97/2012)
7. Pelayanan Pengujian Kendaraan 8. Pelayanan Kepelabuhanan Retribusi Jasa Usaha (10 jenis pelayanan)
Bermotor Retribusi Izin Gangguan dihapus UU
9. Tempat Rekreasi dan Olahraga Cipta Kerja Sama seperti UU 28/2009, dengan
8. Pemeriksaan Alat Pemadam 10. Penyeberangan di Air menghapuskan Retribusi Terminal
Kebakaran 11. Penjualan Produksi Usaha Daerah
9. Biaya Cetak Peta Penyediaan Retribusi Perizinan Tertentu (3 jenis
/Penyedotan Kakus
11. Pengolahan Limbah Cair pelayanan izin)
12. Pelayanan Tera/Tera Ulang 1. PBG (Persetujuan Bangunan Gedung)
13. Pelayanan Pendidikan 2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
14. Pengendalian Menara 3. PPR (Pengelolaan Pertambangan
Telekomunikasi Rakyat)
15. Pengendalian Lalu Lintas Retribusi Tambahan yang diatur dengan PP
(PP 97/2012) (misal retribusi perkebunan sawit)
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH
Kebijakan penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan
TA 2024 memperhatikan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan perolehan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang terdiri atas:
manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu (1) hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan;
tertentu, antara lain: (2) hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan;
(1) keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu berupa (3) hasil kerja sama daerah;
deviden, bunga dan pertumbuhan nilai perusahaan daerah yang (4) jasa giro;
mendapatkan investasi Pemerintah Daerah; (5) hasil pengelolaan dana bergulir;
(2) peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah (6) pendapatan bunga;
tertentu dalam jangka waktu tertentu; (7) penerimaan atas tuntutan ganti kerugian keuangan daerah;
(3) peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu sebagai (8) penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi, dan/atau
akibat langsung dari investasi yang bersangkutan; pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan uang pada
bank, penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atau dari kegiatan lainnya merupakan pendapatan
(4) peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka
daerah;
waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang
bersangkutan; dan/atau
(9) penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
(10) pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
(5) peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat dari investasi (11) pendapatan denda pajak daerah;
Pemerintah Daerah, (12) pendapatan denda retribusi daerah;
sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (13) pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
(14) pendapatan dari pengembalian;
(15) pendapatan dari BLUD yang hanya digunakan untuk mencatat pendapatan dari BLUD yang bukan merupakan objek
retribusi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2023 ; dan
(16) pendapatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DBH PAJAK & DBH CHT
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Bagi Hasil – bersumber dari Pajak terdiri atas: dianggarkan paling tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Dalam hal:
Pajak (DBH-Pajak) • DBH-Pajak Bumi dan Bangunan • Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
(DBH-PBB) selain PBB Perkotaan • Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak TA 2024 Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DBH-Pajak
dan Perdesaan, dan atau ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
• DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) • informasi resmi mengenai alokasi DBH-Pajak TA 2024 yang 2) informasi resmi mengenai alokasi DBH-Pajak TA 2024 melalui
yang terdiri dari: dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan, portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan
PPh Pasal 25: dengan memperhatikan kemungkinan realisasi penerimaan negara Daerah tentang APBD TA 2023 ditetapkan,
PPh Pasal 29 Wajib Pajak yang dinamis, diantaranya dengan mempertimbangkan penerimaan Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DBH-Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri DBH tahun anggaran sebelumnya dimaksud pada Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD TA 2024
(WPOPDN); atau ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi
PPh Pasal 21. Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TA 2024
Dana Bagi Hasil – • dianggarkan sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Dalam hal;
Cukai Hasil Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau 1) Peraturan Menteri Keuangan mengenai rincian alokasi DBH-CHT
Tembakau (DBH- Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut menurut provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dan/ atau
CHT) provinsi/kabupaten/kota TA 2024. terdapat perubahan; atau
• Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau 2) informasi resmi mengenai rincian alokasi DBH-CHT menurut
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2024 melalui portal
provinsi/kabupaten/kota TA 2024 belum ditetapkan, penganggaran Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan Daerah
pendapatan DBH-CHT didasarkan pada realisasi DBH-CHT Tahun tentang APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan,
Anggaran sebelumnya. Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DBH-CHT dimaksud
dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang
Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada
• Pendapatan DBH yang bersumber dari Pajak terdiri atas Pajak Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan
Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Cukai Hasil Tembakau Daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2023 atau
untuk daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran, ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
DBH - CHT Penerimaan DBH-CHT, baik bagian provinsi maupun bagian
kabupaten/kota dialokasikan untuk mendanai program:
(a) Dalam hal terdapat pendapatan lebih DBH-Pajak kecuali DBH-CHT peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
TA 2024 seperti pendapatan lebih salur tahun-tahun sebelumnya lingkungan sosial,
atau selisih lebih pendapatan TA 2023, pendapatan lebih tersebut
dianggarkan dalam Perda tentang Perubahan APBD TA 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak sosialisasi ketentuan dibidang cukai dan/atau pemberantasan barang
melakukan perubahan APBD TA 2024. kena cukai palsu (cukai ilegal) sebagaimana diatur dalam peraturan
(b) Apabila terdapat pendapatan kurang DBH-Pajak kecuali DBH-CHT perundang-undangan mengenai cukai;
TA 2024 seperti pendapatan kurang salur tahun-tahun sebelumnya
atau selisih kurang pendapatan TA 2023, pendapatan kurang
tersebut diperhitungkan dalam penyaluran TA 2024. prioritas pada bidang kesehatan untuk mendukung program jaminan
(c) Dalam hal terdapat alokasi DBH-CHT yang penggunaannya sudah kesehatan nasional terutama peningkatan kuantitas dan kualitas layanan
ditentukan (earmarked) kurang bayar pada TA 2022 yang belum kesehatan dan pemulihan perekonomian di daerah. Pelayanan kesehatan
terealisasi pelaksanaannya di TA 2023, Pemerintah Daerah dapat dimaksud baik kegiatan promotif, preventif, maupun kuratif/rehabilitative;
menganggarkan kembali pada TA 2024 mendahului perubahan
APBD, dengan melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran
prioritas mendukung upaya penurunan angka prevalensi stunting dan upaya
APBD TA 2024 dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD, untuk
penyediaan/peningkatan/pemeliharaan sarana/ prasarana fasilitas
selanjutnya ditampung dalam Perda tentang Perubahan APBD TA
Kesehatan, dan/atau
2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang
tidak melakukan Perubahan APBD TA 2024.
Dana Bagi Hasil – Pendapatan Dana Bagi Hasil yang • dianggarkan paling tinggi sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Dalam hal:
Sumber Daya Alam bersumber dari Sumber Daya Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau Peraturan Menteri
(DBH-SDA) Alam (DBH-SDA) terdiri dari: • Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA TA 2024 atau Keuangan mengenai alokasi DBH-SDA ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
• DBH-Kehutanan, & Dana • informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA TA 2024 yang 2) informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA TA 2024 melalui portal Kementerian
Reboisasi dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan Keuangan dipublikasikan
• DBH-Mineral dan Batubara, setelah Peraturan Daerah tentang APBD TA 2024 ditetapkan,
• DBH-Minyak Bumi & Gas Bumi, Apabila belum dipublikasikan:
• DBH-Panas Bumi, penganggaran DBH-SDA tersebut didasarkan realisasi penerimaan negara Pemerintah Daerah harus menganggarkan alokasi DBH-SDA Kehutanan kecuali DBH-SDA
• DBH-Perikanan yang dinamis, diantaranya dengan mempertimbangkan penerimaan DBH- Dana Reboisasi, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi,
• DBH-Pekebunan Sawit SDA Kehutanan, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Perikanan serta Perkebunan Sawit dimaksud pada Perda tentang Perubahan APBD TA
Bumi, Perikanan serta Perkebunan Sawit 3 (tiga) tahun terakhir yaitu TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
2021, TA 2022, dan TA 2023 perubahan APBD TA 2024
Penggunaan DBH-SDA Kehutanan untuk DBH-SDA Dana Reboisasi ditujukan Dalam hal:
untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, dan kegiatan 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
pendukung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DBH-SDA Kehutanan untuk DBH-SDA
Dana Reboisasi ditetapkan dan/atau
3) terdapat perubahan atau informasi resmi mengenai alokasi DBH-SDA Kehutanan
untuk DBH-SDA Dana Reboisasi TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan
dipublikasikan
setelah Perda tentang APBD TA 2024 ditetapkan
Dana Bagi Hasil – Pendapatan Dana Bagi Hasil Dalam hal terdapat pendapatan lebih DBH-SDA Kehutanan kecuali Dana pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD
Sumber Daya yang bersumber dari Sumber Reboisasi, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi, TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
Alam (DBH-SDA) Daya Alam (DBH-SDA) terdiri Perikanan serta Perkebunan Sawit TA 2024 seperti pendapatan lebih melakukan perubahan APBD TA 2024
dari: salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih lebih pendapatan TA 2023,
• DBH-Kehutanan, & Dana
Reboisasi
Apabila terdapat pendapatan kurang DBH-SDA Kehutanan kecuali Dana pendapatan kurang tersebut diperhitungkan dalam penyaluran TA 2024
• DBH-Mineral dan Batubara,
Reboisasi, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi,
• DBH-Minyak Bumi & Gas
Perikanan serta Perkebunan Sawit TA 2024 seperti pendapatan kurang
Bumi,
salur tahun-tahun sebelumnya atau selisih kurang pendapatan TA 2023,
• DBH-Panas Bumi,
• DBH-Perikanan
• DBH-Pekebunan Sawit
DBH SDA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Bagi Hasil – Pendapatan DBH SDA Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi dianggarkan sesuai dengan:
Sumber Daya Alam pertambangan minyak bumi yaitu : 1) Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2024 atau
