Anda di halaman 1dari 13

HAK IMUNITAS ADVOKAT

UNIVERSITAS NASIONAL
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
Semester Ganjil 2018
Pengertian Advokat :

UU No.18 Tahun 20003, Pasal 1 angka (1) :

Orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di


dalam pengadilan maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan sesuai ketentuan undang-
undang.
LANDASAN HUKUM HAK IMUNITAS ADVOKAT :

• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Pasal 16 :


“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan”.

• Kode Etik Advokat Indonesia, 23 MEI 2002, (vide UU 18/2003 Pasal 26 juncto 33).

• Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 26/PUU-XI/2013, tanggal 13 Desember 2013,


mempertimbangkan, “UU Nomor 18/2003 Tentang Advokat adalah Undang-Undang yang
mengatur syarat-syarat, hak dan kewajiban menjadi anggota organisasi profesi advokat,
yang memuat juga pengawasan terhadap pelaksanaan profesi advokat dalam memberikan
jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Oleh karena itu, tujuan Undang-
Undang advokat, di samping melindungi advokat sebagai organisasi profesi, yang paling
utama adalah melindungi masyarakat dari jasa advokat yang tidak memenuhi syarat-
syarat yang sah atau dari kemungkinan penyalahgunaan jasa profesi advokat”
Selain aturan dalam Undang-Undang Advokat, ada pula MoU (Memori of
Understanding) antara Organisasi Advokat dengan Kapolri berkaitan dengan tata cara
pemeriksaaan seorang advokat yang dilakukan oleh penyidik, bahwa penyidik harus
menghubungi Organisasi Advokat terlebih dahulu sebelum melakukan penyidikkan. MoU
tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi dari keistimewaan Advokat.
Berdasarkan Nota Kesepahaman Antara Kepolisian Negara Republik Indonesia Dengan
Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor B/7/11/2012; 002/PERADI-DPN/MoU/II/2012 Tahun 2012,
tanggal 27 Februari 2012.
Pasal 3 ayat (1) ‘Untuk proses pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) khusus
terhadap advokat dalam menjalankan profesinya baik sebagai saksi maupun tersangka dilakukan oleh
penyidik melalui Cabang PERADI setempat atau Cabang PERADI terdekat atau Dewan Pimpinan Nasional
(DPN) PERADI dengan melampirkan uraian singkat tentang kasus posisi dari tindak pidana yang terkait
dengan advokat’.
2 (dua) jenis Bantuan Hukum kepada masyarakat :

1. Bantuan Hukum atas dasar mendapatkan honorarium


(Lawyer Fee) dari kliennya. (Pasal 21)
2. Bantuan Hukum secara cuma-cuma (Prodeo). (Pasal 22).
Tugas Advokat:

Tugas Advokat berarti sesuatu yang wajib dilakukan oleh Advokat dalam memberikan jasa hukum kepada
masyarakat/kliennya. Oleh karena itu, Advokat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada
negara, masyarakat, pengadilan, klien, dan pihak lawannya, maka dapat disimpulkan, tugas Advokat antara
lain adalah:
• Membela kepentingan masyarakat (publik defender) dan kliennya.
• Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih anggota masyarakat menghadapi suatu masalah atau
problem di bidang hukum.
• Dalam menjalankan tugasnya, selain harus disumpah terlebih dahulu sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
• Dalam menjalankan tugasnya, ia juga harus memahami Kode Etik Profesi Advokat sebagai landasan moral
dan sesuai undang-undang Advokat.
Fungsi dan Peran Advokat

 Profesi advokat berfungsi sebagai penegak hukum dan keadilan.

 Peran advokat dalam memberikan jasa hukum bagi kepentingan klien


diartikan bahwa bagaimana advokat menjalankan profesinya sesuai
dengan tugas dan fungsinya serta Kode Etik dan Sumpah Advokat.
Hak Imunitas Advokat dalam Undang-Undang Advokat

• Berdasarkan Undang-Undang Advokat terdapat 2 (dua) macam hak imunitas yang diberikan
kepada para Advokat yaitu:
1. Hak Imunitas di dalam sidang pengadilan :
• Diatur dalam Pasal 14 jo 16, Undang-Undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
 
• Bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan. Pendapat atau pernyataan tersebut dilakukan di dalam
pengadilan di semua lingkungan dan tingkatan.
 
• Terhadap pendapat atau pernyataan tersebut tidak boleh ada tekanan, ancaman, hambatan, rasa takut, dan
merendahkan martabat profesi.
• Pendapat atau pernyataan dikeluarkan dalam menjalankan perkara yang menjadi tanggung jawabnya.
• Tidak bertentangan dengan kode etik profesi.
• Dilakukan dengan itikad baik.
• Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Advokat tersebut tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana, selama tidak melanggarnya.
• Hak imunitas Advokat di dalam sidang pengadilan dibatasi dengan Pasal 4, Pasal 7 dan Pasal 8 Kode Etik
Profesi Advokat.
2. Hak imunitas diluar sidang pengadilan. (disetiap lingkungan dan tingkat
pengadilan).
• Diatur dalam Pasal 15 jo 16 Undang-Undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
 
• Kebebasan lebih luas, yaitu kebebasan dalam menjalankan tugas profesi untuk
menjalankan perkara, tidak hanya kebebasan dalam mengeluarkan pendapat atau
pernyataan.
• Berlaku tidak hanya di dalam sidang pengadilan, tetapi juga di luar sidang pengadilan,
seperti mendampingi klien pada kegiatan tertentu, meskipun dalam penjelasan atas
Pasal 15 disebutkan hanya berlaku di luar pengadilan.
• Namun demikian, tidak ada ketentuan yang eksplisit bahwa Advokat tersebut tidak
dapat dituntut secara perdata maupun pidana, meskipun jaminan kebebasan tersebut
mempunyai konsekuensi logis juga terhadap tidak dapat dituntutnya Advokat secara
perdata maupun pidana.
• Dalam kode etik hak imunitas Advokat dibatasi dengan Pasal 3 Kode Etik Profesi
Advokat.
Pengaturan mengenai hak imunitas dan malpraktek Advokat dalam Undang-Undang
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, terdapat dalam pasal-pasal :
 Pasal 14 : “Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi
dan peraturan perundang-undangan.”

 Pasal 15 : “Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi
tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-
undangan.”

 Pasal 16 : “Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan.”

 Pasal 17 : “Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen
lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut
yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
• Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 16 Undang-undang Advokat No. 18 Tahun 2003, lebih
menguatkan profesi dan tanggungjawab advokat dengan memberikan kekebalan advokat
(advocy immunity) tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien
di dalam maupun di luar sidang pengadilan .

• Adapun yang dimaksud dengan “iktikad baik” tersebut adalah menjalankan tugas profesi
demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya.

• Maksud dan tujuan dari pemberian imunitas bagi Advokat. Imunitas Advokat yang dijamin
Undang-Undang karena dalam membela kepentingan klien Advokat tidak boleh dihinggapi
rasa takut dan harus membela dengan rasa aman, dilindungi oleh negara c.q. pemerintah
dalam melaksanakan pekerjaannya dan pembelaan separuh hati akan merugikan
kepentingan klien yang dibela. Atas dasar itulah Advokat diberi perlindungan berupa
imunitas. Syaratnya, selama pembelaan dilakukan proporsional, tidak melanggar hukum
dan relevan dengan perkara.
Malpraktek Advokat

Malpraktek merupakan tindakan dari Advokat dalam hubungan dengan pemberian


jasa hukum kepada kliennya, dimana jasa hukum tersebut diberikannya dibawah
standar operasional atau diberikan dengan melanggar kewajiban “fiduciary” dari
Advokat atau dilakukan secara kesengajaan atau dapat disejajarkan dengan suatu
kelalaian, atau diberikan dengan cara yang bertentangan dengan hukum yang
berlaku, ataupun wanprestasi terhadap kontrak pemberian jasa hukum.

Malpraktek hukum atau “yuridical malpractice” dibagi dalam 3 kategori, yaitu :


1. Criminal Malpractice.
2. Civil malpractice.
3. Administrative Malpractice.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai