Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU PRAKTEK HUKUM PERDATA

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 70/PDT.G/2014/PN.PDG MENGENAI


GANTI RUGI WANPRESTASI

DISUSUN OLEH
DINDA CHANTYA SAFIRA
1206224445
PARALEL KELAS A
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 KASUS POSISI


Para pihak :
a. Penggugat
Indra, Wiraswasta, beralamat di Jalan Cempaka Putih Tengah 20 A No.3A,
Rt./Rw; 003/006, Kel Cempaka Putih Jakarta Pusatdalam hal ini member kuasa
kepada Efri Jhonly, S.H,. MH., MKn., Tariyanto, SH., Indah Sariwati, SH ., MKn.,
Rahmat Ramdani, S.H., Advokat dan Penasehat Hukum pada kantor Jhonly &
Associates yang berkedudukan di Komplek Ruko Atrium Blok B No.1 2, Jalan
Senen Raya No.135, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 12
Juni 2014
b. Tergugat :
Tergugat I
Ade Chandra, Wiraswasta, dahulu bertempat tinggal di Jalan Bingkuang
No.27, RT./Rw.: 001/006, Ujung Gurun, Padang Barat, Padang, Sumatera

Barat, sekarang tidak diketahui tempat tinggalnya.


Tergugat II
Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Cabang Padang (BNI), berkedudukan
di Jalan Belakang Olo No.45, Padang.

Duduk Perkara :

Indra, merupakan pemilik Toko Mas Cantik. Pada tanggal 15 Oktober 2008
melakukan kerjasama jual beli dengan Ade Chandra. Para pihak sepakat

secara lisan, berdasarkan asas kepercayaan.


Kerjasama awalnya berjalan dengan lancar dimana setelah terjadi
kesepakatan harga, penggugat mengirimkan pembayaran melalui transfer E
Banking ke rekening tergugat I, dan setelah itu tergugat I menyerahkan
barang (emas) kepada pengugat dengan jumlah sesuai dengan kesepakatan

dan pembayaran yang dilakukan oleh penggugat.


Awal tahun 2011, tergugat I mulai tidak memenuhi kewajibannya sesuai
dengan yang dipejanjikan/disepakati, yaitu sudah mulai tidak tepat

menyerahkan barang (emas) yang telah dibayar oleh penggugat mengenai

jumlah maupun waktu penyerahan.


Meskipun tergugat I sudah tidak memenuhi prestasinya dengan sempurna,
penggugat masih tetap berniat melanjutkan kerjasama dan memaklumi alasan
tergugat I mengenai keterlambatan dan jumlah penyerahan emas yang tidak
sesuai dengan kesepakatan dikarenakan menunggu kiriman dari tambang

akibat menurunnya hasil tambang menurut tergugat I


Pada bulan Juli 2011 setelah beberapa kali penggugat mengirimkan uang
melalui Transfer E-Banking kepada tergugat I, yang total jumlah keseluruhan
sebesar Rp. 31.444.184.000,00 (tiga puluh satu milyar empat ratus empat
puluh empat juta seratus delapan puluh empat ribu rupiah). Berbagai alasan
sama sekali tidak dapat memenuhi prestasi tergugat I untuk menyerahkan
emas kepada penggugat sebesar dana yang telah dibayar penggugat kepada

tergugat I melalui transfer E Banking sejumlah a-quo tersebut di atas.


Bahwa penggugat telah mencoba memperingati tergugat I untuk memenuhi
kewajibannya menyerahkan barang (emas) kepada penggugat sesuai
kesepakatan dan harga yang telah dibayarkan, namun tidak pernah ada itikad

baik dari tergugat I untuk menyelesaikannya secara baik baik.


Karena tergugat 1 sulit untuk dihubungi, maka penggugat mempunyai
inisiatif untuk mencari tergugat I, tpi sampai saat ini tergugat I selalu dapat

menghindar dari penggugat.


Pada tanggal 29 Mei 2012 penggugat melaporkan tergugat I karena telah
memebawa lari uang pembayaran emas penggugat kepada Polda Sumatra
Barat atas perkara penipuan dan penggelapan, dengan Surat Tanda Terima
Laporan Nomor :LP/132.A/V/2012/Spkt Sbr berdasarkan laporan Polisi

Nomor : LP/132/V/2012-SPKT Sbr tanggal 29 Mei 2012.


Sebelum gugatan ini diajukan pada Pengadilan Negeri Padang, Penggugat
berusaha untuk menyelesaikan masalah ini secara musyawarah dengan
mengirimkan Somasi I dan Somasi II agar tergugat 1 segera memenuhi
kewajibannya, namun tidak ada tanggapan dari tergugat I, ternyata Somasi I
dan Somasi II yang penggugat kirim lewat TIKI dan JNE kembali lagi karena
tempat tinggal terggugat I sudah kosong.

BAB II
ISI

2.1 Teori dan Analisis Pertimbangan Hakim

Pertimbangan atau yang disebut juga considerans merupakan dasar putusan.