Minyak dan Gas Bumi dan gas alam untuk Provinsi • bagian dari pertambangan minyak sebesar 55% (lima puluh lima 2) Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi pendapatan DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas
(DBH-SDA MIGAS) Papua Barat Daya serta persen) dan bagian pertambangan gas bumi sebesar 40% alam untuk Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh TA
tambahan DBH minyak dan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang- 2024 atau
gas bumi untuk Provinsi undangan, 3) informasi resmi mengenai alokasi pendapatan DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk
Aceh • paling sedikit 30% dialokasikan untuk membiayai pendidikan di Aceh Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh TA 2024 yang
dan paling banyak 70% dialokasikan untuk membiayai program dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
pembangunan yang disepakati bersama antara Pemerintah Aceh
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Program pembangunan Apabila belum dipublikasikan:
yang sudah disepakati bersama dimaksud dilaksanakan oleh penganggaran DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk Provinsi Papua serta tambahan DBH
Pemerintah Aceh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh tersebut didasarkan realisasi penerimaan negara yang dinamis,
undangan. diantaranya dengan mempertimbangkan penerimaan DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk
Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi Aceh 3 (tiga) tahun
terakhir yaitu TA 2021, TA 2022, dan TA 2023
Pendapatan DBH SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Alam untuk Dalam hal:
Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya: sebesar 70% yang 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
pembagian antara provinsi dan kabupaten/kota diatur secara adil, 2) Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas alam untuk
transparan, dan berimbang dengan Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk
dengan memberikan perhatian khusus pada daerah-daerah yang Provinsi Aceh ditetapkan dan/atau
tertinggal dan Orang Asli Papua sesuai dengan ketentuan mengenai 3) terdapat perubahan atau informasi resmi mengenai alokasi DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas
otonomi khusus bagi Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat alam untuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya serta tambahan DBH minyak dan gas
Daya, dengan penggunaan untuk bumi untuk Provinsi Aceh TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
• 35% untuk belanja pendidikan,
• 25% untuk belanja Kesehatan dan perbaikan gizi, Pemerintah Daerah harus menganggarkan alokasi DBH SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Alam untuk
• 30% untuk belanja infrastruktur, dan Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya serta Tambahan DBH Minyak dan Gas Bumi untuk Provinsi
• 10% untuk belanja bantuan pemberdayaan masyarakat adat Aceh dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan diberitahukan
sesuai dengan ketentuan mengenai otonomi khusus bagi Provinsi Papua kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau
Barat dan Provinsi Papua Barat Daya ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
DBH SDA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Bagi Hasil – Sumber Pendapatan DBH SDA Dalam hal terdapat alokasi DBH-SDA kehutanan untuk DBH dana reboisasi, DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas
Daya Alam Minyak dan pertambangan minyak bumi alam untuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Dayaserta tambahan DBH minyak dan gas bumi untuk Provinsi
Gas Bumi dan gas alam untuk Provinsi Aceh yang penggunaannya sudah ditentukan (earmarked) kurang bayar pada TA 2022 yang belum terealisasi pelaksanaannya
(DBH-SDA MIGAS) Papua Barat dan Provinsi di TA 2023,
Papua Barat Daya serta
tambahan DBH minyak dan Pemerintah Daerah dapat menganggarkan kembali pada TA 2024 mendahului perubahan APBD, dengan melakukan perubahan
gas bumi untuk Provinsi Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan dilaporkan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam
Aceh Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan perubahan APBD TA 2024
Pendapatan Kehutanan, Mineral dan Batubara, Minyak Bumi dan Gas Bumi, Panas Bumi, Perikanan serta Perkebunan Sawit
untuk daerah induk dan daerah otonom baru karena pemekaran, didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan
DAU & DAK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Alokasi Umum (DAU) DAU bersumber dari pendapatan • Dalam hal Peraturan Presiden belum ditetapkan atau informasi resmi mengenai alokasi DAU TA 2024
APBN yang dialokasikan dengan melalui portal Kementerian Keuangan belum dipublikasikan, penganggaran pendapatan DAU didasarkan
tujuan pemerataan kemampuan pada alokasi DAU TA 2023.
keuangan antar daerah untuk • Dalam hal:
mendanai kebutuhan daerah dalam 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
alokasi DAU ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
rangka pelaksanaan desentralisasi
2) informasi resmi mengenai alokasi DAU TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
sesuai dengan ketentuan peraturan
setelah Peraturan Daerah tentang APBD TA 2024 ditetapkan,
perundang-undangan Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada Peraturan Daerah tentang
Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
dianggarkan sesuai dengan :
perubahan APBD TA 2024.
• Peraturan Presiden
Dana Transfer Khusus (DAK) • bersumber dari APBN yang mengenai Rincian APBN TA • Dalam hal Rancangan KUA dan Rancangan PPAS disepakati Kepala Daerah bersama DPRD sebelum
dialokasikan kepada Daerah 2024 atau Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 ditetapkan atau informasi resmi mengenai alokasi
tertentu untuk membantu • informasi resmi mengenai Dana Transfer Khusus TA melalui portal Kementerian Keuangan belum dipublikasikan, Dana Transfer
mendanai kegiatan khusus yang alokasi TA 2024 yang Khusus langsung dianggarkan dalam rancangan Peraturan Daerah tentang APBD TA 2024.
merupakan urusan Daerah dan • Dalam hal:
dipublikasikan melalui portal
1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
sesuai dengan Prioritas Kementerian Keuangan. mengenai alokasi Dana Transfer Khusus ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
Nasional.
2) informasi resmi mengenai alokasi Dana Transfer Khusus Tahun Anggaran 2024 melalui portal
• Pendapatan dana transfer Kementerian Keuangan
khusus: dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024 ditetapkan,
1. DAK Fisik dan
2. DAK Non Fisik. Pemerintah Daerah harus menganggarkan Dana Transfer Khusus dimaksud dengan melakukan
perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan diberitahukan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang perubahan
APBD Tahun Anggaran 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
atau telah melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
DAK FISIK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Transfer Khusus (DAK) Pendapatan dana Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling banyak 5% dari alokasi per jenis per bidang/subbidang/ tematik DAK fisik untuk mendanai
transfer khusus: DAK kegiatan penunjang sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Petunjuk Teknis DAK Fisik
Fisik.
dalam hal terdapat sisa DAK fisik, Pemerintah Daerah memperhatikan ketentuan:
• DAK fisik pada bidang/subbidang yang output belum tercapai, yaitu:
1) untuk sisa DAK fisik 1 (satu) TA sebelumnya, digunakan dalam rangka pencapaian output dengan menggunakan petunjuk teknis pada
saat outputnya belum tercapai, dan dianggarkan dalam APBD TA 2024 dengan melakukan perubahan perkada tentang Penjabaran
APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam perda tentang perubahan APBD TA
2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2023; atau
2) untuk sisa DAK fisik lebih dari 1 (satu) TA sebelumnya, digunakan untuk mendanai kegiatan DAK fisik pada bidang/subbidang tertentu
sesuai dengan kebutuhan daerah dengan menggunakan petunjuk teknis TA 2024, dengan mekanisme dianggarkan dalam APBD TA
2024 atau melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk
selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang
tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
• DAK fisik pada bidang/subbidang yang outputnya telah tercapai, sisa DAK fisik digunakan dalam rangka mendanai kegiatan DAK fisik
pada:
1) bidang/subbidang yang sama di tahun anggaran berjalan dan tahun anggaran berikutnya; dan/atau
2) bidang/subbidang tertentu sesuai kebutuhan daerah di tahun anggaran berjalan dan tahun anggaran berikutnya,
dengan menggunakan Petunjuk Teknis TA berjalan, dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2023 dan
diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2023 atau ditampung
dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
• Dalam hal DAK fisik per jenis per bidang/subbidang tidak disalurkan seluruhnya atau disalurkan sebagian, pendanaan untuk
penyelesaian kegiatan DAK fisik dan/atau kewajiban kepada pihak ketiga atas pelaksanaan kegiatan DAK fisik menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah.
DAK NON FISIK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Transfer Khusus Pendapatan dana penganggaran dan penggunaan DAK Nonfisik TA 2024 berpedoman kepada Peraturan Menteri Keuangan tentang pengelolaan DAK
(DAK) transfer khusus: DAK Nonfisik dan Petunjuk Teknis DAK Nonfisik yang ditetapkan oleh masing-masing kementerian/lembaga terkait sesuai dengan ketentuan
Non Fisik. peraturan perundang-undangan.
• ketentuan pengaturan pengelolaan dana BOS/Dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP
PAUD)/dana BOP Pendidikan Kesetaraan yang bersumber dari APBN yang merupakan bagian dari DAK Nonfisik yang dialokasikan
pada provinsi dan kabupaten/kota yaitu:
1) penganggaran dana BOS pada provinsi bagi satuan pendidikan menengah (satdikmen) negeri dan satuan pendidikan khusus
(satdiksus) negeri yang diselenggarakan oleh provinsi dalam bentuk program, kegiatan, sub kegiatan dan belanja sesuai kode
rekening berkenaan sedangkan satdikmen swasta dan satdiksus swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk
program, kegiatan, sub kegiatan sesuai kode rekening berkenaan melalui belanja hibah.
2) Dalam rangka pendanaan satdikmen Provinsi Papua yang semula merupakan kewenangan Provinsi, agar disesuaikan penyerahan
kewenangan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2021 tentang Kewenangan dan Kelembagaan
Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus Provinsi Papua menjadi kewenangan kabupaten/kota.
3) penganggaran dana BOS pada kabupaten/kota bagi satuan pendidikan dasar (Satdikdas) negeri yang diselenggarakan oleh
kabupaten/kota dalam bentuk program, kegiatan, sub kegiatan dan diuraikan ke dalam belanja sesuai kode rekening berkenaan,
sedangkan BOS bagi Satdikdas swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk program, kegiatan, sub kegiatan dan
diuraikan ke dalam belanja hibah sesuai kode rekening berkenaan.
4) penganggaran dana BOP PAUD dan BOP Pendidikan Kesetaraan pada provinsi/kabupaten/kota bagi satuan Pendidikan (Satdik)
PAUD negeri dan Satdik Kesetaraan negeri yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota dalam bentuk program, kegiatan, sub
kegiatan dan diuraikan ke dalam belanja hibah sesuai kode rekening berkenaan.
