1
Langkah Menjadi
Seorang Advokat
Natanael CMT Siahaan /17010000094
Hillary Tesalonika F / 17010000166
Zefanico Bramantyo / 17010000119
Muhammad Daffa Arya P. / 18010000135
Mochamad Alief Iman S. / 19010000091
PEMBAHASAN
1 4
Pengertian Advokat & UPA (Ujian Profesi Advokat)
Syarat-Syarat menjadi seorang Advokat
2 5
Sarjana Hukum Magang (Internship)
3 6
PKPA Sumpah Advokat
Apa itu Advokat?
Advokat merupakan orang yang berprofesi di bidang Jasa Hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan yang diatur pada Undang-Undang Advokat.
Mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat yang diselenggarakan oleh Organisasi Advokat;
Tidak memiliki catatan kriminal dengan ancaman pidana 5 (lima) tahun atau lebih;
Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil dan mempunyai integritas yang tinggi.
SARJANA HUKUM
Sebagai seorang Advokat, kita perlu memiliki pengetahuan dan ilmu yang mendalam
mengenai hukum yang berlaku. Tidak mungkin seorang pengacara tidak memahami perihal
hukum. Oleh karena itu, seorang pengacara diharuskan telah menyelesaikan studi, minimal
tahap sarjana, di jurusan hukum di fakultas hukum.
Yang dapat mengikuti PKPA adalah sarjana PKPA itu sendiri ditujukan sebagai
yang berlatar belakang/lulusan (Penjelasan wadah bagi calon-calon advokat untuk
Pasal 2 ayat [1] UU No. 18 Tahun 2003 meningkatkan pengetahuan,
tentang Advokat):
1. Fakultas Hukum; ketrampilan dan keahlian mereka di
2. Fakultas Syariah; bidang hukum khususnya sebagai
3. Perguruan Tinggi Hukum Militer; atau profesi advokat.
4. Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.
UPA (UJIAN PROFESI ADVOKAT)
Setelah mengikuti PKPA, calon advokat harus mengikuti UPA yang
dilaksanakan oleh organisasi advokat. Dalam UPA yang dilaksanakan oleh
Perhimpunan Advokat Indonesia (“Peradi”) ditentukan bahwa yang dapat
mengikuti UPA adalah pihak-pihak yang telah mengikuti PKPA yang
diselenggarakan perguruan tinggi atau institusi lain yang mendapat persetujuan
dari PERADI.
MAGANG (INSTERNSHIP)
Untuk dapat diangkat menjadi advokat,
seorang calon advokat harus mengikuti
magang di kantor advokat sekurang-
Peraturan yang mengatur tentang magang para
kurangnya 2 (dua) tahun secara terus- Calon Advokat:
menerus di kantor advokat. Magang
tidak harus dilakukan pada satu kantor - Pasal 3 Ayat (1) huruf G UU No. 18 Tahun 2003
advokat, yang penting adalah magang tentang Advokat
- Peraturan PERADI No.01 Tahun 2006 tentang
tersebut dilakukan secara terus Pelaksanaan Magang untuk Calon Advokat
menerus dan sekurang-kurangnya
selama 2 (dua) tahun (lihat Pasal 3
ayat [1] huruf g UU Advokat).
SUMPAH ADVOKAT
Setelah diangkat oleh organisasi advokat, calon advokat resmi berstatus
sebagai advokat. Namun, advokat yang baru diangkat oleh organisasi
advokat belum dapat menjalankan profesinya sebelum melalui tahapan
atau persyaratan selanjutnya yaitu mengucapkan sumpah advokat.
Sumpah advokat diatur dalam Pasal 4 ayat (1) sampai dengan ayat (3) UU Advokat:
“Pasal 4
(1) Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-
sungguh di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya.
(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lafalnya sebagai berikut:
“Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji:
- bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai
dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;
- bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung
dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau
menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga;
- bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa
hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan
keadilan;
- bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar
pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim,
pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau
menguntungkan bagi perkara Klien yang sedang atau akan saya tangani;
- bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan
kewajiban saya sesuai dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya
sebagai Advokat;
- bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi
jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian
daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang Advokat.
(3) Salinan berita acara sumpah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh
Panitera Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dikirimkan kepada Mahkamah
Agung, Menteri, dan Organisasi Advokat.”