Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Hak Imunitas Advokat Dalam

Obstruction Of Justice
Oleh:
Harmansyah Putra Sitorus
Armansyahputra0922@gmail.com

ABSTRAK :
Advokat merupakan seorang profesional hukum terlatih yang memberikan
bantuan hukum kepada klien. Didalam menjalankan tugasnya, advokat memiliki
hak imunitas. Hak imunitas merupakan suatu hak kebebasan. Penelitian ini
mengkaji bagaimana imunitas advokat dapat mempengaruhi proses hukum dan
penegakan hukum terkait tindak pidana penghalang keadilan. Dengan menganalisis
kasus-kasus dan kerangka hukum yang relevan, jurnal ini ber tujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang batasan dan implikasi dari hak
imunitas advokat dalam menghadapi tuduhan obstruction of justice. Implikasi etis
dan perubahan yang mungkin diperlukan dalam sistem hukum juga diperdebatkan
dalam konteks perlindungan hak imunitas advokat.

Kata Kunci: Obstruction of Justice, Hukum, Advokat.

ABSTRACT :
An advocate is a trained legal professional who provides legal assistance to
clients. In carrying out their duties, advocates have the right to immunity. The right
to immunity is a right to freedom. This research explores how advocate immunity
can influence the legal process and law enforcement related to criminal acts of
obstruction of justice. By analyzing relevant cases and legal frameworks, this
journal aims to provide a better understanding of the limitations and implications
of advocates' immunity rights in facing accusations of obstruction of justice. The
ethical implications and changes that may be required in the legal system are also
debated in the context of protecting advocates' immunity rights.
Keywords: Obstruction of Justice, Law, Advocate.

1
PENDAHULUAN

Jabatan advokat merupakan suatu tugas mulia ( officium nobile).


Memberikan bantuan hukum tentunya menjadi kewajiban bagi setiap pengacara
menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 mengenai Pengacara menjelaskan,
bahwa pengacara ialah suatu profesi memberikan pelayanan hukum dan tugasnya
menyelesaikan permasalahan hukum klien baik dalam tuntutan hukum maupun hal-
hal lainnya. Jadi itu adalah tugas pengacara mengabdikan dirinya kepada
masyarakat, sehingga ia selalu berkewajiban untuk berpartisipasi di bidang hukum
dan hak asasi manusia. Dalam menjalankan tugasnya, Pengacara bebas membela
siapapun dan tidak terikat dengan instruksi klien dan tidak peduli siapa lawan
kliennya, apakah dia dari kelompok yang kuat, penguasa, pejabat, dan orang
miskin.1
Hak imunitas pengacara banyak disalahpahami akhir-akhir ini. Hal ini
diartikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan seorang pengacara untuk
kepentingan klien dilindungi undang-undang dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Pengertian imunitas pengacara pada
hakikatnya berkaitan dengan pertanyaan mendasar mengapa pengacara harus
dilindungi dengan imunitas. Alasan utama mengapa pengacara diberikan
perlindungan imunitas adalah ketika mereka mewakili klien, mereka kebal dari
hukuman pidana, perdata, atau administratif kecuali pembelaan mereka melanggar
hukum. Oleh karena itu, hak imunitas hanya berlaku bagi pengacara yang
menjalankan tugasnya dengan itikad baik untuk membela kliennya. Menurut Kode
Etik Profesi Pengacara, pengacara harus bebas dan independen dalam praktik
profesionalnya, bebas dari pengaruh, dan berkomitmen terhadap hak asasi manusia.
Abdul Fiqar Hajar, pakar hukum pidana, juga mengatakan hak imunitas hanya
diberikan kepada pengacara yang ikhlas membela kliennya dan tidak mencampuri
proses hukum. 2

