Anda di halaman 1dari 5

Bandung, 17 Maret 2015

Perihal

: Eksepsi Penasehat Hukum Terhadap


Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam
Perkara Pidana No. Reg. Perk : PDM-118/Bdung/02/2015
di Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung.

Melalui

: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili


Perkara Pidana No. 194/Pid/B/2015/PN. Bdg.,
Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung
di
Bandung.

Majelis Hakim yang kami muliakan!


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati!
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan berbagai kenikmatan terutama nikmat
sehat, sehingga kita dapat berada di dalam ruang sidang ini dalam rangka
mengemban dan melaksanakan tugas kita sesuai dengan fungsinya masingmasing.
Selanjutnya perkenankan terlebih dahulu kami adalah Advokat dan Calon
Advokat dari
Pos Bantuan Hukum Ikatan Advokat
Indonesia (POSBAKUM IKADIN) Bandung, selaku Penasehat Hukum
terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah berdasarkan Surat Kuasa
Khusus bermaterai tertanggal 24 Februari 2015 dalam perkara Pidana Nomor:
194/Pid/B/2015/PN. Bdg., ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan
dalam persidangan ini, untuk mengajukan keberatan / eksepsi terhadap
surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang telah disampaikan didepan
persidangan pada hari Senin tanggal 09 Maret 2015.
A. PERIHAL PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN
Majelis Hakim yang kami muliakan!
Setelah mempelajari Berkas Perkara Nomor : BP / 02 / I / 2015 / Reskrim
tanggal 09 Januari 2015 atas nama terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi
Firmasyah
Kami mendapati hal-hal sebagai berikut:

1|Halaman

a. Surat Perintah Penggeledahan Rumah Nomor : SP.Dah / 08 / XII / 2014 /


Reskrim tertanggal 07 Desember 2014,
b. Berita Acara Penggeledahan Rumah Tinggal / Tempat Tertutup Lainnya
tertanggal 07 Desember 2014, yang dibuat oleh Saksi Esti Prasetyo
Hadi, S.H.,
c. Laporan dan Permohonan Persetujuan Penggeledahan dengan Nomor :
B / 08 / I / 2015 / Reskrim tertanggal 05 Januari 2015 yang ditujukan
kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung.
d. Penetapan Persetujuan Penggeledahan Nomor : 01 / Pen.Pid / 2015 /
PN.Bdg tertanggal 07 Januari 2015 dari Pengadilan Negeri Kelas 1.A
Bandung.
Dari hal tersebut diatas, terdapat kejanggalan terhadap Penggeledahan
dalam perkara a quo. Karena terdapat jarak yang cukup lama antara Surat
Perintah Penggeledahan, Berita Acara Penggeledahan dengan Laporan dan
Permohonan Persetujuan Penggeledahan dari pihak kepolisian sektor kota
Astanaanyar kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung. Hal ini
tentu membuat kami bertanya-tanya mengenai motif dari pihak kepolisian
khususnya Penyidik pada Polsekta Astanaanyar untuk memperlama proses
pelaporan terhadap tindakan penggeledahan dalam perkara a quo kepada
Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1.A Bandung.
Tindakan dari Pihak Penyidik pada Polsekta Astanaanyar dalam perkara a
quo, tentu telah melanggar ketentuan Pasal 33 ayat (3) Jo. Pasal 34 ayat
(2) KUHAP, yang mana mengisyaratkan agar :
Pasal 33 ayat (3) KUHAP;
Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang
saksi dalam hal tersangka atau penghuni menyetujuinya.
Pasal 34 ayat (2) KUHAP;
Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan seperti
dimaksud dalam ayat (1) penyidik tidak diperkenanan memeriksa
surat, buku dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang
berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda
yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan atau yang
diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut
untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua pengadilan
negeri setempat guna memperoleh persetujuan.
Ketika kami mempelajari Berita Acara Penggeledahan Rumah Tinggal /
Tempat Tertutup Lainnya tertanggal 07 Desember 2014, yang dibuat oleh
Saksi Esti Prasetyo Hadi, S.H. ternyata tindakan Penggeledahan dalam
perkara a quo hanya disaksikan oleh Herry Fredi Silaen dan Imam Abdullah,
S.H., yang notabenenya mereka merupakan anggota Polri aktif yang bertugas
di Polsekta Astanaanyar, dimana seharusnya saksi yang wajib hadir adalah
pihak RT/RW atau tokoh masyarakat setempat.
Hal tersebut telah menyimpang dari ketentuan Pasal 58 ayat (3)
Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana, yang mengisyaratkan agar:
Dalam keadaan sangat perlu dan mendesak, penyidik/penyidik
pembantu dapat melakukan penggeledahan dengan menggunakan
surat perintah penggeledahan dan ditandatangani oleh penyidik atau
2|Halaman

