Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam Perkara Pidana No. Reg. Perk : PDM-118/Bdung/02/2015 di Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung.
Melalui
: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
Perkara Pidana No. 194/Pid/B/2015/PN. Bdg., Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung di Bandung.
Majelis Hakim yang kami muliakan!
Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati! Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai kenikmatan terutama nikmat sehat, sehingga kita dapat berada di dalam ruang sidang ini dalam rangka mengemban dan melaksanakan tugas kita sesuai dengan fungsinya masingmasing. Selanjutnya perkenankan terlebih dahulu kami adalah Advokat dan Calon Advokat dari Pos Bantuan Hukum Ikatan Advokat Indonesia (POSBAKUM IKADIN) Bandung, selaku Penasehat Hukum terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah berdasarkan Surat Kuasa Khusus bermaterai tertanggal 24 Februari 2015 dalam perkara Pidana Nomor: 194/Pid/B/2015/PN. Bdg., ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan dalam persidangan ini, untuk mengajukan keberatan / eksepsi terhadap surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang telah disampaikan didepan persidangan pada hari Senin tanggal 09 Maret 2015. A. PERIHAL PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN Majelis Hakim yang kami muliakan! Setelah mempelajari Berkas Perkara Nomor : BP / 02 / I / 2015 / Reskrim tanggal 09 Januari 2015 atas nama terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah Kami mendapati hal-hal sebagai berikut:
1|Halaman
a. Surat Perintah Penggeledahan Rumah Nomor : SP.Dah / 08 / XII / 2014 /
Reskrim tertanggal 07 Desember 2014, b. Berita Acara Penggeledahan Rumah Tinggal / Tempat Tertutup Lainnya tertanggal 07 Desember 2014, yang dibuat oleh Saksi Esti Prasetyo Hadi, S.H., c. Laporan dan Permohonan Persetujuan Penggeledahan dengan Nomor : B / 08 / I / 2015 / Reskrim tertanggal 05 Januari 2015 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung. d. Penetapan Persetujuan Penggeledahan Nomor : 01 / Pen.Pid / 2015 / PN.Bdg tertanggal 07 Januari 2015 dari Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung. Dari hal tersebut diatas, terdapat kejanggalan terhadap Penggeledahan dalam perkara a quo. Karena terdapat jarak yang cukup lama antara Surat Perintah Penggeledahan, Berita Acara Penggeledahan dengan Laporan dan Permohonan Persetujuan Penggeledahan dari pihak kepolisian sektor kota Astanaanyar kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung. Hal ini tentu membuat kami bertanya-tanya mengenai motif dari pihak kepolisian khususnya Penyidik pada Polsekta Astanaanyar untuk memperlama proses pelaporan terhadap tindakan penggeledahan dalam perkara a quo kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung. Tindakan dari Pihak Penyidik pada Polsekta Astanaanyar dalam perkara a quo, tentu telah melanggar ketentuan Pasal 33 ayat (3) Jo. Pasal 34 ayat (2) KUHAP, yang mana mengisyaratkan agar : Pasal 33 ayat (3) KUHAP; Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya. Pasal 34 ayat (2) KUHAP; Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan seperti dimaksud dalam ayat (1) penyidik tidak diperkenanan memeriksa surat, buku dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan atau yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat guna memperoleh persetujuan. Ketika kami mempelajari Berita Acara Penggeledahan Rumah Tinggal / Tempat Tertutup Lainnya tertanggal 07 Desember 2014, yang dibuat oleh Saksi Esti Prasetyo Hadi, S.H. ternyata tindakan Penggeledahan dalam perkara a quo hanya disaksikan oleh Herry Fredi Silaen dan Imam Abdullah, S.H., yang notabenenya mereka merupakan anggota Polri aktif yang bertugas di Polsekta Astanaanyar, dimana seharusnya saksi yang wajib hadir adalah pihak RT/RW atau tokoh masyarakat setempat. Hal tersebut telah menyimpang dari ketentuan Pasal 58 ayat (3) Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana, yang mengisyaratkan agar: Dalam keadaan sangat perlu dan mendesak, penyidik/penyidik pembantu dapat melakukan penggeledahan dengan menggunakan surat perintah penggeledahan dan ditandatangani oleh penyidik atau 2|Halaman
atasan penyidik selaku penyidik tanpa dilengkapi surat izin Ketua
Pengadilan Negeri setempat terlebih dahulu, yang mana penggeledahan tersebut wajib disaksikan oleh Ketua RT / RW atau tokoh masyarakat setempat atau orang bertanggung jawab / menguasai tempat tersebut. Oleh karena hal tersebut diatas, tindakan Penggeledahan dalam perkara a quo, haruslah dianggap tidak sah dan mengenai surat dakwaan Saudari Jaksa Penuntut Umum yang dibuat berdasarkan Berita Acara Kepolisian haruslah dinyatakan batal demi hukum serta segala barang yang ditemukan dari hasil penggeledahan dalam perkara a quo, harus lah dianggap tidak sah dan tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam proses persidangan, karena telah melanggar ketentuan hukum acara yang berlaku. Berkaitan tindakan Penyitaan dalam Perkara a quo, sebagaimana dimaksud dalam Surat Perintah Penyitaan Nomor : SP. Sita / 37 / XII / 2014 / Reskrim tertanggal 07 Desember 2014, Berita Acara Penyitaan tertanggal 07 Desember 2014 yang dibuat oleh Saksi Esti Prasetyo Hadi, S.H., Laporan dan Permohonan Persetujuan Penyitaan dengan