1
Ahyar Ari Gayo, Rekonstruksi Hak Imunitas Advokat Dalam Mewujudkan Penegakan Hukum
Berbasis Keadilan (Kuningan: Balitbangkumham Press, 2021), h. 2.
2
Manertiur Meilina Lubis, dkk, Analisis Hak Imunitas Hukum Profesi Advokat Dalam
Penanganan Kasus Pidana, Binamulia Hukum, Vol. 8 No. 2, (Universitas Krisnadwipayana: Binamulia
Hukum, 2019), h. 177.
2
PEMBAHASAN

A. Profesi Advokat
Profesi dapat didefinisikan sebagai pekerjaan atau posisi yang mengikuti
persyaratan tertentu, memerlukan pengetahuan khusus yang di dapatkan melalui
pendidikan dan pelatihan khusus, dan dilengkapi dengan tanggung jawab khusus dan
kode etik.3 Istilah "advokat" berasal dari kata Latin advocare .4 Advokat merupakan
seorang profesional hukum terlatih yang memberikan bantuan hukum kepada klien
(pengacara pembela). Tugas seorang pengacara memberikan nasihat hukum kepada
klien mengenai berbagai masalah, termasuk hak dan tanggung jawab hukum klien,
dan dapat menghadiri pertemuan dengan klien dan pihak lain yang berkaitan dengan
kasus klien. Pengacara juga bertanggung jawab untuk memastikan klien mereka
memahami hak dan tanggung jawab hukum mereka. Untuk menjadi seorang advokat,
seseorang harus mendapatkan gelar sarjana hukum dan lulus ujian advokat. Setelah
lulus ujian, seorang advokat dapat bekerja secara mandiri atau di firma hukum.
Seorang advokat wajib menjaga etika dan integritas profesi dalam praktik
hukum, termasuk menjaga kerahasiaan klien dan berpegang pada standar etika yang
ditetapkan oleh organisasi profesi hukum. Selain itu, pengacara memiliki tanggung
jawab etis untuk menjunjung tinggi kehormatan, martabat, dan integritas profesinya.
Mereka harus mematuhi ketentuan standar etika dan moral dalam melaksanakan
tugasnya dan memastikan bahwa klien diperlakukan secara adil dan terwakili secara
memadai di hadapan hukum. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pengacara
sering dipandang sebagai pionir dalam melindungi hak dan kepentingan kliennya
serta memastikan kelancaran fungsi sistem hukum. Mereka juga memainkan peranan
penting dalam memajukan keadilan sosial dan melindungi hak asasi manusia, serta
dalam membangun sistem hukum yang lebih adil dan efektif.5

3
Jumrah Jamil, Etika Profesi Guru (Sumatera Barat: Cv. Azka Pustaka, 2022), h. 43.
4
Tim Educa Law, Strategi Sukses Ujian Profesi Advokat(Jakarta: Visi Media Pustaka,2017), h. 1.
5
Ecep Nurjamal, Buku Ajar Pendidikan Profesi Advokat (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2023), h. 1.
3
B. Fungsi dan Peran Advokat
Seperti yang sudah dijelaskan diatas advokat merupakan seorang ahli hukum yang
berkewajiban memberikan nasehat hukum dan mewakili klien nya dipengadilan dan juga
proses hukum lainnya. serta melakukan perbuatan hukum lainnya atas nama klien.
Berikut beberapa fungsi dan peranan advokat :

1. Nasehat Hukum: pengacara memberikan nasehat hukum kepada kliennya


tentang hak dan kewajiban mereka dan membantu klien memahami
implikasi hukum dari tindakan dan keputusan mereka.

2. Mewakili kliennya dipengadilan : pengacara mewakili klien di pengadilan,


baik sebagai penggugat ataupun tergugat. Pengacara bertanggung jawab
untuk menyiapkan argumen, bukti, dan dokumen yang diperlukan untuk
mendukung kasus kliennya.

3. Menyelesaikan perselisihan secara damai: Selain mewakili klien di


pengadilan, advokat membantu klien menyelesaikan perselisihan secara
damai di luar pengadilan melalui negosiasi dan mediasi.

4. Melindungi hak asasi manusia: advokat juga berperan penting dalam


melindungi hak asasi manusia dan memperjuangkan keadilan.

5. Membantu dalam proses transaksi bisnis: Advokat juga dapat membantu


klien dalam proses transaksi bisnis, seperti pembelian atau penjualan
properti, mendirikan perusahaan, atau membuat kontrak.

6. Nasihat hukum kepada pemerintah: Advokat juga dapat memberikan


nasihat hukum kepada pemerintah dan otoritas publik mengenai isu-isu
seperti penyusunan undang-undang, peraturan, dan kebijakan.

Secara keseluruhan, pengacara memainkan peran penting dalam sistem hukum


dan peradilan. Mereka menolong klien dan organisasi memahami hukum dan hak-
hak mereka, memastikan bahwa kepentingan klien kami dilindungi dan diwakili
secara adil dan profesional di pengadilan dan proses hukum lainnya.

Secara khusus, pengacara mempunyai peran sebagai berikut:

1. Nasihat hukum kepada klien. Sebagai pengacara, pengacara memberikan


nasihat hukum mengenai permasalahan hukum yang dihadapi kliennya.

4
Nasihat hukum ini mencakup penjelasan mengenai hak dan tanggung jawab
klien serta cara terbaik untuk menyelesaikan permasalahan hukum.

2. Perwakilan klien di pengadilan atau proses hukum lainnya. Advokat


mewakili klien baik sebagai penggugat maupun tergugat di pengadilan atau
proses hukum lainnya. Pengacara bertanggung jawab untuk mengumpulkan
argumen dan bukti yang diperlukan untuk mendukung kasus kliennya.

3. Menyelesaikan perselisihan secara damai Selain mewakili klien di


pengadilan, pengacara juga dapat membantu klien menyelesaikan
perselisihan secara damai melalui negosiasi dan mediasi.

4. Melindungi hak asasi manusia dan memperjuangkan keadilan.

5. Nasihat hukum kepada pemerintah. Advokat juga dapat memberikan


nasihat hukum kepada pemerintah dan otoritas publik mengenai isu-isu
seperti penerapan undang-undang, peraturan, dan kebijakan.

6. Memberikan jasa konsultasi dan penyusunan kontrak bisnis. Advokat


membantu transaksi bisnis seperti pembelian dan penjualan real estat,
memulai bisnis, dan menandatangani kontrak. Hal ini membantu pelanggan
memahami hak dan tanggung jawabnya dalam setiap transaksi bisnis yang
dilakukan.

Secara umum, peran advokat adalah melindungi hak dan kepentingan kliennya
serta memberikan nasihat hukum yang profesional dan dapat diandalkan. Dalam
melaksanakan tugasnya, pengacara harus berpegang pada etika profesi dan
memastikan tindakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

C. Hak Imunitas Advokat


Advokat di lindungi hak imunitas dalam menjalankan profesinya. Kata imunitas
berasal dari bahasa latin imuniteit yang berarti imunitas atau keadaan kebal atau
keadaan yang tidak dapat diganggu gugat. 6 Hak atas kekebalan adalah hak seorang
pengacara untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan apa pun dalam
menjalankan tugasnya, atau untuk membuat atau tidak memberikan pendapat,
pernyataan, atau dokumen apa pun kepada siapa pun. Oleh karena itu, mereka tidak
dapat dihukum berdasarkan hukum pidana atau perdata karena menjalankan tugas

6
Yahman,dkk, Peran Advokat Dalam System Hukum Nasional , (Jakarta: Kencana, 2019),h. 76.
5
profesionalnya. Undang-Undang Advokat memberikan dua jenis kekebalan kepada
pengacara: Hak atas kekebalan diluar pengadilan dan didalam pengadilan.

