Anda di halaman 1dari 6

Nama : ALFI MARDI SAPUTRA

Nim : 11820712176
Kelas : ILMU HUKUM E
Matkul : ADVOKATOR

BAB I
Sejarah Organisasi Advokat
Organisasi advokat di indonesia mulai dalam tahun 1950an hingga awal tahun
1960an. Organisasi advokat telah dirintis pada tahun 1927 dengan dibentuknya Persatuan
Pengacara Indonesia (PERPI). Tahun 1959-1960 lahirlah organisasi advokat di Jawa tengah
yang disebut Balie Jawa Tangha yang diketuai Mr. Soejadi. Setelah itu diikuti daerah lainnya
di Medan, Bandung, dan Surabaya. Di Jakarta beberapa advokat senior menggagas
dibentuknya Balie van Advokaten Jakarta.
Akhirnya, tanggal 14 Maret 1963 terbentuk suatu wadah advokat yang diberi nama
Persatuan advokat Indonesia (PAI) yang bersifat Nasional. Setahun kemudian,
diselenggarakanlah Kongres Advokat Tingkat Nasional . Kongres dimaksud menghasilkan
Persatuan advokat Indonesia (PERADIN), yang lahir pada tanggal 30 -gustus 1964.
Pada Kongres PERADIN tahun 1977, menegaskan posisinya yang sangat kokoh
sebagai Organisasi advokat, sekaligus sebagai Organisasi perjuangan. Dasar fundamental dari
organisasi adalah untuk Penegakan Kebenaran, Keadilan dan Sufremasi Hukum.

Pengertian Advokat

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun
diluar pengadilan,yang memenuhi persyaratan bedasarkan ketentuan undang-undang, jasa
hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan
hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Klien adalah orang, badan hukum, atau kembaga
lain menerima jasa hukum dari advokat. Bantuan hukum adalah jasa hujum yang diberikan
advokat secara Cuma-Cuma kepada klien yang tidak mampu.

Kata advokat itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “ ADVOCARE” yang berarti
to deffend, to call one said, to vouch or to warrant.Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
“ ADVOCATE” yang berarti to speakin favorof or defend by argument, to support, indicate
or recommand publicly. Dalam bahasa Belandajuga disebutkan bahwa advokat berasal dari
kata “ ADVOCAAT” yakni seorang yang telah resmi dianggakat dalam profesinya sebagai
Meester in de Rechten (Mr).

Sedangkan menurut Kode Etik Advokat ( disahkan tahun 23 mei tahun 2002 ),
advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan bedasarkan undan-undang yang berlaku, baik sebagai
advokat, pengacara,penasehat hukum, pengacara praktek, ataupun sebgai konsultan hukum.
Dalam hal ini seorang advokat selain memberikan bantuan hukum diluar pengadilan, berupa
konsultasi hukum, negosiasi,maupundalamhal pembuatan perjanjian kontrak-kontrak dagang
ataupun melakukan tindakan hukum lainnya untuk kepentingan hukum dari klien baik orang
maupun lembaga atau badan hukum yang menerima jasa hukum dari advokat.

Fungsi dan peranan advokat dalam proses penegakan hukum

Peran dan fungsi advokat tidak akan lepas dari yang namanya penegakan hukum,
khususnya di Indonesia. Pola penegakan hukum dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
masyarakat, tempat hukum itu berlaku atau diberlakukan (locus tempus). Dalam masyarakat
yang sederhana,pola penegakan hukumnya dilaksanakan berdasarkan mekanisme dan
prosedur yang sedehana pula, namun dalam perkembangan masyarakat yang modern atau
bisa dikatakan sedikit lebih maju perkembangannya yang memiliki tingkat rasionalitas dan
tingkat spesialisasi dan differensiasi yang begitu tinggi,pengognisasian penegakan hukum
menjadi lebih kompleks dan birokratis dalam proses penegakan hukumnya.

