Anda di halaman 1dari 42

ARAH KEBIJAKAN

PENYUSUNAN APBD TA 2024


Berdasarkan Permendagri Nomor 15 Tahun 2023

Oleh :
Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah
FUNGSI BINWAS KEMENDAGRI
Pasal 373
(1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan
Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan umum penyelenggaraan pemda secara nasional
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Menjamin keberlangsungan pelayanan & pemberdayaan masyarkat,
ayat (1) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri. pembangunan daerah, demokrasi, penegakan hukum dan kesatuan
bangsa
Pasal 374 POROS Pemerintahan &
(1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Politik Dalam Negeri
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373 ayat (1) Berlandaskan Penjabaran Visi, Misi, dan Program sesuai dgn agenda
dilaksanakan oleh Menteri, menteri teknis, dan kepala prioritas kerja Presiden dan Wakil Presiden. Penjabaran Program
lembaga pemerintah nonkementerian. Operasional KEMENDAGRI, Koordinasi antar K/L secara terpadu
(2) Menteri melakukan pembinaan yang bersifat umum meliputi:
a. pembagian Urusan Pemerintahan;
b. kelembagaan Daerah;
c. kepegawaian pada Perangkat Daerah; Komitmen bersama dan partisipasi melaksanakan program secara
d. keuangan Daerah; efektif, efisien, bersih berwibawa dlm rangka memperkokoh NKRI
e. pembangunan Daerah; SASARAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG
f. pelayanan publik di Daerah; BERSIH, EFEKTIF DAN DEMOKRATIS
g. kerja sama Daerah;
h. kebijakan Daerah; Gubernur, Bupati & Wali Kota mengelola dan memecahkan berbagai
i. kepala Daerah dan DPRD; dan isu strategis
j. bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pengelolaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagai akibat dari penyerahan
urusan pemerintahan yang dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Dalam rangka penyusunan APBD, pemerintah menyusun Pedoman Penyusunan APBD


setiap tahun yang memuat :
• sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah dengan kebijakan pemerintah pusat,
• prinsip penyusunan APBD,
• kebijakan penyusunan APBD,
• teknis penyusunan APBD, dan
• hal khusus lainnya.
LANDASAN HUKUM
‘’melaksanakan ketentuan Pasal 308 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 89 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah’’

ü Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
ü Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
ü Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
ü Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah
BATANG TUBUH Pasal 3
• Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 berdasarkan kebijakan umum anggaran dan prioritas serta
plafon anggaran sementara berupa target dan kinerja program, kegiatan dan subkegiatan yang
tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
1 2
• Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2024 dilakukan melalui sistem informasi pemerintahan daerah
sinkronisasi kebijakan Prinsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah Penyusunan APBD
dengan kebijakan
pemerintah pusat Pasal 4
• APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.
3 • APBD disusun berdasarkan klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur sesuai urusan
pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan dan subkegiatan yang diuraikan
Kebijakan masing-masing ke dalam akun pendapatan, belanja dan pembiayaan serta dijabarkan ke
Penyusunan APBD dalam kelompok, jenis, objek, rincian objek, subrincian objek pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4 5 Pasal 5
Teknis Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2024 untuk:
Hal-Hal Khusus Lainnya
penyusunan APBD • mengelola belanja secara efektif, efisien, dan fokus terhadap capaian target pelayanan publik;
• mengutamakan penggunaan alokasi anggaran melalui rasionalisasi belanja daerah yang belum
menjadi prioritas guna meningkatkan kualitas keluaran belanja daerah; dan
• mengalokasikan anggaran yang memadai guna percepatan transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tema RKP & KEM PPKF Tahun 2024
“Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi
Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”
fokus pembangunan diarahkan kepada:
1. pengurangan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem;
2. peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan;
3. revitalisasi industri dan penguatan riset terapan;
4. penguatan daya saing usaha;
5. pembangunan rendah karbon dan transisi energi;
6. percepatan pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas;
7. percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN); dan
8. pelaksanaan pemilihan umum Tahun 2024

fokus kebijakan fiskal nasional difokuskan pada :


1. penghapusan kemiskinan ekstrem melalui pengurangan beban
pengeluaran masyarakat, peningkatan pendapatan masyarakat, dan
peningkatan akses infrastruktur dasar;
2. penurunan stunting;
3. pengendalian inflasi; dan
4. peningkatan investasi.
5. Selain itu untuk mempercepat akselerasi transformasi ekonomi maka
dalam jangka menengah Pemerintah juga mendorong untuk terus
dilakukan penguatan kualitas SDM, pembangunan infrastruktur, dan
peningkatan nilai tambah SDA.
PRINSIP PENYUSUNAN APBD
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah;
2. APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi;
3. APBD disusun dengan berpedoman pada KUA dan PPAS yang didasarkan pada RKPD
4. APBD disusun tepat waktu sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
5. APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan daerah
dan pengeluaran daerah;

6. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,


dan stabilisasi;
7. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan Perda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. APBD dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, partisipatif dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk
masyarakat dan taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan;
9. APBD merupakan dasar Pengelolaan Keuangan Daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran.
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
• APBD dalam satu tahun anggaran meliputi: • Klasifikasi APBD dalam rancangan Perda tentang APBD dirinci menurut
1. hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan urusan pemerintahan daerah, bidang urusan, organisasi, program,
bersih; kegiatan, sub kegiatan, akun, kelompok, dan jenis pendapatan, belanja,
2. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai dan pembiayaan;
kekayaan bersih; dan • Klasifikasi APBD dalam rancangan Peraturan Kepala Daerah (Perkada)
3. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang tentang penjabaran APBD dirinci menurut urusan pemerintahan
akan diterima kembali, pada tahun anggaran yang bersangkutan atau daerah, bidang urusan, organisasi, program, kegiatan, sub kegiatan,
pada tahun anggaran berikutnya. akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub rincian objek
pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
• Penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam bentuk uang harus • Klasifikasi APBD mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
dicantumkan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD; undangan mengenai Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur
• Penerimaan Daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah serta
Penerimaan Daerah yang terukur secara rasional yang dapat dicapai pemutakhirannya;
untuk setiap sumber Penerimaan Daerah dan berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Pengeluaran Daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana
Pengeluaran Daerah sesuai dengan kepastian tersedianya dana atas
Penerimaan Daerah dalam jumlah yang cukup;
• Setiap Pengeluaran Daerah harus memiliki dasar hukum yang
melandasinya;
SIKLUS PENYUSUNAN APBD
Tanggal 31

Persetujuan bersama Rancangan Perda tentang APBD


60 (enam puluh) Hari DPRD dan Kepala dan rancangan Perkada
Minggu Ke-II / Ke-IV
Kepala Daerah wajib mengajukan Daerah Paling lambat 1 tentang penjabaran APBD
Apabila tidak sepakat, Penyampaian Rancangan rancangan Perda tentang (satu) bulan sebelum
paling lama 6 Minggu Peraturan Daerah tentang APBD disertai penjelasan dan dimulainya Tahun
sejak disampaikan APBD kepada DPRD dokumen pendukung kepada DPRD Anggaran berkenaan APBD

RKPD • KDH dapat mengajukan usulan penambahan kegiatan/sub kegiatan


baru sepanjang memenuhi kriteria darurat atau mendesak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam AGUST SEPT OKT NOV DES
rancangan KUA dan rancangan PPAS yang tidak terdapat dalam
RKPD yang dituangkan dalan Berita Acara dgn DPRD sebelum • Dalam hal terdapat penambahan kebutuhan pengeluaran
disepakati bersama dengan DPRD dalam pembahasan rancangan akibat keadaan darurat termasuk belanja untuk keperluan
KUA dan rancangan PPAS. mendesak, kepala SKPD dapat menyusun RKA-SKPD di luar • Paling lama 15 (lima belas) hari kerja Evaluasi Ranc
JULI AGUST Minggu ke-III KUA dan PPAS
JULI Perda APBD & Ranc Perkada Penjabaran APBD
Menyusun RKA-SKPD • Dalam hal terjadi perubahan struktur organisasi dan tata • Penyempurnaan Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
Dan Reviu APIP Daerah kerja (SOTK), dalam masa transisi penyusunan RKA-SKPD (sejak diterima keputusan hasil evaluasi)
disusun oleh TAPD atau TAPD menunjuk SKPD terkait. • Penyampaian keputusan pimpinan DPRD tentang
penyempurnaan 3 (tiga) hari kerja setelah
Minggu Ke-I Minggu Ke-II Minggu ke-II • Laporan hasil reviu APIP daerah untuk KUA dan PPAS serta RKA-SKPD
keputusan pimpinan DPRD ditetapkan
disampaikan kepada MDN c.q. ITJEN untuk Provinsi dan GWPP untuk
Penyusunan Ranc KUA KDH menyampaikan Kesepakatan Ranc KUA
Kabupaten/kota yang ditembuskan kepada ITJEN KEMENDAGRI paling lama 7
dan Ranc PPAS dan Reviu Ranc KUA dan Ranc dan Ranc PPAS
(tujuh) hari setelah pelaksanaan reviu selesai dilaksanakan dan menjadi
APIP Daerah PPAS kepada DPRD syarat penyampaian dokumen evaluasi Rancangan Perda tentang APBD