1. Hak Imunitas Didalam Sidang Pengadilan


• Ditetapkan pada Pasal 14 dan Pasal 16 dari Undang-Undang Advokat.
• Bebas mengutarakan pendapat dan pernyataan
• Pendapat dan pernyataan tersebut dapat diungkapkan di dalam pengadilan
di semua lingkungan dan tingkatan.
• Tidak boleh ada tekanan, intimidasi, hambatan, ketakutan atau prasangka
terhadap martabat profesi sehubungan dengan pendapat atau pernyataan
tersebut.
• Pendapat atau pernyataan yang dibuat dalam pelaksanaan hal-hal yang
berada dalam wilayah tanggung jawabnya.
• Tidak melanggar kode etik profesi.
• Itikad baik
• Tidak melanggar peraturan undang-undang yang berlaku.
• Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maaupun pidana.

2. Hak Imunitas Di Luar Sidang Pengadilan


• Ditetapkan dalam Pasal 15.
• Hak kebebasan yang lebih besar, yaitu kebebasan mengemukakan
pendapat dan pernyataan, serta kebebasan menjalankan tugas profesional
dalam membela suatu perkara.
• Berlaku di dalam sidang pengadilan maaupun diluar pengadilan.
• Jaminan kebebasan ini mempunyai konsekuensi logis bahwa pengacara
tidak akan dituntut secara perdata atau pidana, namun tidak ada ketentuan
tegas bahwa pengacara tidak dapat dituntut secara perdata atau pidana. 7

7
Munir Fuady, Profesi Mulia (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2005), h. 32.
6
D. Defenisi Obstruction of Justice
Obstruction of justice merupakan penghalang keadilan mengacu pada tindakan
apa pun yang mengancam, mempengaruhi, menghalangi, atau berupaya mengganggu
penyelenggaraan peradilan atau proses hukum, atau melalui sarana komunikasi apa
pun. Di Indonesia, hambatan keadilan diatur dalam UU pasal 221 KUHP dan juga
pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pasal 221 KUHP menyebutkan pengertian menghalangi proses
peradilan adalah kejahatan yang dilakukan oleh penjahat yang terbukti berusaha
menghalangi proses peradilan. Hambatan terhadap keadilan dapat terjadi dalam
berbagai cara, termasuk melemahkan alat bukti agar tidak mempengaruhi suatu
keputusan tertentu. Secara normatif, prosedur ini diatur oleh peraturan perundang-
undangan Indonesia, khususnya KUHP dan KUHP Khusus. Jika terbukti
menghalangi keadilan, ancaman hukumannya maksimal 12 tahun penjara dan denda
paling maksimal 5 juta.8 Terdapat tiga perbuatan yang dijatuhi hukuman
pidana obstruction of justice, yaitu: Perbuatan tersebut menyebabkan tertundanya
proses hukum (pending judicial proceedings), Pelaku mengetahui tindakannya atau
sadar akan perbuatannya (knowledge of pending proceedings), dan pelaku melakukan
atau mencoba perbuatan menyimpang dengan tujuan mengganggu atau
mengintervensi proses atau administrasi hukum (acting corruptly with intent).

E. Karakteristik Perbuatan Advokat yang Dapat Disebut sebagai Tindak


Pidana Obstruction of Justice
Semua lembaga penegak hukum mempunyai misi dan fungsi yang ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan. Salah satu hak hukum yang dimiliki oleh advokat
dalam menjalankan profesinya adalah hak imunitas yang diatur dalam Pasal 16 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003. Hak imunitas bagi Advokat tumpang tindih dengan
kejahatan menghalangi tugas resmi. Dalam praktiknya, pengacara seringkali dituduh
melakukan tindakan menghalangi keadilan saat membela kliennya. Ketentuan mengenai hak
imunitas umum diatur dalam Pasal 50 KUHP yang menyatakan bahwa perbuatan yang