5) Sisa dana BOS/BOP PAUD/BOP kesetaraan TA sebelumnya diperhitungkan kembali dalam penyaluran dana BOS/BOP PAUD/BOP
Kesetaraan TA 2024. Penganggaran penggunaan kembali sisa dana BOS/BOP PAUD/BOP kesetaraan dilakukan penyesuaian
mendahului perubahan APBD TA 2024 dengan menetapkan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD dan pemberitahuan
kepada pimpinan DPRD
DAK NON FISIK
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Transfer Khusus Pendapatan dana • Pemerintah Daerah wajib menganggarkan perubahan atas alokasi dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) ASN Daerah,
(DAK) transfer khusus: DAK Tunjangan Khusus Guru (TKG) ASN Daerah, dan Tambahan Penghasilan (Tamsil) Guru ASN Daerah karena penyaluran dana
Non Fisik. cadangan dari Pemerintah, dan/atau penghentian atau penyesuaian jumlah salur, dengan berpedoman pada surat
rekomendasi penyaluran dana cadangan, dan/atau surat rekomendasi penghentian atau penyesuaian salur yang diterbitkan
oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
• Pemerintah Daerah menganggarkan perubahan atas alokasi dana TPG ASN Daerah, TKG ASN Daerah, dan Tamsil Guru ASN
Daerah dimaksud dengan cara melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada
pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA
bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
• Dalam hal Perda tentang perubahan APBD TA 2024 telah ditetapkan mendahului informasi perubahan yang diakibatkan oleh
pencairan dana cadangan dari pemerintah, dan/atau pelaksanan penghentian atau penyesuaian jumlah salur, maka
Pemerintah Daerah tetap dapat merealisasikan perubahan tersebut yang ditampung dalam LRA TA 2024.
• Dalam hal Pemerintah Daerah memiliki sisa DAK Nonfisik, dianggarkan kembali pada jenis DAK Nonfisik yang sama dalam
APBD TA 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. selanjutnya, dalam hal Perda tentang APBD TA
2024 telah ditetapkan masih terdapat sisa DAK Nonfisik yang merupakan bagian SiLPA, dianggarkan kembali pada jenis DAK
Nonfisik yang sama dalam APBD TA 2024 dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan
diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2024.
INSENTIF FISKAL
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke Kebijakan Insentif Fiskal bersumber Penganggaran Insentif Fiskal dialokasikan Dalam hal :
Daerah- Kebijakan dari APBN yang dialokasikan kepada sesuai dengan Peraturan Presiden • Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
Insentif Fiskal Pemerintah Daerah atas pencapaian mengenai rincian APBN TA 2024 atau • Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Insentif Fiskal
kinerja berdasarkan kriteria tertentu. Peraturan Menteri Keuangan mengenai ditetapkan dan/atau
Kriteria tertentu berupa perbaikan tata cara pengalokasian Insentif Fiskal TA • terdapat perubahan atau informasi resmi mengenai alokasi Insentif
dan/atau pencapaian kinerja 2024 atau informasi resmi mengenai Fiskal TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan
pemerintahan daerah, antara lain alokasi Insentif Fiskal TA 2024 yang setelah Perda tentang APBD TA 2024 ditetapkan,
pengelolaan keuangan daerah, dipublikasikan melalui portal Kementerian
pelayanan umum pemerintahan dan Keuangan. Pemerintah Daerah menganggarkan alokasi Insentif Fiskal dimaksud
pelayanan dasar. dengan melakukan perubahan Perkada tentang penjabaran APBD TA 2024
dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan
dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam
LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA
2024
OTONOMI KHUSUS
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke Daerah- Dana Otonomi Khusus merupakan • Dana Otonomi Khusus dianggarkan sesuai dengan Peraturan Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau
Dana Otonomi Khusus bagian dari TKD yang dialokasikan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau informasi resmi Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana Otonomi Khusus
kepada daerah tertentu untuk mengenai alokasi Dana Otonomi Khusus TA 2024 yang ditetapkan dan/atau terdapat perubahan atau informasi resmi
mendanai otonomi khusus dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan. mengenai alokasi Dana Otonomi Khusus TA 2024 melalui portal
sebagaimana ditetapkan dalam • Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Perda tentang APBD TA
Undang-Undang mengenai Otonomi belum ditetapkan atau informasi resmi mengenai alokasi Dana 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan Dana
Khusus. Otonomi Khusus TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan Otonomi Khusus dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada
belum dipublikasikan, penganggaran Dana Otonomi Khusus tentang penjabaran APBD TA 2024 dan Perda tentang perubahan APBD
tersebut didasarkan pada alokasi Dana Otonomi Khusus TA TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
2023. melakukan perubahan APBD TA 2024.
Alokasi Dana Otonomi Khusus Pemerintah Aceh untuk TA 2024 disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 dan penggunaannya ditujukan untuk membiayai
pembangunan terutama pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, pendanaan pendidikan, sosial dan kesehatan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua setara dengan 2,25% dari plafon Dana Alokasi Umum Nasional Tahun 2022 dibagi:
• Dana Otonomi Khusus yang bersifat block grant sebesar 1% untuk mendanai: pembangunan, pemeliharaan, dan pelaksanaan pelayanan publik;peningkatan kesejahteraan Orang Asli
Papua dan penguatan lembaga adat; dan hal lain berdasarkan kebutuhan dan prioritas daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
• Dana Otonomi Khusus yang bersifat spesific grant sebesar 1,25% untuk mendanai pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan besaran paling sedikit:
30% untuk belanja pendidikan; 20% (dua puluh persen) untuk belanja kesehatan; Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
Pendapatan dana Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersifat spesific grant dianggarkan pada masing-masing APBD Kabupaten/Kota berdasarkan hasil evaluasi
rencana anggaran dan program yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, sedangkan pada APBD Provinsi berdasarkan hasil penilaian atas rencana anggaran dan program
yang dilakukan oleh Menteri yang melaksanakan urusan pemerintahan dibidang keuangan bersama Menteri yang melaksanakan urusan pemerintahan dalam negeri dan yang
melaksanakan urusan pemerintahan dibidang perencanaan pembangunan nasional. Dalam hal penganggaran tidak sesuai hasil evaluasi dan/atau hasil penilaian, Kepala Daerah
melakukan penyesuaian dengan mendahului perubahan Perda tentang APBD TA 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
OTONOMI KHUSUS
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke Dana Otonomi Khusus Terhadap SiLPA yang bersumber dari sisa Dana Otonomi Khusus TA 2023, penggunaanya dalam APBD Tahun Anggaran 2024
Daerah- Dana merupakan bagian dari TKD yang mempedomani butir (f).i dan butir (f).ii di atas, dengan ketentuan:
Otonomi Khusus dialokasikan kepada daerah • dalam hal terdapat sisa dana otonomi khusus TA sebelumnya maka digunakan kembali untuk mendanai
tertentu untuk mendanai program/kegiatan/sub kegiatan dana otonomi khusus TA berjalan sesuai dengan program/kegiatan/sub kegiatan yang
otonomi khusus sebagaimana sama pada TA sebelumnya.
ditetapkan dalam Undang- • mekanisme penganggaran penggunaan kembali sisa dana otonomi khusus TA sebelumnya dilakukan dengan mendahului
Undang mengenai Otonomi perubahan APBD TA 2024 dengan menetapkan perubahan perkada tentang penjabaran APBD TA 2024 dan
Khusus. memberitahukan kepada Pimpinan DPRD.
• SiLPA yang berasal dari pekerjaan tahun sebelumnya yang belum dibayarkan dan/atau belum dapat dilaksanakan,
digunakan untuk mendanai Program, Kegiatan dan Sub Kegiatan tahun sebelumnya yang belum dibayarkan dan/atau
belum dapat dilaksanakan.
• SiLPA yang berasal dari efisiensi pencapaian keluaran kegiatan, digunakan untuk mendanai Program, Kegiatan, Sub
Kegiatan serta prioritas TA berjalan dan/atau dapat disisihkan untuk dikelola sebagai Dana Abadi atau Dana Abadi
Daerah.
DANA KESITIMEWAAN
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Transfer Ke • Dana Keistimewaan merupakan bagian dari TKD yang dialokasikan untuk mendukung • Pendapatan Dana Keistimewaan dianggarkan sesuai dengan
Daerah - Dana urusan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagaimana ditetapkan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau
Keistimewaan dalam Undang-Undang mengenai Keistimewaan Yogyakarta. informasi resmi mengenai alokasi Dana Keistimewaan TA 2024
yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
• Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari Dana Keistimewaan, digunakan
untuk melaksanakan urusan keistimewaan sesuai dengan ketentuan peraturan • Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024
perundang-undangan, yaitu: atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana
1) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Keistimewaan ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
Wakil Gubernur; informasi resmi mengenai alokasi Dana Keistimewaan TA 2024
2) kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Perda
3) kebudayaan; tentang APBD TA 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah
4) pertanahan; dan menganggarkan Dana Keistimewaan dimaksud dengan melakukan
5) tata ruang. perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan
diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
• Dana Keistimewaan digunakan dengan memperhatikan keselarasan terhadap dianggarkan dalam Perda tentang perubahan APBD TA 2024 atau
prioritas nasional, prioritas daerah, dan pencapaian target outcome pusat-daerah. ditampung dalam LRA jika tidak melakukan perubahan APBD TA
• Penggunaan Dana Keistimewaan agar tetap menjaga keselarasan dan konsistensi 2024.
dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 131 Tahun 2021 tentang Grand Design
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022-2042 sebagai rujukan
dalam perencanaan.