Nomor : B / 37 / I / 2015 / Reskrim tertanggal 05 Januari 2015 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung, dan Penetapan Persetujuan Penyitaan Nomor : 09 / Pen.Pid / 2015 / PN.Bdg tertanggal 07 Januari 2015 dari Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung, haruslah dipandang sebagai satu kesatuan dari tindakan penggeledahan, karena tindakan penyitaaan dalam perkara a quo merupakan tindak lanjut dari tindakan penggeledahan. Oleh karena tindakan penggeledahan dalam perkara a quo telah melanggar ketentuan hukum acara yang berlaku, maka dari itu semestinya tindakan penyitaan dalam perkara a quo harus pula dianggap tidak sah dan menganai surat dakwaan Saudari Jaksa Penuntut Umum yang dibuat berdasarkan Berita Acara Kepolisian haruslah dinyatakan batal demi hukum. B. PERIHAL SURAT DAKWAAN Majelis Hakim yang kami Muliakan! Bahwa setelah kami mempelajari Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Perk : PDM-118/Bdung/02/2015 termaksud, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, kami diberikan hak untuk mengajukan keberatan/eksepsi terhadap surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, dimana Surat Dakwaan Tunggal Saudari Jaksa Penuntut Umum ternyata disusun secara tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap atau dengan kata lain bahwa Surat Dakwaan Saudari Jaksa Penuntut Umum Kabur (Obscuur Libel), atau Surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur oleh perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini Pasal 143 ayat (2) sub b dan ayat (3) KUHAP. Bahwa mengenai eksepsi tentang dakwaan tidak dapat diterima undangundang, tidak menjelaskan dalam hal apa saja dan mengenai apa saja dakwaan tersebut tidak dapat diterima. Bahwa apabila kita hubungkan surat dakwaan tunggal dengan apa yang telah diatur dan ditentukan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP, pada proses 3|Halaman
penyidikan di Polsekta Astanaanyar dan proses penuntutan di Kejaksaan
Negeri Bandung, maka kita akan mendapati pelanggaran terhadap isi ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP, sebagaimana bunyi Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah sebagai berikut : Dalam hal Tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mampunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradlian wajib menunjuk penasehat hukum bagi mereka. Bahwa sebagaimana yang telah dialami oleh Terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah dalam proses penyidikan di Polsekta Astanaanyar secara de facto sama sekali tidak didampingi oleh Penasehat Hukum pada waktu pembuatan Berita Acara Pemeriksaan, sehingga terjadi penyimpanganpenyimpangan selama dalam pemeriksaan yaitu dalam bentuk penekanan, pemukulan dan lain-lain, akan tetapi setelah selesai melalui pemeriksaan, beberapa minggu kemudian barulah Terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah telah ketemu penasehat hukum untuk menandatangani beberapa surat dan setelah itu Terdakwa sudah tidak pernah ketemu lagi sama penasehat hukumnya hingga perkara ini disidangkan. Maka dengan demikian surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang disusun berdasarkan hasil penyidikan di Kepolisian adalah tidak sah dan menjadi tidak sah pula, oleh karena itu surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima. Bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah ketentuan yang bersifat imperatif yang wajib ditaati oleh semua pejabat pada semua tingkat pemeriksaan, karena hal ini menyangkut Hak Azasi Terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah yang harus dijunjung tinggi. Hal ini sesuai dengan apa yang telah menjadi Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1565. K/Pid/1991 tertanggal 16 September 1993. Bahwa adapun kenyataannya Terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah telah menandatangani Berita Acara Kepolisian tertanggal 7 Desember 2014 dan Surat Pernyataan tertanggal 7 Desember 2014, yang pada intinya berisikan untuk sementara atau seterusnya dalam semua tingkat pemeriksaan tidak didampingi oleh Penasehat Hukum. Maka menurut hemat kami bahwasanya Berita Acara Kepolisian tidaklah dapat dijadikan sebagai patokan dalam pemeriksaan di muka persidangan karena apa yang telah ditentukan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang bersifat imperatif kewajiban untuk menunjuk penasehat hukum melekat secara hukum pada pejabat penyidik sampai pada pejabat peradilan. Karena hal demikian, maka jelaslah bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan oleh penyidik, maka hasil dari penyidikan tersebut bertentangan dan tidak memenuhi ketentuan yang telah diisyaratkan oleh undang-undang yang berarti tidak sah dan akibatnya adalah surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima. Berdasarkan dan untuk seluruh hal-hal yang telah kami uraikan di atas, demi hukum dan keadilan, Kami mohon berkenan kiranya Majelis Hakim menyatakan menerima Eksepsi ini dan selanjutnya memutuskan :
4|Halaman
1. Mengabulkan Eksepsi Penasehat Hukum ;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tertanggal 16 Februari 2015 tidak dapat diterima atau batal demi hukum. 3. Membebaskan terdakwa dari segala dakwaan tersebut. Demikian Eksepsi Kami, atas perhatian Majelis Hakim dan Saudari Jaksa Penuntut Umum, Kami ucapkan terima kasih.