8
https://konspirasikeadilan.id/artikel/obstruction-of-justice1460

7
dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan undang-undang tersebut tidak dipidana.
Advokat membutuhkan hak imunitas ketika menjalankan profesinya.
Apabila advokat memberikan nasihat hukum pada kliennya untuk
menghadirkan beberapa saksi ahli dalam suatu perkara hukum tentu hal tersebut tidak
termasuk dalam tindak pidana obstruction of justice. Karena sudah menjadi tugas
seorang advokat untuk melakukan suatu tindakan demi kepentingan kliennya dan
menghadirkan saksi ahli bukan merupakan suatu perbuatan yang melawan hukum.
Lain halnya jika seorang advokat menyarankan pada kliennya untuk
menyembunyikan salah satu barang bukti, maka tindakan tersebut termasuk tindak
pidana obstruction of justice.9
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 26/PUU-XI/2013 Sejak
Rabu, 14 Mei 2014, Pasal 16 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai,
“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan
tugas profesinya dengan itikad baik untuk kepentingan pembelaan klien di dalam
maupun di luar sidang pengadilan”. Pengacara di lindungi undang-undang tidak
hanya ketika membela kliennya di pengadilan, tetapi juga ketika mewakili
kepentingan pembelaan kliennya di luar pengadilan. Pentingnya persidangan
eksternal dalam putusan Mahkamah Konstitusi mengacu pada pembelaan pengacara
ketika klien mereka diselidiki dan dituntut di luar pengadilan, namun persidangan
mengacu pada persidangan di semua tingkat pengadilan dalam lingkungan peradilan
apa pun.

9
Difia Setyo Mayrachelia, dkk, karakteristik perbuatan advokat yang termasuk tindak pidana
obstruction of justice berdasarkan ketentuan pidana, Jurnal pembangunan hukum Indonesia Volume,
Nomor 1 Thn 2022, h. 129.
8
KESIMPULAN
Advokat merupakan seorang professional hukum terlatih yang memberikan
bantuan hukum keada kliennya. Dalam melaksanakan tugasnya, advokat memiliki
hak kebebasan (hak imunitas). Advokat membutuhkan hak imunitas ketika
menjalankan profesinya. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang pengacara
akan dianggap dilakukan dengan itikad baik jika tindakan tersebut tidak
bertentangan dengan hukum atau peraturan yang berlaku dan tidak melanggar
hukum. Hak imunitas bagi Advokat tumpang tindih dengan kejahatan menghalangi
tugas resmi. Obstruction of justice merupakan penghalang keadilan mengacu pada
tindakan apa pun yang mengancam, mempengaruhi, menghalangi, atau berupaya
mengganggu penyelenggaraan peradilan atau proses hukum, atau melalui sarana
komunikasi apa pun. Dalam praktiknya, pengacara seringkali dituduh melakukan
tindakan menghalangi keadilan saat membela kliennya. Ketentuan mengenai hak
imunitas umum diatur dalam Pasal 50 KUHP yang menyatakan bahwa perbuatan
yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan undang-undang tersebut tidak
dipidana.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ari Ahyar Gayo, 2021, Rekonstruksi Hak Imunitas Advokat Dalam Mewujudkan
Penegakan Hukum Berbasis Keadilan. Kuningan: Balitbangkumham Press.
Educa Law Tim, 2017, Strategi Sukses Ujian Profesi Advokat. Jakarta: Visimedia
Pustaka.
Fuady Munir, 2005, Profesi Mulia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
https://konspirasikeadilan.id/artikel/obstruction-of-justice1460
Jamil Jumrah, 2022, Etika Profesi Guru. Sumatera Barat: Cv. Azka Pustaka.
Manertiur Meilina Lubis, dkk, 2019, Analisis Hak Imunitas Hukum Profesi Advokat
Dalam Penanganan Kasus Pidana, Binamulia Hukum, Vol. 8 No. 2.
Universitas Krisnadwipayana: Binamulia Hukum.
Nurjamal Ecep, 2023, Buku Ajar Pendidikan Profesi Advokat. Tasikmalaya: Edu
Publisher.
Setyo Difia Mayrachelia, dkk, 2022, Karakteristik Perbuatan Advokat yang
Termasuk Tindak Pidana Obstruction of Justice Berdasarkan Ketentuan
Pidana, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Volume 4, Nomor 1. Jawa
Tengah: Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia.

Yahman,dkk, 2019, Peran Advokat Dalam System Hukum Nasional. Jakarta:


Kencana.

10

Anda mungkin juga menyukai