Kronologi kejadian yang terjadi saat KPK melaksanakan penilaian di Palembang. KPK yang diterima
melakukan OTT dan menetapkan YG alias Yoga sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap
hakim PTUN Palembang. Yoga yang tergabung dalam lawfirm Jaya dan mereka yang menyuap untuk
melepaskan gugatan yang diajukan kepada hakim. Sementara uang suap diberikan kepada tiga
hakim PTUN yang juga sudah berstatus tersangka. Izin praktik hukum dari lawfirm Jaya ini pun bisa
dicabut izin lakukan suap. Para advokat dituntut untuk selalu melihat masalah apa pun dengan
sebenar-benarnya tanpa mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah pada masalah yang
ditanganinya. Tindakan ini mengganti kode etik disetujui yang telah ada dan ditentukan. Kode etik
profesi yang perlu dipatuhi antara lain, :
1. Pasal 3 huruf b yaitu, ”Advokat dalam melakukan tugasnya tidak perlu hanya-mata untuk
mendapat ketidakseimbangan materi tetapi lebih sesuai dengan hukumnya, Kebenaran dan
Keadilan.”
2. Pasal 4 huruf a yaitu, ”Advokat dalam perkara-perkara perdata harus memenuhi syarat
dengan jalan damai.”
3. Pasal 4 huruf c, ”Advokat tidak dibenarkan untuk kliennya bahwa perkara yang ditanganinya
akan menang.”
4. Pasal 9 huruf a, ”Setiap Advokat wajib dipenuhi dan diperoleh Kode Etik Advokat ini.”
Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam menjalankan
profesi. Tidak hanya menjamin dan melindungi advokat, kode etik juga membebankan setiap
advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, baik kepada klien,
pengadilan, negara atau masyarakat. “Oleh karena itu, setiap advokat dalam menjalankan tugas
profesinya wajib tuduk, taat dan patuh pada Pancasila, UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat
dan nilai-nilai tukar publik. Dengan demikian, setiap advokat tidak dapat digunakan untuk melakukan
dan mencoba yang dimaksudkan dengan moralitas dan mencederai rasa keadilan publik. Pada Pasal
1 angka 1 Undang-Undang Advokat ditegaskan untuk menjamin keamanan kehakiman yang
independen, maka diperlukan profesi advokat yang bebas, mandiri, bertanggung jawab.
Seharusnya sebagai advokat Indonesia yang merupakan warga negara Indonesia, harus bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memenangkan satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan
dilandasi moral yang tinggi, luhur, dan mulia. Dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi
hukum, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, kode etik advokat dan sumpah
jabatannya. Kepribadian ini yang harus dimiliki oleh setiap advokat di Indonesia. Namun, masalah ini
menunjukkan penegakan kode etik advokat di Indonesia belum berjalan dengan baik dan maksimal.
Untuk menegakkan kode etik advokat dan mempertahankan kualitas profesi, harus memperhatikan
kompetensi intelektual agar lebih baik pelayanannya kepada masyarakat. Hal ini harus dilakukan
agar terwujudnya advokat-advokat yang tidak hanya bermodalkan ilmu pengetahuan tetapi juga
memiliki moralitas dan nilai kesadaran yang baik dan mulia. Memahami tugas-tugas mereka, fungsi,
dan perannya sebagai advokat yang benar dan profesional, yang memiliki komitmen untuk
mempertanyakan kebebasan dengan tanpa membeda-bedakan, tanpa rasa takut, berpedoman pada
kode etik, memiliki ikatan yang teguh dan yakin, serta tidak memerlukan Keuntungan bagi dirinya
sendiri.
Kasus 2
Berdasarkan Kode Etik Advokat Indonesia yang di sahkan pada tanggal 23 Mei 2002, mengatur
tentang etika-etika advokat termasuk mengatur tentang etika advokat dalam hubungannya dengan
klien. Dalam kasus 2 ini seorang pengacra yang Bernama edi merupakan tersangka kasus suap
mantan hakim eko yang diberhentikan secara tetap dari profesi advokat. Pemberhentian Edi
diputuskan dalam siding kode etik advokat, dalam putusannya dinyatakan melanggar sumpah
advokat seperti daitur dalam pasal 4 ayat (2) jo Pasal 6 huruf a dan f Undang-Undang No.18 th 2003
tentang advokat, selanjutnya disebut UU Advokat dan pasal 4 huruf b,c,d,e kode etik advokat
Indonesia. “menghukum teradu diberhentikan tetap dari profesi advokat untuk tidak menjalankan
profesi advokat baik di dalam atau di luar pengadilan. Pasal 4 ayat (2) UU Advokat yang berbunyi : “
sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lafalnya sebagai berikut :
Dalam Bab III Pasal 4 Kode Etik Advokat Indonesia mengatur tentang Hubungan dengan Klien
berbunyi:
Selain itu Edi di denda membayar Rp 3,5 juta karena dianggap tidak menjalankan tugasnya sebagai
advokat secara baik atau melanggar kode etik sebagai advokat saat mendampingi kliennya, terdakwa
Eko dalam kasus suap terkait kasus korupsi. Edi dinyatakan telah menelantarkan eko, seperti tidak
membuatkan nota pembelaan (pledoii), tidak hadir saat eko diperiksa, jarang hadir dalam
persidangan. Padahal edi sudah menerima honorarium yang cukup tinggi. Tetapi semuanya anak
buahnya yang bekerja, termasuk edi banyak berjanji kepada Eko seperti janji akan dihukum ringan
dan memindahkan tempat siding yang bukan wewenangnya. Janji seperti itu dilarang Kode Etik
Advokat Indonesia.