Kepala Daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD TA 2024 paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya TA 2024, dengan pengaturan:
• Kepala Daerah dan DPRD harus memenuhi tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD TA 2024.
• Penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama untuk menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun, menyampaikan dan membahas rancangan Perda tentang
APBD TA 2024; dan
• Kepala Daerah dan DPRD wajib melaksanakan penyusunan APBD TA 2024 sesuai dengan tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD
SIKLUS PENYUSUNAN PERUBAHAN APBD
PL 3 Hari
Penyampaian Penyusunan
Minggu Ke-III Raperda Perubahan APBD
• Laporan realisasi semester pertama APBD TA 2023 menjadi
Penerbitan SE Kepala Daerah, & Raperkada Penjabaran
dasar dalam proses pembahasan rancangan Perda tentang Minggu Ke-II Perubahan APBD untuk Penetapan Perda
Penyusunan RKA-SKPD &
Perubahan APBD TA 2023 serta persetujuan Kepala Daerah Penyampaian Rancangan dievaluasi Perubabhan APBD
Perubahan DPA-SKPD serta
bersama DPRD atas rancangan Perda dimaksud dilakukan Penyusunan Raperda Peraturan Daerah
setelah persetujuan bersama atas rancangan Perda tentang Perubahan APBD & Raperkada tentang Perubahan APBD PL 15 Hari PERUBAHAN
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2022; Penjabaran Perubahan APBD kepada DPRD Hasil Evaluasi APBD
• Pengambilan keputusan mengenai rancangan Perda tentang
perubahan APBD TA 2023 dilakukan oleh DPRD bersama kepala
daerah paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum TA berkenaan
berakhir AGUST AGUST SEPT OKT OKT
PL Tanggal 30 PL 7 Hari PL 7 hari
Persetujuan Bersama Penyempurnaan dari Penyampaian Perda
Minggu ke-II Kepala Daerah dan DPRD Hasil Evaluasi tentang Perubahan
JULI AGUST
JULI APBD dan Perkada
Pembahasan dan
kesepakatan antara 3 Hari setelah tentang Penjabaran
Kepala Daerahdan DPRD Keputusan DPRD APBD kepada Menteri
Penyampaian keputusan Dalam Negeri/
Minggu Ke-II Minggu ke-I Gubernur
Perubahan Pimpinan DPRD tentang
Laporan Realisasi Penyampaian Rancangan penyempurnaan
RKPD Semester Pertama APBD Perubahan KUA dan rancangan Perda tentang
Rancangan Perubahan Perubahan APBD kepada
PPAS oleh Kepala Daerah Menteri Dalam
kepada DPRD Negeri/Gubernur
PENETAPAN PERDA
APBD TEPAT WAKTU TA 2019-2023
95,70% 97,85% 97,85%
100,00%
91,18% 91,18%
87,71% 89,16%
86,02%
83,95% 78,55%
75,00% 81,72% 82,22% 81,58%
79,41%
70,59%

50,00%

25,00%

0,00%
2019 2020 2021 2022 2023

Provinsi Kabupaten Kota


Sumber Data : TA 2019-2020 : Diolah dari Perda APBD, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
TA 2021-2022 : 542 Daerah, Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
TA 2023 : 546 Daerah, Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
11
PENETAPAN PERDA
APBD PROVINSI & KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2019-2023
DAERAH TA 2019 TA 2020 TA 2021 TA 2022 TA 2023
Prov. Jawa Tengah 27 Desember 2018 17 Desember 2019 07 Desember 2020 15 Desember 2021 30 Desember 2022
Kab. Banjarnegara 21 Desember 2018 N/A 28 Desember 2020 23 Desember 2021 27 Desember 2022
Kab. Banyumas N/A N/A 30 Desember 2020 30 Desember 2021 30 Desember 2022
Kab. Batang 28 Desember 2018 27 Desember 2019 30 Desember 2020 29 Desember 2021 27 Desember 2022
Kab. Blora 27 Desember 2018 27 Desember 2019 29 Desember 2020 28 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Boyolali N/A 26 November 2019 30 November 2020 23 November 2021 26 Desember 2022
Kab. Brebes 19 Desember 2018 17 Desember 2019 23 Desember 2020 22 Desember 2021 13 Desember 2022
Kab. Cilacap 20 Desember 2018 N/A 28 Desember 2020 23 Desember 2021 21 Desember 2022
Kab. Demak 21 Desember 2018 19 Desember 2019 29 Desember 2020 28 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Grobogan 27 Desember 2018 30 Desember 2019 23 Desember 2020 09 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Jepara 26 Desember 2018 30 Desember 2019 28 Desember 2020 24 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Karanganyar N/A N/A 28 Desember 2020 10 Desember 2021 26 Desember 2022
Kab. Kebumen 20 Desember 2018 18 Desember 2019 22 Desember 2020 27 Desember 2021 24 Desember 2022
Kab. Kendal 31 Desember 2018 30 Desember 2019 30 Desember 2020 30 Desember 2021 30 Desember 2022
Kab. Klaten N/A N/A 28 Desember 2020 27 Desember 2021 26 Desember 2022
Kab. Kudus 31 Desember 2018 N/A 28 Desember 2020 24 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Magelang N/A N/A 29 Desember 2020 30 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Pati 28 Desember 2018 26 Desember 2019 28 Desember 2020 28 Desember 2021 28 Desember 2022
Keterangan:
Tepat Waktu (sampai dengan 31 desember)
Terlambat (setelah 31 desember)
Sumber Data : TA 2019-2020 : Diolah dari Perda APBD, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
TA 2021-2023 : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.

12
PENETAPAN PERDA
APBD PROVINSI&KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2019-2023
DAERAH TA 2019 TA 2020 TA 2021 TA 2022 TA 2023
Kab. Pekalongan 20 Desember 2018 18 Desember 2019 23 Desember 2020 27 Desember 2021 19 Desember 2022
Kab. Pemalang 17 Desember 2018 N/A 29 Desember 2020 23 Desember 2021 22 November 2022
Kab. Purbalingga 28 Desember 2018 27 Desember 2019 23 Desember 2020 21 Desember 2021 23 Desember 2022
Kab. Purworejo 14 Desember 2018 18 Desember 2019 18 Desember 2020 16 Desember 2021 27 Desember 2022
Kab. Rembang 28 Desember 2018 N/A 23 Desember 2020 29 Desember 2021 28 Desember 2022
Kab. Semarang 27 Desember 2018 26 Desember 2019 17 Desember 2020 16 Desember 2021 23 Desember 2022
Kab. Sragen 31 Desember 2018 26 Desember 2019 23 Desember 2020 23 Desember 2021 20 Desember 2022
Kab. Sukoharjo 18 Desember 2018 21 November 2019 23 Desember 2020 20 Desember 2021 30 November 2022
Kab. Tegal N/A N/A 22 Desember 2020 24 Desember 2021 26 Desember 2022
Kab. Temanggung 28 Desember 2018 16 Desember 2019 28 Desember 2020 28 Desember 2021 27 Desember 2022
Kab. Wonogiri 14 Desember 2018 20 Desember 2019 23 Desember 2020 30 November 2021 15 Desember 2022
Kab. Wonosobo N/A N/A 30 Desember 2020 30 Desember 2021 30 Desember 2022
Kota Magelang 14 Desember 2018 13 Desember 2019 18 Desember 2020 20 Desember 2021 26 Desember 2022
Kota Pekalongan N/A 31 Desember 2019 30 Desember 2020 28 Desember 2021 28 Desember 2022
Kota Salatiga 31 Desember 2018 18 Desember 2019 21 Desember 2020 24 Desember 2021 19 Desember 2022
Kota Semarang 20 Desember 2018 17 Desember 2019 23 Desember 2020 24 Desember 2021 16 November 2022
Kota Surakarta 05 Desember 2018 6 Desember 2019 03 Desember 2020 30 November 2021 30 November 2022
Kota Tegal N/A N/A 29 Desember 2020 28 Desember 2021 28 Desember 2022
Keterangan:
Tepat Waktu (sampai dengan 31 desember)
Terlambat (setelah 31 desember)
Sumber Data : TA 2019-2020 : Diolah dari Perda APBD, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.
TA 2021-2023 : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri.

13
GAMBARAN UMUM
APBD PROVINSI JAWA TENGAH TA 2019-2023
miliar rupiah
30.000,00 27.374,41
26.632,34 27.190,83 26.763,16
24.539,96
25.000,00 26.840,83
25.965,58 26.255,25 26.190,96
24.253,83
20.000,00

15.000,00

10.000,00

5.000,00
686,76 1.119,16 620,00 1.177,13 942,20
270,00 891,00 370,00
- 20,00 0,00
(666,76) (350,00) (286,13) (572,20)
(1.119,16)
(5.000,00) TA 2019 TA 2020 TA 2021 TA 2022 TA 2023

Total Pendapatan Total Belanja Surplus(Defisit) Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan


Sumber Data : Perda APBD, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri TA 2019.
Perda Perubahan APBD, Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri TA 2020.
Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, TA 2021-2023.
14
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD TA 2024 meliputi Klasifikasi kelompok Pendapatan Asli Daerah
semua penerimaan uang melalui RKUD yang tidak perlu dibayar kembali yang diuraikan menurut jenis, objek, rincian objek, sub rincian
oleh daerah dan penerimaan lainnya yang sesuai dengan ketentuan objek pada
peraturan perundang-undangan diakui sebagai penambah ekuitas yang • Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD),
merupakan hak daerah dalam 1 (satu) Tahun Anggaran. • Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan/atau
Penganggaran pendapatan daerah yang memiliki karakteristik • Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
khusus, antara lain: sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP),
• Dana Desa, Klasifikasi kelompok Pendapatan Transfer dan Lain-lain
• Dana Kapitasi, Pendapatan daerah yang sah
• bantuan pemerintah dari Kementerian/Lembaga dan pendapatan yang diuraikan menurut jenis, objek, rincian objek, sub rincian
lainnya objek dikelola berdasarkan kewenangan pengelolaan keuangan
yang penerimaan pendapatannya tidak melalui Rekening Kas Umum pada
Daerah (RKUD), penerimaan pendapatannya dilakukan berdasarkan • SKPKD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
pencatatan/notifikasi atau pengesahan pendapatan, mekanisme
intersep, pemotongan langsung atau mekanisme lainnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
STRUKTUR PENDAPATAN DAERAH