DANA DESA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Tranfer Ke Daerah- • DD merupakan bagian dari TKD yang diperuntukkan • DD dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 atau informasi
Dana Desa bagi desa dengan tujuan untuk mendukung resmi mengenai rincian Dana Desa TA 2024 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian
pendanaan penyelenggaraan pemerintahan, Keuangan.
pelaksanaan pembangunan, pemberdayaan • Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2024 belum ditetapkan atau informasi resmi
masyarakat, dan pembinaan kemasyarakatan. mengenai rincian Dana Desa TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan belum dipublikasikan,
• Penggunaan DD mempedomani ketentuan penganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada penganggaran Dana Desa TA 2024.
peraturan perundang-undangan termasuk • Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2024 atau Peraturan Menteri Keuangan
mendukung optimalisasi perlindungan jaminan mengenai rincian Dana Desa ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau informasi resmi
kesehatan bagi penduduk desa melalui mengenai rincian Dana Desa TA 2024 melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah
pendaftaran kepesertaan penduduk desa ke dalam Perda tentang APBD TA 2024 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan dana desa
JKN KIS sebagai penduduk yang didaftarkan desa dimaksud dengan melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD TA 2024 dan
menuju desa Universal Health Coverage (UHC). diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Perda tentang
Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
perubahan APBD TA 2024.
TRANSFER ANTAR DAERAH
PENDAPATAN BAGI HASIL
SUMBER BAGI HASIL • Pendapatan bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan daerah
yang dialokasikan kepada Pemerintah Daerah lain berdasarkan angka persentase
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah
pemerintah provinsi didasarkan pada penganggaran belanja Bagi Hasil Pajak
Daerah dalam APBD pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2024.
CONDITIONAL
Dalam hal:
• penetapan APBD kabupaten/kota TA 2024 mendahului penetapan APBD provinsi TA 2024, penganggarannya
didasarkan pada penganggaran bagi hasil pajak daerah TA 2023 dengan memperhatikan realisasi bagi hasil
pajak daerah TA 2022 .
• Dalam hal terdapat bagian Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang belum direalisasikan oleh Pemerintah
Daerah provinsi akibat pelampauan target TA 2023, dianggarkan dalam Perda tentang Perubahan APBD TA
2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TA 2024.
TRANSFER ANTAR DAERAH
PENDAPATAN BANTUAN KEUANGAN • Pendapatan bantuan keuangan merupakan dana yang diterima dari Pemerintah Daerah lainnya baik dalam rangka
kerja sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu lainnya, dari
SUMBER BAGI HASIL
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya.
• Bantuan keuangan yang berasal dari provinsi dan/atau kabupaten/kota, terdiri atas:
1) Bantuan keuangan umum yang merupakan dana yang diterima dari daerah lainnya dalam rangka kerja sama
daerah atau pemerataan peningkatan kemampuan keuangan.
2) Bantuan keuangan khusus yang merupakan dana yang diterima dari daerah lainnya untuk tujuan tertentu.
• Pendapatan bantuan keuangan tersebut dianggarkan dalam APBD penerima bantuan keuangan berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu:
1) bantuan keuangan umum dari daerah provinsi;
2) bantuan keuangan khusus dari daerah provinsi;
3) bantuan keuangan umum dari daerah kabupaten/ kota; dan
4) bantuan keuangan khusus dari daerah kabupaten/ kota.
CONDITIONAL
• Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat umum dimaksud diterima setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2024 ditetapkan,
Pemerintah Daerah harus menganggarkan bantuan keuangan dimaksud pada Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024 atau
ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
• Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2024 ditetapkan,
Pemerintah Daerah menyesuaikan bantuan keuangan bersifat khusus dimaksud dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
APBD Tahun Anggaran 2023 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
• Pendapatan hibah yang bersumber dari PT Jasa Raharja (Persero) dalam rangka mendukung biaya
operasional di kantor bersama Samsat, yang besaran nilainya sesuai dengan jumlah kendaraan yang
melunasi SWDKLLJ masing-masing Provinsi digunakan:
a. Operasional Kesamsatan terkait dengan kebutuhan Samsat dalam rangka peningkatan pelayanan
dan penerimaan pajak kendaraan bermotor dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan (SWDKLLJ); dan
b. biaya pengadaan stiker berpengaman sebagai bukti pembayaran pajak kendaraan bermotor
(PKB), pengadaan kios layanan mandiri, dan sosialisasi.
Kebutuhan Tim Pembina Samsat Tingkat Provinsi dalam rangka peningkatan pelayanan dan penerimaan
pajak kendaraan bermotor serta SWDKLLJ yang mencakup:
• Gelar Operasi Bersama;
badan usaha luar negeri • Pengembangan Sistem Aplikasi Kesamsatan;
• Pengembangan SAMSAT Unggulan;
• Pelaksanaan SAMSAT Keliling;
• Pengembangan Single Data;
Pemerintah Daerah • Pemberian Apresiasi kepada wajib pajak; dan
• Kebutuhan Operasional Tim Pembina Samsat Tingkat Provinsi
Sisa dana hibah untuk bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dapat
• Surat Penetapan Pemberian Hibah atau dianggarkan kembali pada tahun berikutnya dengan melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran
• Surat Persetujuan Pemberian Hibah APBD TA 2024 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD TA 2024 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak
melakukan Perubahan APBD TA 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH • Pendapatan dana darurat dianggarkan sepanjang
sudah diterbitkannya Peraturan Presiden mengenai
rincian APBN Tahun Anggaran 2023 atau Peraturan
• dari APBN yang diberikan kepada Pemerintah Daerah pada tahap pasca bencana untuk mendanai keperluan
Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Darurat
mendesak yang diakibatkan oleh bencana yang tidak mampu ditanggulangi oleh Pemerintah Daerah dengan
Tahun Anggaran 2023.
menggunakan sumber APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian
• Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untuk mendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani
APBN Tahun Anggaran 2023 atau Peraturan Menteri
masyarakat sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
Keuangan mengenai alokasi Dana Darurat Tahun
Anggaran 2023 ditetapkan setelah Peraturan Daerah
LAIN-LAIN PENDAPATAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
tentang APBD Tahun Anggaran 2023 ditetapkan,
• Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat
dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2023 atau informasi resmi Pemerintah Daerah menganggarkan dana dimaksud
mengenai alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2023 yang dipublikasikan melalui dengan melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
portal Kementerian Keuangan. tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2023 dan
diberitahukan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
• apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2023 ditetapkan atau informasi
dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang Perubahan
resmi mengenai alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2023 melalui portal
APBD Tahun Anggaran 2023 atau ditampung dalam LRA
Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2023
bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan
ditetapkan
APBD Tahun Anggaran 2023.
• Bagi daerah kabupaten/kota yang memperoleh pendapatan berasal dari bonus produksi pengusahaan panas bumi sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 21
Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan PP Nomor 28 Tahun 2016 tentang Besaran dan Tata Cara Pemberian Bonus Produksi Panas Bumi, dengan mempertimbangkan:
realisai bonus produksi panas bumi selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan rencana produksi pengesahan panas bumi pada tahun berkenaan, sehingga anggaran
dimaksud dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan pada 1 (satu) tahun anggaran berkenaan, baik yang bersifat kontraktual maupun non kontraktual.
• Pendapatan bonus produksi pengusahaan panas bumi sesuai dengan pelaksanaan UU Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2016, diprioritaskan penggunaannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:
i. besaran prioritas pemanfaatan bonus produksi dialokasikan paling sedikit sebesar 50% untuk masyarakat sekitar PLTP;
ii. pemerintah Kabupaten/Kota menyusun ketentuan terkait kriteria masyarakat sekitar daerah penghasil panas bumi untuk tingkat kecamatan dan/atau desa; dan
iii. pemanfaatan pendapatan bonus produksi diprioritaskan untuk bidang infrastruktur antara lain pembangunan jalan, penerangan (penyediaan listrik), penyediaan
air bersih, pengelolaan sampah dan bidang lain sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
KEBIJAKAN
BELANJA DAERAH
KEBIJAKAN BELANJA DAERAH
• Belanja Pegawai • Modal Tanah • Belanja Tidak Terduga • Belanja Bagi Hasil
• Belanja Barang dan Jasa • Modal Peralatan dan • Belanja Bantuan
• Belanja Bunga Mesin Keuangan
• Belanja Subsidi • Modal Gedung dan
• Belanja Hibah Bangunan
• Belanja Bantuan Sosial • Modal Jalan, Jaringan
dan Irigasi
• Modal Aset Tetap Lainnya
• Modal Aset Lainnya
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI
• BELANJA PEGAWAI (diluar tunjangan guru) dialokasikan melalui TKD
Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi belanja
maksimal 30% dari total belanja APBD
pegawai daerah secara bertahap dalam waktu
melebihi 30% 5 (lima) tahun
• Belanja pegawai tidak termasuk belanja untuk tambahan penghasilan guru, tunjangan khusus guru, tunjangan profesi guru dan
tunjangan sejenis lainnya yang bersumber dari TKD yang telah ditentukan penggunaannya.
Kebijakan penganggaran belanja pegawai dimaksud memperhatikan ketentuan:
• Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan ASN dengan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan ASN,
Penganggaran belanja pegawai bagi: pemberian gaji ketiga belas serta tunjangan hari raya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Kepala Daerah dan wakil Kepala • Pemerintah Daerah mengalokasikan Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan calon ASN (PNS dan PPPK)
Daerah dianggarkan pada belanja berdasarkan formasi pegawai Tahun 2024 yang ditetapkan oleh Menteri yang melaksanakan urusan di bidang Pendayagunaan
SKPD Sekretariat Daerah; Aparatur Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai
• Pimpinan dan Anggota DPRD dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji
dianggarkan pada belanja SKPD pokok dan tunjangan.
Sekretariat DPRD; dan • Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta
• Pegawai ASN dianggarkan pada ASN (PNS dan PPPK) dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
belanja SKPD bersangkutan. • gaji atau upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran jaminan kesehatan bagi peserta pekerja penerima upah yang
terdiri dari kepala daerah, wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD, PNS Daerah, PPPK terdiri atas gaji atau upah pokok,
tunjangan keluarga, tunjangan jabatan atau tunjangan umum, tunjangan profesi, tambahan penghasilan bagi ASN Daerah
berdasarkan besaran pagu yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah mengenai tambahan penghasilan pegawai.
• Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta
Pimpinan dan Anggota DPRD serta ASN (PNS dan PPPK) dibebankan pada APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI -TPP
Kebijakan TPP untuk TA 2023, yaitu:
Ketentuan pemberian TPP ASN:
• sama dengan nominal alokasi TPP TA sebelumnya;
• memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh • dapat melebihi nominal alokasi TA sebelumnya sepanjang:
persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- a. merupakan hasil realokasi anggaran belanja pegawai dalam APBD, antara lain uang lembur dan/atau kompensasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Persetujuan DPRD dilakukan pada saat pembahasan KUA undangan yang diterima pegawai ASN pada TA sebelumnya;
dan PPAS; b. merupakan pemberian TPP berdasarkan kriteria beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan objektif lainnya
• penentuan kriteria pemberian TPP ASN dimaksud didasarkan pada • alokasi anggaran TPP bagi inspektur lebih kecil dari sekretaris daerah dan lebih besar dari kepala perangkat daerah lainnya, dan jabatan administrator dan
pertimbangan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, pengawas serta jabatan fungsional tertentu pada inspektorat daerah lebih besar dari jabatan administrator dan pengawas serta jabatan fungsional tertentu di
kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif perangkat daerah lainnya
lainnya;
Berdasarkan amanat Pasal 6 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 30
• pemberian TPP ASN ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pemerintah Daerah berpedoman pada rekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi
dengan berpedoman pada peraturan pemerintah;
(KPK) dalam menganggarkan TPP ASN, sebagai berikut:
• dalam hal belum adanya peraturan pemerintah dimaksud, kepala • menggunakan hasil evaluasi jabatan yang telah divalidasi kementerian terkait sesuai dengan regulasi mengenai evaluasi jabatan PNS;
daerah dapat memberikan TPP ASN setelah mendapat persetujuan • mengintegrasikan pembayaran insentif dan honorarium ke dalam formulasi penganggaran TPP ASN;
Menteri Dalam Negeri. Persetujuan Menteri Dalam Negeri diberikan • pemberian sanksi administratif berupa penundaan pembayaran TPP dalam hal ASN penerima TPP tidak patuh dalam pelaporan Laporan Harta Kekayaan
setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri yang Penyelenggara Negara (LHKPN), menguasai atau memanfaatkan aset milik/dikuasai Pemerintah Daerah secara tidak sah, dan/atau belum menyelesaikan kerugian
menyelenggarakan urusan di bidang keuangan; dan negara/daerah berdasarkan hasil audit dan rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Inspektorat/APIP; dan
• dalam hal Kepala Daerah menetapkan pemberian TPP ASN tidak • memprioritaskan pemberian TPP kepada jabatan fungsional dan/atau ASN di Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) mengacu kepada hasil evaluasi jabatan,
sesuai dengan ketentuan atau melampaui persetujuan Menteri mengingat relatif tingginya resiko terjadinya korupsi dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa.
Dalam Negeri, menteri yang menyelenggarakan urusan
Pemerintah Daerah tidak mengajukan permohonan persetujuan TPP ASN TA 2024 kepada Menteri Dalam Negeri apabila:
pemerintahan di bidang keuangan melakukan penundaan dan/atau
• tidak terdapat kenaikan besaran nominal yang diterima oleh ASN setiap bulan dalam 1 (satu) tahun anggaran dibandingkan dengan TPP ASN TA 2023.
pemotongan DTU atas usulan Menteri Dalam Negeri.
• terdapat kenaikan pagu total TPP ASN akibat adanya penambahan jumlah ASN.
Dalam hal terdapat kenaikan besaran nominal yang diterima oleh ASN setiap bulan dalam 1 (satu) tahun anggaran dibandingkan dengan TPP ASN TA 2023,
larangan Pemerintah Daerah menganggarkan subkegiatan yang Pemerintah Daerah memperhatikan ketentuan dan tahapan sebagai berikut:
hanya diuraikan ke dalam jenis belanja pegawai, objek belanja • Besaran total TPP ASN telah memperoleh persetujuan DPRD pada saat pembahasan KUA dan PPAS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
honorarium, rincian objek belanja dan subrincian objek belanja • Penggunaan Kriteria pada Penjabaran TPP ASN yang terdiri atas Beban Kerja, Kondisi Kerja, Prestasi Kerja, Tempat Bertugas, dan Kelangkaan Profesi wajib
honorarium ASN. didasarkan pada kertas kerja dan evidence yang memadai serta diinput dalam aplikasi Sistem Monitoring Evaluasi Analisa Jabatan (SIMONA) paling lambat sebelum
larangan Pemerintah Daerah menganggarkan dalam jenis belanja persetujuan bersama Kepala Daerah dan DPRD atas rancangan APBD TA 2024;
pegawai untuk tenaga Non ASN dikarenakan belanja pegawai • Pengajuan permohonan persetujuan TPP ASN harus sesuai dengan hasil verifikasi dan tidak melebihi pagu anggaran yang tertuang dalam Peraturan Daerah tentang
hanya diperuntukan bagi PNS daerah, PPPK daerah, kepala APBD TA 2024 diajukan melalui SIPD-RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk selanjutnya diberikan persetujuan permohonan TPP ASN
daerah/wakil kepala daerah dan DPRD. kepada Pemerintah Daerah.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Barang digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang antara lain:
• Belanja barang pakai habis, barang tak habis pakai, dan barang bekas dipakai yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata didasarkan atas
pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, standar kebutuhan yang ditetapkan oleh kepala daerah, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta
memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun Anggaran 2023 dengan menerapkan digitalisasi pengelolaan administrasi dalam rangka
efisiensi dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Belanja barang untuk dijual/diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, rasionalitas dan
efektivitas dalam pencapaian sasaran program, kegiatan dan subkegiatan pemerintahan daerah guna mencapai target kinerja yang ditetapkan
berdasarkan visi dan misi kepala daerah yang tertuang dalam RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
• Penganggaran belanja barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain agar memperhatikan:
a. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian pencapaian target kinerja yang tertuang dalam RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam
rencana kerja Pemerintah Daerah;
• Belanja barang dan jasa digunakan untuk
b. memiliki data dan informasi yang telah diverifikasi oleh SKPD terkait; dan
menganggarkan pengadaan barang/jasa yang
nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan, c. usulan atas barang dimaksud dilakukan oleh SKPD terkait tanpa ada pengajuan proposal dari calon penerima.
termasuk barang/jasa yang akan diserahkan atau • Pengadaan belanja barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain dianggarkan sebesar harga beli/bangun atas barang
dijual kepada masyarakat/pihak lain dalam rangka yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain ditambah belanja yang terkait langsung dengan pengadaan/pembangunan sampai
melaksanakan program, kegiatan dan subkegiatan siap diserahkan.
pemerintahan daerah guna pencapaian sasaran Belanja Jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan jasa yang didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaannya dalam sub kegiatan
prioritas daerah yang tercantum dalam memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap pencapaian kinerja pelaksanaan sub kegiatan. Belanja Jasa dimaksud terdiri atas:
RPJMD/RPD pada SKPD terkait.
• Belanja barang dan jasa diuraikan dalam objek: Penganggaran Jasa Kantor antara lain meliputi:
1. belanja barang, • Penganggaran jasa sebagai imbalan yang diberikan kepada ASN dan/atau Non ASN berdasarkan keahlian/profesi secara spesifik yang dituangkan
2. belanja jasa, dalam perjanjian/penugasan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. belanja pemeliharaan,
• Penganggaran jasa sebagai imbalan yang diberikan kepada pihak lain atas pemberian layanan antara lain telepon, air, listrik, internet, dan jasa-jasa
4. belanja perjalanan dinas, dan
lainnya; dan
5. Belanja Uang dan/atau Jasa untuk diberikan
kepada Pihak Ketiga/Pihak Lain/Masyarakat. • Penganggaran jasa kontribusi asosiasi digunakan untuk menganggarkan iuran dan kegiatan asosiasi pada SKPD terkait antara lain asosiasi
Pemerintah Daerah provinsi, asosiasi Pemerintah Daerah kabupaten, asosiasi Pemerintah kota, asosiasi DPRD provinsi, asosiasi DPRD kabupaten,
asosiasi DPRD kota dan asosiasi lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Penganggaran Iuran Jaminan/Asuransi dengan ketentuan:
• menganggarkan iuran jaminan kesehatan yang terdiri dari Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNPNSD), kepala desa dan perangkat desa,
bantuan iuran, kontribusi iuran, iuran pekerja bukan penerima upah yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
• mendaftarkan dan melaporkan perubahan data PNPNSD sebagai peserta jaminan kesehatan nasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• menganggarkan iuran jaminan kesehatan selaku pemberi kerja untuk kepala desa dan perangkat desa yang menerima gaji/upah dan dianggarkan
dalam APBD dan mendaftarkan ke BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• pembayaran iuran 1% (satu persen) kepala desa dan perangkat desa melalui mekanisme intersep Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 2020 tentang Pemotongan, Penyetoran, dan Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan
Bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Dalam rangka menjamin keberlangsungan dan ketersediaan pembiayaan atas jaminan layanan kesehatan:
• Berkontribusi dalam membayar iuran bagi Penerima Bukan Iuran (PBI) jaminan kesehatan sesuai kapasitas fiskal daerah sebagaimana diatur
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan dalam peraturan perundang-undangan, yang dianggarkan pada SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan pemberi
mengelola sendiri (sebagian atau seluruhnya) pelayanan kesehatan;
Jaminan Kesehatan Daerahnya dengan • Menganggarkan kontribusi pada SKPD berkenaan sebesar kebutuhan peserta PBI jaminan kesehatan untuk pembiayaan 1 (satu) Tahun Anggaran;
manfaat yang sama dengan Jaminan • Menganggarkan iuran dan bantuan iuran pada SKPD sesuai dengan jumlah penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembiayaan
Kesehatan Nasional, termasuk mengelola 1 (satu) Tahun Anggaran;
sebagian Jaminan Kesehatan Daerahnya • Menganggarkan atas pembayaran Bantuan luran bagi penduduk yang mendaftar secara mandiri dengan manfaat pelayanan di Ruang Perawatan
dengan skema ganda Kelas III sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Menganggarkan bantuan iuran pada SKPD sesuai dengan jumlah penduduk yang mendaftar secara mandiri untuk pembiayaan 1 (satu) Tahun
Anggaran;
• Menganggarkan atas kewajiban tunggakan atas Iuran Wajib (IW) bagi peserta pekerja upah Pemerintah Daerah, iuran Kepala Desa dan Perangkat
Desa (KP Desa), kontribusi iuran bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), iuran PBPU Pemerintah Daerah, bantuan iuran PBPU/BP dan iuran
bantuan iuran PBPU mandiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal tunggakan dimaksud belum dianggarkan pada
APBD Tahun Anggaran 2024, Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian/perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024 atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun
Anggaran 2024;
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA LANJUTAN
Dalam rangka mewujudkan UHC, Pemerintah Daerah:
• menganggarkan iuran baik sebagian atau seluruhnya bagi setiap penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan kelas III selain Pekerja Penerima Upah (PPU) dan PBI;
• wajib melakukan integrasi jaminan kesehatan daerah dengan jaminan kesehatan nasional melalui kerja sama pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja (BP)
Pemerintah Daerah dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan guna terselenggaranya jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk
dan tidak melakukan realokasi atas penganggaran jaminan kesehatan nasional; dan
• penganggaran atas kerja sama dalam pendaftaran PBPU dan BP antara Pemerintah Daerah dengan BPJS Kesehatan untuk 12 (dua belas) bulan dengan
berpedoman pada Pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Administrasi Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan.
