Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Niken Nendy Istaqnaligh Sanda

NIM : 201810110311526

PRAKTIKUM ETIKA PROFESI

KELOMPOK 18

PELANGGARAN YANG TELAH DILAKUKAN ADVOKAT

A. Menjanjikan Kemenangan
Dalam kasus tersebut pihak advokat telah menjanjikan sebuah kemenangkan padahal
dalam menjalankan profesinya hanya sebetas melakukan upaya hukum,menjalankan
kerja-kerja hukum untuk memperjuangkan terpenuhinya hak-hak kliennya. selebihnya
Advokat tidak dibenarkan memastikan bahwa kliennya akan memperoleh
kemenangan atas perkara yang sedang ditanganinya. Dalam menjalankan profesinya,
advokat disini haruslah bertindak jujur untuk mempertahankan keadilan dilandasi
moral yang tinggi, luhur dan mulia. Kejujuran itu dapat diterapkan sejak memberikan
penjelasan duduk perkara calon klien sampai mengadvokasi klien, jujur tentang
posisioning kliennya, apakah kedudukannya kuat atau lemah secara hukum (yuridis)
dengan melihat dan menganalisa bukti-bukti yang tersedia. Dalam memberikan
pendapat hukumnya advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang
menyesatkan. Bagi advokat yang menjanjikan kemenangan atas perkara yang sedang
ditangani maka telah melanggar kode etik. dapat dilihat dalam BAB III pasal 4 Huruf
c Kode Etik Advokat yang menyatakan:
Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang.
Dengan adanya Advokat yang menjanjikan kemenangan maka advokat atas nama
Aditya Bakti telah melanggat kode etik advokat.

B. Meminta Uang diluar Honorarium


Dalam hal ini Aditya Bakti selaku kuasa hukum Dinda kemala telah meminta uang
diluar honorarium sebesar Rp.15.000.000,-. Karena merasa tertarik akhirnya Dinda
Kemala mentransfer dari Bank BCA dengan nomor rekening 0703014663 ke Bank
BCA atas nama Aditya Bakti nomor rekening 3240001240 (dapat dibuktikan dengan
bukti transfer).
Dalam kasus tersebut sudah jelas bahwa melanggar pasal 4 huruf e KEAI yang
menyatakan:
Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu
pada kasus tersebut Aditya Bakti dan Dinda Kemala dalam perjanjian yang diatur
tersendiri bersepakat untuk honorarium yang akan diterima Aditya Bakti yaitu Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) untuk pertama kali dibayarkan sebesar Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) saat penandatanganan surat kuasa dengan cara
transfer dari Bank BCA atas nama Dinda Kemala dengan nomor rekening
0703014663 ke Bank BCA atas nama Aditya Bakti dengan nomor rekening
3240001240 (dapat dibuktikan dengan bukti transfer), untuk sisanya dibayar penuh
setelah putusan dijatuhkan. dari sini dapat dilihat bahwa pihak advokat telah
membebani klien dengan biaya yang tidak perlu.

C. Advokat tidak hadir dalam persidangan dan tidak melaukan konfrimasi


terhadap klien
Dalam kasus di soal Aditya Bakti tidak hadir dalam persidangan tanpa konfirmasi
kepada Dinda Kemala dan tidak mengirimkan kuasa subtitusi untuk
menggantikannya, hal tersebut berlanjut hingga agenda kesimpulan dan pembacaan
putusan akhir yaitu menolak gugatan Penggugat dan membebankan biaya perkara
kepada Penggugat, karena menurut Majelis Hakim, dalil dalam gugatan tidak mampu
dibuktikan di persidangan.
Dalam kasus tersebut pihak advokat melanggar pasal 4 hurif i KEAI yang berbunyi:
Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada
saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat
menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang
bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 huruf a.

Dalam hal tersebut pihak advokat telah melanggar kode etik, pihak advokat telah
mengabaikan kepentingan klien dapat dilihat dalam pasal 6 huruf a UU Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat bahwa advokat dapat dikenai tindak dengan alasan
mengabaikan dan menelantarkan kepentingan klien. hal ini sangat merugikan pihak
klien terlebih lagi pihak advokat tanpa memberikan konfirmasi terlebih dahulu.

D. membocorkan rahasia klien kepada tergugat


Dalam kasus tersebut Aditya Bakti selaku kuasa hukum yang sangat dipercayai oleh
dinda kemala telah membongkarkan rahasia dinda kepada Gilang Parvez selaku
tergugat agar dapat dijadikan dalil dlam persidangan sehingga Majelis Hakim
memenangkan tergugat. dalam kasus ini jelas bahwa Advokat telah melanggar
kewajiban menjaga rahasia klien sebagaimana diatur dlam pasal 19 ayat (1) Undang-
Undang Advokat dan Pasal 4 huruf h KEAI.

Dalam pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 menyatakan bahwa
advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari
kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
dalam kasus tersebut telah melanggar kewajiban menjaga rahasia klien. Hubungan
advokat dengan kliennya membawa kewajiban dalam menyimpan rahasia
(confidentiality). Tugas pertama advokat adalah menyimpan rahasia klien.
Kerahasiaan adalah yang utama dari hak profesi hukum dan sebaliknya informasi
yang diakui berupa hak (privilege) untuk membela yang berasal dari klien. Keputusan
untuk membuka rahasia tersebut kepada umum atau pengadilan merupakan hak klien
dan bukan merupakan hak advokat. Atas dasar kerahasiaan tersebut, klien
menginginkan advokat menyimpan dokumen-dokumen dalam perkara di pengadilan
dan quasi peradilan, dan tidak boleh diungkapkan kecuali atas kemauan dan perintah
klien

Dalam pasal 4 huruf h KEAI menyatakan bahwa advokat wajib memegang rahasia
jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan wajib
tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien.
Dalam hal ini kewajiban menjaga kerahasiaan ini bahkan diperluas bukan hanya
rahasia klien yang masih ditangani saja, namun untuk bekas klienpun advokay wajib
merahasiakan informasi yang berkaitan dengan kasus klien tersebut. Semua
kerahasiaan klien harus dijaga dan tidak boleh diungkapkan kecuali atas persetujuan
klien meskipun advokat tersebut sudah tidak menjadi kuasa hukumnya lagi.
Dengan cara mengungkapkan rahasia klien terhadap lawannya maka advokat atas
nama Aditya Bakti telah melanggar nilai kepercayaan dan kode etik yang seharusnya
dipegang teguh.

Dalam kasus tersebut Aditya Bakti selaku advokat telah tebukti bahwa melakukan penggaran
kode etik advokat sesuai dengan apa yang diadukan oleh pihak dinda kemala selaku klien
yang telah dirugikan oleh pihak advokat. Makadari itu advokat tersebut dapat dikenai
konsekuensi berdasarkan KEAI BAB IX Pasal 16 angka 1 dan 2 yang berbunyi

1. Hukuman yang diberikan dalam keputusan dapat berupa:


a. Peringatan biasa.
b. Peringatan keras.
c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu.
d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.
2. Hukuman yang diberikan dalam keputusan dapat berupa:
a. Peringatan biasa bilamana sifat pelanggarannya tidak berat.
b. Peringatan keras bilamana sifat pelanggarannya berat atau karena mengulangi
kembali melanggar kode etik dan atau tidak mengindahkan sanksi peringatan yang
pernah diberikan.
c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu bilamana sifat pelanggarannya
berat, tidak mengindahkan dan tidak menghormati ketentuan kode etik atau
bilamana setelah mendapat sanksi berupa peringatan keras masih mengulangi
melakukan pelanggaran kode etik.
d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi bilamana dilakukan
pelanggaran kode etik dengan maksud dan tujuan merusak citra serta martabat
kehormatan profesi Advokat yang wajib dijunjung tinggi sebagai profesi yang mulia
dan terhormat.
Di sisi lain merujuk kepada UU Advokat, seorang advokat yang melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan dan/atau perbuatan tercela, atau melanggar
sumpah/janji advokat dan/atau kode etik profesi advokat, bisa dikenakan tindakan sesuai
pasal 7 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 yang berbunyi:

a) teguran lisan;
b) teguran tertulis;
c) pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 sampai 12 bulan;
d) pemberhentian tetap dari profesinya.

Anda mungkin juga menyukai