atasan penyidik selaku penyidik tanpa dilengkapi surat izin Ketua


Pengadilan
Negeri
setempat
terlebih
dahulu,
yang
mana
penggeledahan tersebut wajib disaksikan oleh Ketua RT / RW
atau tokoh masyarakat setempat atau orang bertanggung jawab
/ menguasai tempat tersebut.
Oleh karena hal tersebut diatas, tindakan Penggeledahan dalam perkara a
quo, haruslah dianggap tidak sah dan mengenai surat dakwaan Saudari Jaksa
Penuntut Umum yang dibuat berdasarkan Berita Acara Kepolisian haruslah
dinyatakan batal demi hukum serta segala barang yang ditemukan dari hasil
penggeledahan dalam perkara a quo, harus lah dianggap tidak sah dan tidak
dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam proses persidangan, karena telah
melanggar ketentuan hukum acara yang berlaku.
Berkaitan tindakan Penyitaan dalam Perkara a quo, sebagaimana dimaksud
dalam Surat Perintah Penyitaan Nomor : SP. Sita / 37 / XII / 2014 / Reskrim
tertanggal 07 Desember 2014, Berita Acara Penyitaan tertanggal 07
Desember 2014 yang dibuat oleh Saksi Esti Prasetyo Hadi, S.H., Laporan dan
Permohonan Persetujuan Penyitaan dengan Nomor : B / 37 / I / 2015 /
Reskrim tertanggal 05 Januari 2015 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri Kelas 1.A Bandung, dan Penetapan Persetujuan Penyitaan Nomor :
09 / Pen.Pid / 2015 / PN.Bdg tertanggal 07 Januari 2015 dari Pengadilan
Negeri Kelas 1.A Bandung, haruslah dipandang sebagai satu kesatuan dari
tindakan penggeledahan, karena tindakan penyitaaan dalam perkara a quo
merupakan tindak lanjut dari tindakan penggeledahan.
Oleh karena tindakan penggeledahan dalam perkara a quo telah melanggar
ketentuan hukum acara yang berlaku, maka dari itu semestinya tindakan
penyitaan dalam perkara a quo harus pula dianggap tidak sah dan menganai
surat dakwaan Saudari Jaksa Penuntut Umum yang dibuat berdasarkan Berita
Acara Kepolisian haruslah dinyatakan batal demi hukum.
B. PERIHAL SURAT DAKWAAN
Majelis Hakim yang kami Muliakan!
Bahwa setelah kami mempelajari Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No.
Reg. Perk : PDM-118/Bdung/02/2015 termaksud, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP, kami diberikan hak untuk
mengajukan keberatan/eksepsi terhadap surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum, dimana Surat Dakwaan Tunggal Saudari Jaksa Penuntut Umum
ternyata disusun secara tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap atau
dengan kata lain bahwa Surat Dakwaan Saudari Jaksa Penuntut Umum Kabur
(Obscuur Libel), atau Surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat
sebagaimana diatur oleh perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini
Pasal 143 ayat (2) sub b dan ayat (3) KUHAP.
Bahwa mengenai eksepsi tentang dakwaan tidak dapat diterima undangundang, tidak menjelaskan dalam hal apa saja dan mengenai apa saja
dakwaan tersebut tidak dapat diterima.
Bahwa apabila kita hubungkan surat dakwaan tunggal dengan apa yang
telah diatur dan ditentukan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP, pada proses
3|Halaman