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengelola sendiri (sebagian atau seluruhnya) Jaminan Kesehatan Daerahnya dengan manfaat
yang sama dengan JKN, termasuk mengelola sebagian Jaminan Kesehatan Daerahnya dengan skema ganda.
Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan
penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh Kategori skema ganda, yaitu Kategori bukan skema ganda, antara lain
BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan
berupa medical check up, kepada: • penjaminan atau pembayaran atas biaya pelayanan kesehatan masyarakat • penjaminan/pembayaran pelayanan kesehatan orang dengan gangguan
• Kepala daerah/wakil kepala daerah sebanyak 1 (satu) yang dibayarkan oleh Pemerintah Daerah kepada fasilitas kesehatan atau jiwa dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tidak memiliki
kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga (satu langsung kepada masyarakat, yang jenis pelayanan kesehatan/manfaatnya identitas (NIK) sehingga tidak dapat didaftarkan sebagai peserta jaminan
istri/suami dan dua anak), dianggarkan dalam bentuk sama sebagian atau seluruhnya dengan jenis/manfaat pelayanan kesehatan kesehatan nasional;
program dan kegiatan pada SKPD yang secara
yang diatur dalam program jaminan kesehatan nasional yang dikelola oleh • pembayaran pelayanan kesehatan masyarakat yang jenis
fungsional terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
BPJS Kesehatan, dan manfaat/pelayanan kesehatannya tidak dijamin oleh program jaminan
perundang-undangan.
• pimpinan dan anggota DPRD sebanyak 1 (satu) kali dalam • penjaminan/pembayaran pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Daerah kesehatan nasional (seperti biaya ambulance peserta jaminan kesehatan
1 (satu) tahun, tidak termasuk istri/suami dan anak, kepada fasilitas kesehatan atau langsung kepada masyarakat yang telah nasional dari rumah ke fasilitas kesehatan atau sebaliknya), biaya
dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada terdaftar dalam kepesertaan program jaminan kesehatan nasional dengan transportasi peserta dan pendamping ke fasilitas kesehatan rujukan di
SKPD yang secara fungsional terkait sesuai dengan status kepesertaan aktif atau berstatus nonaktif karena menunggak iuran. luar kota yang tidak dijamin dalam jaminan kesehatan nasional, biaya
ketentuan peraturan perundang-undangan, dilakukan di • penjaminan/pembayaran pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Daerah rumah singgah pengantar khusus rujukan ke luar kota; dan
dalam negeri dengan tetap memprioritaskan Rumah kepada fasilitas kesehatan atau langsung kepada masyarakat yang belum • manfaat komplementer lainnya yang tidak dijamin dalam manfaat jaminan
Sakit Umum Daerah terdekat, Rumah Sakit Umum Pusat terdaftar menjadi peserta jaminan kesehatan nasional. kesehatan nasional sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Daerah.
di Provinsi atau Rumah Sakit Umum Pusat terdekat. • dikecualikan dari angka i), masyarakat yang belum terdaftar jaminan • kategori bukan skema ganda dapat dianggarkan dalam APBD dengan
kesehatan nasional namun langsung didaftarkan oleh Pemerintah Daerah menggunakan kode rekening pembayaran layanan kesehatan di luar
kepada BPJS Kesehatan sebagai peserta PBPU BP Pemerintah. cakupan layanan BPJS Kesehatan;
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
• Belanja iuran jaminan kecelakaan kerja bagi Non ASN digunakan untuk menganggarkan belanja iuran jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga Non
ASN yang dipekerjakan melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan atas risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berupa
perawatan, santunan, dan tunjangan cacat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Belanja iuran jaminan kematian bagi Non ASN digunakan untuk menganggarkan belanja iuran jaminan kematian bagi tenaga Non ASN yang
dipekerjakan melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan atas risiko kematian bukan akibat kecelakaan kerja berupa santunan
kematian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja jasa ketersediaan layanan (availability payment) untuk pembayaran
secara berkala oleh kepala daerah kepada badan usaha pelaksana atas tersedianya layanan yang sesuai dengan kualitas
dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha (KPDBU)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA LANJUTAN
PENGANGGARAN BEASISWA PENDIDIKAN PNS, KURSUS, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, SOSIALISASI, DAN BIMBINGAN TEKNIS MELIPUTI:
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan kompetensi
penyelenggara Pemerintah Daerah dalam APBD TA 2024, untuk:
• Pendidikan dan Pelatihan teknis dan fungsional dan/atau Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri, pengembangan
kompetensi teknis binaan K/L, sebagaimana amanat ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penyelenggaraan uji kompetensi pemerintahan dalam rangka sertifikasi kompetensi pemerintahan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 85 Tahun 2017 tentang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Pemerintahan Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2017 tentang Kompetensi
Pemerintahan.
Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan bagi ASN dalam rangka pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah
Daerah
• sekurang-kurangnya 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan
• sekurang-kurangnya 0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
Dalam hal besaran alokasi anggaran dalam APBD tahun sebelumnya untuk pendidikan dan pelatihan bagi ASN
• telah melebihi 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan
• telah melebihi 0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota,
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengurangi besaran persentase alokasi anggaran pendidikan dan pelatihan dimaksud dan alokasi TA sebelumnya.
Alokasi anggaran khusus pengembangan kompetensi bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta orientasi dan pendalaman tugas anggota DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Pemeliharaan
• Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaan pengelola barang,
pengguna barang atau kuasa pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai BMD.
• Pemerintah Daerah menganggarkan PKB, BBNKB, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), SWDKLLJ dan administrasi
perpajakan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penganggaran pemeliharaan BMD yang berada dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau
kuasa pengguna barang berpedoman pada:
a. daftar kebutuhan pemeliharaan BMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah;
b. standar kebutuhan dan/atau standar harga pemeliharaan untuk satuan biaya pemeliharaan gedung
atau bangunan dalam negeri, kendaraan dinas dan sarana kantor ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran belanja pemeliharaan untuk menjamin aset yang telah
diserahkan dari kementerian/lembaga kepada Pemerintah Daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri
• Belanja Perjalanan Dinas Biasa. perjalanan dinas jabatan melewati batas kota bagi pejabat negara, pejabat daerah, ASN, dan pihak lain dalam
menjalankan perintah perjalanan dinas
• Komponen perjalanan dinas biasa, yaitu uang harian, biaya penginapan, uang representasi, biaya transportasi.
• Belanja Perjalanan Dinas Tetap. perjalanan dinas tetap yang dihitung dengan memerhatikan jumlah pejabat yang melaksanakan perjalanan
dinas untuk pelayanan masyarakat. Contoh: perjalanan dinas oleh tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh agama, dan lainnya;
• Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota digunakan untuk perjalanan dinas di dalam kota yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam atau kurang
dari 8 (delapan) jam bagi pejabat negara, pejabat daerah, ASN, dan pihak lain dalam menjalankan perintah perjalanan dinas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, terdiri atas:
a. perjalanan dinas di dalam kota yang lebih dari 8 (delapan) jam diberikan uang harian sebagai penggantian biaya keperluan sehari-hari
perjalanan dinas biasa digunakan meliputi uang saku, transportasi lokal, dan uang makan.
untuk: b. perjalanan dinas di dalam kota sampai dengan 8 (delapan) jam hanya diberikan uang transport lokal termasuk pemberian pada masyarakat
a. pejabat negara dalam rangka menghadiri rapat, seminar, dan sejenisnya;
c. uang harian pendidikan dan pelatihan diberikan dalam rangka menjalankan tugas untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
b. pejabat daerah
diselenggarakan di dalam kota yang melebihi 8 (delapan) jam pelatihan atau diselenggarakan di luar kota.
c. ASN
• Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota. perjalanan dinas dalam rangka rapat, pertemuan, atau sejenisnya yang diselenggarakan
d. pihak lain dalam menjalankan oleh Pemerintah Daerah di dalam kota di luar kantor dalam rangka penyelesaian pekerjaan yang perlu dilakukan secara intensif dan bersifat
perintah perjalanan dinas koordinatif yang paling sedikit melibatkan peserta dari luar satuan kerja perangkat daerah atau masyarakat, yang meliputi:
standar harga satuan biaya Biaya transportasi peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
perjalanan dinas dalam negeri, Biaya paket meeting (halfday/fullday/ fullboard/ residence);
rapat atau pertemuan di dalam dan Uang saku peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber yang mengalami kesulitan transportasi.
di luar kantor mengacu pada
Besaran nilai biaya paket meeting dalam kota, uang transport, uang saku, dan uang harian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
ketentuan peraturan perundang- undangan.
undangan mengenai SHSR
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri
• Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota. perjalanan dinas dalam rangka rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di
luar kota pada Pemerintah Daerah penyelenggara dan dibiayai seluruhnya oleh Pemerintah Daerah penyelenggara, serta dilaksanakan di luar
kota Pemerintah Daerah peserta dengan biaya perjalanan dinas yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah peserta, meliputi:
Biaya transportasi peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
Biaya paket meeting (halfday/fullday/ fullboard/ residence);
Uang saku peserta, panitia/moderator dan/atau narasumber baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota;
Uang harian dan/atau biaya penginapan peserta, panitia/moderator, dan/atau narasumber yang mengalami kesulitan transportasi.
