Anda di halaman 1dari 5

Michael Jonathan/205210217

PLKH-4 Legal Opinion

1. Legal opinion atau opini hukum adalah pendapat/opini yang berbentuk pertimbangan
yang diberikan oleh konsultan hukum atau advokat yang berfungsi sebagai dasar acuan
atau rekomendasi bagi pihak yang berkepentingan untuk dapat mengambil suatu
keputusan terkait dengan problematika yang dihadapi olehnya. Tujuan legal opinion
adalah agar seseorang yang sedang menghadapi permasalahan hukum tidak menempuh
atau mengambil keputusan yang salah dengan memberikan pendapat dan saran atas
fakta-fakta yang diberikan oleh pihak yang sedang menghadapi masalah hukum.

2. Dalam praktek memberikan Legal Opinion, advokat/konsultan hukum wajib untuk


menjaga kerahasiaan kepada pihak lain agar penyampaian legal opinion dapat berjalan
dengan lancar dan baik serta untuk meminimalisir terjadinya kerugian materiil ataupun
imateriil sebagai akibat dari tersebarnya rahasia klien kepada pihak lain. Pihak klien
harus terlebih dahulu mengizinkan advokat/konsultan hukum untuk memberikan
informasi kepada pihak lain yang berkepentingan. Hal ini sudah diatur dalam Pasal 19
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang berbunyi :

” (1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari
klien nya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang- Undang.
2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan dokumen nya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan
perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.”

3. a. Legal Opinion dibuat dengan mendasarkan pada hukum Indonesia.


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat Pasal 5 angka
(2), wilayah kerja advokat meliputi seluruh wilayah negara Indonesia. Maka dari itu
dapat disimpulkan bahwa advokat wajib untuk menggunakan hukum Indonesia dalam
menjalankan tugasnya dan dilarang untuk menggunakan hukum asing (di luar hukum
yang berlaku secara sah di Indonesia).

b. Legal Opinion disampaikan secara lugas, jelas, dan tegas dengan tata bahasa yang
benar dan sistematis.
Legal Opinion haruslah disampaikan secara lugas dan jelas agar isi dari Legal Opinion
tersebut mudah untuk dimengerti oleh klien atau pihak lain yang membaca. Penggunaan
tata bahasa yang benar dan sistematis adalah agar tidak memicu potensi terjadinya
multitafsir yang dapat menimbulkan permasalahan lain.

c. Legal Opinion tidak memberikan jaminan terjadinya suatu keadaan.


Substansi dari Legal Opinion tidak memberikan jaminan apapun kepada klien atau para
pihak yang bersangkutan terkait dengan permasalahan hukum yang terjadi. Advokat
tidak diperkenankan untuk memberi jaminan atau kepastian akan suatu keadaan, seperti
yang telah diatur dalam Kode Etik Advokat Pasal 4 butir (3).

d. Legal Opinion harus diberikan secara jujur dan lengkap.


Legal Opinion harus diberikan kepada klien sesuai dengan keadaan yang terjadi, tanpa
adanya manipulasi atau keberpihakan kepada klien. Isi dari Legal Opinion harus
disampaikan dengan jujur, apa adanya, dan lengkap agar mudah dipahami dan
meminimalisir terjadinya kesalahpahaman.

4. A. Pokok Permasalahan (Issues)


Pembuatan Legal Opinion dimulai dengan pengidentifikasian masalah berdasarkan
kepada kasus posisi yang diceritakan oleh klien, kemudian fakta hukum dijadikan
sebagai dasar analisa kasus.
B. Fakta-Fakta (Facts)
Isi dari Legal Opinion harus memuat fakta-fakta yang diuraikan oleh klien dikarenakan
fakta dari klien dapat dijadikan acuan atas saran/pendapat yang kemudian akan
diberikan. Serta agar advokat/konsultan hukum dapat menemukan titik terang .
C. Aturan Hukum (Rules)
Legal Opinion wajib memuat aturan hukum dan dasar hukum atas permasalahan klien
sehingga dapat menentukan legal standing pihak-pihak yang berpartisipasi ke dalam
permasalahan tersebut, menentukan legalitas dari suatu tindakan, serta untuk
menentukan keputusan dan upaya hukum ke depannya.
D. Penerapan (Application)
Pengaplikasian Legal Opinion dapat dilakukan dengan menimbang kepada
rekomendasi dan saran dari advokat/penasehat hukum terkait dengan upaya hukum apa
yang perlu untuk ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapi.
E. Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan ditarik atas analisa permasalahan yang telah dibuat. Kesimpulan juga harus
berisikan jawaban atas permasalahan hukum dan terkait dengan keputusan apa saja
yang klien dapat ambil dan keputusan apa yang direkomendasikan kepada klien serta
strategi penanganan sengketa/perkara tersebut di kemudian hari.

5. Kasus Posisi
Saudari bernama ibu Rohana berencana untuk membeli sebuah villa di kawasan
Bedugul, Bali, dimana promosi sudah berlangsung selama 6 (enam) bulan dan sudah
ada 5 pembeli yang membayar secara lunas, Setelah diketahui bahwa pembelian tanah
tersebut belum dibayar lunas oleh PT. Bangun Persana sebagai Penjual (Developer)
kepada Penjual Asal (Ahmad dkk) selama 2 (dua tahun). Kemudian para pembeli yang
telah membayar dengan lunas tidak kunjung mendapat kepastian dikarenakan
pembangunan yang tidak kunjung dibangun selama 1,5 tahun tanpa kepastian dan pihak
developer sulit untuk dihubungi dan selalu mengelak dan menjawab secara diplomatis
saat ditanyakan mengenai pembangunan villa.

Fakta Hukum
1. Terjadi kegiatan penjualbelian villa di kawasan Bedugul, Bali oleh 5 (lima) pembeli
kepada PT. Bangung Persana sebagai developer.
2. Pihak PT. Bangun Persana belum melunasi kewajiban pembayaran tanah tempat
villa tersebut dibangun kepada Ahmad dkk yang merupakan penjual asal dari tanah
tersebut.
3. Pihak PT. Bangun Persana menunggak kewajiban pembayaran tanah kepada Pihak
Ahmad dkk sebesar Rp. 10 miliar
4. Adanya indikasi Pihak PT. Bangun Persana sebagai developer melakukan tindak
pidana penipuan dikarenakan villa yang telah dibayar lunas oleh pembeli tak
kunjung dibangun selama 1,5 tahun tanpa adanya kepastian

Dasar Hukum Perjanjian Hutang-Piutang


a. Pasal 1313 KUHPerdata
b. Pasal 1320 KUHPerdata
c. Pasal 1754 KUHPerdata
Dasar Hukum Wanprestasi
a. Pasal 1238 KUHPerdata
b. Pasal 1244 KUHPerdata
Dasar Hukum Penipuan
a. Pasal 8 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
b. Pasal 134 jo. Pasal 151 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan
c. Pasal 378 KUHP
Analisa Hukum
Dalam kasus ini pihak PT. Bangun Persana telah memiliki perjanjian penjualbelian
tanah dengan harga Rp. 10 miliar yang berada di daerah Bedugul, Bali untuk
dikembangkan menjadi villa-villa yang kemudian dipasarkan oleh PT. Bangun Persana
selaku developer. Namun, pihak PT. Bangun Persana tak kunjung melunasi
pembayaran tanahnya kepada pihak Ahmad dkk selaku pemilik asal tanah tersebut.
Tindakan PT. Bangun Persana dapat dikategorikan sebagai tindakan wanprestasi atas
hutang piutang dan dapat dikenakan dengan pasal terkait yang telah dicantumkan diatas
mengenai perjanjian hutang piutang dan wanprestasi. Pihak PT.Bangun Persana selaku
developer telah menjual 5 unit villanya melalui promosi, namun setelah 1,5 tahun
menunggu, 5 (lima) orang pembeli villa tersebut tak kunjung mendapatkan villa yang
telah dibeli dikarenakan pembangunan tidak kunjung dimulai. Pihak PT.Bangun
Persana juga tidak memberikan klarifikasi kepada pembeli terkait penundaan
pembangunan villa tanpa alasan yang jelas. Dalam hal ini dapat dikatakan sebagai
tindak pidana karena PT. Bangun Persana berindikasi melakukan penipuan dan
melanggar hak konsumen yang telah diatur dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, Pasal 134 jo. Pasal 151 Undang-Undang Perumahan,
dan Pasal 378 KUHP.
Solusi Hukum:
1. Seharusnya, para pembeli melakukan riset dan menimbang terlebih dahulu, seperti
sama halnya dengan yang saudari ibu Rohana lakukan. Calon pembeli wajib untuk
mencari info terkait dengan legalitas dan keterjaminan developer yang dipilih untuk
meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan.
2. Adapun tindakan pihak PT. Bangun Persana tidak dapat dibenarkan karena
mengingkari perjanjian (wanprestasi) dengan pihak Ahmad dkk sebagai pemilik
asal tanah tersebut. Dengan pihak PT. Bangun Persana yang juga tidak kunjung
membangun villa yang telah dibayar lunas oleh para pembeli dan tidak memberikan
klarifikasi apapun, maka sudah sepatutnya pihak PT. Bangun Persana dilaporkan
ke pihak berwajib atas dugaan tindak pidana penipuan.
3. Pihak Ahmad dkk dapat mengajukan gugatan wanprestasi pada Pengadilan Negeri
domisili pihak Ahmad dkk sebagai tergugat.
d. Sedangkan untuk 5 (lima) orang pembeli villa dapat melaporkan PT. Bangun
Persana ke polisi atas indikasi tindak pidana penipuan properti dan perlindungan
konsumen
4.

Kesimpulan

Menimbang pada kasus diatas, maka terdapat beberapa tindakan hukum yang telah
dilakukan, antara lain :
a. Tindak Wanprestasi (Ranah Perdata)
b. Tindak Pidana Penipuan (Ranah Pidana)
c. Tindak Pidana Perlindungan Konsumen (Ranah Pidana

Selain itu, dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan analisa dengan mengacu dan
mempertimbangkan regulasi perundang-undangan yang berlaku di wilayah Republik
Indonesia, disimpulkan bahwa perbuatan pihak PT. Banun Persana dikategorikan
melanggar hukum baik disengaja maupun tidak disengaja. Sekian opini hukum yang
saya sampaikan kali ini, mohon maaf apabila ada kesalahan

Anda mungkin juga menyukai