Anda di halaman 1dari 5

Michael Jonathan - 205210217

PLKH-5 C-1

1. Jelaskan yang dimaksud dengan Negara Hukum dan apa saja unsur-unsurnya serta
sebutkan dasar hukum Negara Hukum di Indonesia!
2. Apakah yang dimaksud dengan hirarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
dan apakah tujuan dibentuknya Peraturan Perundang-Undangan?
3. Jelaskan proses penyusunan Undang-Undang dan jelaskan pula perbedaan proses
penyusunan RUU dari DPR dengan penyusunan RUU dari Presiden!
4. Jelaskan yang menjadi dasar hukum dalam pembuatan peraturan pemerintah dan
bagaimana proses penyusunannya!
5. a. Apa saja yang menjadi masalah dalam penggunaan Bahasa Peraturan Perundang-
undangan?
b. Apakah yang dimaksud dengan Naskah Akademik, dan jelaskan arti pentingnya
Naskah Akademik dalam proses penyusunan RUU !

Jawaban :
1. Negara hukum adalah negara yang menjadikan hukum sebagai tonggak utama
dalam segala tindakan pemerintahan. Negara hukum menjalankan pemerintahan
mengacu pada hukum yang adil, baik, dan bernurani, serta memosisikam hukum pada
hierarki tertinggi (Supremasi Hukum). Unsur-unsur negara hukum adalah sebagai
berikut :
1. Supremasi Hukum
2. Pemerintahan berjalan sesuai arahan peraturan perundang-undangan
3. Terdapat pembagian kekuasaan dalam pemerintahan (contoh: Trias Politica
(Eksekutif, Legislatif, Yudikatif)
Dasar hukum negara hukum di Indonesia terdapat pada Pasal 1 ayat (3) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Negara
Indonesia adalah negara hukum”

2. Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah bentuk implementasi


dari asas “Lex Superior Derogat Legi Inferiori” yang secara harafiah berarti bahwa
hukum yang lebih tinggi mengesampingkan hukum yang posisinya lebih rendah.
Michael Jonathan - 205210217
PLKH-5 C-1

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, hierarki
peraturan perundang-undangan Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan MPR (TAP MPR)
c. Undang-Undang/Peraturan pengganti perundang-undangan (Perpu)
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Tujuan dibentuknya hierarki perundang-undangan adalah agar tidak terjadi
penumpukkan antara peraturan perundang-undangan, serta karena norma hukum yang
lebih rendah haruslah berpedoman pada norma hukum yang lebih tinggi.
3. Proses penyusunan Undang-Undang adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan yang sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, pembuatan
perundang-undangan mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Tahap perencanaan pembentukan perundang-undangan dilakukan di Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) yang dilaksanakan oleh DPR dan Presiden untuk
menentukan skala prioritas pembentukan undang-undang beserta materinya dari
usulan antara fraksi, anggota DPR, beserta aspirasi masyarakat lainnya.
2. Penyusunan
Tahap penyusunan adalah tahap dimana telah adanya rancangan undang-undang yang
diusulkan oleh DPR atau Presiden atau DPD melalui DPR. Rancangan
undang-undang tersebut kemudian disiapkan oleh kementerian atau pimpinan
Michael Jonathan - 205210217
PLKH-5 C-1

lembaga pemerintahan yang terkait. Kemudian dilakukan pengharmonisasian,


pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang tersebut dan setelah
selesai, rancangan undang-undang tersebut diajukan kepada pimpinan DPR melalui
surat presiden yang juga memuat penunjukan menteri perwakilan presiden dalam
pembahasan RUU dengan DPR
3. Pembahasan dan pengesahan RUU
Pembahasan rancangan undang-undang dilakukan dalam dua tingkatan pembicaraan,
yaitu pembicaraan tingkatan I dalam rapat komisi/gabungan komisi/badan legislasi
dan pembicaraan tingkatan II dalam rapat paripurna. Apabila persetujuan tidak
tercapai melalui musyawarah mufakat, maka pengambilan keputusan diambil melalui
voting suara terbanyak. Apabila tidak mendapat persetujuan bersama antara DPR dan
presiden, maka RUU tersebut tidak boleh diajukan kembali semasa persidangan DPR
saat itu. Sedangkan RUU yang disetujui bersama akan diserahkan oleh pimpinan DPR
kepada presiden untuk disahkan dengan ditandatangani presiden dalam jangka waktu
paling lama 30 hari.
4. Pengundangan
Undang-undang yang telah disahkan kemudian ditempatkan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia (LNRI) dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
yang dilaksanakan oleh menteri di bidang hukum.
5. Penyebarluasan
Penyebarluasan undang-undang yang telah dimasukkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia kemudian
dilakukan bersama sama oleh pemerintah dan DPR
Perbedaan antara usulan RUU oleh DPR dan oleh presiden adalah, apabila DPR yang
mengajukan, maka presiden akan menugasi menteri terkait untuk membahas RUU
dengan DPR, namun apabila usulan RUU datang dari presiden, maka RUU tersebut
disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga negara terkait.

4. Dasar hukum pembuatan peraturan pemerintah adalah Pasal 5 ayat (2) Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Peraturan Presiden Nomor 87
Michael Jonathan - 205210217
PLKH-5 C-1

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Proses penyusunan Peraturan
Pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menteri menyiapkan program penyusunan Peraturan Pemerintah kemudian
menyampaikan daftar perencanaan program penyusunan Peraturan Pemerintah kelada
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian. Kemudian menteri
menyelenggarakan rapat koordinasi antar kementerian atau antarnonkementerian
dalam waktu paling lama 14 hari.
2. Penyusunan
Rancangan Peraturan Pemerintah disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga
pemerintahan nonkementerian atau pimpinan lembaga lain yang terkait. Pemrakarsa
Rancangan Peraturan Pemerintah kemudian membentuk panitia antarkementerian atau
antarnonkementerian
3. Penetapan
Presiden menetapkan rancangan Peraturan Pemerintah yang telah disusuh berdasarkan
ketentusn perundang-undangan dengan membubuhkan tanda tangan. Kemudian
menteri Kesekretariatan Negara atau Sekretaris Kabinet membubuhkan nomor dan
tahun pada naskah Peraturan Pemerintah yang telah ditetapkan untuk diundangkan.
4. Penyebarluasan
Penyebarluasan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita
Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, dan
Tambahan Berita Negarq Republik Indonesia dan pengundangan ditandatangani oleh.
menteri.

5. a. Permasalahan dalam penggunaan Bahasa Perundang-undangan adalah, dalam


perundang-undangan Indonesia, masih banyak sekali istilah hukum yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia. Masih banyak istilah baku yang menggunakan
bahasa Belanda dan bahasa Inggris yang nantinya akan menumbuhkan problematika
baru yaitu kemultitafsiran hukum dan ketidaktepatan dalam praktik hukum.
Michael Jonathan - 205210217
PLKH-5 C-1

b. Naskah akademik adalah naskah ilmiah yang berisikan hasil riset, tujuan, latar
belakang, dan objek terhadap suatu problematika yang terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan yang digunakan dalam menyusun rancangan
perundang-undangan. Naskah akademik penting untuk penyusunan rancangan
undang-undang karena berfungsi sebagai dasar yang berisikan permasalahan dan
gagasan penyelesaiannya, serta menjadi landasan ilmiah untuk dijadikan acuan dalam
penyusunan rancangan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai