Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bantun hukum dapat diberikan oleh sesorang yang memahami hukum, atau yang
disebut penasehat hukum, seperti pengecara dan Alvokat. Dalam perkara Pidana Pemberi
Bantuan hukum disebut pembela, yang dileksanakan oleh penasehat hukum yang disebut
Advokat. Seoranf Alvokat adalah penasehat hukum yang tidak saja dapat bertindak sebagai
pengecara dalam perkara perdata tapi juga dapat dalam bertindak sebagai perkara pidana.
Menurut pasal 186 RO lama Advokat itu diangkat Menteri Kehakiman dan disaratkan
berkelar Sarjana Hukum.
Didalam perkara pidana tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum
dari seorang atau lebih penasehat hukum selam dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan perkara. Untuk mendapatkan penasehat hukum tersaangka atau terdakwa berhak
memilih sendiri penasehat hukumnya (pasal 54-55 KUHAP). Bagi tersangka dan terdakwa
yang disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan mati, yang tidak
mampu dan tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, maka pejabat bersangkutan wajib
menunjuk penasehat hukum bagi mereka yang memberikan bantuan hukumnya dengan
Cuma-Cuma (pasal 56 KUHAP).
Dalam meleksanakan tugasnya memberikan bantuan hukum penasehat hukum berhak
menghubungi tersangka sejak saat ia ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan.
Bahkan untuk kepentingan pembelaan setiap waktu penasehat hukum dapat menghubungi
dan berbicara dengan tersangka (pasal 69-70 KUHAP). Dengan berhubungan dengan
tersangka penasehat penasehat hukum diawasi oleh penyidik (polisi), penuntut umum (jaksa)
atau petugas lembaga permasyarakatan (petugas penjara) tanpa mendengar isi
pembicaraannya, kecuali dalam hal kejahatan keamanan Negara (pasal 71 KUHAP).
Untuk kepentingan pembelaan penasehat hukum dapat meminta turunan berita acara
pemeriksaan kepada pejabat bersangkutan (pasal 72 KUHAP). Untuk keperluan pembelaan
tersebut penasehat hukum tidak boleh dikurangi kebebasannya berhubungan dengan
tersangka (pasal 74 KUHAP).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Advokat di Indonesia?
2. Apa pengertian Advokat?
3. Apa Fungsi dan Peranan Advokat?
4. Bagaimana Tugas dan Kewajiban serta Wewenang Advokat?

C. Tujuan Penulisan
Dari materi yang kami sajikan dalam makalah ini mengenai Kedudukan Bantuan
Hukum dalam System Peradilan Agama mudah-mudahan dapat dijadikan suatu rujukan pada
pembelajaran Advokasiini. Kemudian juga dengan materi ini ilmu kita akan semakin
bertambah dan semakin mantap mengenai topik tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Advokat di Indonesia


Istilah advokat sesungguhnya telah dikenal semenjak zaman Romawi yang jabatannya
disebut officium nobile (profesi yang mulia) karena mengabdikan dirinya pada kepentingan
masyarakat, serta kewajibannya untuk menegakkan hak-hak asasi manusia, bergerak dalam
bidang moral dalam menolong orang-orang tanpa mengharap honorarium. Terjemahan lain
menyatakan bahwa advocate bermakna sebagai nasihat. Advokat bisa dikatakan penasihat
hukum karena pekerjaannya dalam Pengadilan sebagai penasihat. Istilah penasihat
hukum/bantuan hukum dan advokat/pengacara merupakan istilah yang tepat dengan
fungsinya sebagai pendamping tersangka/terdakwa atau penggugat/ tergugat, bila
dibandingkan dengan istilah pembela.  Karena istilah pembela dapat diartikan sebagai
seseorang yang membantu hakim dalam usaha menemukan kebenaran materiil walaupun itu
bertolak dari sudut pandang subjektif yaitu berpihak pada kepentingan tersangka / terdakwa.
Menurut Undang-undang No. 18 tahun 2003 pasal 1 butir (1), menyatakan bahwasanya
advokat ialah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi syarat berdasarkan ketentuan Undang-undang tersebut. Syarat-
syarat tersebut yaitu tertuang dalam pasal 2 ayat (1) yang berbunyi:
“Yang dapat diangkat sebagai advokat adalah sjana yang berlatarbelakang pendidikan
tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan
oleh Organisasi Advokat”
Dalam pasal 3 ayat (1) juga disebutkan bahwa untuk syarat menjadi advokat adalah:
(a) warga Negara RI; (b) bertempat tinggal di Indonesia; (c) tidak berstatus sebagai pejabat
Negara atau pegawai negeri; (d) berusia minimal 25 tahun; (e) berijasah sarjana yang berlatar
belakang hukum sebagaimana pasal 2 ayat 1; (f) lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi
Advokat; (g) sekurang-kurangnya magang 2 tahun terus menerus pada kantor Advokat; (h)
tidak pernah melakukan tindak pidana dan dipidana penjra 5 tahun atau lebih; (i) berperilaku
baik, jujur, bertangungjawab, adil, dan berintegritas tinggi.
Dari segi pengertian, Advokat ini dapat dibedakan dengan pengacara dan konsultan
hukum. Pengacara yaitu seseorang yang membantu penggugat maupun tergugat dan diangkat
oleh Pengadilan Tinggi tertentu dan batas wilayah tugasnya hanya diperbolehkan dalam
wilayah hukum Pengadilan Tinggi tersebut. Sedangkan konsultan hukum yaitu seseorang
yang tidak harus memiliki ijin praktek sebagai advokat atau pengacara, tetapi ia harus
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyelesaian sengketa di bidang hukum.
Namun pada dasarnya fungsi, peran, dan tanggungjawab dari advokat, pengacara, penasehat
hukum adalah sama, perbedaannya hanya jika dilihat dari segi kompetensinya saja.
Secara historis peran advokat atau penasehat hukum ada seiring perkembangan
hukum dan masyarakat, hukum akan selalu ada selagi ada masyarakat dan masyarakat
memerlukan hukum sekaligus menghendaki penegakan hukum. Kemudian negara sebagai
wujud kekuasaan formal, bersama perangkat dan sistem hukumnya dipercayakan untuk
melengkapi hukum yang masih berupa kesadaran dan norma moral. Sehingga menjadi aturan
atau norma hukum yang dapat ditegakkan (enforceable). Seiring dengan perkembangan
hukum, masyarakat sebagai subjek hukum membutuhkan seseorang yang dapat
membantunya dalam menegakkan keadilan baginya, memecahkan permasalahan yang
dihadapinya serta membantu dalam perkaranya. Oleh karena latar belakang demikian,
dibutuhkanlah advokat atau pengacara sebagai penegak keadilan baginya. Sasaran
menghadirkan pengacara selain itu juga adalah memberikan bantuan hukum bagi terdakwa
serta membantu hakim dalam menemukan kebenaran. Sehingga advokat dianggap sebagai
penegak hukum.

B. Pengertian
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun
diluar pengadilan,yang memenuhi persyaratan bedasarkan ketentuan undang-undang, jasa
hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan
hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Klien adalah orang, badan hukum, atau kembaga
lain menerima jasa hukum dari advokat. Bantuan hukum adalah jasa hujum yang diberikan
advokat secara Cuma-Cuma kepada klien yang tidak mampu.
Kata advokat itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “ADVOCARE” yang berarti to
deffend, to call one said, to vouch or to warrant.Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
“ADVOCATE” yang berarti to speakin favorof or defend by argument, to support, indicate or
recommand publicly. Dalam bahasa Belandajuga disebutkan bahwa advokat berasal dari kata
“ADVOCAAT” yakni seorang yang telah resmi dianggakat dalam profesinya sebagai  Meester
in de Rechten (Mr).
Di Indonesia sendiri, muncul penamaan-penamaan yang berkaitan dengan profesi
advokat ini diantaranya lawyer, pengacara, barrister, penasehat hukum, dan konsultan hukum.
Variasi dari penamaan-penamaan tersebut dikarenakan dalam undang-undang memakai
istilah yang  berbeda-beda, misalkan dalam undang-undang no.1 tahun 1981 tentang kitab
undang-undang  hukum acara pidana (KUHAP) mengunakan istilah penasehat hukum,
sedangkan dengan disahkannya undang-undang no.18 tahun 2003 tentng advokat, maka
seluruh penamaan yang berhubungan dengan dengan konteks pembelaan baik didalam
ataupun diluar persidangan telah disatukan menjadi “advokat”, sehingga semua penamaan
yang lain sudh tidak dipakai lagi.
Sedangkan menurut Kode Etik Advokat ( disahkan tahun 23 mei tahun 2002 ),
advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan bedasarkan undan-undang yang berlaku, baik sebagai
advokat, pengacara,penasehat hukum, pengacara praktek, ataupun sebgai konsultan hukum.
Dalam hal ini seorang advokat selain memberikan bantuan hukum diluar pengadilan, berupa
konsultasi hukum, negosiasi,maupundalamhal pembuatan perjanjian kontrak-kontrak dagang
ataupun melakukan tindakan hukum lainnya untuk kepentingan hukum dari klien baik orang
maupun lembaga atau badan hukum yang menerima jasa hukum dari advokat.

C. Fungsi dan peranan advokat dalam proses penegakan hukum


Peran dan fungsi advokat tidak akan lepas dari yang namanya penegakan hukum,
khususnya di Indonesia. Pola penegakan hukum dipengaruhi oleh tingkat perkembangan
masyarakat, tempat hukum itu berlaku atau diberlakukan (locus tempus). Dalam masyarakat
yang sederhana,pola penegakan hukumnya dilaksanakan berdasarkan mekanisme dan
prosedur yang sedehana pula, namun dalam perkembangan masyarakat yang modern atau
bisa dikatakan sedikit lebih maju perkembangannya yang memiliki tingkat rasionalitas dan
tingkat spesialisasi dan differensiasi yang begitu tinggi,pengognisasian penegakan hukum
menjadi lebih kompleks dan birokratis dalam proses penegakan hukumnya.
Sebagai akibatnya, penegakan hukum bukan lagi berbicara tentang orang yang
menjadi apaarat penegak hukum tersebut,tapi juga organisasi yang mengatur dan
mengoprasionalisasikan proses penegakan hukum tersebut. Secara sosiologis, ada suatu jenis
hukum yang mempunyai daya laku bisa lebih kuat dibanding hukum yang lain. Banyak
didapati hukum yang ada sebagai produk dari sebuah kekuasaan tidak sesuai dengan
kenyataanya dengan hukum yang nyata di masyarakat. Maka berdasarkan pada fenomena
tersebut, fungsi dan peranan advokat dalam upaya penegakan hukum menurut ketentuan pasal
5 ayat (1) undang-undang  no.18 tahun 2003 tentang advokat dan lainnya adalah secara garis
besar sebagai berikut:
1. Advokat berstatus sebagai penegak hukum bebas dan mandiri yang dijaminoleh hukum
dan peraturn perundang-undangan. Artinya profesi advokat bisa disamakan dengan 
kedudukan penegak hukum lainnya dalammenegakan hukum dan keadilan.
2. Memberikan bantuan hukum kepada setiap orang yang membutuhkan dengan tidak boleh
membedakan antara ras, suku, dan agama dalam melakukan praktek penegakan hukum
tersebut.
3. Menjunjung tinggi nilai keadilan dan morlitas serta kebenaran.
4. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia.
5. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat dengan cara
belajar terus menerus (continues legal education) untuk memperluas wawasn
keilmuannya.
6. Membela kepentingan klien (litigsi) diluar pengadilan dan mewakili klien di muka
pengadilan (legal representation).
7. Memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah dan tidak
mampu (pro bono publico).
8. Memberikan pelayanan hukum (legal service), konsultasi hukum (legal
consultation),nasehat hukum (legal advice), pendapat hukum (legal opinion), informasi
hukum (legal information), dan dan menyusun kontrak-kontrak atau perjanjian (legal
drafting).
9. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakan hukum, keadilan, dan
kebenaran.
10. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat, dan martabat advokat.
11. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat.
12. Memelihara persatuan dan kesatuan advokat agar sesuai dengan maksud dan tujuan
organisasi advokat.
13. Menangani perkara-perkara sesuai dengan kode etik advokat, baik secara nasional
mauoun internasional.
14. Mencegah penyalahgunaan keahlian dan pengetahuan yang merugikan masyarakat
dengan cara mengawasi pelaksanaan etika profesi advokat melalui Dewan Kehormatan
Asosiasi Advokat.