Fungsi dan peranan advokat dalam upaya penegakan hukum menurut ketentuan pasal
5 ayat (1) undang-undang no.18 tahun 2003 tentang advokat dan lainnya adalah secara garis
besar sebagai berikut:
 Advokat berstatus sebagai penegak hukum bebas dan mandiri yang dijaminoleh
hukum dan peraturn perundang-undangan. Artinya profesi advokat bisa disamakan
dengan kedudukan penegak hukum lainnya dalammenegakan hukum dan keadilan.
 Memberikan bantuan hukum kepada setiap orang yang membutuhkan dengan tidak
boleh membedakan antara ras, suku, dan agama dalam melakukan praktek penegakan
hukum tersebut.
 Menjunjung tinggi nilai keadilan dan morlitas serta kebenaran.
 Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia.
 Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat dengan
cara belajar terus menerus (continues legal education) untuk memperluas wawasan
keilmuannya.
 Membela kepentingan klien (litigsi) diluar pengadilan dan mewakili klien di muka
pengadilan (legal representation).
 Memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah dan
tidak mampu ( pro bono publico).
 Memberikan pelayanan hukum (legal service), konsultasi hukum (legal
consultation),nasehat hukum (legal advice), pendapat hukum (legal opinion),
informasi hukum (legal information), dan dan menyusun kontrak-kontrak atau
perjanjian (legal drafting) .
 Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakan hukum, keadilan, dan
kebenaran.
 Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat, dan martabat advokat.
 Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat.
 Memelihara persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai dengan maksud dan tujuan
organisasi advokat.
 Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik advokat, baik secara nasional
maupun internasional.
 Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan masyarakat
dengan cara mengawasi pelaksanaan etika profesi advokat melalui Dewan
Kehormatan Asosiasi Advokat.

Tugas dan Kewajiban serta Wewenang Advokat

Pelaksanaan hukum didalam masyarakat sangatlah bergantung pada kesadaran hukum


suatu masyarakat dikarenakan ia menjadi subjek hukum. Namun selain tergantung pada
kesadaran hukum masyarakat juga tergantung dan sangat ditentukan oleh pelaksanaan
penegakan hukum oleh para petugas penegak hukum. Oleh karenanya banyak peraturan
hukum yang tidak dapat terlaksana dengan baik dikarenakan oknum penegak hukum kurang
paham dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Adapun tugas dan tanggungjawab yang diemban advokat dan harus diperhatikan
dalam menangani suatu perkara adalah sebagai berikut:
 Menjunjung tinggi kode etik profesinya;
 Membimbing dan melindungi kliennya dari petaka duniawi dan ukhrawi agar dapat
menemukan kebenaran dan keadilan yang memuaskan semua pihak, sesuai dengan
nilai-nilai hukum, moral dan agama;
 Membantu terciptanya proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, serta
tercapainya penyelesaian perkara secara final;
 Menghormati lembaga peradilan dan proses peradilan sesuai dengan norma hukum,
agama, dan moral;
 Melindungi kliennya dari kedzaliman pihak lain dan melindunginya pula dari berbuat
dzalim kepada pihak lain;
 Memegang teguh amanah yang diberikan kliennya dengan penuh tanggungjawab baik
terhadap kliennya, diri sendiri, hukum dan moral, maupun terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
 Memberikan laporan dan penjelasan secara periodik kepada kliennya mengenai tugas
yang dipercayakan padanya;
 Menghindarkan diri dari berbagai bentuk pemerasan terselubung terhadap kliennya;
 Bersikap simpatik dan turut merasakan apa yang diderita oleh kliennya bahkan
mengutamakan kepentingan kliennya daripada kepentingan pribadinya;
 Antara kuasa hukum atau advokat dengan kliennya haruslah terjalin hubungan saling
percaya dan dapat dipercaya sehingga tidak saling merugikan dan dirugikan.
 Melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum bertindak jujur, adil, dan
bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;
 Advokat juga berkewajiban memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi
klien yang tidak mampu, hal ini sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung No.
5/KMA/1972 tentang golongan yang wajib memberikan bantuan hukum.