Dalam bagian pertimbangan dari putusan harus memuat alasan serta dasar putusan
harus termuat dalam pertimbangan hakim sebagai pertanggungjawaban kepada
masyarakat terhadap keputusannya tersebut, oleh karennya pertimbangan hakim
memiliki nilai obyektif. Pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya memuta
tentang hal hal sebagai berikut :
1. Pokok persoalan dan hal hal yang diakui atau dalil dalil yang tidak disangkal
2. Adanya analisis secara yuridis terhadap segala aspek menyangkut fakta / hal
hal yang terbukti dalam persidangan.
3. Adanya pertimbangan pertimbangan hakim secara yuridis (ratio decidendi)
dengan titik tolak pada pendapat para doktrin, alat bukti, dan yurisprudensi.
Perimbangan ini hendaknya harus disusun secara logis, sistematis, saling
berhubungan, dan saling mengisi.
4. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus dipertimbangkan / diadili
secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang
terbukti / tidaknya dan dapat dikabulkan / tidaknya tuntutan tersebut dalam amar
putusan.
Dalam putusan Nomor 70/pdt.g/2014/pn.pdg, dalam pertimbangan hakim
mengatakan bahwa :
Menimbang, bahwa petitum ke-4 tentang kerugian materiil yang dialami
Penggugat, Majelis hanya bisa mengabulkan kerugian marteriil secara riil yang
nyata-nyata dikeluarkan oleh Penggugat berdasarkan bukti surat P-1 sebesar Rp.
31.144.148.000,00 (tiga puluh satu milyar seratus empat puluh empat juta
seratus empat puluh delapan ribu rupiah)
Terhadap pertimbangan hakim diatas, hakim tidak membahas mengenai bunga
moratori yang diajukan oleh penggugat dalam gugatannya, apakah menolak atau
menerima

bunga

moratoir

sebesar

6%

pertahun,

yaitu

sebesar

Rp.

31.444.184.000,00 x 6% = Rp. 1.886.651.040,00 (satu milyar delapan ratus delapan


puluh enam juta enam ratus lima puluh satu ribu empat puluh rupiah). Lebih lanjut,
hakim hanya

memberikan penjelasan dalam pertimbangan tersebut mengenai

dikabulkannya kerugian materiil yang diderita oleh penggugat sebesar Rp.


31.144.148.000,00 (tiga puluh satu milyar seratus empat puluh empat juta seratus
empat puluh delapan ribu rupiah) berdasarkan bukti surat berupa Print-Out Rekening

Korang dari BCA Cabang Melawai atas nama Yunita, SE,AKT. (kakak kandung dari
Sdr. Indra/kakak kandung penggugat) tanggal 30 Juni 2011 S/D 31 Juli 2011, yang
beralamat di Toko Mas Cantik, Melawai Plaza LT.I/267, Jalan Melawai Raya
No.166, Jakarta Selatan. Menurut saya hakim kurang memberikan penjelasan secara
rinci mengenai penggantian kerugian materiil yang diderita oleh penggugat dan tidak
memberikan alasan alasan lain selain yang didasarkan pada bukti surat P-1 saja,
serta hakim kurang memperhatikan terhadap bungan moratoir yang diajukan oleh
penggugat, apakah hal tersebut diterima atau ditolak.

2.2 Teori dan Analisis Wanprestasi


Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan
debitur. Seorang debitor baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan
somasi oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka
kreditur berhak membawa persoalaan ke pengadilan. Bentuk ketiadalaksanaan ini
dapat terwujud dalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Debitor sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya.
2. Debitor tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya/melaksanakan
kewajibannya tetapi tidak sebagaimana mestinya.
3. Debitor tidak melaksanakan kewajibannya pada waktunya
4. Debitor melaksaanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan
Wanprestasi tersebut terjadi karena kesengajaan debitor untuk tidak mau
melaksanakannya, maupun karena kelalaian debitor untuk tidak melaksanakannya.
Kreditor dapat menuntut kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi terhadap
hal-hal sebagai berikut :
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan
ganti rugi.
2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian
3. Peralihan resiko
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim
Dalam putusan Nomor 70/PDT.G/2014/PN.Pdg yang menyatakan bahwa
tergugat I telah melakukan perbuatan wanprestasi, sudahlah tepat. Perbuatan

tergugat termasuk ke dalam perbuatan wanprestasi atau cidera janji karena ia tidak
memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
perjanjian. Tergugat I terbukti wanprestasi karena tidak melakukan kewajibannya /
tidak memenuhi prestasinya yaitu menyerahkan barang (emas) yang telah dibayar
oleh penggugat sebesar Rp. 31.444.184.000,00. Sebelum gugatan atas tindakan
wanprestasi ini di ajukan ke pengadilan, penggugat berusaha untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut secara musywarah dengan mengirimkan Somasi I dan Somasi
II agar tergugat I segera memenuhi kewajibannya, namun tergugat I tidak
memberikan tanggapan I. Peggugat menuntut terhadap pengganti kerugian yang
dideritannya atas perbuatan wanprestasi tergugat.
2.3 Teori dan Analisis Ganti Rugi
Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi karena wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi diatur dalam Buku III
KUH Perdata, yang dimulai dari Pasal 1243 KUH Perdata s.d. Pasal 1252
KUHPerdata. Sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum diatur dalam
Pasal 1365 KUH Perdata. Ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah suatu
bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan
kepada pihak yang dirugikannya. Ganti rugi itu timbul karena adanya kesalahan,
bukan karena adanya perjanjian. Ganti kerugian yang dapat dituntut oleh kreditur
kepada debitur adalah sebagai berikut :
1.

