Anda di halaman 1dari 104

KISI-KISI ADVOKAT

PERAN DAN FUNGSI ORGANISASI ADVOKAT

Legalitas, sejarah dan dasar Advokat :


1. SEMA No. 089/KMA/VI/2010 Perihal Penyumpahan Advokat.
☻ Bahwa berdasarkan pertemuan dua Organisasi advokat antara Peradi dan KAI,
dihasilkan kesepakatan antara Pengurus Pusat Peradi yang diwakili oleh Ketua
Umumnya Dr. Otto Hasibuan dengan Pengurus Pusat KAI yang diwakili oleh Presidennya
Indra Sahnun Lubis, SH. MH., pada tanggal 24 Juni 2010 di hadapan Ketua MA, telah
melakukan kesepakatan yang pada intinya Organisasi advokat yang disepakati dan
merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat adalah Perhimpunan Advokat Indonesia
(PERADI).
2. Delapan Organisasi Advokat yaitu :
1) Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN),
2) Asosiasi Advokat Indonesia (AAI),
3) Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI),
4) Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI),
5) Serikat Pengacara Indonesia (SPI),
6) Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),
7) Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), dan
8) Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).
3. Saat ini ketentuan mengenai Advokat diatur dalam :
☻ UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang diundangkan pada tanggal 5 April 2003
[Era Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri].
☻ UU ini disahkan oleh DPR pada tanggal 6 Maret 2003.
Peran dan fungsi Organisasi Advokat
4. Beberapa pengertian berdasarkan UU Advokat :
☻ Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan UU Advokat.
☻ Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum,
bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan
tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.
☻ Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari
Advokat.
☻ Pengawasan adalah tindakan teknis dan administratif terhadap Advokat untuk menjaga
agar dalam menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik profesi dan per-UU yang
mengatur profesi Advokat.
☻ Pembelaan diri adalah hak dan kesempatan yang diberikan kepada Advokat untuk
mengemukakan alasan serta sanggahan terhadap hal-hal yang merugikan dirinya di
dalam menjalankan profesinya ataupun kaitannya dengan Organisasi profesi.
☻ Honorarium adalah imbalan atas jasa hukum yang diterima oleh Advokat berdasarkan
kesepakatan dengan Klien.
5. Maksud dan tujuan pembentukkan Organisasi Advokat adalah untuk meningkatkan kualitas
Advokat Indonesia.
Berdasarkan Pasal 28 [1] UU Advokat dikatakan bahwa
1 “Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat yang bebas dan mandiri yang
dibentuk sesuai dengan ketentuan UU ini dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas
profesi Advokat”.
☻ Peran dan fungsi Organisasi Advokat seperti dimaksud dalam Pasal 28 [1] UU Advokat
yang paling utama yaitu “Untuk meningkatkan kualitas profesi Advokat”.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Pengangkatan :
6. Pengangkatan Advokat berdasarkan Pasal 2 [1,2,3] UU Advokat :
☻ Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan
tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat yang
dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.
 Yang dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan tinggi hukum” adalah lulusan
fakultas hukum, fakultas syariah, perguruan tinggi hukum militer, dan perguruan
tinggi ilmu kepolisian.
☻ Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
☻ Salinan surat keputusan pengangkatan Advokat disampaikan kepada MA dan Menteri.
7. Syarat untuk di angkat sebagai Advokat berdasarkan Pasal 3 :
☻ Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia;
b. bertempat tinggal di Indonesia;
c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara;
d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) Thn;
e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;
f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) Thn terus menerus pada kantor Advokat;
h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) Thn atau lebih;
i. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang
tinggi.
Sumpah :
8. berdasarkan Pasal 4 UU Advokat :
☻ Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah menurut agamanya atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang terbuka PT di wilayah domisili hukumnya.
☻ Salinan berita acara sumpah oleh Panitera PT yang bersangkutan dikirimkan kepada MA,
Menteri, dan Organisasi Advokat.
Status
9. Berdasarkan Pasal 5 UU Advokat :
☻ Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum
dan per-UU.
 Penegak hukum :
☺ Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai
kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum
dan keadilan.
 Bebas :
☺ Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap
berpegang pada kode etik profesi dan per-UU.
☻ Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
 Dalam hal Advokat membuka atau pindah kantor dalam suatu wilayah negara
Republik Indonesia, Advokat wajib memberitahukan kepada PN, Organisasi Advokat,
dan Pemerintah Daerah setempat.
Penindakan
10. Berdasarkan Pasal 6 :
☻ Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan :
2 a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan
seprofesinya;
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang
menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, per-UU, atau pengadilan;
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
d. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan
martabat profesinya;
e. melakukan pelanggaran terhadap per-UU dan atau perbuatan tercela;
f. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.
Kewenangan Organisasi Advokat berdasarkan UU Advokat :
11. Kewenangan Organisasi Advokat berdasarkan UU Advokat adalah sebagai berikut :
1) Sertifikasi:
a. Mengadakan Pendidikan Khusus Profesi Advokat (Pasal 2 ayat 11)
b. Menentukan Kantor Advokat yang wajib menerima calon Advokat magang (Pasal
29 ayat 52)
c. Melaksanakan ujian (Pasal 3 ayat 1 huruf f3)
d. Mengangkat Advokat (Pasal 2 ayat 24)
2) Pengawasan (Pasal 12 ayat 15):
a. Bertujuan agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi
Kode Etik Profesi dan per-UU yang mengatur Advokat (Pasal 12 ayat 26)
b. Pengawasan Sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas (Pasal 13 ayat 17),
yang anggotanya terdiri dari unsur Advokat senior, para ahli/akademisi, dan
masyarakat (Pasal 13 ayat 28).
3) Penindakan:
a. Kewenangan penindakkan terhadap Advokat ada pada DK (Pasal 8 ayat 19)
b. Jenis tindakan adalah (Pasal 7 ayat 110):
(1) teguran lisan;
(2) teguran tertulis;
(3) pemberhentian sementara selama 3-12 bulan;
(4) pemberhentian tetap.
Pemberhentian
12. Pemberhentian Advokat berdasarkan Pasal 9 :
☻ Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi Advokat.
☻ Salinan Surat Keputusan pemberhentian disampaikan kepada MA, PT, dan lembaga
penegak hukum lainnya.
13. Alasan pemberhentian Advokat berdasarkan Pasal 10 :
☻ Advokat berhenti atau dapat diberhentikan dari profesinya secara tetap karena alasan:
a. permohonan sendiri;
b. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan hukuman 4 (empat) Thn atau lebih; atau