penyidikan di Polsekta Astanaanyar dan proses penuntutan di Kejaksaan


Negeri Bandung, maka kita akan mendapati pelanggaran terhadap isi
ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP, sebagaimana bunyi Pasal 56 ayat
(1) KUHAP adalah sebagai berikut :
Dalam hal Tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman lima
belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mampunyai
penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses peradlian wajib menunjuk
penasehat hukum bagi mereka.
Bahwa sebagaimana yang telah dialami oleh Terdakwa Rofi Zuliansyah bin
Hendi Firmasyah dalam proses penyidikan di Polsekta Astanaanyar secara
de facto sama sekali tidak didampingi oleh Penasehat Hukum pada waktu
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan, sehingga terjadi penyimpanganpenyimpangan selama dalam pemeriksaan yaitu dalam bentuk penekanan,
pemukulan dan lain-lain, akan tetapi setelah selesai melalui pemeriksaan,
beberapa minggu kemudian barulah Terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi
Firmasyah telah ketemu penasehat hukum untuk menandatangani beberapa
surat dan setelah itu Terdakwa sudah tidak pernah ketemu lagi sama
penasehat hukumnya hingga perkara ini disidangkan. Maka dengan demikian
surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang disusun berdasarkan hasil
penyidikan di Kepolisian adalah tidak sah dan menjadi tidak sah pula, oleh
karena itu surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima.
Bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP adalah ketentuan yang bersifat
imperatif
yang wajib ditaati oleh semua pejabat pada semua
tingkat pemeriksaan, karena hal ini menyangkut Hak Azasi Terdakwa Rofi
Zuliansyah bin Hendi Firmasyah yang harus dijunjung tinggi. Hal ini sesuai
dengan apa yang telah menjadi Yurisprudensi Mahkamah Agung
Republik Indonesia No. 1565. K/Pid/1991 tertanggal 16 September
1993.
Bahwa adapun kenyataannya Terdakwa Rofi Zuliansyah bin Hendi Firmasyah
telah menandatangani Berita Acara Kepolisian tertanggal 7 Desember 2014
dan Surat Pernyataan tertanggal 7 Desember 2014, yang pada intinya
berisikan untuk sementara atau seterusnya dalam semua tingkat
pemeriksaan tidak didampingi oleh Penasehat Hukum. Maka menurut hemat
kami bahwasanya Berita Acara Kepolisian tidaklah dapat dijadikan sebagai
patokan dalam pemeriksaan di muka persidangan karena apa yang telah
ditentukan dalam Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang bersifat imperatif
kewajiban untuk menunjuk penasehat hukum melekat secara hukum
pada pejabat penyidik sampai pada pejabat peradilan. Karena hal demikian,
maka jelaslah bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan oleh penyidik, maka
hasil dari penyidikan tersebut bertentangan dan tidak memenuhi ketentuan
yang telah diisyaratkan oleh undang-undang yang berarti tidak sah dan
akibatnya adalah surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima.
Berdasarkan dan untuk seluruh hal-hal yang telah kami uraikan di atas, demi
hukum dan keadilan, Kami mohon berkenan kiranya Majelis Hakim
menyatakan menerima Eksepsi ini dan selanjutnya memutuskan :

4|Halaman

1. Mengabulkan Eksepsi Penasehat Hukum ;


2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tertanggal 16
Februari 2015 tidak dapat diterima atau batal demi hukum.
3. Membebaskan terdakwa dari segala dakwaan tersebut.
Demikian Eksepsi Kami, atas perhatian Majelis Hakim dan Saudari Jaksa
Penuntut Umum, Kami ucapkan terima kasih.

Fiat Justitia Ruat Coelum


Hormat kami,
Para Penasehat Hukum

H. Anwar Djamaluddin, S.H., M.H.

Richard Sitorus, S.H.


Robert P Marpaung, SH.

Didik Sumariyanto, S.H.


Muhammad Dafis, S.H

5|Halaman

Anda mungkin juga menyukai