Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Faiz Rahman

NIM : 1518621036
Mata Kuliah : Kebijakan Standar Keselamatan Kebakaran
Dosen : Evan Nur Setya Hadi, S.STP., MA.P., CRMO

A. Peraturan Daerah Perda Dan Peraturan Kepala Daerah Perkada


1. Pengertian Perda dan Perkada
Menurut undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan daerah
perundang-undangan yang dimaksud dengan peraturan daerah (Perda) adalah Peraturan yang
di buat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Kepala Daerah baik Propinsi maupun
di Kabupaten/Kota.
Perkada atau Peraturan Kepala Daerah yang di maksud pasal 65 ayat(2) huruf c Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, salah satu tugas kewenangan
Kepala daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) adalah menetapkan perkada dan keputusan kepala
daerah. Kewenangan ini tidak serta merta semaunya tetapi ada Batasan Batasan yang diatur
oleh undang-undang.

2. Asas Pembentukan Perda dan Perkada


Pembentukan Perda yang baik harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang- undangan sebagai berikut:
a. kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan
harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai
b. Kelembagaan atauorgan pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan
perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-
undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila dibuat oleh
lembaga/pejabat yang tidak berwenang.
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat dengan
jenis peraturan perundang- undangan.
d. Dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan
harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis.
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang- undangan dibuat
karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.
f. Kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi
persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa
hukumnya jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. Keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang- undangan mulai
dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang- undangan.

Di samping itu materi muatan Perda harus mengandung asas-asas sebagai berikut:

a. Asas pengayoman, bahwa setiap materi muatan Perda harus berfungsi memberikan
perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.
b. Asas kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap
warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. Asas kebangsaan, bahwa setiap muatan Perda harus mencerminkan sifat dan watak
bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara
kesatuan Republik Indonesia.
d. Asas kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Asas kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan Perda senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan Perda merupakan bagian dari
sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.
f. Asas bhinneka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan Perda harus memperhatikan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi daerah dan budaya khususnya yang
menyangkut masalah- masalah sensitive dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
g. Asas keadilan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.
h. Asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi muatan Perda
tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain
agama, suku, ras, golongan, gender atau status sosial.
i. Asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan Perda harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
j. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, bahwa setiap materi muatan Perda
harus mencerminkan keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan individu
dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara

3. Proses Penyusuna Perda dan Perkada


a. Proses penyusunan Perda
Dalam rangka tertib administrasi dan peningkatan kualitas produk hukum daerah,
diperlukan suatu proses atau prosedur penyusunan Perda agar lebih terarah dan terkoordinasi.
Hal ini disebabkan dalam pembentukan Perda perlu adanya persiapan yang matang dan
mendalam, antara lain pengetahuan mengenai materi muatan yang akan diatur dalam Perda,
pengetahuan tentang bagaimana menuangkan materi muatan tersebut ke dalam Perda secara
singkat tetapi jelas dengan bahasa yang baik serta mudah dipahami, disusun secara sistematis
tanpa meninggalkan tata cara yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dalam penyusunan
kalimatnya.
Prosedur penyusunan ini adalah rangkaian kegiatan penyusunan produk hokum daerah
sejak dari perencanaan sampai dengan penetapannya. Proses pembentukan Perda terdiri dari 3
(tiga) tahap, yaitu:
1. Proses penyiapan rancangan Perda yang merupakan proses penyusunan dan
perancangan di lingkungan DPRD atau di lingkungan Pemda (dalam hal ini Raperda usul
inisiatif). Proses ini termasuk penyusunan naskah inisiatif (initiatives draft), naskah akademik
(academic draft) dan naskah rancangan Perda (legal draft).
2. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan di DPRD.
Perda berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah. Perda disampaikan kepada
Pemerintah pusat paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan. Perda yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat
dibatalkan oleh Pemerintah pusat.
3. Proses pengesahan oleh Kepala Daerah dan pengundangan oleh Sekretaris Daerah
.
Perda berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah. Perda disampaikan kepada
Pemerintah pusat paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan. Perda yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat
dibatalkan oleh Pemerintah pusat. Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan
perundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan
kepala daerah. Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum, Perda, dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
b. Proses Penyusunan Perkada
Pembentukan dan penetapan perkada harus melalu proses dan tahapan tahapan yang
penuh dangan bukti-bukti atau jejak admistrasi persuratan atau naskah dinas dan produk
hokum daerah dalam bentuk penetapan.
Proses dan tahapan perencanaan penyusunan rancangan perkada, pembahasan
rancangan perkada, pembinaan terhadap rancangan perkada (fasilitasi atau evaluasi),
penomoran dan pengundangan, hingga pembatalan Perkada telah diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri RI Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 120
Tahun 2018.
1) Perencanaan Penyusunan Rancangan Perkada.
Perencanaan penyusunan rancangan Perkada merupakan proses dan tahapan awal dalam
pembentukan Perkada. Perencanaan penyusunan rancangan Perkada diatur dalam Pasal 19
dan Pasal 42 Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri RI Nomor 120 Tahun 2018. Perencanaan penyusunan perkada merupakan
kewenangan dan disesuaikan dengan kebutuhan lembaga, komisi, atau instansi masing-
masing. Perencanaan penyusunan Perkada disusun berdasarkan berdasarkan kuasa peraturan
perundang-undangan atau diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, untuk melaksanakan Perda, dan dibentuk berdasarkan kewenangan. Perencanaan
penyusunan perkada ditetapkan dengan keputusan pimpinan lembaga, komisi, atau instansi
masing-masing untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
2) Pembahasan Rancangan Perkada
Pembahasan rancangan Perkada merupakan proses dan tahapan kedua dalam
pembentukan dan penetapan Perkada. Pembahasan rancangan Perkada diatur dalam Pasal 79,
Pasal 80, Pasal 81 dan Pasal 82 Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri RI Nomor 120 Tahun 2018
Pembahasan rancangan Perkada dilakukan oleh Kepala Daerah
(Gubernur/Bupati/Walikota) bersama dengan perangkat daerah selaku pemrakarsa. Kepala
Daerah membentuk tim pembahasan rancangan Perkada. Tim pembahasan rancangan
Perkada, terdiri atas:
a) Ketua : pimpinan perangkat daerah pemrakarsa atau pejabat yang ditunjuk oleh
pimpinan perangkat daerah
b) Sekretaris: Kepala biro hukum/bagian hukum/atau nama lainnya
c) Anggota: sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ketua tim pembahasan rancangan
Perkada adalah pejabat lain yang ditunjuk, pimpinan perangkat daerah pemrakarsa tetap
bertanggungjawab terhadap materi muatan rancangan Perkada
3) Fasiltasi atau Evaluasi Rancangan Perkada.
Fasilitasi atau evaluasi rancangan Perkada merupakan proses dan tahapan ketiga dalam
pembentukan dan penetapan Perkada. Pembahasan rancangan Perkada diatur dalam Pasal 87,
Pasal 88, Pasal 88A, Pasal 88B, Pasal 89 dan Pasal 90 Peraturan Menteri Dalam Negeri RI
Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 120 Tahun 2018.
4) Penomoran dan Pengundangan Perkada.
Penomoran dan pengundangan Perkada merupakan proses dan tahapan keempat dalam
pembentukan dan penetapan Perkada. Pembahasan Perkada diatur dalam Pasal 120 dan 123
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor
120 Tahun 2018.
5) Pembatalan Perkada.
Pembatalan Perkada merupakan proses dan tahapan kelima dalam pembentukan
Perkada. Pembatalan Perkada diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 120 Tahun 2018.
6) Menguji Jejak Kebenaran dan Keabsahan Keberadaan Perkada
Menguji Jejak Kebenaran dan Menguji Keabsahan Keberadaan Perkada pada Tahapan
Perencanaan Penyusunan Rancangan Perkada Menguji Jejak Kebenaran dan Menguji
Keabsahan Keberadaan Perkada pada Tahapan Pembahasan Rancangan Perkada.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/11/140000069/peraturan-daerah--
pembentukan-kedudukan-dan-fungsi?page=all
https://satpolpp.bojonegorokab.go.id/berita/baca/14
https://yusranlapananda.wordpress.com/tag/perkada/

Anda mungkin juga menyukai