1
Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti
pendidikan khusus profesi Advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan tinggi hukum” adalah lulusan fakultas hukum, fakultas syariah,
perguruan tinggi hukum militer, dan perguruan tinggi ilmu kepolisian.
2
Organisasi Advokat menetapkan kantor Advokat yang diberi kewajiban menerima calon Advokat yang akan melakukan
magang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf g.
3
lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat
4
Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat
5
Pengawasan terhadap Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
6
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu menjunjung
tinggi kode etik profesi Advokat dan peraturan perundang-undangan.
7
Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas yang dibentuk oleh Organisasi Advokat.
8
Keanggotaan Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur Advokat senior, para ahli/akademisi,
dan masyarakat.
9
3 Penindakan terhadap Advokat dengan jenis tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,
atau huruf d, dilakukan oleh Dewan Kehormatan Organisasi Advokat sesuai dengan kode etik profesi Advokat.
10
Jenis tindakan yang dikenakan terhadap Advokat dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan;
d. pemberhentian tetap dari profesinya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
→ Dalam hal Advokat dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, Panitera PN menyampaikan salinan putusan tersebut kepada
Organisasi Advokat. [Pasal 11]
c. berdasarkan keputusan Organisasi Advokat.
☻ Advokat yang diberhentikan tidak berhak menjalankan profesi Advokat.
Pengawasan
14. Tujuan dan siapa yang mengawasi Advokat
☻ Berdasarkan Pasal 13 :
 Pengawasan terhadap Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
 Pengawasan bertujuan agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu
menjunjung tinggi kode etik profesi Advokat dan UU Advokat.
☻ Berdasarkan Pasal 14 :
 Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas yang
dibentuk oleh Organisasi Advokat.
 Keanggotaan Komisi Pengawas terdiri atas unsur Advokat senior, para
ahli/akademisi, dan masyarakat.
 Ketentuan mengenai tata cara pengawasan diatur lebih lanjut dengan keputusan
Organisasi Advokat.
Hak dan kewajiban Advokat :
15. Hak dan kewajiban :
☻ Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada
kode etik profesi dan per-UU. [Pasal 14]
☺ Bebas adalah tanpa tekanan, ancaman, hambatan, tanpa rasa takut, atau
perlakuan yang merendahkan harkat martabat profesi.
☻ Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan per-UU.
[Pasal 15]
☺ Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan Advokat dalam menjalankan tugas
profesinya untuk kepentingan kliennya di luar sidang pengadilan dan dalam
mendampingi kliennya pada dengar pendapat di lembaga perwakilan rakyat.
☻ Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan
tugas profesinya dengan iktikad baik [menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadilan
berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya] untuk kepentingan pembelaan
Klien dalam sidang pengadilan [sidang pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua
lingkungan peradilan]. [Pasal 16]
☻ Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan
dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan
dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya
sesuai dengan per-UU. [Pasal 17]
☻ Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap
Klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial
dan budaya. Advokat tidak dapat diidentikkan dengan Kliennya dalam membela perkara
Klien oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat. [Pasal 18]
☻ Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh UU. Advokat berhak atas
kerahasiaan hubungannya dengan Klien, termasuk perlindungan atas berkas dan
dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap
4 penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat. [Pasal 19]
☻ Berdasarkan Pasal 20 :
 Advokat dilarang memegang jabatan lain yang :