Hubungan Kode Etik Dan Undang – U ndang Advokat

Dalam organisasi advokat yang diakui oleh undang-undang terdapat dewan


kehormatan. Dewan kehormatan inilah yang berperan untuk memberikan sanksi kepada
seorang advokat yang melanggar kode etik. Sejauh ini, peranan Dewan Kehormatan
dipandang cukup efektif.

Sering terjadi pandangan buruk di masyarakat terhadap seorang advokat yang


membela seorang klien yang dimata masyarakat telah dinyatakan bersalah atas suatu kasus.
Tidak jarang masyarakat mencemooh advokat yang menjadi kuasa hukum terdakwa. Dari
sudut UU No. 18 Tahun 2003, hal ini dapat dimungkinkan. Sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 15 UU No. 18 tahun 2003. Disebutkan pula dalam pasal 18 ayat 2 bahwa
advokat tidak dapat diidentikan dengan klien yang sedang dibelanya.

Seorang advokat tidak dapat membela seorang klien yang telah nyata-nyata bersalah
agar dibebaskan dari semua tuntutan, tetapi semata-mata enjadi penasihat atau pendamping
tersangka di muka Pengadilan. Di sini, advokat bertugas untuk mendampingi agar hak-hak
yang dimiliki tersangka tidak dilanggar. Hal ini karena tidak jarang seorang tersangka di
perlakukan semena-mena oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Akan tetapi, seorang
advokat berhak untuk menolak pendampingan hukum kepada seorang klien dengan alasan
bertentangan dengan hati nurani advokat, tetapi tidak diperkenankan karena alasan perbedaan
agama, suku, kepercayaan, keturunan, dan sebagainya, sebagaimana disebutkan dalam pasal
3 pion (a) Kode Etik Advokat Indonesia. Pendampingan hukum yang dilakukan oleh seorang
advokat sesuai dengan UU No. 18 tahun 2003 dan kode etik advokat indonesia, bebas kepada
siapapun tanpa membedakan agama, kepercayaan, dan sebagainya.

BAB II
Alur Gugatan
Pengertian Gugatan
Gugatan ialah suatu surat yang diajukan oleh penggugat pada ketua Pengadilan yang
berwenang, yang menurut tuntutan hak yang di dalamnya mengandung suatu sengketa dan
merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara dan suatu pembuktian kebenaran suatu hak.

Dalam gugatan ada istilah penggugat dan tergugat. Penggugat ialah orang yang
menuntut hak perdatanya kemuka pengadilan perdata penggugat bias satu orang/badan
hukumatau lebih sehinng ada istilah penggugat I, penggugatII, penggugat IIIdan seterusnya.
Lawandari penggugat disebut tergugat.Dalam hal tergugat ini pun bisa ada kemungkinan
lebih dari satu orang/badan, sehingga ada istilah tergugat I, tergugat II, tergugat II, dan
seterusnya.Gabungan penggugat atau gabungan tergugat disebut dengan kumulasi
subjektif.Dan idealnya dalam perkara di pengadilan ada penggugat dan tergugat. Inilah
peradilan yang sesungguhnya ( jurisdiction contentiosa). Dan produk hukum dari gugatan
adalah putusan pengadilan.
BAB III
Surat Kuasa
Pengertian Surat Kuasa

Surat Kuasa adalah Naskah Dinas sebagai alat pemberitahuan dan tanda bukti yang berisi
pemberian mandat, hak, kewajiban dan kewenangan dari pihak pejabat yang memberikan
kuasa kepada pejabat yang diberi kuasa untuk bertindak dalam penyelesaian suatu urusan.
Misalnya Menjual rumah atau tanah, mengambil tabungan, mendatangani akta jual beli, dan
mewakilkan sidang di Pengadilan.

Dalam menjalankan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan dalam surat kuasa, ada
kalanya penerima kuasa berhalangan karena sesuatu sebab yang mendesak. Dalam surat
kuasa dikenal juga adanya hak substitusi, yakni hak untuk mengalihkan sebagian maupun
seluruhnya kuasa yang diberikan kepada si penerima kuasa kepada pihak ketiga. Surat kuasa
substitusi dapat diterbitkan apabila dalam surat kuasa semula diberikan klausula tentang hal
itu.