01 02 03
PENDAPATAN ASLI PENDAPATAN LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH TRANSFER DAERAH YANG SAH

• Pajak Daerah • Dana Bagi Hasil • Pendapatan Hibah


• Retribusi Daerah • Dana Alokasi Umum • lain-lain pendapatan
• Hasil Pengelolaan • Dana Alokasi Khusus sesuai dengan ketentuan
Kekayaaan Daerah yang • Insentif Fiskal peraturan perundang-
Dipisahkan • Dana Otsus/Dana undangan
• Lain-lain PAD yang Sah Keistimewaan
• Dana Desa
• Bagi Hasil
• Bantuan keuangan
Ko
Ka ta S

1.000,00
2.000,00
3.000,00
4.000,00
5.000,00
6.000,00
b. em

0,00
B a
Ka an y ran
b u g 4.828,50
Ka . Ci ma
Ka b l a s 3.555,84
miliar rupiah

b. . B cap
Ke re
b 3.454,93
Ka bum e s
b e 3.024,88
Ka K . T n 2.805,53
b. ab ega
Ka P . l 2.800,12
b. em Pa
G ala ti 2.634,23
Ka rob n g
b o 2.572,25
Ka . K gan
Ka b la 2.562,74
b. . K t en
Ka M en 2.534,71
a d
Ka b. ge al
b. Wo lan 2.484,04
Se no g 2.479,61
Ka m gir
b ar i 2.447,45
Ka . D an
e g 2.441,70
Ka b. ma

Pendapatan
b. Je p k 2.393,26
B a
Ka Ka oy ra 2.390,26
Ka b. b. ol a
b. Pu Blo li 2.310,34
Pe rw ra
Ka K ka ore 2.280,18
l j
Ka b. K ab. ong o 2.278,16
b. ar Sr a n
Ba an ag 2.206,13
Ko n j gan en
2.161,96
PENDAPATAN DAERAH

ta arn ya
Su e g r
a 2.152,45
Ka Ka rak ra
2.117,36
Rata-Rata

Ka b. b. K art
b. W ud a
o 2.106,61
Ka Pu no us
b. rba sob 2.057,94
S l o 2.013,60
Ka Kab uk in g
b . . R oh g a
Te em ar 2.009,57
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023

m b jo 1.938,31
Ka an an
b. ggu g 1.935,56
Ko B n
1.882,01
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.

ta Ko at a g
P ta n
Rata-Rata =

Ko ek Te g 1.773,38
ta a lo ga
l 1.109,83
Ko Ma nga
ta ge n 967,82
Sa lan
la g 944,36
tig
2.301,77

a 906,39
17
PENDAPATAN ASLI DAERAH
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah
Pendapatan Asli Daerah Rasio Terhadap Pendapatan
0,00 2.000,00 4.000,00 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%
Kota Semarang 2.865,71 Kota Semarang 59,35%
Kab. Banyumas 889,32 Kota Surakarta 38,96%
Kota Surakarta 820,67 Kota Tegal 37,51%
Kab. Cilacap 757,74 Kota Magelang 29,41%
Kab. Kendal 601,22 Kota Salatiga 25,02%
Kab. Semarang 598,16 Kab. Banyumas 25,01%
Kab. Tegal 570,99 Kota Pekalongan 24,88%
Kab. Jepara 500,81 Kab. Semarang 24,50%
Kab. Brebes 475,83 Kab. Kendal 24,20%
Kab. Demak 461,75 Kab. Cilacap 21,93%
Kab. Pekalongan 446,36 Kab. Jepara 20,95%
Kab. Magelang 432,82 Kab. Kudus 20,88%
Kab. Kebumen 432,56 Kab. Tegal 20,39%
Kab. Kudus 429,65 Kab. Pekalongan 20,23%
Kab. Boyolali 424,88 Kab. Rembang 19,49%
Kota Tegal 416,26 Kab. Demak 19,29%
Kab. Purworejo 410,21 Kab. Sukoharjo 18,97%
Kab. Karanganyar 382,87 Kab. Boyolali 18,39%
Kab. Pemalang 380,70 Kab. Purworejo 18,01%
Kab. Rembang 377,26 Kab. Karanganyar 17,79%
Kab. Grobogan 367,82 Kab. Magelang 17,46%
Kab. Sukoharjo 367,64 Kab. Batang 16,92%
Kab. Sragen 365,14 Kab. Sragen 16,89%
Kab. Pati 352,22 Kab. Temanggung 16,14%
Kab. Banjarnegara 313,83 Kab. Brebes 15,73%
Kab. Blora 305,31 Kab. Kebumen 15,42%
Kab. Temanggung 303,73 Kab. Purbalingga 14,98%
Kab. Klaten 303,14 Kab. Banjarnegara 14,82%
Kab. Purbalingga 300,98 Kab. Pemalang 14,80%
Kab. Batang 300,05 Kab. Grobogan 14,35%
Kota Magelang 277,74 Kab. Blora 13,39%
Kab. Wonogiri 256,30 Kab. Pati 13,37%
Kab. Wonosobo 243,40 Kab. Wonosobo 12,09%
Kota Pekalongan 240,81 Kab. Klaten 11,96%
Kota Salatiga 226,79 Kab. Wonogiri 10,47%

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
18
PENDAPATAN TRANSFER
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah Pendapatan Transfer Rasio Terhadap Pendapatan
0,00 2.000,00 4.000,00 0,00% 40,00% 80,00% 120,00%
Kab. Cilacap 2.673,56 Kab. Wonogiri 89,47%
Kab. Banyumas 2.653,16 Kab. Klaten 87,48%
Kab. Brebes 2.535,54 Kab. Blora 86,61%
Kab. Kebumen 2.370,79 Kab. Pati 86,57%
Kab. Pati 2.280,50 Kab. Wonosobo 85,79%
Kab. Tegal 2.222,55 Kab. Grobogan 85,37%
Kab. Klaten 2.217,33 Kab. Pemalang 85,20%
Kab. Pemalang 2.191,55 Kab. Kebumen 84,50%
Kab. Wonogiri 2.189,65 Kab. Purbalingga 84,43%
Kab. Grobogan 2.187,69 Kab. Banjarnegara 83,89%
Kab. Magelang 2.025,29 Kab. Temanggung 83,86%
Kab. Blora 1.974,87 Kab. Brebes 83,82%
Kota Semarang 1.962,79 Kab. Sragen 83,11%
Kab. Demak 1.921,03 Kab. Batang 83,08%
Kab. Jepara 1.883,95 Kab. Karanganyar 81,88%
Kab. Boyolali 1.880,41 Kab. Purworejo 81,88%
Kab. Kendal 1.874,82 Kab. Magelang 81,68%
Kab. Purworejo 1.865,28 Kab. Boyolali 81,39%
Kab. Semarang 1.843,53 Kab. Sukoharjo 80,88%
Kab. Sragen 1.796,82 Kab. Rembang 80,35%
Kab. Banjarnegara 1.776,18 Kab. Demak 80,27%
Kab. Karanganyar 1.762,37 Kab. Pekalongan 79,43%
Kab. Pekalongan 1.752,26 Kab. Tegal 79,37%
Kab. Wonosobo 1.727,47 Kab. Kudus 79,12%
Kab. Purbalingga 1.696,72 Kab. Jepara 78,82%
Kab. Kudus 1.628,28 Kab. Cilacap 77,38%
Kab. Temanggung 1.578,28 Kab. Semarang 75,50%
Kab. Sukoharjo 1.567,66 Kab. Kendal 75,47%
Kab. Rembang 1.555,20 Kota Salatiga 74,98%
Kab. Batang 1.473,32 Kota Pekalongan 74,89%
Kota Surakarta 1.285,04 Kab. Banyumas 74,61%
Kota Pekalongan 724,76 Kota Magelang 70,59%
Kota Tegal 693,57 Kota Tegal 62,49%
Kota Salatiga 679,60 Kota Surakarta 61,00%
Kota Magelang 666,61 Kota Semarang 40,65%
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
19
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Rasio Terhadap Pendapatan
miliar rupiah 0,00 20,00 40,00 60,00 0,00% 1,00% 2,00% 3,00%
Kab. Wonosobo 42,74 Kab. Wonosobo 2,12%
Kab. Banjarnegara 27,35 Kab. Banjarnegara 1,29%
Kab. Cilacap 23,63 Kab. Magelang 0,87%
Kab. Magelang 21,50 Kab. Cilacap 0,68%
Kab. Klaten 14,24 Kab. Purbalingga 0,59%
Kab. Brebes 13,50 Kab. Klaten 0,56%
Kab. Banyumas 13,35 Kab. Brebes 0,45%
Kab. Purbalingga 11,87 Kab. Demak 0,44%
Kab. Demak 10,48 Kab. Banyumas 0,38%
Kab. Kendal 8,00 Kab. Pekalongan 0,34%
Kab. Pekalongan 7,52 Kab. Karanganyar 0,33%
Kab. Grobogan 7,23 Kab. Kendal 0,32%
Kab. Karanganyar 7,21 Kab. Grobogan 0,28%
Kab. Tegal 6,58 Kab. Tegal 0,23%
Kab. Jepara 5,50 Kota Pekalongan 0,23%
Kab. Boyolali 5,04 Kab. Jepara 0,23%
Kab. Rembang 3,10 Kab. Boyolali 0,22%
Kab. Sukoharjo 3,01 Kab. Rembang 0,16%
Kab. Purworejo 2,68 Kab. Sukoharjo 0,16%
Kota Pekalongan 2,25 Kab. Purworejo 0,12%
Kab. Kebumen 2,18 Kab. Kebumen 0,08%
Kab. Pati 1,51 Kab. Wonogiri 0,06%
Kab. Wonogiri 1,50 Kab. Pati 0,06%
Kota Surakarta 0,90 Kota Surakarta 0,04%
Kota Tegal 0,00 Kota Tegal 0,00%
Kota Semarang 0,00 Kota Semarang 0,00%
Kota Salatiga 0,00 Kota Salatiga 0,00%
Kota Magelang 0,00 Kota Magelang 0,00%
Kab. Temanggung 0,00 Kab. Temanggung 0,00%
Kab. Sragen 0,00 Kab. Sragen 0,00%
Kab. Semarang 0,00 Kab. Semarang 0,00%
Kab. Pemalang 0,00 Kab. Pemalang 0,00%
Kab. Kudus 0,00 Kab. Kudus 0,00%
Kab. Blora 0,00 Kab. Blora 0,00%
Kab. Batang 0,00 Kab. Batang 0,00%

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
20
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
Belanja Daerah
Belanja daerah harus mendukung target capaian Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2024 sesuai dengan kewenangan masing-masing tingkatan Pemerintah
Daerah, kemampuan pendapatan daerah, dan fokus pada pencapaian target pelayanan publik

Belanja daerah dalam rangka mendukung percepatan transformasi ekonomi • pengendalian inflasi antara lain:
paling sedikit meliputi: 1) Peningkatan produksi dan ketersediaan pangan strategis.
• penghapusan kemiskinan ekstrem antara lain: 2) Pengendalian laju alih fungsi lahan.
1) Pengurangan Beban Pengeluaran Masyarakat. 3) Pemberian bantuan sektor pertanian yang tepat sasaran.
2) Peningkatan Pendapatan Masyarakat. 4) Penguatan tata kelola logistik daerah.
3) Penurunan jumlah kantong-kantong kemiskinan. 5) Pengawasan harga dan operasi pasar.
• penurunan stunting antara lain: • peningkatan investasi antara lain:
1) Kegiatan yang mendukung intervensi gizi spesifik seperti pemberian 1) Kemudahan usaha dan investasi melalui penguatan sistem Online Single
suplemen dan makanan tambahan bagi ibu hamil, bayi dan balita. Submission (OSS).
2) Kegiatan yang mendukung intervensi gizi sensitive seperti 2) Mendukung penguatan konektivitas dan kualitas sumber daya manusia.
penyediaan akses air minum layak, akses sanitasi layak, akses • penguatan kualitas Sumber Daya Manusia;
layanan kesehatan dan keluarga berencana dan pendampingan • pembangunan infrastruktur; dan
keluarga rawan stunting. • peningkatan nilai tambah Sumber Daya Alam (SDA
3) Kegiatan pendukung penanganan stunting, seperti kegiatan fasilitasi Pemerintah Daerah menetapkan target capaian kinerja program, kegiatan dan
penataan dan pemberdayaan kelembagaan. Dengan memprioritaskan
sub kegiatan yang konkrit dan tidak absurd untuk belanja daerah, dengan
belanja utamanya untuk kegiatan yang mendukung pemberian
tetap memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
makanan tambahan dan suplemen gizi terutama untuk ibu hamil, bayi
dan balita.
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab.
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
• Standar harga satuan berfungsi sebagai:
Belanja Daerah 1) batas tertinggi yang besarannya tidak dapat dilampaui dalam
berpedoman pada standar harga satuan, analisis standar belanja penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
dan/atau standar teknis sesuai dengan ketentuan peraturan Daerah (RKA-SKPD);
perundang-undangan antara lain: 2) referensi penyusunan proyeksi prakiraan maju; dan
1) Belanja Daerah Standar harga satuan untuk belanja daerah disusun 3) bahan penghitungan pagu indikatif APBD.
berdasarkan Standar Harga Satuan Regional (SHSR) dan standar harga
satuan selain yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang- • Dalam pelaksanaan anggaran, standar harga satuan yang ditetapkan dengan
Perkada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
undangan mengenai SHSR ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
memperhatikan prinsip kebutuhan, efisiensi, efektivitas, kepatutan, dan merupakan:
kewajaran serta diimplementasikan dalam aplikasi Sistem Informasi 1) batas tertinggi yang besarannya tidak dapat dilampaui dalam
Pemerintahan Daerah (SIPD-RI). perencanaan dan pelaksanaan anggaran kegiatan dan sub kegiatan.
2) Analisis standar belanja disusun berdasarkan penilaian kewajaran atas 2) batas tertinggi yang tidak dapat dilampaui dalam perencanaan anggaran
beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang satuan biayanya berfungsi sebagai estimasi, namun dalam
baik bersifat fisik maupun non fisik yang ditetapkan dengan peraturan pelaksanaan anggaran dapat dilampaui sepanjang didasarkan atas bukti
kepala daerah serta diimplementasikan dalam aplikasi SIPD-RI. pengeluaran riil.
3) Standar harga satuan dan analisis standar belanja harus dilakukan reviu
oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebelum ditetapkan • Belanja daerah yang berasal dari Transfer ke Daerah (TKD) yang telah
dengan Perkada. ditentukan penggunaanya dianggarkan dan dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN UMUM PENYUSUNAN APBD
Belanja Daerah Pembiayaan Daerah
• Klasifikasi kelompok Belanja Operasi yang terdiri atas: • Pembiayaan merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
a) belanja pegawai; dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada Tahun
b) belanja barang dan jasa; Anggaran berkenaan maupun pada tahun-tahun Anggaran berikutnya.
c) belanja subsidi; • Klasifikasi akun Pembiayaan Daerah yang diuraikan menurut kelompok,
d) belanja hibah; jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek dikelola berdasarkan
e) belanja bantuan sosial; dan kewenangan pengelolaan keuangan pada SKPKD sesuai ketentuan
f) belanja bunga; peraturan perundang-undangan.
diuraikan menurut jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek yang
• Pembiayaan netto merupakan selisih antara penerimaan Pembiayaan
dikelola berdasarkan kewenangan pengelolaan keuangan pada SKPKD dan
SKPD, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. dengan pengeluaran Pembiayaan.
• Pembiayaan netto digunakan untuk menggunakan surplus anggaran atau
• Klasifikasi kelompok Belanja Modal diuraikan menurut jenis, objek, rincian menutup defisit anggaran.
objek, sub rincian objek yang dikelola berdasarkan kewenangan
pengelolaan keuangan pada SKPD sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Klasifikasi kelompok Belanja Tidak Terduga, dan kelompok Belanja Transfer
menurut jenis, objek, rincian objek, sub rincian objek yang dikelola
berdasarkan kewenangan pengelolaan keuangan pada SKPKD sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

BELANJA OPERASI BELANJA MODAL BELANJA TIDAK TERDUGA BELANJA TRANSFER

• Belanja Pegawai • Modal Tanah • Belanja Tidak Terduga • Belanja Bagi Hasil
• Belanja Barang dan Jasa • Modal Peralatan dan • Belanja Bantuan
• Belanja Bunga Mesin Keuangan
• Belanja Subsidi • Modal Gedung dan
• Belanja Hibah Bangunan
• Belanja Bantuan Sosial • Modal Jalan, Jaringan
dan Irigasi
• Modal Aset Tetap Lainnya
• Modal Aset Lainnya
Ko
Ka ta S

1.000,00
2.000,00
3.000,00
4.000,00
5.000,00
6.000,00
b. em

0,00
B a
miliar rupiah

Ka an y ran
b. u m g 4.983,82
Ka Ci a
b. l ac s 3.610,86
a
Ka Ka Bre p 3.581,07
b. b. be
Ke Te s 3.161,05
K b g
Ka ab um al 2.951,35
b. . K en
M la 2.900,29
a te
Ka K ge l n 2.817,02
b a an
Ka . P b. g 2.721,24
b. em Pa
G ala ti 2.700,64
K r
Ka ab obo n g
b. . K ga 2.632,95
Ka Se en n 2.612,91
b. m a dal
r 2.572,96
Ka Wo an
b no g 2.553,90
Ka . J gir

Belanja
b ep i 2.540,53
Ka . D ar
Ka b em a
b . 2.517,28
Ko . P Sra a k
ta ur ge 2.493,26
S w n 2.477,57
Ka ur ore
b. ak j o 2.384,06
B a
Ka K oy rta
Ka b ab o 2.365,33
BELANJA DAERAH

b. . S . B l ali
Ba uk lo 2.342,72
n j oh ra
Ka ar a 2.280,18
b. Ka ne r jo
b g 2.263,27
Rata-Rata

Ka Ka . K ara
b ra u 2.244,77
Ka . P n g du
b. ek an s
a y 2.244,75
Ka Pur lon ar
b. ba ga 2.243,05
W l n 2.207,13
Ka Kab o in g
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023

b. . R nos ga
Te em ob 2.079,21
m b o 2.078,39
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.