Besaran nilai biaya paket meeting luar kota, uang transport, uang saku, dan uang harian mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai
standar biaya tahun berkenaan.
• Perjalanan dinas jabatan dilakukan antara lain dalam rangka:
perjalanan dinas bagi: a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
• pejabat daerah, b. mengikuti rapat, seminar, dan kegiatan sejenis trainnya;
• pegawai negeri, c. pengumandahan (detasering);
d. menempuh ujian dinas atau ujian jabatan;
• pegawai tidak tetap dan e. penugasan untuk mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3; dan
• pihak lain sesuai dengan f. mengikuti pendidikan dan pelatihan,
ketentuan peraturan perundang- g. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
undangan
Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri
• Belanja perjalanan dinas biasa luar negeri digunakan untuk menganggarkan perjalanan dinas biasa yang dilaksanakan di luar negeri.
• Ketentuan mengenai standar biaya perjalanan dinas luar negeri bagi Pemerintah Daerah mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai standar biaya masukan yang berlaku pada APBN sebagaimana dimaksud peraturan perundang-undangan mengenai
SHSR.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri dan luar negeri memperhatikan ketentuan:
• Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja atau studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan
dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi, jumlah hari dan jumlah orang dibatasi dengan memperhatikan ketersediaan anggaran dan
target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan Pemerintah Daerah dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hasil kunjungan kerja atau studi banding dilaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• ASN, kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan dan anggota DPRD dapat melakukan perjalanan ke luar negeri. Perjalanan luar negeri
berpedoman pada ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2019 tentang Tata Cara Perjalanan ke Luar Negeri di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
Penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan prinsip efisiensi, efektivitas, kepatutan, kewajaran, dan akuntabel serta
memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai dengan biaya riil (at cost) atau lumpsum, khususnya meliputi:
Pelaksanaan perjalanan dinas • Uang Harian
• Uang Representasi
bagi pimpinan/anggota DPRD • Khusus untuk gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota, pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat yang
berpedoman pada ketentuan diberikan kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas setingkat pejabat pimpinan tinggi madya dapat diberikan sewa kendaraan dalam kota
peraturan perundang-undangan yang dibayarkan sesuai biaya riil (at cost)
• Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil (at cost)
mengenai SHSR.
• Biaya transportasi darat antar kabupaten/kota di dalam provinsi yang sama
Ketentuan mengenai perjalanan • Biaya taksi
dinas ditetapkan dengan • Biaya penginapan
peraturan kepala daerah • untuk perjalanan dinas jabatan yang dilakukan oleh gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota kepada ajudan
gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota dapat menginap pada hotel/penginapan yang sama. Dalam hal biaya
penginapan pada hotel/penginapan yang sama tersebut lebih tinggi dari satuan biaya hotel/penginapan, maka ajudan gubernur/wakil
gubernur, bupati/wakil bupati, wali kota/wakil wali kota tersebut dapat menggunakan fasilitas kamar pada hotel/ penginapan dimaksud
dengan tetap mengedepankan prinsip efisiensi melalui pemilihan biaya/tarif kamar terendah dan/atau penggunaan kamar untuk 2 (dua)
orang.
• estimasi penganggaran secara riil (at cost) merupakan prakiraan besaran biaya tertinggi yang dalam pelaksanaannya dapat dilampaui karena
kondisi tertentu, termasuk karena adanya kenaikan harga pasar.
KEBIJAKAN BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja uang untuk diberikan kepada masyarakat/pihak ketiga/pihak lain memperhatikan asas kepatutan,
kewajaran, rasionalitas dan efektivitas dalam pencapaian sasaran program, kegiatan dan subkegiatan
pemerintahan daerah guna mencapai target kinerja yang ditetapkan berdasarkan visi dan misi kepala daerah
yang tertuang dalam RPJMD/RPD dan dijabarkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah, dalam bentuk:
• pemberian hadiah yang bersifat perlombaan;
• penghargaan atas suatu prestasi;
• pemberian beasiswa kepada masyarakat;
• penanganan dampak sosial kemasyarakatan akibat penggunaan tanah milik Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan
pembangunan proyek strategis nasional dan non proyek strategis nasional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Belanja uang dan/atau jasa untuk • Transfer Ke Daerah yang penggunaannya sudah ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
diberikan kepada pihak ketiga/pihak • Bantuan fasilitasi premi asuransi pertanian;
lain/masyarakat digunakan untuk • uang yang diberikan kepada RT atau dengan sebutan lain yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupaten/kota;
menganggarkan uang dan/atau jasa • uang yang diberikan kepada RW atau dengan sebutan lain yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupaten/kota;
untuk diberikan kepada pihak • uang yang diberikan kepada karang taruna sesuai dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
ketiga/pihak lain/masyarakat yang kewenangan daerah;
dianggarkan dalam jenis belanja barang • uang yang diberikan kepada lembaga pemberdayaan masyarakat sesuai dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan jasa sesuai dengan ketentuan yang menjadi kewenangan daerah; dan/atau
peraturan perundang-undangan • uang yang diberikan kepada pos pelayanan terpadu yang diperuntukkan bagi pemerintah kabupaten/kota.
Belanja Subsidi
• Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan belanja subsidi agar harga jual produksi atau jasa yang dihasilkan oleh badan
usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga
dapat terjangkau oleh masyarakat.
• Badan usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta merupakan badan yang menghasilkan produk atau jasa
pelayanan dasar masyarakat, termasuk penyelenggaraan pelayanan publik antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan
kewajiban pelayanan umum (public service obligation).
• Badan usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagai penerima subsidi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu oleh kantor akuntan publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA SUBSIDI
Belanja Subsidi
• Dalam hal tidak terdapat kantor akuntan publik, pemeriksaan dengan tujuan tertentu dapat dilaksanakan oleh lembaga lain yang
independen dan ditetapkan oleh kepala daerah.
• Pemeriksaan dengan tujuan tertentu merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi atas kelayakan
penganggaran pemberian subsidi.
• Hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu menjadi dasar perencanaan dan bahan pertimbangan untuk memberikan subsidi Tahun
Anggaran berikutnya.
• Penerima subsidi sebagai objek pemeriksaan bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan subsidi yang
diterimanya, dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada kepala daerah.
• Pemerintah Daerah menganggarkan belanja subsidi dalam APBD Tahun Anggaran berkenaan pada SKPD terkait.
• Pemerintah Daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepada BUMD penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
apabila telah menetapkan peraturan kepala daerah mengenai tata cara perhitungan dan penetapan tarif air minum serta
pemberian subsidi dari Pemerintah Daerah kepada BUMD penyelenggara SPAM, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Dalam hal kepala daerah menetapkan tarif lebih kecil dari usulan tarif yang diajukan direksi BUMD penyelenggara SPAM yang
mengakibatkan tarif rata-rata tidak mencapai pemulihan biaya secara penuh (full cost recovery), Pemerintah Daerah harus
menyediakan subsidi untuk menutup kekurangannya melalui APBD setelah mendapat persetujuan dari dewan pengawas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemberian subsidi bunga atau program sejenis lainnya kepada masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat
berupa program Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURDa) melalui lembaga keuangan bank daerah dalam rangka mendorong inklusi
keuangan dan penguatan UMKM
KEBIJAKAN BELANJA HIBAH
Belanja hibah dianggarkan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah terkait sesuai PUU yaitu:
terkait hubungan antar lembaga pemerintahan dan/atau dianggarkan pada SKPD yang melaksanakan urusan
instansi vertikal Pemerintahan Umum
Belanja hibah berupa uang, barang, atau jasa dapat • Pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran, program, kegiatan, dan subkegiatan Pemerintah Daerah sesuai kepentingan daerah
dianggarkan dalam APBD sesuai dengan dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
kemampuan keuangan daerah setelah rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan • Pengadaan belanja hibah berupa barang pada Tahun Anggaran 2024 dianggarkan sebesar harga beli/bangun atas barang yang akan diserahkan kepada
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan masyarakat/pihak ketiga/pihak lain ditambah seluruh belanja yang terkait langsung dengan pengadaan/pembangunan sampai siap diserahkan sesuai
pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja hibah memenuhi kriteria paling sedikit:
Belanja hibah diberikan kepada: • peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
• Pemerintah Pusat; • bersifat tidak wajib, tidak mengikat;
• Pemerintah Daerah lainnya; • tidak terus menerus setiap Tahun Anggaran, kecuali:
• Badan Usaha Milik Negara; a. kepada pemerintah pusat dalam rangka mendukung penyelenggaraan pemerintahan daerah sepanjang tidak tumpang tindih pendanaannya dengan APBN
• BUMD; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• BUMDesa b. badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
• Badan dan lembaga, serta organisasi perundang-undangan;
kemasyarakatan yang berbadan hukum c. partai politik dan/atau;
Indonesia; d. ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;
• Partai Politik. • yang dimaksud tidak diberikan secara terus menerus adalah tidak diberikan berkesinambungan atau berkelanjutan setiap Tahun Anggaran.
• memberikan nilai manfaat bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
• memenuhi persyaratan penerima hibah.
KEBIJAKAN BELANJA HIBAH
Partai Politik.
• Belanja hibah juga berupa pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Besaran penganggaran belanja bantuan keuangan kepada partai politik dimaksud sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Penganggaran dan pelaksanaan hibah kepada partai politik berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
• Dalam hal terdapat kenaikan atas bantuan keuangan partai politik Tahun Anggaran 2024, Pemerintah Daerah mencantumkan dalam KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2024 berdasarkan persetujuan Menteri
untuk tingkat provinsi dan persetujuan gubernur untuk tingkat kabupaten/kota.