D. Tugas dan Kewajiban serta Wewenang Advokat


Pelaksanaan hukum didalam masyarakat sangatlah bergantung pada kesadaran hukum suatu
masyarakat dikarenakan ia menjadi subjek hukum. Namun selain tergantung pada kesadaran
hukum masyarakat juga tergantung dan sangat ditentukan oleh pelaksanaan penegakan
hukum oleh para petugas penegak hukum. Oleh karenanya banyak peraturan hukum yang
tidak dapat terlaksana dengan baik dikarenakan oknum penegak hukum kurang paham dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Adapun tugas dan tanggungjawab yang diemban advokat dan harus diperhatikan dalam
menangani suatu perkara adalah sebagai berikut:
 Menjunjung tinggi kode etik profesinya;
 Membimbing dan melindungi kliennya dari petaka duniawi dan ukhrawi agar dapat
menemukan kebenaran dan keadilan yang memuaskan semua pihak, sesuai dengan
nilai-nilai hukum, moral dan agama;
 Membantu terciptanya proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, serta
tercapainya penyelesaian perkara secara final;
 Menghormati lembaga peradilan dan proses peradilan sesuai dengan norma hukum,
agama, dan moral;
 Melindungi kliennya dari kedzaliman pihak lain dan melindunginya pula dari berbuat
dzalim kepada pihak lain;
 Memegang teguh amanah yang diberikan kliennya dengan penuh tanggungjawab baik
terhadap kliennya, diri sendiri, hukum dan moral, maupun terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
 Memberikan laporan dan penjelasan secara periodik kepada kliennya mengenai tugas
yang dipercayakan padanya;
 Menghindarkan diri dari berbagai bentuk pemerasan terselubung terhadap kliennya;
 Bersikap simpatik dan turut merasakan apa yang diderita oleh kliennya bahkan
mengutamakan kepentingan kliennya daripada kepentingan pribadinya;
 Antara kuasa hukum atau advokat dengan kliennya haruslah terjalin hubungan saling
percaya dan dapat dipercaya sehingga tidak saling merugikan dan dirugikan.
 Melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum bertindak jujur, adil, dan
bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;
 Advokat juga berkewajiban memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi
klien yang tidak mampu, hal ini sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung No.
5/KMA/1972 tentang golongan yang wajib memberikan bantuan hukum.
Dalam kode etik profesi advokat, selain ada kode etik kepribadian advokat juga terdapat kode
etik terkait hubungannya dengan klien (pasal 4 kode etik advokat) yaitu:
1.  advokat harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai;
2. tidak dibenarkan memberikan keterangan yang menyesatkan klien dan tidak
dibenarkan pula untuk menjamin bahwa ia akan memenangkan perkara;
3. dalam menentukan honorarium advokat harus mendasarkan pada kemampuan klien
dan tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya yang tidak perlu;
4. wajib menjaga rahasia klien bahkan sampai berakhirnya hubungan antara advokat dan
klien tersebut;
5. mementingkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadinya;
Adapun kode etik yang berhubungan dengan cara kerja advokat khususnya dalam menangani
perkara seorang advokat harus memegang rahasia yang berkaitan dengan rahasia jabatan
yang melekat pada dirinya. Advokat dalam membela kliennya harus memegang teguh
prinsip Equality before the Law yakni jaminan kesederajatan dihadapan hukum dan
prinsip Presumption of innocence (Praduga tak bersalah) yakni menganggap kliennya benar
berdasarkan data dan informasi yang diberikan padanya. Prinsip tersebut dilaksanakan agar
didalam pembelaannya, seorang Advokat berani menjalankan profesi dan fungsinya dengan
efektif.