Kerugian yang telah dideritanya, yaitu berupa penggantian biaya-biaya dan

2.

kerugian.
Keuntungan yang sedianya akan diperoleh (Pasal 1246 KUH Perdata), dalam
hal ini yang dimaksud adalah bunga

Yang diartikan dengan biaya-biaya (ongkos-ongkos), yaitu ongkos yang telah


dikeluarkan oleh kreditur untuk mengurus objek perjanjian. Kerugian adalah
berkurangnya harta kekayaan yang disebabkan adanya kerusakan atau kerugian.
Sedangkan bunga-bunga adalah keuntungan yang akan dinikmati oleh kreditur.
Penggantian biaya-biaya, kerugian, dan bunga itu harus merupakan akibat lansung
dari wanprestasi dan dapat diduga pada saat sebelum terjadinya perjanjian. Di dalam
Pasal 1249 KUH Perdata ditentukan bahwa penggantian kerugian yang disebabkan

wanprestasi hanya ditentukan dalam bentuk uang. Namun, dalam perkembangannya


menurut para ahli dan yurisprudensi bahwa kerugian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu ganti rugi materiil, dan ganti rugi inmateriil (Asser's 1988: 274).
Kerugian materiil adalah suatu kerugian yang diderita kreditur dalam bentuk
uang/kekayaan/benda. Sedangkan kerugian inmateriil adalah suatu kerugian yang
diderita oleh kreditur yang tidak benilai uang, seperti rasa sakit, mukanya pucat, dan
lain-lain.
Di dalam kasus Nomor 70/PDT.G/2014/PN.Pdg, penggugat mengajukan
pengantian kerugian dalam bentuk materiil, berupa :
1. Kerugian yang diderita oleh penggugat berupa uang yang telah diserahkan dari
penggugat

kepada

tergugat

untuk

pembelian

emas,

sebesar

Rp

31.444.184.000,00 (tiga puluh satu milyar empat ratus empat puluh empat juta
seratus delapan puluh empat ribu rupiah)
2. Mengajukan bunga moratoir atas keterlambatan prestasi yang dilakukan oleh
tergugat I sebesar 6 % pertahun, yaitu sebesar Rp. 31.444.184.000,00 x 6% = Rp.
1.886.651.040,00 (satu milyar delapan ratus delapan puluh enam juta enam ratus
lima puluh satu ribu empat puluh rupiah)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, penuntutan yang diajukan oleh penggugat terhadap
penggantian dalam bentuk materiil berupa uang sebesar Rp. 31.444.184.000,- serta
bunga moratoir sebesar 6% pertahun ialah tepat. Dengan alasan:
1. Penututan penggatian materiil oleh penggugat sesuai, hal ini dikarenakan dalam
perbuatan wanprestasi hanya dapat mengajukan penggantian materiil yaitu adalah
ganti kerugian yang dapat dihitung jumlah kerugiannya secara pasti. Berbeda dengaan
Perbuatan Melawan Hukum yang dapat mengajukan ganti rugi materiil dan immateriil
2. Berdasarkan Lembaran Negara No. 22 Tahun 1948 yang menetapkan bunga dari suatu
kelalaian/kealpaan (bunga moratoir) yang dapat dituntut oleh kreditur dari debitur
adalah sebesar 6 (enam) % per tahun dan ketentuan Pasal 1250 KUH Perdata, bunga
yang dituntut oleh kreditur tersebut tidak boleh melebihi batas maksimal bunga
sebesar 6 (enam) % per tahun, sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-Undang
tersebut. Pengajuan oleh pengugat terhadap bunga moratoir sebesar 6% sesuai karena
bunga tersebut tidak melebihi ketentuan yang ada yaitu seperti yang disebutkan oleh
ketentuan diatas. Bunga Moratoir merupakan ganti rugi dalam wujud sejumlah uang,

sebagai akibat dari tidak atau terlambat dipenuhinya perikatan yang berisi kewajiban
pembayaran sejumlah uang oleh debitur. Pada prinsipnya, Bunga Moratoir ini tidak
perlu dibuktikan adanya suatu kerugian oleh Kreditur
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52468fd316384/menentukan-bunga-dandenda-dalam-wanprestasi

Anda mungkin juga menyukai