Pengalihan hak dari penerima kuasa semula pada pihak ketiga dapat dilakukan untuk
seluruhnya atau sebagian saja, bergantung pada bunyi klausula pada surat kuasa tersebut. Jika
isi klausula memberikan sebagian saja, maka harus ditegaskan dalam surat kuasa semula.
Demikian juga apabila kewenangan itu dapat dilimpahkan seluruhnya, maka harus disebutkan
pula dalam surat kuasa. Apabila telah terdapat pengalihan kuasa substitusi seluruhnya, maka
si pemberi kuasa substitusi tidak dapat menggunakan kembali kuasanya, kecuali pengalihan
kuasa tersebut hanya sebagian.

Pada umumnya pemberian kuasa di pengadilan adalah secara khusus yang dipersyaratkan
harus dalam bentuk tertulis. Dalam prakteknya, untuk mewakili kepentingan para pihak
(Penggugat atau Tergugat) di Pengadilan.

Haruslah dengan surat kuasa khusus (Pasal 123 ayat 2 HIR/147 ayat 2 RBg). Penerima
kuasa tidak diperbolehkan melakukan sesuatu apapun yang melampaui kuasanya.

Jenis-Jenis Surat Kuasa

Pada umumnya, seseorang yang memberikan kuasa kepada orang lain untuk melakukan
perbuatan tertentu, melalui surat kuasa khusus. Beberapa jenis surat kuasa diantaranya
sebagai berikut:

 Surat Kuasa Umum


Surat Kuasa Umum yaitu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1796 KUH Perdata
menyatakan “Pemberian kuasa yang dirumuskan secara umum hanya meliputi tindakan-
tindakan yang menyangkut pengurusan. Untuk memindah tangankan barang atau meletakkan
hipotek di atasnya, untuk membuat suatu perdamaian, ataupun melakukan tindakan lain yang
hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-
kata yang tegas”. Titik berat kuasa umum, hanya meliputi perbuatan atau tindakan
pengurusan kepentingan pemberi kuasa.
 Surat Kuasa Khusus
Dalam surat kuasa ini, pemberian kuasa dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai
suatu kepentingan atau lebih yang diperinci secara tegas. Bentuk inilah yang menjadi
landasan pemberian kuasa untuk bertindak di depan pengadilan mewakili kepentingan
pemberi kuasa sebagai pihak principal. Namun untuk dapat digunakan dalam persidangan,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan surat kuasa khusus ini, tidak bisa
hanya mengiktui ketentuan sesuai dengan pasal 123 HIR ayat (1) yang menyatakan Bilamana
dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa, yang dikuasakannya
untuk melakukan itu dengan surat kuasa khusus, kecuali kalau yang memberi kuasa itu
sendiri hadir. Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat permintaan yang ditanda
tanganinya dan dimasukkan menurut ayat pertama pasal 118 atau jika gugatan dilakukan
dengan lisan menurut pasal 120, maka dalam hal terakhir ini, yang demikian itu harus
disebutkan dalam catatan yang dibuat surat gugat ini. (Pasal 147 ayat (1) Rbg).

Fungsi Surat Kuasa

Ada beberapa macam fungsi yang di kategorikan sebagai surat kuasa di antaranya adalah:
 Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan dokumen kependudukan.
 Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan gaji/pembayaran.
 Surat kuasa yang berfungsi untuk mencairkan uang.
 Surat kuasa yang berfungsi untuk penjualan.
 Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan keputusan usaha.
 Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan keputusan politik.

BAB IV
Hukum Perdata

Pengertian Hukum Perdata


Hukum Perdata Materiil
Adalah aturan/norma yang mengatur kepentingan perorangan yang pelaksanaannya terserah
kepada yang berkepentingan.
Hukum Perdata Formil/hukum proses/hukum acara
Adalah ketentuan yang mengatur tata cara mempertahankan Hukum Perdata
Materiil dalam proses acara di pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai