Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

(Tugas UAS Mata Kuliah Perancangan Perundang-Undangan)


“TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN”

AZFAR ASWIN ADHLIL PRATAMA

10300118089

PRODI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2020
PENDAHULUAN

Undang-undang merupakan landasan hukum yang yang menjadi dasar pelaksanaan


dari keseluruhan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahaan. “legal policy” yang
dituangkan dalam undang-undang, menjadi sebuah sarana rekayasa sosial, yang
membuat kebijaksanaan yang hendak dicapai pemerintah, untuk mengarahkan
masyarakat menerima nilai-nilai baru.1

Didalam negara yang berdasarkan atas hukum moderen (verzorgingsstaat), tujuan


utama dari pembentukan undang-undang bukan lagi menciptakan kodipikasi bagi norma-
norma dan nilai-nilai kehidupan yang sudah mengendap dalam masyarakat, akan tetapi
tujuan utama pembentukan undang-undang itu adalah menciptakan modipikasi atau
perubahan dalam kehidupan masyarakat.2

Menindaklanjuti amanah dari ketentuan pasal 18 ayat (3) UU NO. 11 Tahun 2011
dalam ihwal urgensi pembentukan Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur ketentuan
ketenutan lebih lanjut tata cara mempersiapkan RUU, Presiden RI menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 68 Tahun 2005 Tentang Cara Mempersiapkan Rancangan UU,
Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, Racangan Peraturan Presiden.3

Undang-Undang  tentang  Pembentukan  Peraturan  Perundang-undangan 


didasarkan  pada  pemikiran  bahwa  Negara  Indonesia  adalah negara  hukum.  Sebagai 
negara  hukum,  segala  aspek  kehidupan  dalam bidang  kemasyarakatan,  kebangsaan, 
dan  kenegaraan  termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai
dengan sistem hukum  nasional.

Perkembangan peratuaran perundangan sangat flexible mengikuti perkembangan


zaman sesuai dengan Pasal 22A  Undang-Undang Dasar Negara Republik  Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Ketentuan lebih lanjuT mengenai tata cara
pembentukan undang-undang  diatur  lebih  lanjut  dengan  undang-undang.” Namun, 
ruang lingkup materi muatan Undang-Undang  ini diperluas  tidak saja Undang-Undang 
tetapi  mencakup  pula  Peraturan  Perundang-undangan  lainnya, selain Undang-Undang

1
Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik, Jakarta: PT   Raja Grafindo
Persada(2010), hal.1

2
Farida, Maria, Ilmu Perundang-Undangan, Yogyakarta:Kanisius 2007, hal.2
3
Ibid hal. 17
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
PEMBAHASAN

 Tahap-tahap Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan


1. Penyusunan
Penguasaan terhadap teknik pembentukan peraturan perundang-undangan
menjadi sangat penting dalam hal ini. Teknik adalah tata cara yang sistematis
dengan didahului dengan perencaan dan perhitungan yang matang.4
Sedangkan, pembuatan undang-undang adalah suatu tindakan terencana yang
bertujuan untuk membuat undang-undang. Jadi, teknik pembuatan undang-
undang adalah Suatu tindakan yang sistematis dengan tata cara tertentu yang
didahului oleh suatu perencanaa dan perhitungan yang matan untuk membuat
undang-undang.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa undang-undang dibentuk
melalui suatu proses pemikiran dan perencanaan yang matang. Walaupun telah
melalui perencanaan yang matang, namun bukan berarti membuat undang-
undang tidak memiliki banyak kendala, sebab membuat rancangan undang-
undang sebelum menjadi undang-undang adalah pekerjaan yang sulit. Menurut
Pasal 15 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan
perundang-undangan, Perencanaan penyusunan undang-undang dilakukan
dalam suatu program legislasi nasional.
Pada masa sebelum reformasi, pembangunan hukum tertulis atau
peraturan perundang-undangan dilakukan berdasarkan arahan dalam Garis-
Garis Besar Haluan Negara.5 Pada masa tersebut belum tergambar secara
konkrit dalam dokumen hukum pembentukan peraturan perundang-undangan
yang dikehendaki untuk suatu periode tertentu apalagi dalam satu tahun. Pada
tahun 1999 satu langkah penting dimulai yaitu dengan membentuk Kelompok
Kerja Program Legislasi Nasional yang disebut dengan POKJA
PROLEGNAS, koordinatornya diserahkan kepada DPR. Tahun 2000 dibentuk
Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional/PROPENAS. Dalam UU tersebut secara tegas digunakan terminologi

4
Soehino, Hukum Tata Negara (Sumber-Sumber Hukum Tata Negara Indonesia), Liberty, Yogyakarta, 1985,
Hal 49
5
Bagir Manan, Teori Dan Politik Konstitusi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta, 2000, Hal. 15
Program Legislasi Nasional/Prolegnas.6 Secara defenitif Program Legislasi
Nasional dirumuskan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yaitu sebagai instrumen
perencanaan program pembentukan peraturan perundang-undangan/undang-
undang yang didukung dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar
yang meliputi semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-
undangan. Undang-undang menuntut kesempurnaan dalam arti susunan,
bahasa, istilah dan sebagainya agar tidak timbul ambigu dalam penerapannya.
Ambigu atau ketidak jelasan arti dalam suatu undang-undang akan rentan
dengan pelanggaran rasa keadilan dalam masyarakat. Padahal kebaikan public
hendaknya menjadi tujuan legislator dalam membentuk undang-undang.
Pembentukan undang-undang dapat dilakukan dengan dua system, yakni
system lengkap dan system umum.7 Sistem lengkap adalah undang-undang
dibuat dengan pasal-pasal yang lengkap, terperinci, jelas dan lebih banyak
mengarah kehukuman dalam bentuk kodifikasi . Sedangkan, system umum
adalah system pembutan undang-undang dengan hanya mengisi pokok-
pokoknya saja, pada system umum ini, harus dibuat peraturan pelaksanaan
atau aturan yang lebih rendah sebagai rincian atau penafsiran undang-undang
umum.
Rancangan undang-undang dapat diajukan oleh Dewan perwakilan Rakyat
ataupun presiden. Tidak ada batasan atau keharusan bahwa rancangan harus
dari tangan Dewan perwakilan Rakyat. Diatur dalam Pasal 17 bahwa
rancangan undang-undang baik berasal dari dewan perwakilan rakyat maupun
dari presiden disusun berdasarkan program legislasi nasional.
2. Pembahasan
Pembahasan RUU terdiri dari dua tingkat pembicaraan, tingkat pertama
dalam rapat komisi, rapat Baleg ataupun Pansus. Sedangkan pembahasan
tingkat dua dalam rapat paripurna DPR.
Pembicaraan tingkat satu dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1) Pandangan fraksi-fraksi atau pandangan fraksi-fraksi dan DPD apabila
RUU berkaitan dengan kewenangan DPD. Hal ini bila RUU berasal
dari presiden. Sedangkan bila RUU berasal dari DPR, pembicaraan
6
Prolegnas ini yang menggarap seluruh perencanaan program legislasi yang akan dibentuk dan digodok
bersama, baik oleh pemerintah maupun oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.
7
Rosjidi Ranggawidjaja, Op Cit, Hal 65
tingkat satu didahului dengan pandangan dan pendapat presiden atau
pandangan presiden dan DPD dalam hal RUU berhubungan dengan
kewenangan DPD.
2) Tanggapan presiden atas pandangan fraksi atau tanggapan pimpinan
alat kelengkapan DPR atas pandangan presiden.
3) Pembahasan RUU oleh DPR dan presiden berdasarkan Daftar
Inventarisasi Masalah (DIM)

Dalam pembicaraan tingkat satu dapat juga dilakukan:

1) Rapat Dengar Pendapat Umum(RDPU)


2) Mengundang pimpinan lembaga negara atau lembaga lain apabila
materi RUU berhubungan dengan lembaga negara lain
3) Diadakan rapat intern

Pembicaraan dua, adalah pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang


didahului oleh:

1) laporan hasil pembicaraan tingkat I


2) pendapat akhir fraksi
3) pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri yang
mewakilinya. Perpes No. 68/2005 mengatur bahwa Pendapat akhir
pemerintah dalam  pembahasan RUU di DPR disampaikan oleh
menteri yang mewakili presiden setelah terlebih dahulu melaporkannya
kepada presiden.

Selama pembahasan RUU di DPR, menteri yang mewakili presiden wajib


melaporkan perkembangan dan permasalahan yang dihadapi kepada presiden
untuk memperoleh keputusan dan arahan. Apabila terdapat masalah yang bersifat
prinsipil dan arah pembahasannya akan mengubah isi serta arah RUU maka
menteri yang terlibat dalam pembahasan wajib terlebih dahulu melaporkannya
kepada presiden disertai dengan saran pemecahan untuk memperoleh keputusan.

Menteri yang ditugasi membahas RUU di DPR segera melaporkan RUU telah
disetujui atau tidak disetujui oleh DPR. Selanjutnya apabila RUU tersebut tidak
mendapat persetujuan bersama presiden dan DPR maka RUU tersebut tidak dapat
diajukan kembali pada masa sidang yang sama.

Setelah disetujui dalam rapat paripurna, sebuah RUU akan dikirimkan kepada
Sekretariat Negara untuk ditandatangani oleh presiden, diberi nomor dan
diundangkan.

3. Pengesahan/Penetapan
Negara Indonesia adalah negara hukum. Segala aspek kehidupan dalam
bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan
harus berdasarkan atas hukum. Negara berkewajiban melaksanakan
pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan
berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin pelindungan hak
dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945(UUD NRI Tahun 1945). 8 Jika
dikorelasikan dengan prosedur pembentukan UU, salah satu prosedurnya
adalah pengesahan. Marida Farida Indrati Soeprapto mengatakan bahwa suatu
undang-undang yang sudah disahkan baru dapat berlaku mengikat umum
apabila diundangkan dalam suatu lembaran negara.9 Sementara pengesahan
adalah tahap yang mengesahkan dan menetapkan UU yang sebelumnya masih
dalam bentuk RUU. Dengan demikian, segala kewajiban negara, kegiatan
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan tidak
dapat dilaksanakan berdasarkan hukum dalam hal ini UU, jika UU tersebut
masih berbentuk RUU sehingga tidak diakui secara hukum jika belum
disahkan atau ditetapkan menjadi UU.

4. Pengundangan
Tahapan pengundangan merupakan wewenang Pemerintah untuk
mengundangkan undang-undang dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
8
Sistem hukum nasional adalah suatu sistem hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya serta
saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(Penjelasan Pasal 17 Undang-Undang Nomor12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan).

9
Tri Jata Ayu Pramesti, Apakah UU yang Baru Disahkan oleh Presiden Otomatis Langsung Berlaku?, 30
September 2014, dikutip dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt541eaf939db4b/apakah-uu-
yang-baru-disahkan-oleh-presiden-otomatis-langsung-berlaku/, pada 28 Oktober 2020, pukul 09:43 WITA.
dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.10 Pengundangan adalah
penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran Negara (LN), yakni
untuk batang tubung UU, dan Tambahan Lembaran Negara (TLN)m yakni
untuk penjelasan UU dan lampirannya, jika ada. TLN. Sebelum sebuah UU
ditempatkan dalam LN dan TLN, Menteri Hukum dan HAM terlebih dahulu
membubuhkan tanda tangan dan memberikan nomor LN dan TLN pada
naskah UU. Tujuan dari pengundangan ini adalah untuk memastikan setiap
orang mengetahui UU yang akan mengikat mereka. Setiap peraturan
perundang-undangan harus diundangkan dengan maksud agar setiap orang
tanpa kecuali dapat mengetahuinya. 11
Peraturan Perundang-undangan termasuk harus diundangkan dengan
menempatkannya dalam: 12
a. Lembaran Negara Republik Indonesia;
b. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia;
c. Berita Negara Republik Indonesia;
d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia;
e. Lembaran Daerah;
f. Tambahan Lembaran Daerah; atau
g. Berita Daerah.

Adapun jenis Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam


Lembaran Negara Republik Indonesia, meliputi: Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden; dan Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.13

Sedangkan Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam Berita


Negara Republik Indonesia meliputi Peraturan Perundang-undangan yang

10
Hendrik hattu, 2011. Tahapan Undang-undang Responsif. Mimbar Hukum Volume 23, Nomor 2, hlm 418.

11
Dr. Roy Marthen Moonti, SH.,MH., 2017. Ilmu perundangan-undangan. Cetakan pertama. Keretakupa,
Makassar. Hlm. 38.

12
Pasal 85 UU 12/2011.
13
Pasal 82 ayat (1), (2), (3), dan (4) UU 12/2011
menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.14

Adapun Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia memuat


penjelasan Peraturan Perundang-undangan yang dimuat dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
memuat penjelasan Peraturan Perundang-undangan yang dimuat dalam Berita
Negara Republik Indonesia.15

Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara


Republik Indonesia atau Berita Negara Republik Indonesia dilaksanakan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum yakni
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusa.16

Menteri mengundangkan undang-undang dengan menempatkannya dalam


Lembaran Negara Republik Indonesia, Penjelasan undang-undang
ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.17

Menteri membubuhi: Lembaran Negara Republik Indonesia dengan nomor


dan tahun; dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia dengan
nomor.18

Adapun Menteri menandatangani pengundangan undang-undang dengan


membubuhkan tanda tangan pada naskah undang-undang. Naskah undang-
undang yang telah ditandatangani disampaikan oleh Menteri kepada Menteri
Sekretaris Negara untuk disimpan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.19

14
Pasal 83 UU 87/2011
15
Pasal 84 ayat (1) dan (2) UU 12/2011.
16
Pasal 85 UU 12/2011.
17
Pasal 6 ayat (1) dan (2) Perpres 1/2007

18
Pasal 6 ayat (3) Perpres 1/2007
19
Pasal 7 ayat (1) dan (2) Perpres 1/2007
PENUTUP

 Kesimpulan
1. Bahwa yang dapat mengajukan rancangan Undang-Undang adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Presiden
(Pemerintah).
2. Bawa upaya menciptakan good governance dalam pembentukan Undang-
Undang maka diperlukan beberapa hal, (1) Partisipasi masyarakat, (2)
penguatan pengetahuan di bidang legislasi, (3) Menghindari kepentingan
kelompok politik tertentu, (4) Sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan
yang baik, dan (5) Judicial Rewiew
 Saran
1. Bahwa diharapkan fungsi legislasi dapat berjalan sesuai fungsi legislasi yang
sebenarnya, yakni peran dan fungsi DPR/DPD lebih optimal dalam melakukan
agenda pembentukan Undang-Undang, mengingat selama ini agenda Program
Legislasi Nasional lebih banyak peran Pemerintah dalam hal mengajukan
Rancangan Undang-Undang.
2. Bahwa upaya-upaya dalam optimalisasi Good Governance perlu dikonkritkan
dalam upaya program legislasi nasional, sehingga kwalitas legislasi mampu
diterima oleh masyarakat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang

 UU Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


 Perpres nomor 1 tahun 2007 Tentang Pengesahan, Pengundangan, dan
Penyebarluasaan Peraturan Perundang-Undangan
 Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Peraturan
Perundang-Undangan
Buku
 Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik,
Jakarta: PT   Raja Grafindo Persada(2010), hal.1
 Farida, Maria, Ilmu Perundang-Undangan, Yogyakarta:Kanisius 2007, hal.2
 Soehino, Hukum Tata Negara (Sumber-Sumber Hukum Tata Negara Indonesia),
Liberty, Yogyakarta, 1985, Hal 49

Anda mungkin juga menyukai