E. Hubungan Kode Etik Dan Undang –Undang Advokat


Dalam organisasi advokat yang diakui oleh undang-undang terdapat dewan
kehormatan. Dewan kehormatan inilah yang berperan untuk memberikan sanksi kepada
seorang advokat yang melanggar kode etik. Sejauh ini, peranan Dewan Kehormatan
dipandang cukup efektif.
Sering terjadi pandangan buruk di masyarakat terhadap seorang advokat yang
membela seorang klien yang dimata masyarakat telah dinyatakan bersalah atas suatu kasus.
Tidak jarang masyarakat mencemooh advokat yang menjadi kuasa hukum terdakwa. Dari
sudut UU No. 18 Tahun 2003, hal ini dapat dimungkinkan. Sebagaimana yang disebutkan
dalam Pasal 15 UU No. 18 tahun 2003. Disebutkan pula dalam pasal 18 ayat 2 bahwa
advokat tidak dapat diidentikan dengan klien yang sedang dibelanya.
Seorang advokat tidak dapat membela seorang klien yang telah nyata-nyata bersalah
agar dibebaskan dari semua tuntutan, tetapi semata-mata enjadi penasihat atau pendamping
tersangka di muka Pengadilan. Di sini, advokat bertugas untuk mendampingi agar hak-hak
yang dimiliki tersangka tidak dilanggar. Hal ini karena tidak jarang seorang tersangka di
perlakukan semena-mena oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Akan tetapi, seorang
advokat berhak untuk menolak pendampingan hukum kepada seorang klien dengan alasan
bertentangan dengan hati nurani advokat, tetapi tidak diperkenankan karena alasan perbedaan
agama, suku, kepercayaan, keturunan, dan sebagainya, sebagaimana disebutkan dalam pasal
3 pion (a) Kode Etik Advokat Indonesia. Pendampingan hukum yang dilakukan oleh seorang
advokat sesuai dengan UU No. 18 tahun 2003 dan kode etik advokat indonesia, bebas kepada
siapapun tanpa membedakan agama, kepercayaan, dan sebagainya.
Dalam melaksanakan profsinya, seorang advokat memiliki aturan atau norma yang
harus dipatuhi, yaitu berupa kode etik. Kode etik advokat merupakan hukum tertinggi dalam
menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi, tetapi membebankan kewajiban kepada
setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, baik pada
klien, pengadilan, teman sejawat, negara atau masyarakat, dan terutama kepada dirinya
sendiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun
diluar pengadilan,yang memenuhi persyaratan bedasarkan ketentuan undang-undang ,adapun
peran dan fungsi advokat tidak akan lepas dari yang namanya penegakan hukum karena
advokat merupakan satu dari empat catur wangsa penegakan hukum selain dari hakim, jaksa
dan polisi.
Pemahaman masyarakat terhadap advokat itu sendiri sangatlah penting, karena dapat
membantu masyarakat yang awam terhadap hukum, membantu untuk nyelesaikan perkara
dan karena kebutuhan masyarakat sesuai dengan kebutuhan hukumnya hampir sama dengan
proses memilih jasa profesi lainnya seperti membutuhkan jsa dokter, guru, arsitek, konsultan,
notaris dan lain-lain.
Profesi advokat sudah diatur dalam undang-undang telah diatur dalam undang-undang
nomer 18 tahun 2003 dan pengaturan tentang kode etik advokat yang disahkan pada tanggal
23 mei tahun 2002 didalamnya mengatur jug mengenai pelanggaran dan sanksi yang di
berikan kepada advokat yang melanggar tersebut seperti sanksi-sanksi hukuman sebagaimana
tertuang dalam pasal 16 kode etik advokat berupa peringatan biasa, peringatan keras,
pemberhentian sementara untuk waktu tertentu dan pemecatan dari keanggotaan organisasi
profesi.
Dalam organisasi advokat yang diakui oleh undang-undang terdapat dewan
kehormatan. Dewan kehormatan inilah yang berperan untuk memberikan sanksi kepada
seorang advokat yang melanggar kode etik. Sejauh ini, peranan Dewan Kehormatan
dipandang cukup efektif. Kode etik advokat merupakan hukum tertinggi dalam menjalankan
profesi, yang menjamin dan melindungi, tetapi membebankan kewajiban kepada setiap
advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, baik pada klien,
pengadilan, teman sejawat, negara atau masyarakat, dan terutama kepada dirinya sendiri. Jadi
dalam hal ini hubungan antara undang-undang yang mengatur tentang advokat
berkesinambungan dengan kode etik advokat yang mengatur tata cara bagaimana advokat itu
bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam kode etik tersebut agar apa yang
dialkukan tidak melenceng jauh dari apa yang telah diatur dan ditetapkan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini sudah barang tentu akan terdapat kesalahan, baik
kesalahan dalam pengetikan maupun kesalahan dalam memasukkan data-data yang
berkenaan dengan penulisan makalah ini. Karena fitrah kami sebagai manusia
memungkinkan kesalahan dan kekhilafan atas diri kami. Karena tidak ada gading yang tak
retak seperti itu juga kami. Oleh karena itu kepada pembaca dan khusus kepada dosen
pembimbing Mata Kuliah Advokasi ini kami meminta saran dan kritikan untuk perbaikan
makalah kami di waktu mendatang
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat


Luhut M.P Pangaribuan. Advokat dalam Contempt of Court Satu Proses di Dewan
Kehormatan Profesi. Dalam Amir Syamsuddin. Tanggung jawab Profesi danEtika Advokat.
Di : http//:Click-gtg.blogspot.com/2017/03
Sidarta. Moralitas Profesi Hukum: Suatu Tawaran Kerangka Berfikir. Bandung ;Refika
Aditama. 2006
Nuh, Muhammad. Etika Profesi Hukum.Bandung; CV Pustaka Setia. 2011.
Nasution, M.Irsan. Buku Daras Etika Profesi Hukum. Bandung. 2017
Rahardi, Kunjana. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta; Erlangga.2009

Anda mungkin juga menyukai