Ka an an
b. ggu g 2.037,56
B n
Ko Ko at g 2.024,95
Ko ta ta an
ta M Te g 1.823,59
Pe age gal
Ko ka lan 1.225,39
ta lon g 1.012,69
Sa ga
la n 1.008,40
tig
a 978,10
Rata-Rata = 2.419,21

25
BELANJA OPERASI
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah Belanja Operasi Rasio Terhadap Belanja
0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 0,00% 30,00% 60,00% 90,00%120,00%
Kota Semarang 3.932,02 Kota Salatiga 88,89%
Kab. Banyumas 2.651,99 Kota Magelang 86,46%
Kab. Cilacap 2.517,57 Kota Tegal 85,29%
Kab. Brebes 2.243,39 Kota Pekalongan 84,68%
Kab. Tegal 2.070,87 Kota Surakarta 79,36%
Kab. Pemalang 1.981,14 Kota Semarang 78,90%
Kab. Kebumen 1.975,89 Kab. Jepara 75,57%
Kab. Klaten 1.927,43 Kab. Pemalang 75,24%
Kab. Semarang 1.913,84 Kab. Semarang 74,94%
Kab. Jepara 1.902,42 Kab. Kudus 74,66%
Kota Surakarta 1.877,18 Kab. Karanganyar 74,07%
Kab. Grobogan 1.863,41 Kab. Banyumas 73,44%
Kab. Magelang 1.837,08 Kab. Purbalingga 73,16%
Kab. Demak 1.816,16 Kab. Demak 72,84%
Kab. Wonogiri 1.798,91 Kab. Batang 71,96%
Kab. Pati 1.790,05 Kab. Grobogan 71,32%
Kab. Kendal 1.783,85 Kab. Brebes 70,97%
Kab. Sragen 1.692,86 Kab. Wonogiri 70,81%
Kab. Kudus 1.676,01 Kab. Pekalongan 70,38%
Kab. Karanganyar 1.661,40 Kab. Cilacap 70,30%
Kab. Sukoharjo 1.581,34 Kab. Temanggung 70,17%
Kab. Pekalongan 1.553,38 Kab. Tegal 70,17%
Kab. Purworejo 1.547,04 Kab. Sukoharjo 69,87%
Kab. Boyolali 1.536,46 Kab. Kendal 69,33%
Kab. Blora 1.530,73 Kab. Klaten 68,42%
Kab. Banjarnegara 1.526,92 Kab. Sragen 68,33%
Kab. Purbalingga 1.521,10 Kab. Kebumen 68,13%
Kab. Temanggung 1.420,90 Kab. Banjarnegara 68,02%
Kab. Wonosobo 1.384,93 Kab. Magelang 67,51%
Kab. Rembang 1.340,22 Kab. Blora 67,13%
Kab. Batang 1.312,19 Kab. Wonosobo 66,63%
Kota Tegal 1.045,12 Kab. Pati 66,28%
Kota Magelang 875,57 Kab. Rembang 65,78%
Kota Salatiga 869,41 Kab. Boyolali 65,58%
Kota Pekalongan 853,90 Kab. Purworejo 64,89%

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
26
BELANJA MODAL
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah Belanja Modal Rasio Terhadap Belanja
0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 0,00% 10,00% 20,00% 30,00%
Kota Semarang 981,96 Kota Surakarta 19,79%
Kab. Cilacap 479,58 Kota Semarang 19,70%
Kota Surakarta 468,15 Kab. Boyolali 16,77%
Kab. Brebes 408,44 Kab. Sragen 15,74%
Kab. Boyolali 392,81 Kab. Wonosobo 15,48%
Kab. Sragen 389,99 Kab. Sukoharjo 15,17%
Kab. Tegal 378,07 Kab. Rembang 15,00%
Kab. Kendal 347,02 Kota Pekalongan 14,94%
Kab. Sukoharjo 343,40 Kota Tegal 14,55%
Kab. Wonogiri 328,96 Kab. Blora 14,18%
Kab. Blora 323,29 Kab. Kendal 13,49%
Kab. Wonosobo 321,79 Kab. Cilacap 13,39%
Kab. Banyumas 318,39 Kab. Wonogiri 12,95%
Kab. Rembang 305,65 Kab. Brebes 12,92%
Kab. Grobogan 303,47 Kab. Kudus 12,90%
Kab. Kudus 289,52 Kab. Tegal 12,81%
Kab. Purworejo 281,97 Kota Magelang 12,75%
Kab. Banjarnegara 274,68 Kab. Banjarnegara 12,24%
Kab. Pekalongan 269,52 Kab. Pekalongan 12,21%
Kab. Klaten 264,93 Kab. Purworejo 11,83%
Kab. Demak 260,97 Kab. Grobogan 11,61%
Kab. Kebumen 260,24 Kab. Demak 10,47%
Kab. Magelang 255,70 Kab. Karanganyar 10,21%
Kab. Semarang 254,82 Kab. Temanggung 10,09%
Kab. Pemalang 247,83 Kab. Semarang 9,98%
Kab. Jepara 229,73 Kab. Pemalang 9,41%
Kab. Karanganyar 229,05 Kab. Klaten 9,40%
Kab. Pati 213,39 Kab. Magelang 9,40%
Kab. Temanggung 204,36 Kab. Jepara 9,13%
Kota Tegal 178,27 Kab. Kebumen 8,97%
Kota Pekalongan 150,66 Kota Salatiga 8,89%
Kab. Purbalingga 147,55 Kab. Banyumas 8,82%
Kab. Batang 139,30 Kab. Pati 7,90%
Kota Magelang 129,12 Kab. Batang 7,64%
Kota Salatiga 86,99 Kab. Purbalingga 7,10%

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023. 27
BELANJA TIDAK TERDUGA
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah Belanja Tidak Terduga Rasio Terhadap Belanja
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 0,00% 1,00% 2,00% 3,00%
Kota Semarang 69,84 Kota Salatiga 2,22%
Kota Salatiga 21,70 Kota Semarang 1,40%
Kota Surakarta 20,00 Kota Surakarta 0,85%
Kab. Klaten 18,03 Kota Magelang 0,79%
Kab. Pati 17,51 Kab. Batang 0,69%
Kab. Grobogan 16,35 Kab. Banjarnegara 0,67%
Kab. Tegal 15,12 Kab. Pati 0,65%
Kab. Magelang 15,00 Kab. Klaten 0,64%
Kab. Banjarnegara 15,00 Kab. Grobogan 0,63%
Kab. Sukoharjo 12,78 Kab. Sukoharjo 0,56%
Kab. Batang 12,50 Kab. Magelang 0,55%
Kab. Sragen 10,00 Kab. Tegal 0,51%
Kab. Cilacap 10,00 Kab. Blora 0,44%
Kab. Boyolali 10,00 Kab. Boyolali 0,43%
Kab. Blora 10,00 Kab. Kudus 0,40%
Kab. Banyumas 10,00 Kab. Sragen 0,40%
Kab. Jepara 9,55 Kab. Jepara 0,38%
Kab. Kudus 9,07 Kota Pekalongan 0,37%
Kab. Purworejo 8,68 Kab. Purworejo 0,36%
Kab. Kendal 8,25 Kab. Karanganyar 0,36%
Kab. Semarang 8,20 Kab. Semarang 0,32%
Kota Magelang 8,00 Kab. Kendal 0,32%
Kab. Karanganyar 8,00 Kab. Cilacap 0,28%
Kab. Brebes 8,00 Kab. Banyumas 0,28%
Kab. Wonogiri 6,57 Kab. Pekalongan 0,27%
Kab. Pekalongan 6,00 Kab. Wonosobo 0,26%
Kab. Wonosobo 5,50 Kab. Wonogiri 0,26%
Kab. Pemalang 5,00 Kab. Brebes 0,25%
Kab. Demak 5,00 Kab. Demak 0,20%
Kab. Purbalingga 4,00 Kab. Purbalingga 0,19%
Kota Pekalongan 3,78 Kab. Pemalang 0,19%
Kab. Rembang 3,57 Kab. Rembang 0,18%
Kab. Temanggung 2,50 Kota Tegal 0,16%
Kota Tegal 2,00 Kab. Temanggung 0,12%
Kab. Kebumen 2,00 Kab. Kebumen 0,07%
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
28
BELANJA TRANSFER
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah Belanja Transfer Rasio Terhadap Belanja
0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 0,00% 10,00% 20,00% 30,00%
Kab. Pati 679,68 Kab. Pati 25,17%
Kab. Kebumen 662,16 Kab. Purworejo 22,92%
Kab. Banyumas 630,48 Kab. Kebumen 22,83%
Kab. Magelang 613,46 Kab. Magelang 22,54%
Kab. Klaten 606,63 Kab. Klaten 21,53%
Kab. Cilacap 573,91 Kab. Batang 19,72%
Kab. Purworejo 546,37 Kab. Temanggung 19,62%
Kab. Brebes 501,22 Kab. Purbalingga 19,55%
Kab. Tegal 487,29 Kab. Banjarnegara 19,07%
Kab. Kendal 433,84 Kab. Rembang 19,05%
Kab. Grobogan 429,68 Kab. Blora 18,25%
Kab. Banjarnegara 428,17 Kab. Wonosobo 17,62%
Kab. Blora 416,16 Kab. Banyumas 17,46%
Kab. Demak 411,13 Kab. Boyolali 17,22%
Kab. Purbalingga 406,56 Kab. Pekalongan 17,14%
Kab. Wonogiri 406,09 Kab. Kendal 16,86%
Kab. Boyolali 403,46 Kab. Tegal 16,51%
Kab. Pemalang 398,98 Kab. Demak 16,49%
Kab. Temanggung 397,20 Kab. Grobogan 16,44%
Kab. Rembang 388,13 Kab. Cilacap 16,03%
Kab. Sragen 384,72 Kab. Wonogiri 15,98%
Kab. Pekalongan 378,23 Kab. Brebes 15,86%
Kab. Semarang 377,04 Kab. Sragen 15,53%
Kab. Jepara 375,58 Kab. Karanganyar 15,36%
Kab. Wonosobo 366,17 Kab. Pemalang 15,15%
Kab. Batang 359,59 Kab. Jepara 14,92%
Kab. Karanganyar 344,61 Kab. Semarang 14,76%
Kab. Sukoharjo 325,75 Kab. Sukoharjo 14,39%
Kab. Kudus 270,15 Kab. Kudus 12,03%
Kota Pekalongan 0,05 Kota Pekalongan 0,00%
Kota Tegal 0,00 Kota Tegal 0,00%
Kota Surakarta 0,00 Kota Surakarta 0,00%
Kota Semarang 0,00 Kota Semarang 0,00%
Kota Salatiga 0,00 Kota Salatiga 0,00%
Kota Magelang 0,00 Kota Magelang 0,00%
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
29
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
• SiLPA Tahun Sebelumnya
• Pencairan Dana Cadangan
• Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahakan
• Penerimaan Kembali atas Pemberian
Pinjaman
• Penerimaan Pinjaman Daerah
• Penerimaan Pembiayaan Lainnya PENERIMAAN
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMBIAYAAN

PENGELUARAN • Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang


Jatuh Tempo;
PEMBIAYAAN • Penyertaan Modal Daerah;
• Pembentukan Dana Cadangan;
• Pembentukan Dana Abadi Daerah;
• Pemberian Pinjaman Daerah;
• Pengeluaran Pembiayaan lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMBIAYAAN DAERAH
APBD KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TA 2023
miliar rupiah Penerimaan Pembiayaan miliar rupiah Pengeluaran Pembiayaan
0,00 400,00 800,00 0,00 50,00 100,00 150,00
Kab. Sragen 390,61 Kota Semarang 115,47
Kab. Sukoharjo 351,97 Kab. Blora 100,00
Kab. Klaten 306,60 Kab. Sragen 75,00
Kab. Magelang 286,00 Kab. Rembang 70,00
Kota Semarang 270,79 Kab. Grobogan 67,25
Kota Surakarta 265,72 Kab. Banyumas 61,94
Kab. Tegal 189,81 Kab. Kebumen 46,33
Kab. Kudus 186,82 Kab. Magelang 44,38
Kab. Rembang 172,00 Kab. Tegal 38,58
Kab. Brebes 162,17 Kab. Pekalongan 29,00
Kab. Temanggung 159,75 Kab. Jepara 28,50
Kab. Jepara 155,52 Kab. Sukoharjo 27,01
Kab. Cilacap 147,14 Kab. Kendal 26,00
Kab. Kebumen 141,09 Kab. Brebes 26,00
Kab. Banjarnegara 139,31 Kab. Klaten 24,30
Kab. Purworejo 123,90 Kab. Boyolali 22,50
Kab. Grobogan 117,42 Kab. Cilacap 21,00
Kab. Banyumas 116,96 Kota Magelang 18,54
Kota Tegal 115,56 Kab. Purworejo 18,00
Kab. Kendal 114,92 Kab. Pemalang 17,30
Kab. Semarang 113,20 Kab. Wonosobo 17,08
Kab. Demak 109,00 Kab. Temanggung 16,81
Kab. Karanganyar 100,60 Kab. Banjarnegara 11,90
Kab. Blora 100,00 Kota Pekalongan 11,25
Kab. Wonogiri 94,58 Kab. Karanganyar 10,00
Kota Magelang 86,87 Kab. Pati 10,00
Kab. Wonosobo 81,87 Kab. Batang 10,00
Kab. Pemalang 78,00 Kab. Demak 9,00
Kab. Pati 76,41 Kota Surakarta 7,00
Kab. Purbalingga 75,00 Kab. Purbalingga 5,36
Kota Salatiga 73,21 Kota Salatiga 1,50
Kab. Batang 60,21 Kab. Wonogiri 1,50
Kab. Boyolali 54,88 Kab. Semarang 1,00
Kota Pekalongan 51,83 Kota Tegal 0,00
Kab. Pekalongan 30,00 Kab. Kudus 0,00
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2023.
31
HAL KHUSUS LAINNYA NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH
1. a. Urusan Bidang Pendidikan: Rp xxx
1) Belanja Operasi:
a) belanja pegawai; Rp xxx
b) belanja barang dan jasa; Rp xxx
c) belanja hibah; Rp xxx
d) belanja bantuan sosial. Rp xxx
2) Belanja Modal; Rp xxx
ANGGARAN FUNGSI PENDIDIKAN b. Urusan Bidang Kebudayaan: Rp xxx
1) Belanja Operasi:
a) belanja pegawai; Rp xxx
§ Dalam rangka peningkatan pelayanan bidang pendidikan, b) belanja barang dan jasa;
c) belanja hibah;
Rp
Rp
xxx
xxx
Pemerintah Daerah secara konsisten dan d) belanja bantuan sosial.
2) Belanja Modal;
Rp
Rp
xxx
xxx
berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran fungsi c. Urusan Bidang Perpustakaan: Rp xxx
1) Belanja Operasi:
pendidikan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari total a) belanja pegawai; Rp xxx
b) belanja barang dan jasa; Rp xxx
belanja daerah sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan c) belanja hibah; Rp xxx
peraturan perundang-undangan. d) belanja bantuan sosial.
2) Belanja Modal;
Rp
Rp
xxx
xxx
§ Alokasi anggaran fungsi pendidikan dimaksud d. Urusan Bidang Kepemudaaan dan Olahraga:
1) Belanja Operasi:
Rp xxx

diprioritaskan untuk peningkatan kualitas dan akses bidang a) belanja pegawai; Rp xxx
b) belanja barang dan jasa; Rp xxx
pendidikan melalui pencapaian indikator SPM bidang c) belanja hibah; Rp xxx
d) belanja bantuan sosial. Rp xxx
pendidikan. 2) Belanja Modal; Rp xxx
e. Belanja di luar Urusan Pendidikan, Urusan Kebudayaan, Urusan
Perpustakaan dan Urusan Kepemudaan dan Olahraga yang Rp xxx
menunjang kebutuhan masyarakat dibidang Pendidikan, antara
lain:
1) Belanja Transfer: Rp xxx
Belanja bantuan keuangan… Rp xxx
2) Sub Kegiatan .... pada SKPD ….
dst ....

2. Anggaran Fungsi Pendidikan (a+b) Rp xxx


3. Total Belanja Daerah Rp xxx
4. Rasio anggaran pendidikan (2:3) x 100% xxx%
HAL KHUSUS LAINNYA
3. pencegahan dan pengendalian penyakit menular, terutama:
a) Tuberkulosis (TBC);
b) Human lmmunodeficiency Virus (HIV);
ANGGARAN KESEHATAN c) malaria; dan
d) Penyakit menular lainnya.
4. pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, terutama:
§ Dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang kesehatan, Pemerintah Daerah secara konsisten a) Diabetes Melitus;
dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran Kesehatan secara memadai sesuai b) Hipertensi; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. c) Penyakit tidak menular lainnya;
§ Alokasi anggaran kesehatan dimaksud diarahkan untuk mendukung transformasi kesehatan dan 5. penguatan jejaring layanan primer, melalui pemenuhan:
pencapaian indikator SPM bidang kesehatan. a) sarana dan prasarana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat termasuk prasarana
§ Prioritas bidang kesehatan diarahkan untuk mempercepat capaian keberhasilan pembangunan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED);
kesehatan dan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya antara lain: b) sarana prasarana posyandu prima dan posyandu;
1. penguatan promosi kesehatan dan deteksi dini penyakit; c) obat esensial, obat gizi, obat kesehatan ibu dan anak, obat program lainnya dan Bahan Medis Habis
2. peningkatan kesehatan ibu, anak dan penurunan stunting: Pakai (BMHP);
a) peningkatan skrining anemia remaja putri; d) penguatan jejaring layanan rujukan dengan pemenuhan sarana prasarana rumah sakit untuk layanan
b) konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) remaja putri; 4 (empat) jenis penyakit tidak menular (kanker, stroke, jantung, dan uronefrology) dan sarana
rumah sakit mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK);
c) pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care); e) penguatan ketahanan kesehatan melalui pemenuhan sarana prasarana laboratorium kesehatan
d) konsumsi TTD ibu hamil; masyarakat (labkesmas) dan laboratorium kesehatan daerah (labkesda);
e) pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK); 6. penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, dengan pemenuhan:
f) pemantauan tumbuh kembang balita, termasuk penyediaan antropometri set; a) 9 (sembilan) tenaga kesehatan di puskesmas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun
g) pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 (enam) bulan; 2019 dan 2 (dua) orang tenaga penunjang dengan kapasitas pengelola keuangan dan manajemen
h) pemberian makanan tambahan protein hewani bagi bayi yang berusia di bawah 2 informasi;
b) perawat dan bidan pada entitas puskesmas pembantu;
(dua) tahun (baduta);
c) 7 (tujuh) jenis dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sesuai Peraturan Menteri
i) tatalaksana dan rujukan balita dengan masalah gizi (weight flatteing, wasting, dan Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, termasuk dokter
stunting); spesialis untuk 4 (empat) jenis penyakit tidak menular (kanker, stroke, jantung, dan uronefrology);
j) peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi; d) tenaga kesehatan di laboratorium kesehatan daerah;
k) edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita; e) insentif upaya kesehatan masyarakat untuk tenaga kesehatan di puskesmas;
f) peningkatan kapasitas dan insentif kader posyandu.
HAL KHUSUS LAINNYA Contoh Format Belanja Infrastruktur Pelayanan Publik
NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH
1. Total Belanja Daerah Rp xxx
ANGGARAN INFRASTRUKTUR 2. belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada
daerah dan/atau desa:
a. belanja bagi hasil Rp xxx
§ Pemerintah Daerah mengalokasikan belanja infrastruktur pelayanan publik paling
b. bantuan keuangan Rp xxx
rendah 40% (empat puluh persen) dari total belanja daerah diluar belanja bagi hasil Jumlah (a+b) Rp xxx
dan/atau transfer kepada daerah dan/atau desa. Belanja bagi hasil dan/atau 3. Selisih (1-2) Rp xxx
transfer kepada daerah/desa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan 4. Minimal Belanja Infrastruktur Pelayanan Publik Rp xxx
perundang-undangan. (40% x Selisih)
§ Dalam hal persentase belanja infrastruktur pelayanan publik belum mencapai 40% Contoh Format Perhitungan Belanja Infrastruktur Daerah
(empat puluh persen), Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi belanja infrastruktur
pelayanan publik daerah secara bertahap dalam waktu 5 (lima) tahun sejak NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022, sehingga batas akhir
Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi belanja infrastruktur pelayanan publik 1. a) Belanja Modal: Rp xxx
sampai dengan TA 2027 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 1) tanah; Rp xxx
§ Belanja infrastruktur pelayanan publik adalah belanja infrastruktur daerah yang 2) peralatan dan mesin; Rp xxx
langsung terkait dengan percepatan pembangunan dan/atau pemeliharaan fasilitas 3) bangunan dan gedung; Rp xxx
4) jalan, jaringan, dan irigasi; Rp xxx
pelayanan publik yang berorientasi pada pembangunan ekonomi daerah dalam rangka
5) aset tetap lainnya; Rp xxx
meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi 6) aset lainnya. Rp xxx
kesenjangan penyediaan layanan publik antar-daerah; b) Belanja Jasa Ketersediaan Layanan Rp xxx
§ Belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada daerah dan/atau desa adalah belanja (Availability Payment).
bagi hasil dan/atau transfer yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan c) Belanja Pemeliharaan Rp xxx
perundang-undangan, antara lain bagi hasil Pajak provinsi kepada kabupaten/kota, 2. a) Belanja Hibah Rp xxx
bagi hasil Pajak dan Retribusi kabupaten/kota kepada desa, dan transfer kepada b) Belanja Bantuan Sosial Rp xxx
3. Jumlah Belanja Infrastruktur Daerah (1+2) Rp xxx
desa yang berasal dari DD dan ADD.
HAL KHUSUS LAINNYA