☺ Bertentangan dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Meminta pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi Advokat atau
mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugas profesinya.
 Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat
selama memangku jabatan tersebut.
☺ Hal diatas tidak mengurangi hak dan hubungan perdata Advokat dengan
kantornya.
Honorarium
16. Berdasarkan Pasal 21 :
☻ Advokat berhak menerima Honorarium atas Jasa Hukum. Besarnya Honorarium atas
Jasa Hukum ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak dengan
memperhatikan resiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan klien.
Bantuan hukum cuma-cuma
17. Berdasarkan Pasal 22 :
☻ Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan
yang tidak mampu. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan
hukum secara cuma-cuma diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
18. Peradi [Perhimpunan Advokat Indonesia] dibentuk pada tanggal 21 Desember 2004
sebagai wujud pelaksanaan amanat Pasal 1 [4]11 jo Pasal 32 [3]12 UU Advokat. Yang didirikan
oleh delapan [8] Organisasi yaitu IKADIN, AAI, IPHI, AKHI, HKHPM, SPI, HAPI, APSI.
☻ Anggaran Dasar [AD] Peradi ditetapkan pada tanggal 8 September 2005.
19. Menjadi anggota dari Organisasi Advokat adalah bersifat wajib bagi setiap Advokat.
Dalam Pasal 30 [2] UU Advokat diatur bahwa Setiap Advokat yang diangkat berdasarkan UU
ini wajib menjadi anggota Organisasi Advokat.
20. Dalam UU Advokat, seorang Advokat asing diberikan hak untuk bekerja pada kantor Advokat
atas izin Pemerintah.
Advokat asing diatur dalam 2 Pasal yaitu dalam Pasal 23 dan Pasal 24 UU Advokat yang pada
intinya adalah sebagai berikut :
☻ Pasal 23 :
 Advokat asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik dan/atau
membuka kantor jasa hukum atau perwakilannya di Indonesia;
 Kantor Advokat dapat mempekerjakan advokat asing sebagai karyawan atau tenaga
ahli dalam bidang hukum asing atas izin Pemerintah dengan rekomendasi
Organisasi Advokat;
 Advokat asing wajib memberikan jasa hukum secara cuma-cuma untuk suatu waktu
tertentu kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum,
 Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara memperkerjakan advokat asing serta
kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan
dan penelitian hukum diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
☻ Pasal 24 :
 Advokat asing tunduk kepada kode etik Advokat Indonesia dan per-UU.
21. Badan dalam Organisasi Advokat yang bertugas memeriksa dan mengadili pelanggaran kode
etik profesi Advokat adalah :
DK Organisasi Advokat.
Hal ini diatur dalam Pasal 26 [5] UU Advokat :
“DK Organisasi Advokat memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi Advokat
berdasarkan tata cara DK Organisasi Advokat.”
Dan keputusan yang diambil oleh DK tidak menghilangkan tanggung jawab pidana,
berdasarkan Pasal 26 [6] UU Advokat :
5
11
Organisasi Advokat adalah organisasi profesi yang didirikan berdasarkan Undang-Undang ini.
12
Untuk sementara tugas dan wewenang Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud dalam UU ini, dijalankan bersama oleh
Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan
Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) dan Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI).
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
“Keputusan DK Organisasi Advokat tidak menghilangkan tanggung jawab pidana apabila
pelanggaran terhadap kode etik profesi Advokat mengandung unsur pidana.”
Ketentuan mengenai tata cara berdasarkan Pasal 26 [7] UU dimaksud :
“Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi
Advokat diatur lebih lanjut dengan Keputusan DK Organisasi Advokat.”
22. Jika seseorang diangkat menjadi pimpinan Organisasi Advokat, maka selama ia menduduki
jabatan tersebut tidak diperkenankan untuk merangkap jabatan sebagai pimpinan dari partai
politik tertentu.
Dalam Pasal 28 [3] UU Advokat diatur bahwa
Pimpinan Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap dengan pimpinan partai politik baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