Pemerintah Pusat
Hibah kepada pemerintah pusat diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga non kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam daerah yang bersangkutan, dengan ketentuan:
• Wilayah kerjanya termasuk dari kabupaten/kota kepada instansi vertikal yang wilayah kerjanya pada provinsi;
• Hibah kepada pemerintah pusat dapat diberikan lebih dari 1 (satu) kali dalam tahun berkenaan sesuai kemampuan keuangan daerah kecuali hibah kepada unit kerja kementerian dalam negeri yang
membidangi urusan administrasi kependudukan untuk penyediaan blanko KTP.
• Alokasi anggaran belanja hibah yang telah dicantumkan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah Tahun 2024 menjadi dasar dalam pencantuman alokasi anggaran belanja hibah dalam
rancangan KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2024.
• Alokasi anggaran belanja hibah, berdasarkan hasil evaluasi oleh SKPD terkait yang telah mendapatkan pertimbangan TAPD atas usulan tertulis dari calon penerima hibah dengan
memperhatikan:
kelengkapan administrasi calon penerima hibah antara lain nama, alamat, besaran, dan tujuan penggunaan;
memberikan manfaat bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan;
kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
• Dalam hal pengelolaan hibah tertentu diatur lain dengan peraturan perundang-undangan, pengaturan pengelolaan hibah dikecualikan dari peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
• Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan hibah yang diterimanya.
• Penganggaran belanja hibah dalam APBD Tahun Anggaran 2024 berpedoman pada peraturan kepala daerah yang mengatur tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi hibah, sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
KEBIJAKAN BELANJA BANTUAN SOSIAL
Bantuan Sosial sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko
sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan.
tidak dapat direncanakan
Dianggarkan di BTT
direncanakan sebelumnya
• dialokasikan untuk kebutuhan akibat risiko sosial yang tidak dapat
terkait urusan dan kewenangan daerah dianggarkan pada SKPD
diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda
yang bukan urusan dan kewenangan penanganannya akan menimbulkan risiko sosial yang lebih besar bagi
Pemda yang mendukung program dan dianggarkan pada individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
kegiatan Pemda Sekretariat Daerah • usulan permintaan atas bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya dilakukan oleh SKPD terkait
• Pengadaan belanja bantuan sosial berupa barang pada Tahun Anggaran 2024 • penggunaan atas bantuan sosialyang tidak dapat direncanakan sebelumnya
dianggarkan sebesar harga beli/bangun atas barang yang akan diserahkan kepada tidak melebihi pagu alokasi anggaran yang direncanakan, kecuali bantuan
Belanja bantuan sosial dapat dianggarkan dalam masyarakat/pihak ketiga/pihak lain ditambah seluruh belanja yang terkait langsung sosial yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dengan pengadaan/pembangunan sampai siap diserahkan sesuai dengan ketentuan Bantuan sosial memenuhi kriteria paling sedikit:
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. • Selektif diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon
urusan pemerintahan wajib dan urusan • Belanja bantuan sosial bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan risiko sosial;
pemerintahan pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai keadaan tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa pemberian bantuan sosial tidak • Memenuhi persyaratan penerima bantuan diartikan memiliki identitas
wajib dan tidak harus diberikan setiap Tahun Anggaran dan keadaan tertentu dapat kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan setiap Tahun Anggaran • Bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan
Belanja bantuan sosial diberikan kepada: sampai penerima bantuan telah lepas dari risiko sosial. tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa pemberian bantuan sosial
• individu; • Alokasi anggaran bantuan sosial dalam rangka menunjang program, kegiatan dan sub tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap Tahun Anggaran dan keadaan
• keluarga; kegiatan Pemerintah Daerah dicantumkan dalam RKPD TA 2024 berdasarkan hasil tertentu dapat berkelanjutan diartikan bahwa bantuan sosial dapat
• kelompok dan/atau masyarakat, yang evaluasi Kepala SKPD terkait yang telah mendapatkan pertimbangan TAPD atas usulan diberikan setiap Tahun Anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari
tertulis dari calon penerima bantuan social dan/atau kepala SKPD dengan risiko sosial; dan
mengalami risiko sosial;
memperhatikan: • Sesuai tujuan penggunaan diartikan bahwa tujuan pemberian bantuan sosial
• lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, meliputi Rehabilitasi sosial, Perlindungan sosial, Pemberdayaan sosial,
kelengkapan administrasi calon penerima bantuan sosial antara lain nama, alamat,
keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk besaran, dan tujuan penggunaan; Jaminan sosial, Penanggulangan kemiskinan, Penanggulangan bencana
melindungi individu, kelompok, dan/atau tujuan Pemerintah Daerah dalam melindungi individu, keluarga, dan kelompok • Dalam hal pengelolaan bantuan sosial tertentu diatur lain dengan peraturan
masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial sesuai dengan perundang-undangan, maka pengaturan pengelolaan bantuan sosial
stabil sebagai dampak risiko sosial. ketentuan peraturan perundang-undangan; dikecualikan dari peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah.
kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan urusan • Belanja bantuan sosial yang tercantum dalam RKPD Tahun 2024 menjadi
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. dasar dalam pencantuman dalam Rancangan KUA dan PPAS TA 2024.
KEBIJAKAN BELANJA MODAL
• Pengadaan aset tetap tersebut memenuhi kriteria mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan
pemerintahan daerah, batas minimal kapitalisasi aset tetap yang diatur dalam peraturan kepala daerah, berwujud atau tidak berwujud, biaya
perolehan aset tetap dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
• Pemerintah Daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2024 untuk pembangunan dan pengembangan
sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan publik serta pertumbuhan ekonomi daerah
• Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi batas minimal
kapitalisasi aset, dan memperpanjang masa manfaat atau yang memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Belanja modal digunakan untuk menganggarkan
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan aset tetap dan aset lainnya. • Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Nilai aset tetap yang dianggarkan dalam belanja • Penganggaran pengadaan BMD dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektif,
modal tersebut adalah sebesar harga beli atau
transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel dengan mengutamakan produk dalam negeri.
bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait
• Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah didasarkan pada:
dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset
siap digunakansesuai dengan peraturan perundang- a. perencanaan kebutuhan BMD yang mendukung tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada;
undangan b. standar barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga.
• Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk menjamin aset yang telah diserahkan dari kementerian/lembaga kepada Pemerintah
Belanja modal dirinci menurut jenis belanja yang terdiri
Daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal.
atas:
• belanja modal tanah; • Pengadaan BMD dimaksud dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintah Daerah sesuai
• belanja modal peralatan dan mesin; dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• belanja modal bangunan dan gedung;
• belanja modal jalan, jaringan, dan irigasi;
• belanja modal aset tetap lainnya;
• belanja aset lainnya;
KEBIJAKAN BELANJA TIDAK TERDUGA
• Pengeluaran untuk keadaan darurat meliputi bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa, pelaksanaan
operasi pencarian dan pertolongan, dan/atau kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan publik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya untuk menganggarkan pengembalian atas
kelebihan pembayaran atas penerimaan daerah yang bersifat tidak berulang yang terjadi pada tahun sebelumnya.
• Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya antara lain bantuan sosial yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan,
pemberian uang duka bagi masyarakat miskin dengan kriteria dan besaran diatur dalam peraturan kepala daerah yang merupakan
pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Daerah yang tercantum dalam RPJMD/RPD, serta keadaan tidak stabil yang terjadi secara
Keperluan mendesak sesuai dengan karakteristik tiba-tiba sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
masing-masing Pemerintah Daerah dilaksanakan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Keperluan mendesak meliputi: Dalam hal alokasi anggaran BTT tidak mencukupi, Pemerintah Daerah:
• kebutuhan daerah dalam rangka Pelayanan Dasar a. melakukan penyesuaian atas program, kegiatan dan subkegiatan pada SKPD yang bersangkutan atau antarSKPD sepanjang program,
masyarakat yang anggarannya belum tersedia kegiatan dan subkegiatan belum dilaksanakan/direalisasikan;
dalam Tahun Anggaran berjalan; b. melakukan optimalisasi/penjadwalan ulang atas program/kegiatan/subkegiatan atau belanja pada SKPD yang bersangkutan; dan/atau
• belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja c. memanfaatkan kas yang tersedia.
yang bersifat wajib;
• pengeluaran daerah yang berada diluar kendali Penggunaan BTT untuk keadaan darurat di luar penggunaan untuk keadaan bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial dan/atau
Pemerintah Daerah dan tidak dapat diprediksikan
kejadian luar biasa, pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan, dan/atau kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan
sebelumnya, serta amanat peraturan perundang-
pelayanan publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan untuk mendanai keperluan mendesak dilakukan melalui
undangan; dan/atau
• pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda pergeseran anggaran dari BTT ke dalam program, kegiatan dan subkegiatan serta belanja terkait pada SKPD sesuai dengan kewenangannya,
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi dengan tahapan sebagai berikut:
Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat. • dalam hal anggaran belum tersedia atau belum cukup tersedia, dilakukan pergeseran dari BTT dalam RKA pada SKPKD ke dalam RKA pada
SKPD terkait sesuai dengan kewenangannya; dan
Kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak • RKA menjadi dasar dalam melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2024 dan
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
Tahun Anggaran 2024.
atau ditampung dalam laporan realisasi anggaran bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
KEBIJAKAN BELANJA TIDAK TERDUGA
Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. diusulkan oleh SKPD terkait a) kepala SKPD mengajukan RKB paling lama 1 (satu) hari kepada PPKD selaku BUD;
dengan tahapan sebagai berikut: b) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT kepada kepala SKPD
penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keadaan darurat dalam rangka kebutuhan tanggap paling lama 1 (satu) hari terhitung sejak diterimanya RKB.
darurat bencana, penghentian konflik dan rekonsiliasi pasca konflik, dan/atau kejadian luar biasa
dilakukan dengan PEMBEBANAN LANGSUNG kepada belanja tidak terduga.