Anda di halaman 1dari 5

Pengacara, advokat atau kuasa hukum adalah kata benda, subjek.

Dalam praktik dikenal juga dengan


istilah Konsultan Hukum. Dapat berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat (advis) dan
pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus
hukum. Advokat dalam menjalankan profesinya tunduk pada etika profesi.

Istilah pengacara berkonotasi jasa profesi hukum yang berperan dalam suatu sengketa yang dapat
diselesaikan di luar atau di dalam sidang pengadilan. Dalam profesi hukum, dikenal istilah beracara yang
terkait dengan pengaturan hukum acara dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Kitab
Undang-undang Hukum Acara Perdata. Istilah pengacara dibedakan dengan istilah Konsultan Hukum
yang kegiatannya lebih ke penyediaan jasa konsultasi hukum secara umum.

Pembelaan dilakukan oleh pengacara terhadap institusi formal (peradilan) maupun informal (diskursus),
atau orang yang mendapat sertifikasi untuk memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Di Indonesia, untuk dapat menjadi seorang pengacara, seorang sarjana yang berlatar
belakang Perguruan Tinggi hukum harus mengikuti pendidikan khusus dan lulus ujian profesi yang
dilaksanakan oleh suatu organisasi pengacara.

Undang-Undang Advokat (resminya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003) adalah
undang-undang yang mengatur tentang profesi advokat di Indonesia.

UU Advokat disahkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 5 April 2003. Undang-Undang ini
mengatur serangkaian wewenang bagi Advokat untuk mengatur dirinya sendiri secara otonom. Misalnya
saja pada berbagai kewenangan vital yang sebelumnya dipegang oleh Mahkamah Agung dan Menteri
Kehakiman, seperti pendidikan profesi, pengangkatan, Sertifikasi, pengawasan dan penindakan kini telah
diserahkan kepada masyarakat advokat sendiri sebagai bentuk pengakuan atas kemandirian profesi
Advokat.

Adapun kedudukan Advokat dalam Undang-undang tersebut mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kedudukan advokat, seperti pengangkatan, sumpah, status, larangan serta hak dan kewajiban.

Ketentuan Umum Sunting

Pasal 1 Sunting

Dalam Undang Undang ini yang dimaksud dengan:


Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang¬Undang ini.

Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,
menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien.

Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari Advokat.

Organisasi Advokat adalah organisasi profesi yang didirikan berdasarkan Undang-Undang ini.

Pengawasan adalah tindakan teknis dan administratif terhadap Advokat untuk menjaga agar dalam
menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik profesi dan peraturan perundang¬undangan yang
mengatur profesi Advokat.

Pembelaan diri adalah hak dan kesempatan yang diberikan kepada Advokat untuk mengemukakan
alasan serta sanggahan terhadap hal-hal yang merugikan dirinya di dalam menjalankan profesinya
ataupun kaitannya dengan organisasi profesi.

Honorarium adalah imbalan atas jasa hukum yang diterima oleh Advokat berdasarkan kesepakatan
dengan Klien.

Advokat Asing adalah advokat berkewarganegaraan asing yang menjalankan profesinya di wilayah
negara Republik Indonesia berdasarkan persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma¬cuma kepada Klien yang
tidak mampu.

Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang hukum dan perundang-
undangan.

Pengangkatan Sunting

Pasal 2 Sunting

(1) Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum
dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.

(2) Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.

(3) Salinan surat keputusan pengangkatan Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Mahkamah Agung dan Menteri.
Pasal 3 Sunting

(1) Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

warga negara Republik Indonesia;

bertempat tinggal di Indonesia;

tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau Pejabat Negara;

berusia sekurang¬kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;

berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1);

lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;

magang sekurang¬kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor Advokat;

tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih;

berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.

(2) Advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan praktiknya dengan mengkhususkan diri pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan oleh peraturan perundang¬undangan.

Sumpah Sunting

Pasal 4 Sunting

(1) Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji
dengan sungguh¬sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.

(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lafalnya sebagai berikut:

“Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji, bahwa:


saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan

bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil,
dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;

bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak akan memberikan
atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan
atau menguntungkan bagi perkara Klien yang sedang atau akan saya tangani;

bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan
kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Advokat;

bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di dalam suatu
perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian daripada tanggung jawab profesi saya sebagai
seorang Advokat.

(3) Salinan berita acara sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) oleh Panitera Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dikirimkan kepada Mahkamah Agung, Menteri,
dan Organisasi Advokat.

Status Sunting

Pasal 5 Sunting

(1) Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan
peraturan perundang¬undangan.

(2) Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Hak Imunitas untuk Advokator Sunting

Salah satu profesi yang memiliki hak imunitas adalah Advokator.[2] Hak ini diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 adalah hak kekebalan hukum atau lebih sering dikenal dengan istilah hak
imunitas.[2] Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa
advokat bebas dalam melaksanakan tugas profesinya termasuk pula bebas untuk mengeluarkan
pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap
berpedoman pada Kode Etik Profesi Advokat dan peraturan perundang-undangan.[2] Adapun yang
dimaksud bebas dalam kaitannya dengan melaksanakan tugas profesi advokat tersebut adalah tanpa
adanya tekanan dan ancaman yang akan menimbulkan rasa takut atau adanya perlakuan yang
merendahkan harkat dan martabat profesi advokat sebagai profesi yang mulia (officium nobile).
Batasan Hak Imunitas Advokat Sunting

Advokat dibekali dengan hak imunitas sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 yang menyebutkan bahwa seorang advokat untuk tidak dapat dituntut baik secara perdata
maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan
klien di dalam maupun di luar sidang pengadilan.

Namun hak imunitas Advokat bukannya tanpa batasan, sebagaimana disebutkan dalam tersebut bahwa
hak imunitas berlaku selama Advokat melakukan tugas profesinya dengan itikad baik. Itikad baik ini
mengacu pada penjelasan Pasal 16 UU Advokat yaitu menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadilan
berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya. Pengertian itikad baik tersebut
mensyaratkan dalam membela kepentingan kliennya pun harus tetap berdasarkan aturan hukum. Atau
dalam kata lain tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan Kode Etik Profesi Advokat.

Anda mungkin juga menyukai