Standar Pelayanan Minimal

Dalam rangka mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang
ditetapkan dengan SPM, Pemerintah Daerah dalam APBD TA 2024 memedomani antara lain:

§ urusan pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, § urusan sosial sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018
Riset, dan Teknologi Nomor 32 Tahun 2022 tentang Standar Teknis Pelayanan tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Minimal Pendidikan yang dirincikan secara spesifik dalam Rapor Pendidikan Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan
Daerah masing-masing Pemerintah Daerah sebagaimana tertuang dalam § urusan pemerintahan bidang ketenteraman dan ketertiban umum serta
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 9 tahun perlindungan masyarakat:
2022 tentang Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah 1. bidang urusan bencana sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Daerah terhadap Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Nomor 101 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada
Menengah; Standar Pelayanan Minimal bidang Urusan Bencana Daerah
§ urusan kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun Kabupaten/Kota;
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada SPM Bidang 2. bidang urusan kebakaran sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Kesehatan; Nomor 114 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada
§ urusan pekerjaan umum dan penataan ruang sesuai dengan Peraturan Menteri Standar Pelayanan Minimal bidang Urusan Kebakaran Daerah
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 29/PRT/M/2018 tentang Standar Kabupaten/Kota; dan
Teknis SPM Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 3. bidang urusan ketenteraman dan ketertiban umum sesuai dengan
§ urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 121 Tahun 2018 tentang Standar
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor Teknis Mutu Pelayanan Dasar bidang Urusan Ketenteraman dan
29/PRT/M/2018; Ketertiban Umum di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
HAL KHUSUS LAINNYA
TP-PKK
Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP- 6. pemberdayaan Kader PKK dan Kader Dasawisma dalam pengelolaan 10 (sepuluh) Program
PKK) provinsi/kabupaten/kota melalui: Pokok PKK, yang meliputi:
1. upaya percepatan penurunan stunting melalui pendampingan keluarga dengan Pemberian Makanan a. penghayatan dan pengamalan pancasila;
Tambahan (PMT) yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan penanganan b. gotong royong;
pelayanan sosial dasar; c. pangan;
2. dukungan terhadap upaya pembinaan karakter keluarga melalui Pola Asuh Anak dan Remaja di Era d. sandang;
Digital yang meliputi peningkatan kualitas keluarga sejahtera dan harmonis, keluarga bersih narkoba, e. perumahan dan tata laksana rumah tangga;
keluarga anti trafficking, dan keluarga yang melindungi anak dari kekerasan seksual; f. pendidikan dan keterampilan;
3. mendorong upaya Gerakan Keluarga Indonesia dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan dan g. kesehatan;
Pengelolaan Ekonomi melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan perekonomian h. pengembangan kehidupan berkoperasi;
berbasis keluarga, serta upaya peningkatan pendapatan keluarga, kewirausahaan rumahtangga, dan i. kelestarian lingkungan hidup; dan
perkoperasian; j. perencanaan sehat.
4. mendorong upaya penguatan ketahanan keluarga melalui Gerakan Amalkan dan Kukuhkan Halaman 7. dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi TP-PKK provinsi/kabupaten/kota dianggarkan dalam
Asri, Teratur, Indah, dan Nyaman dengan mendayagunakan lahan/pekarangan dengan tanaman APBD TA 2024 dengan memprioritaskan melalui program, kegiatan dan sub kegiatan pada
produktif dan bernilai ekonomi tinggi, melakukan kampanye program diversifikasi pangan dan SKPD dengan berpedoman pada klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur perencanaan
pemanfaatan pangan lokal sebagai upaya mengurangi angka stunting, pencapaian pola pangan pembangunan dan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
harapan dan antisipasi rawan pangan serta mendorong pengembangan rumah sehat layak huni/tata 8. Pemerintah Daerah juga dapat menganggarkan dalam bentuk Belanja Hibah yang dianggarkan
laksana rumah tangga; pada SKPD berkenaan dan dirinci menurut objek, rincian objek dan sub rincian objek pada
5. dukungan terhadap upaya Gerakan Keluarga Sehat Tanggap dan Tangguh Bencana melalui peningkatan program, kegiatan dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi TP-PKK dengan prioritas
pengelolaan pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di tingkat Desa/Kelurahan antara lain penggunaan untuk mendukung upaya pendampingan keluarga dalam percepatan penurunan
pengadaan alat kesehatan dasar seperti timbangan digital untuk ibu/anak, Antropometri, Stunting, pengelolaan Posyandu, pengelolaan 10 (sepuluh) Program Pokok PKK, kegiatan bakti
Thermometer, insentif bagi Kader PKK, Kader Dasawisma dan Kader Posyandu, serta kegiatan lain sosial, peningkatan kapasitas Kader PKK dan Kader Dasawisma, dukungan perekonomian
yang berdampak langsung pada penurunan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu berbasis keluarga, peningkatan ketahanan keluarga di bidang pangan dan sandang, dukungan
hamil), melahirkan dan nifas, pembudayaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS), pengembangan kewirausahaan di bidang usaha kerajinan rumahtangga, dukungan kegiatan
peningkatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan keluarga yang tanggap dan tangguh bencana rutin dan operasional Sekretariat TP-PKK provinsi/kabupaten/kota, serta kegiatan lainnya.
rumahtangga, peningkatan peranserta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dasar 9. Penganggaran dalam bentuk hibah harus memperhatikan kapasitas SDM penerima hibah.
keluarga dan KB untuk tercapainya keluarga yang tangguh dalam perencanaan keuangan sehat;
HAL KHUSUS LAINNYA
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Dukungan penganggaran program strategis pada APBD yang diamanatkan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan:
Dalam rangka penghapusan kemiskinan ekstrem di seluruh wilayah Republik Indonesia pada tahun 2024
berpedoman pada Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan 1) dalam rangka mendukung program pemerintah mengenai Strategi Nasional Keuangan
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, agar mengambil langkah-langkah sebagai berikut: Inklusif (SNKI) antara lain:
1. Pemerintah Daerah Provinsi untuk: a) peningkatan literasi keuangan dan perlindungan konsumen;
a. mengoordinasikan pelaksanaan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di wilayah provinsi b) peningkatan rekening dan penggunaan produk keuangan formal;
melalui kegiatan/sub kegiatan c) optimalisasi PTSL; dan
b. mengoordinasikan penyiapan data sasaran keluarga miskin ekstrem yang ditetapkan oleh d) optimalisasi agen bank dan titik layanan nonbank, peningkatan layanan keuangan
Bupati/Wali Kota melalui kegiatan/sub kegiatan digital dan transaksi nontunai, serta penguatan monev inklusif.
c. percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, termasuk pemutakhiran data penerima dengan 2) Pemerintah Daerah dapat menyediakan alokasi anggaran untuk pembentukan dan
nama dan alamat (by name by address) melalui kegiatan/sub kegiatan mendukung pelaksanaan kerja Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) guna
d. melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Bupati/Wali Kota terkait pelaksanaan percepatan mencapai target indeks inklusif keuangan menjadi 90% (sembilan puluh persen) pada
penghapusan kemiskinan ekstrem melalui kegiatan/sub kegiatan akhir tahun 2024.
e. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem kepada 3) dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian di daerah dan mengatasi
Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan permasalahan ekonomi sektor riil serta menjaga stabilitas harga barang dan jasa yang
Manusia dan Kebudayaan setiap 3 (tiga) bulan sekali. terjangkau oleh masyarakat, Pemerintah Daerah menyediakan anggaran untuk:
2. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk: a) mendukung tugas Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Pemerintah Daerah
a. melaksanakan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di wilayah kabupaten/kota melalui menyediakan alokasi anggaran dalam APBD Tahun Anggaran 2024 sesuai dengan
kegitan/sub kegiatan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
b. menetapkan data sasaran keluarga miskin ekstrem berdasarkan hasil musyawarah b) pengendalian harga barang dan jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat, seperti
desa/kelurahan yang dibuktikan dengan berita acara musyawarah desa/ kelurahan melalui penyediaan 9 (sembilan) bahan pokok, melalui BTT yang dapat digunakan sesuai
kegitan/sub kegiatan dengan kebutuhan.
c. percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, termasuk pemutakhiran data penerima dengan
nama dan alamat (by name by address) melalui kegiatan/sub kegiatan
d. memfasilitasi penyediaan perumahan bagi penerima manfaat; dan
e. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem kepada
Gubernur setiap 3 (tiga) bulan sekali
HAL KHUSUS LAINNYA

7) mengalokasikan anggaran dan mendaftarkan seluruh kepala desa dan perangkat desa sebagai peserta aktif program
Optimalisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional jaminan kesehatan nasional;
8) memastikan perencanaan, penganggaran dan pembayaran kontribusi iuran peserta PBI jaminan kesehatan sesuai
kapasitas fiskal daerah;
ü Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, 9) melakukan pengalokasian anggaran dan pembayaran iuran dan bantuan iuran penduduk yang didaftarkan oleh
ü Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Pemerintah Daerah Provinsi sebagai Peserta PBPU dan BP dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3, serta
ü Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden pengalokasian anggaran dan pembayaran bantuan iuran bagi PBPU dan BP dengan manfaat pelayanan di ruang
Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020, dan perawatan Kelas 3;
ü Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optmalisasi Pelaksanaan Program Jaminan 10) memastikan bupati/wali kota mengalokasikan anggaran dan membayar iuran dan bantuan iuran bagi penduduk yang
Kesehatan Nasional didaftarkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagai Peserta PBPU dan BP dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas 3, serta mengalokasikan anggaran dan membayar bantuan iuran bagi Peserta PBPU dan BP dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3;
1) menyusun dan menetapkan regulasi serta mengalokasikan anggaran untuk mendukung pelaksanaan 11) mendaftarkan dan membayarkan iuran jaminan kesehatan nasional bagi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) untuk
program jaminan kesehatan nasional; dimasukkan dalam skema peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK) dan/atau PBPU Pemerintah
Daerah;
2) memastikan setiap penduduk yang berada di wilayahnya terdaftar sebagai peserta aktif program
jaminan kesehatan nasional; 12) melakukan verifikasi, validasi dan penginputan usulan data melalui aplikasi yang disediakan oleh Kementerian Sosial
3) mempersyaratkan kewajiban status kepesertaan jaminan kesehatan nasional aktif bagi setiap orang dalam segmen kepesertaan PBI JK;
dan badan usaha dalam seluruh pelayanan perizinan dan pelayanan publik pada pelayanan terpadu 13) mengusulkan data fakir miskin dan orang tidak mampu yang belum terdaftar dalam DTKS untuk selanjutnya diusulkan
satu pintu serta pelayanan perizinan dan pelayanan publik lainnya untuk memastikan setiap orang sebagai peserta PBI JK;
14) memastikan anggota dewan komisaris/dewan pengawas, anggota direksi, dan karyawan beserta anggota keluarga dari
terdaftar menjadi peserta aktif dalam program jaminan kesehatan nasional;
4) mendorong peserta pekerja penerima upah penyelenggara negara di lingkungan instansi Pemerintah BUMD beserta anak perusahaannya merupakan peserta aktif dalam Program jaminan kesehatan nasional;
Daerah provinsi untuk mendaftarkan anggota keluarga yang lain menjadi peserta aktif dalam program 15) menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi peserta program jaminan kesehatan nasional di wilayahnya dengan
jaminan kesehatan nasional dalam segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) Penyelenggara Negara; mengacu pada formularium nasional dan kompendium alat kesehatan bersama Kementerian Kesehatan;
5) memastikan seluruh pekerja termasuk pegawai pemerintah dengan status Non ASN di wilayahnya 16) melaksanakan pengenaan sanksi administratif tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja selain
penyelenggara negara dan setiap orang selain pemberi kerja, pekerja dan PBI jaminan kesehatan yang tidak memenuhi
merupakan peserta aktif dalam program jaminan kesehatan nasional;
6) memberikan sanksi tidak mendapatkan pelayanan publik bagi setiap orang yang belum mendaftarkan kewajibannya dalam program jaminan kesehatan nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
dirinya dan anggota keluarganya dalam kepesertaan program jaminan kesehatan nasional dan badan 17) meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam rangka pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional;
usaha yang belum mendaftarkan kepesertaan seluruh pekerjanya dalam program jaminan kesehatan 18) menjamin ketersediaan sarana dan prasarana pada fasilitas pelayanan kesehatan dan sumber daya di bidang kesehatan
nasional dan tidak membayar iuran secara tepat waktu dan tepat jumlah; di wilayahnya; dan
19) menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi peserta jaminan kesehatan nasional di wilayahnya.
HAL KHUSUS LAINNYA

Pengembangan Kompetensi ASN Pemerintah Daerah Penguatan Inspektorat Daerah

Ø Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran untuk Pendidikan dan pelatihan bagi Berkaitan dengan itu, untuk mendanai program, kegiatan dan sub kegiatan pengawasan
ASN dalam rangka pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah Daerah dimaksud, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang ditetapkan berdasarkan
dimaksud, besaran dari total belanja daerah, dengan klasifikasi:
• sekurang-kurangnya 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari total belanja 1. Pemerintah Daerah provinsi:
daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan a. sampai dengan Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) paling sedikit sebesar
• sekurang-kurangnya 0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah 0,90% (nol koma sembilan puluh persen) dari total belanja daerah;
bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota. b. diatas Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) sampai dengan
Alokasi anggaran tersebut diluar belanja pegawai dan belanja pemeliharaan pada Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,60% (nol
SKPD yang menyelenggarakan unsur penunjang dibidang Pendidikan dan Pelatihan dan koma enam puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp36.000.000.000,00
diarahkan hanya untuk berbagai program pengembangan kompetensi dan uji kompetensi (tiga puluh enam miliar rupiah); dan
c. diatas Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) paling sedikit sebesar
Ø Dalam hal besaran alokasi anggaran dalam APBD tahun sebelumnya untuk pendidikan dan 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas
pelatihan bagi ASN yang: Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah).
• telah melebihi 0,34% (nol koma tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah 2. Pemerintah Daerah kabupaten/kota:
bagi Pemerintah Daerah provinsi dan a. sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) paling sedikit sebesar
• telah melebihi 0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi 1,00% (satu persen) dari total belanja daerah;
Pemerintah Daerah kabupaten/kota, b. diatas Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan
Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengurangi besaran persentase alokasi Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,75% (nol koma
anggaran pendidikan dan pelatihan dimaksud dan alokasi TA sebelumnya. tujuh puluh lima persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah); dan
c. diatas Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,50% (nol
koma lima puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah).
3. Alokasi anggaran pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 1. dan 2., tidak termasuk
belanja gaji dan tunjangan ASN pada SKPD Inspektorat.
HAL KHUSUS LAINNYA

PILKADA SERENTAK 2024

Pemerintah Daerah melaksanakan dukungan pendanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur g. pembentukan dan operasionalisasi tim pemantauan, dan monitoring serta evaluasi
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun penyelenggaraan dan tahapan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
2024 sesuai dengan tahapan dan jadwal sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024;
perundang-undangan, antara lain: h. penguatan iklan layanan pendidikan politik;
1. menyediakan alokasi anggaran yang memadai TA 2022-2025 pada perangkat daerah Kesatuan i. pembinaan karya seni dan budaya sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dalam
Bangsa dan Politik yang melaksanakan unsur Pemerintahan Umum di daerah dalam mendukung pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
meningkatkan partisipasi masyarakat dan memelihara stabilitas politik dalam negeri. Adapun Bupati dan Wakil Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024;
program, kegiatan dan sub kegiatan yang dimaksud antara lain: j. Pembentukan dan pembinaan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) dalam mendukung
a. pendidikan politik bagi partai politik dan masyarakat; pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
b. pembinaan forum kerukunan umat beragama; Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024;
c. gerakan kemitraan bersama organisasi kemasyarakatan sipil dan perguruan tinggi k. Gerakan Indonesia Bersatu dalam ke-Bhineka Tunggal Ika-an mendukung pelaksanaan
mensukseskan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Serta
Wakil Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024; Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024;
d. pembinaan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) dan Forum Koordinasi l. Peningkatan kapasitas ASN dan anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) dalam
Pimpinan di Tingkat Kecamatan (FORKOPIMCAM) sesuai dengan Peraturan Pemerintah rangka deteksi dini potensi Ancaman Tantangan Hambatan dan Gangguan (ATHG)
Nomor 12 Tahun 2022 tentang Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah; penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
e. pembumian nilai-nilai Pancasila dan Wawasan Kebangsaan bagi masyarakat mendukung Wakil Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024 sesuai dengan
Pemilihan Umum dan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2019 tentang Perubahan Peraturan Menteri
serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota serentak Tahun 2024; Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2018 tentang Kewaspadaan Dini; dan
f. forum komunikasi sosial politik dalam rangka sukses Pemilihan Umum dan Pemilihan m. membentuk Desk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Serta Wali
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2024 dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam
serentak Tahun 2024; Negeri Nomor 9 Tahun 2005 tentang Pedoman Bagi Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan
Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.
HAL KHUSUS LAINNYA

PILKADA SERENTAK 2024

2. Pemerintah Daerah mengalokasikan dukungan anggaran biaya pengamanan meliputi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dalam bentuk program, kegiatan, dan
sub kegiatan pada SKPD yang menyelenggarakan urusan di bidang Trantibumlinmas (Satuan Polisi Pamong Praja), atau dalam bentuk belanja hibah pada SKPD yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan umum (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik).
3. Pendanaan Kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2019 tentang Pendanaan Kegiatan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota yang bersumber dari APBD, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri 54 Tahun 2019, dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 24 Januari 2023 Nomor 900.1.9.1/435/SJ tentang Pendanaan Kegiatan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2024.
TERIMA KASIH
Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah

Anda mungkin juga menyukai