1. Legal opinion atau opini hukum adalah pendapat/opini yang berbentuk pertimbangan
yang diberikan oleh konsultan hukum atau advokat yang berfungsi sebagai dasar acuan
atau rekomendasi bagi pihak yang berkepentingan untuk dapat mengambil suatu
keputusan terkait dengan problematika yang dihadapi olehnya. Tujuan legal opinion
adalah agar seseorang yang sedang menghadapi permasalahan hukum tidak menempuh
atau mengambil keputusan yang salah dengan memberikan pendapat dan saran atas
fakta-fakta yang diberikan oleh pihak yang sedang menghadapi masalah hukum.
” (1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari
klien nya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang- Undang.
2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan dokumen nya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan
perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.”
b. Legal Opinion disampaikan secara lugas, jelas, dan tegas dengan tata bahasa yang
benar dan sistematis.
Legal Opinion haruslah disampaikan secara lugas dan jelas agar isi dari Legal Opinion
tersebut mudah untuk dimengerti oleh klien atau pihak lain yang membaca. Penggunaan
tata bahasa yang benar dan sistematis adalah agar tidak memicu potensi terjadinya
multitafsir yang dapat menimbulkan permasalahan lain.
5. Kasus Posisi
Saudari bernama ibu Rohana berencana untuk membeli sebuah villa di kawasan
Bedugul, Bali, dimana promosi sudah berlangsung selama 6 (enam) bulan dan sudah
ada 5 pembeli yang membayar secara lunas, Setelah diketahui bahwa pembelian tanah
tersebut belum dibayar lunas oleh PT. Bangun Persana sebagai Penjual (Developer)
kepada Penjual Asal (Ahmad dkk) selama 2 (dua tahun). Kemudian para pembeli yang
telah membayar dengan lunas tidak kunjung mendapat kepastian dikarenakan
pembangunan yang tidak kunjung dibangun selama 1,5 tahun tanpa kepastian dan pihak
developer sulit untuk dihubungi dan selalu mengelak dan menjawab secara diplomatis
saat ditanyakan mengenai pembangunan villa.
Fakta Hukum
1. Terjadi kegiatan penjualbelian villa di kawasan Bedugul, Bali oleh 5 (lima) pembeli
kepada PT. Bangung Persana sebagai developer.
2. Pihak PT. Bangun Persana belum melunasi kewajiban pembayaran tanah tempat
villa tersebut dibangun kepada Ahmad dkk yang merupakan penjual asal dari tanah
tersebut.
3. Pihak PT. Bangun Persana menunggak kewajiban pembayaran tanah kepada Pihak
Ahmad dkk sebesar Rp. 10 miliar
4. Adanya indikasi Pihak PT. Bangun Persana sebagai developer melakukan tindak
pidana penipuan dikarenakan villa yang telah dibayar lunas oleh pembeli tak
kunjung dibangun selama 1,5 tahun tanpa adanya kepastian
Kesimpulan
Menimbang pada kasus diatas, maka terdapat beberapa tindakan hukum yang telah
dilakukan, antara lain :
a. Tindak Wanprestasi (Ranah Perdata)
b. Tindak Pidana Penipuan (Ranah Pidana)
c. Tindak Pidana Perlindungan Konsumen (Ranah Pidana
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan analisa dengan mengacu dan
mempertimbangkan regulasi perundang-undangan yang berlaku di wilayah Republik
Indonesia, disimpulkan bahwa perbuatan pihak PT. Banun Persana dikategorikan
melanggar hukum baik disengaja maupun tidak disengaja. Sekian opini hukum yang
saya sampaikan kali ini, mohon maaf apabila ada kesalahan