Anda di halaman 1dari 23

Oleh :

NURAINI.K, SH

BIRO HUKUM
SETDA PROVINSI SUMATERA BARAT

Padang,13 Desember 2018


DASAR HUKUM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM
DAERAH

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang undangan.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, sebagai mana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015.
3. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang
undangan
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah ( mengganti
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014).

2
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis
yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum
dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan.
Perda adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah.

3
 Pembentukan peraturan perundang-undangan
dilakukan berdasarkan pada asas:
a. kejelasan tujuan;
b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi
muatan;
d. dapat dilaksanakan;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. kejelasan rumusan; dan
g. keterbukaan.

4
PROSES

PERENCANAAN

PENYUSUNAN

PEMBAHASAN

PENETAPAN

PENGUNDANGAN
5
 Produk Hukum Daerah berbentuk :

- pengaturan

- penetapan

 Produk Hukum daerah berbentuk pengaturan :

- Peraturan Daerah

- Perkada

- Peraturan Bersama Kepala Daerah

- Peraturan DPRD

6
 Peraturan Daerah terdiri atas :

- Perda Provinsi

- Perda kabupaten/kota

 Peraturan Kepala Daerah :


- Peraturan Gubernur, dan
- Peraturan Bupati/Walikota

 Peraturan Bersama Kepala Daerah :


- Peraturan Bersama Gubernur
- Peraturan Bersama Bupati/Walikota
7
 Peraturan DPRD, terdiri dari :
- Peraturan DPRD Provinsi; dan
- Peraturan DPRD Kabupaten/Kota
 Produk Hukum Daerah bersifat Penetapan :
- Keputusan Kepala Daerah;
- Keputusan DPRD;
- Keputusan Pimpinan DPRD; dan
- Keputusan Badan Kehormatan DPRD

8
PENGERTIAN :

Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-


undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-


undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Gubernur dan/atau


Peraturan Bupati/Walikota.

Keputusan Kepala Daerah adalah penetapan yang bersifat


konkrit, individual, dan final.

9
PERENCANAAN PEMBENTUKAN PERDA

 Pembentukan Peraturan Daerah dilakukan berdasarkan


Program Pembentukan Perda (Propemperda).

 Sesuai ketentuan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
bahwa perencanaan penyusunan peraturan daerah provinsi
dilakukan dalam Prolegda Provinsi.
 Pasal 239 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan penyusunan
Perda dilakukan dalam program pembentukan perda.

 Penggunaan istilah “ Prolegda “,


Pasal 403 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 :
“ semua ketentuan mengenai program legislasi daerah dan
badan legislasi daerah yang sudah ada sebelum Undang –
Undang ini berlaku harus dibaca dan dimaknai sebagai
Program Pembentukan Perda dan Badan Pembentukan Perda
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini. “

10
 Propemperda adalah instrumen perencanaan
program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi
atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun
secara terencana, terpadu, dan sistematis.

 Penyusunan Propemperda berdasarkan atas :


a. perintah perundang-undangan yang lebih tinggi
b. rencana pembangunan daerah
c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan; dan
d. aspirasi masyarakat daerah
 Propemperda disusun 1 kali setahun berdasarkan
skala prioritas.
 Penyusunan dan Penetapan Propemperda dilakukan
setiap tahun sebelum penetapan Rancangan
Peraturan daerah Provinsi tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.

11
MEKANISME PENYUSUNAN PERDA

A. PERATURAN DAERAH

 Ranperda dapat berasal dari :


- pemerintah daerah
- DPRD (inisiatif )

 Pemrakarsa dalam mempersiapkan Ranperda


disertai naskah akademik dan /atau penjelasan atau
keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi
muatan yang diatur.

12
“Materi Muatan Ranperda berisi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembentukan serta
menampung kondisi khusus daerah dan/
atau penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi”.

13
PROSES PENYUSUNAN RANPERDA DARI PERMDA

Pasal 25 Permendagri No. 80 Tahun 2015

Gubernur memerintahkan perangkat daerah pemrakarsa untuk


menyusun rancangan perda provinsi berdasarkan Propemperda
provinsi.

Dalam menyusun rancangan perda provinsi, gubernur membentuk


tim penyusun rancangan perda provinsi yang ditetapkan dengan
keputusan gubernur.

Keanggotaan tim penyusun terdiri atas:


- Gubernur;
- Sekretaris daerah;
- Perangkat daerah pemrakarsa;
- Perangkat daerah yang membidangi hukum provinsi;
- Perangkat daerah terkait; dan
- Perancang peraturan perundang undangan.

14
 Gubernur dapat mengikutsertakan instansi vertikal yang terkait
dan/atau akademisi dalam keanggotaan tim penyusun.

 Tim penyusun dipimpin oleh seorang ketua yang ditunjuk oleh


perangkat daerah pemrakarsa.

 Dalam hal ketua tim adalah pejabat lain yang ditunjuk, pimpinan
perangkat daerah pemrakarsa tetap bertanggungjawab terhadap
materi muatan rancangan perda yang disusun.

 Dalam penyusunan rancangan perda provinsi, tim penyusun


dapat mengundang peneliti dan/atau tenaga ahli dari lingkungan
perguruan tinggi atau organisasi kemasyarakatan sesuai dengan
kebutuhan.

15
 Ketua tim penyusun menyampaikan hasil rancangan perda
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 kepada gubernur
melalui sekretaris daerah provinsi untuk dilakukan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi.

 Sekretaris daerah provinsi menugaskan kepala perangkat daerah


yang membidangi hukum provinsi untuk mengoordinasikan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
rancangan perda provinsi

 Dalam mengoordinasikan pengharmonisasian, pembulatan, dan


pemantapan konsepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pimpinan perangkat daerah yang membidangi hukum provinsi
dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.

16
PROSES PENYUSUNAN RANPERDA DARI DPRD

Rancangan perda provinsi yang berasal dari DPRD provinsi dapat


diajukan oleh anggota DPRD provinsi, komisi, gabungan komisi, atau
Bapemperda berdasarkan Propemperda provinsi.

Rancangan perda provinsi yang telah diajukan oleh anggota DPRD


provinsi, komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 disampaikan secara tertulis kepada
pimpinan DPRD provinsi disertai penjelasan atau keterangan dan/atau
naskah akademik.

Pimpinan DPRD provinsi menyampaikan rancangan perda provinsi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) kepada Bapemperda
untuk dilakukan pengkajian

Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam


rangka pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
rancangan perda provinsi.

17
 Rapat paripurna DPRD provinsi memutuskan usul rancangan perda
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berupa:
a. persetujuan;
b. persetujuan dengan pengubahan; atau
c. penolakan.

 Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, pimpinan DPRD


provinsi menugaskan komisi, gabungan komisi, Bapemperda, atau
panitia khusus untuk menyempurnakan rancangan perda provinsi
tersebut.

 Penyempurnaan rancangan perda provinsi sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) disampaikan kembali kepada pimpinan DPRD
provinsi.

 Rancangan perda provinsi yang telah disiapkan oleh DPRD provinsi


disampaikan oleh pimpinan DPRD provinsi kepada gubernur untuk
dilakukan pembahasan.

18
Apabila dalam satu masa sidang, DPRD provinsi dan gubernur
menyampaikan rancangan perda provinsi mengenai materi yang
sama, yang dibahas adalah rancangan perda provinsi yang
disampaikan oleh DPRD provinsi dan rancangan perda provinsi
yang disampaikan oleh gubernur digunakan sebagai bahan untuk
dipersandingkan.

19
PEMBAHASAN PERDA

Pasal 72 Permendagri 80 Tahun 2015

Rancangan perda yang berasal dari DPRD provinsi atau gubernur


dibahas oleh DPRD provinsi dan gubernur untuk mendapatkan
persetujuan bersama.

Pembahasan dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu


pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II.

20
Pembahasan ( Pasal 73 Permendagri No.80 tahun 2015)

Pembicaraan tingkat I meliputi:


a. dalam hal rancangan perda provinsi berasal dari gubernur
dilakukan
dengan:
1). penjelasan gubernur dalam rapat paripurna mengenai
rancangan perda;
2). pemandangan umum fraksi terhadap rancangan perda; dan
3). tanggapan dan/atau jawaban gubernur terhadap
pemandangan umum fraksi.
b. dalam hal rancangan perda provinsi berasal dari DPRD dilakukan
dengan:
1).penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi,
pimpinan Bapemperda, atau pimpinan panitia khusus dalam
rapat paripurna mengenai rancangan perda provinsi;
2).pendapat gubernur terhadap rancangan perda provinsi; dan
tanggapan dan/atau jawaban fraksi terhadap pendapat
gubernur.
3).pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau
panitia khusus yang dilakukan bersama dengan gubernur atau
pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya. 21
c. pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia
khusus yang dilakukan bersama dengan gubernur atau pejabat
Pembicaraan tingkat II
(Pasal 74 Permendagri No.80 Tahun 2015)

a.pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului


dengan:
1). penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan
gabungan komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi
pendapat fraksi dan hasil pembahasan; dan
2). permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh
pimpinan rapat paripurna
b. pendapat akhir gubernur.

22

Anda mungkin juga menyukai