Anda di halaman 1dari 5

Pengertian ADVOKAT

Kata advokat berasal dari bahasa latin advocare, yang berarti untuk mempertahankan dan
memberi bantuan. Sedangkan dalam bahasa Inggris advocate, berarti mewakili, bertahan
dalam argument, mendorong atau merekomendasikan pada publik Secara sederhana
advokat adalah orang yang berprofesi membela.Advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Jasa hukum yang diberikan
berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
membela, mendampingi, dan melakukan tindakan hukum. Melalui jasa hukum yang
diberikan, advokat menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum
untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan
masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum

Keberadaan advokat sebagai salah satu penegak hukum diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Melalui UU ini, setiap orang yang
memenuhi persyaratan dapat menjadi seorang advokat.

Adapun persyaratan untuk menjadi advokat di Indonesia diatur dalam Pasal 3


Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, yaitu:

a) warga NRI;
b) bertempat tinggal di Indonesia;
c) tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejalat negara;
d) berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
e) berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;
f) lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
g) magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus-menerus pada kantor advokat:
h) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; serta
i) berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

Adapun tugas dari advokat secara khusus adalah membuat dan mengajukan gugatan, jawaban,
tangkisan, sangkalan, memberi permbuktian, mendesak segera disidangkan atau diputuskan
perkaranya, dan sebagainya. Di samping itu, pengacara bertugas membantu hakim dalam mencari
kebenaran dan tidak boleh memutarbalikkan peristiwa demi kepentingan kliennya agar kliennya
menang dan bebas. Oleh karena itu, sesuai Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2003, seorang
advokat mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi undang-undang.

Adapun yang menjadi hak advokat adalah sebagai berikut.

a. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada
kode etik profesi dan peraturan perundang- undangan.
b. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturan perundang-undangan.
c. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan
tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang
pengadilan.
d. Advokat berhak memperolch informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi
pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang
diperlukan untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
e. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk perlindungan
atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan
terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat.
f. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien oleh
pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.

Kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang advokat di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap


klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial
dan budaya.
b. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
c. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas
dan martabat profesinya.
d. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa
sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam
menjalankan tugas profesinya.
e. Advokat yang menjadi pejabat negara tidak melaksanakan tugas profesi advokat selama
memangku jabatan.

Peranan Advokat

 Peranan yang sangat ideal (ideal role).


 Peranan yang juga seharusnya (expected role).
 Peranan yang dapat dianggap oleh diri sendiri (perceived role).
 Peranan yang sebenarnya dapat dilakukan (actual role).

Fungsi Advokat

1. Sebagai seorang pengawal konstitusi dan hak asasi manusia.


2. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam suatu negara hukum Indonesia.
3. Melaksanakan sebuah kode etik advokat.
4. Memberikan suatu nasehat hukum; (legal advice).
5. Memberikan sebuah konsultasi hukum (legal consultation).
6. Memberikan suatu pendapat hukum (legal opinion).
7. Menyusun suatu kontrak-kontrak (legal drfting).
8. Memberikan suatu informasi hukum (legal information).
9. Membela suatu kepentingan para klien (litigation).
10. Mewakili para klien di muka pengadilan ( legal representation).
11. Memberikan sebuah bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang
sangat lemah dan tidak mampu (legal aid).

Nilai – Nilai Moral Advokat

 Nila – Nilai Kemanusiaan (Humanity)

Dalam arti penghormatan pada sebuah martabat kemanusiaan.

 Nilai – Nilai Keadilan (Justice)

Dalam arti dorongan untuk dapat selalu memberikan kepada orang apa yang
menjadi haknya.

 Nilai Kepatuhan atau Kewajaran (Reasonableness)

Dalam arti bahwa upaya untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan didalam
masyarakat.

 Nilai Kejujuran (Honesty)

Dalam arti adanya dorongan kuat untuk dapat memelihara kejujuran dan menghindari diri
dari perbuatan yang curang. Kesadaran untuk selalu menghormati dan juga menjaga
integritas dankehormatan profesinya.

 Nilai Pelayanan Kepentingan Public (To Serve Public Interest)

Dalam arti bahwa di dalam sebuah pengembangan profesi hukum telah imberent semangat
keberpihakan pada hak-hak dan kepuasan masyarakat sebagai pencari keadilan yang
merupakan suatu konsekuensi langsung dari di pegang teguhnya nilai-nilaikeadilan,
kejujuran, dan juga kredibilitas profesinya.

Kode Etik advokad

kode Dalam kode etik advokat Indonesia tahun 2002 dijelaskan bahwa Kode Etik Advokat
Indonesia adalah sebagai hukum tertinggi dalam menjalankan profesi, yang menjamin dan
melindungi namun membebankan kewajiban kepada setiap advokat untuk jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara, UUD,
lawan berperkara, rekan advokat atau masyarakat dan terutama kepada dirinya sendiri

Fungsi Dan Tujuan Kode Etikk a

er"fungsi dan tujuan kode etik adalah menjunjung martabat profesi dan menjaga atau
memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan melarang perbuatan-perbuatan yang akan
merugikan kesejahteraan materiil para anggotanya"tin

ggi dalam menjalankan profesi, yang


jen1. Kode Etik Advokat Terhadap Klien

 Advokat dalam berbagai perkara-perkara perdata harus mengutamakan


penyelesaian dengan jalan damai.
 Advokat tidak dibenarkan untuk memberikan keterangan yang dapat menyesatkan
klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.
 Advokat tidak dibenarkan untuk menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang
ditangani akan menang.
 Dalam menentukan besarnya sebuah honorarium, advokat wajib
mempertimbangkan kemampuan klien.
 Advokat tidak dibenarkan untuk membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak
perlu.
 Advokat dalam mengurus perkara yang cuma-cuma harus memberikan perhatian
yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang.
 Advokat juga harus menolak mengurus perkara yang menurut suatu keyakinannya
tidak ada dasar hukumnya.
 Advokat wajib memegang sebuah rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan
oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap akan menjaga rahasia itu setelah
berakhirnya hubungan antara advokat dan para klien itu.
 Advokat tidak dibenarkan untuk melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada
saat yang tidak menguntungkan sebuah posisi para klien atau pada saat tugas itu
akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi para klien
yang bersangkutan, dengan tidak dapat mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a).
 Advokat juga akan mengurus suatu kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih
yang harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan antara
para pihak-pihak yang bersangkutan.
 Hak retensi advokat terhadap para klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan
suatu kerugian kepentingan klien.

2. Kode Etik Advokat Terhadap Teman Sejawat

 Hubungan antara teman sejawat advokat juga harus dilandasi sikap saling
menghormati, saling menghargai dan saling memercayai.
 Advokat ini bila akan membicarakan teman sejawat atau juga jika berpapasan satu
sama lain dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak akan menggunakan kata-kata
yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis.
 Keberatan-keberatan terhadap suatu tindakan pada teman sejawat yang dianggap
bertentangan dengan kode etik advokat harus dapat diajukan kepada Dewan
Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk dapat disiarkan melalui
media massa atau cara lain.
 Advokat tidak juga diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman
sejawat.
 Apabila para klien hendak mengganti advokat, maka advokat yang baru hanya dapat
menerima suatu perkara itu setelah menerima bukti dari pencabutan pemberian
kuasa advokat semula dan juga berkewajiban mengingatkan para klien untuk dapat
memenuhi kewajibannya apabila masih ada, terhadap advokat semula.
 Apabila suatu perkara kemudian dapat diserahkan oleh para klien terhadap advokat
baru, maka advokat semula wajib juga memberikan kepadanya semua surat dan
keterangan yang penting untuk dapat mengurus perkara itu, dengan memerhatikan
suatu hak retensi advokat terhadap klien tersebut.

Kesimpulan

Saat ini, kewenangan Advokat dalam kelembagaan negara adalah sebagai Lembaga Penegak
Hukum di luar Pemerintahan. Namun dalam Sistem peradilan Pidana, Advokat belum
menjadi sub sistem dari Sistem Peradilan Pidana. Pelbagai subsistem ini berupa kepolisian,
Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Mengingat peranannya yang semakin
besar, seharusnya advokat dapat pula dikategorikan sebagai sub sistem.

Peranan seorang advokat yang profesional ketika memberikan bantuan hukum bagi para
pencari keadilan sangat diperlukan dalam rangka menuju sistem peradilan pidana terpadu
hingga tercapai perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia. Sistem peradilan pidana yang
didukung oleh pengaturan hak bantuan hukum yang memungkinkan komponen advokat
mampu secara penuh dalam proses peradilan pidana. Hal mana seorang peranan advokat
profesional yang setiap mendampingi klien, memiliki intelegensi yang tinggi, keahlian dan
spesialisasi, hubungan pribadi yang luas dengan berbagai instansi, berpegang pada kode etik
profesi, kredibilitas serta reputasi, bekerja secara optimal dengan sedikit kerugian serta
kemampuan litigasi yang baik. Sebagai sistem, peradilan pidana mempunyai perangkat
struktur atau sub sistem yang seharusnya bekerja secara koheren, koordinatif dan integratif
agar dapat mencapai efisiensi dan efektivitas yang maksimal."

, pengadilan, negara, UUD, lawan berperkara, rekan advokat atau masyarakat dan terutama kepada
dirinya sendiri

Anda mungkin juga menyukai