KODE ETIK ADVOKAT INDONESIA

1. KEAI mulai berlaku sejak tanggal 23 Mei 2002.


2. Officium Nobile adalah istilah untuk profesi Advokat dimana :
− Profesi Advokat adalah profesi terhormat dan menjadi salah satu pilar dalam
menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia;
− Advokat sebagai profesi terhormat yang dalam menjalankan profesinya berada dibawah
perlindungan hukum, UU dan Kode Etik, memiliki kebebasan yang didasarkan kepada
kehormatan dan kepribadian Advokat yang berpegang teguh kepada Kemandirian,
Kejujuran, Kerahasiaan dan Keterbukaan [Pembukaan KEAI];
− Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat
[Pasal 3 huruf g KEAI];
− Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat, dan karenanya dalam
menjalankan profesi selaku penegak hukum di pengadilan sejajar dengan Jaksa dan
Hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada dibawah perlindungan hukum, UU
dan Kode Etik ini [Pasal 8 KEAI].
3. Yang merupakan teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktek hukum
sebagai Advokat sesuai dengan ketentuan per-UU-an yang berlaku.
4. Kepribadian merupakan gambaran jati diri seseorang dalam melaksanakan profesinya. Wujud
kepribadian advokat dalam menjalankan profesinya sebagai pemberi jasa layanan hukum
diatur dalam Bab II Kepribadian Advokat Pasal 3 KEAI. Pasal tersebut berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 3
a. Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan bantuan hukum kepada setiap orang yang
memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan
keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan alasan
karena perbedaan agama, kepercayaan, suku, keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan
kedudukan sosialnya.
b. Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh imbalan
materi tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan Keadilan.
c. Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh
siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak azasi manusia dalam Negara Hukum Indonesia.
d. Advokat wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat.
e. Advokat wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang diduga
atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau karena penunjukan Organisasi
profesi.
f. Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan kebebasan,
derajat dan martabat Advokat.
6
g. Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat (officium
nobile).
h. Advokat dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap semua pihak namun wajib
mempertahankan hak dan martabat advokat.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
i. Seorang Advokat yang kemudian diangkat untuk menduduki suatu jabatan Negara (Eksekutif,
Legislatif dan judikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktek sebagai Advokat dan tidak
diperkenankan namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh siapapun atau oleh kantor
manapun dalam suatu perkara yang sedang diproses/berjalan selama ia menduduki jabatan
tersebut.
5. Berdasarkan KEAI apakah dibenarkan jika seseorang yang pernah menjabat Hakim kemudian
beralih profesi menjadi Advokat ?
Dibenarkan.
☻ Bahwa berdasarkan ketentuan KEAI Bab VII Ketentuan-ketentuan Lain Tentang Kode
Etik Pasal 8 huruf h dijelaskan :
“Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera dari suatu lembaga
peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang diperiksa
pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) Thn semenjak ia berhenti dari
pengadilan tersebut.”
☻ Bahwa dengan demikian Hakim dapat beralih profesi menjadi Advokat dengan ketentuan
tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang diperiksa ditempat
terakhir ia bekerja selama 3 [tiga] Thn semenjak ia berhenti dari tempatnya bekerja.
6. Setiap Advokat wajib memegang teguh dan menjaga kerahasian setiap informasi yang
disampaikan klien meskipun hubungan dengan klien telah berakhir. Prinsip ini dikenal dengan
istilah Attorney Client Confidentiality atau Attorney Client Privilege.
Masalah kerahasian informasi klien yang dikenal dengan istilah Attorney Client Confidentiality
atau Attorney Client Privilege merupakan prinsip yang sangat dijunjung tinggi terutama di
negera-negara maju.
7. Advokat dapat menghubungi Hakim yang memeriksa perkara tersebut, dengan syarat :
Dilakukan bersama-sama dengan Advokat pihak lawan.
8. Apabila terdapat suatu perkara yang diyakini tidak ada dasar hukumnya, maka tindakan
Advokat terhadap perkara tersebut adalah ?
Bahwa berdasarkan ketentuan KEAI Bab III Hubungan Dengan Klien Pasal 4 huruf g yang
berbunyi :
“Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya.”
Maka dengan demikian Advokat harus menolak perkara yang diyakininya tidak mempunyai
dasar hukum.
9. Yang dimaksud dengan kewajiban yang bersifat pro deo adalah :
Kewajiban Advokat untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi orang yang
tidak mampu.
Keterangan ini sejalan dengan Pasal 7 huruf h KEAI mempunyai kewajiban untuk
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma [pro deo] bagi orang yang tidak mampu.
10. Wilayah kerja Advokat meliputi :
Seluruh wilayah Indonesia berdasarkan Pasal 5 [2] UU Advokat.
11. Dari sisi KEAI, apakah Advokat dapat memasang iklan di media massa?
Tidak dapat.
Bahwa berdasarkan ketentuan KEAI Bab VII Ketentuan-ketentuan Lain Tentang Kode Etik
Pasal 8 huruf b yang berbunyi :
“Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah dilarang
termasuk pemasangan papan nama dengan ukuran dan/atau bentuk yang berlebih-
lebihan.”
Pasal 8 huruf f :
“Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publitas bagi dirinya dan
7 atau untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakannya sebagai
Advokat mengenai perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila
keterangan-keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-
prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.”

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Dengan memasang iklan di media massa berarti Advokat tersebut telah mencari publisitas,
padahal seorang Advokat tidak dibenarkan untuk mencari publisitas melalui media massa.
Maka dengan demikian pemasangan iklan di media massa yang pasti secara logika adalah
untuk menarik perhatian orang adalah tindakan yang dilarang berdasarkan ketentuan
dimaksud.
12. Bantuan hukum yang diberikan Advokat terhadap teman sejawatnya yang diduga melakukan
tidak pidana adalah bersifat?
Wajib atas permintaan dan penunjukkan.
Bahwa berdasarkan ketentuan KEAI Pasal 3 huruf e yang berbunyi :
Advokat wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat yang
diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau karena
penunjukan Organisasi profesi.
Jadi sifat bantuan atau pembelaan hukum kepada teman sejawat adalah bersifat wajib atas
permintaan atau karena penunjukkan Organisasi profesi.
13. Dalam UU Advokat diatur tentang hak imunitas Advokat. Apa yang dimaksud hak imunitas
tersebut ?
Bahwa berdasarkan Pasal 16 beserta penjelasannya UU Advokat :
Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan.
☺ Yang dimaksud dengan “iktikad baik” adalah menjalankan tugas profesi demi tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya.
☺ Yang dimaksud dengan “sidang pengadilan” adalah sidang pengadilan dalam setiap tingkat
pengadilan di semua lingkungan peradilan.
Bahwa berdasarkan KEAI Bab VI Cara Bertindak Menangani Perkara Pasal 7 huruf g :
Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang dikemukakan
dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi
tanggung jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang tertutup yang
dikemukakan secara proporsional dan tidak berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas
hukum baik perdata maupun pidana.
Jadi hak imunitas Advokat adalah hak untuk tidak dapat dituntut baik secara perdata atau
pidana yang diberikan oleh UU untuk profesi Advokat yang dalam menjalankan tugas
profesinya dengan itikad baik demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan
pembelaan klien dalam sidang pengadilan yang dikemukakan secara proporsional dan tidak
berkelebihan.
Hubungan dengan klien
14. Honorarium Advokat ditentukan berdasarkan :
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 huruf f jo. Pasal 4 huruf d KEAI :
Honorarium adalah pembayaran kepada Advokat sebagai imbalan jasa Advokat berdasarkan
kesepakatan dan atau perjanjian dengan kliennya.
Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan
klien.
Jadi dengan demikian honorarium Advokat ditentukan berdasarkan kesepakatan dan/atau
perjanjian dengan klien dengan mempertimbangkan kemampuan klien.
15. Jika seseorang klien tidak lagi mampu membayar honorarium maka tindakan yang patut
dilakukan Advokat adalah :
Meneruskan pengurusan perkara hingga selesai.
Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 4 huruf i KEAI :
Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak
dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana
8 dimaksud dalam pasal 3 huruf a.
16. Tindakan-tindakan yang patut dilakukan seorang Advokat dalam hubungan dengan klien adalah
seperti tersebut dibawah ini :
Berdasarkan berdasarkan ketentuan Bab III Hubungan Dengan Klien Pasal 4 KEAI :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan
damai.
b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai
perkara yang sedang diurusnya.
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan
menang.
d. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan kemampuan
klien.
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu.
f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti
terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.
g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar
hukumnya.
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien
secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara
Advokat dan klien itu.
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang
tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a.
j. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan
diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari
timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
k. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian
kepentingan klien.
Bahwa berdasarkan ketentuan Bab VI Cara Bertindak Menangani Perkara Pasal 7 huruf i
KEAI :
Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai perkara
yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.
Cara bertindak menangani perkara
17. Dalam menangani perkara seorang Advokat :
Ketentuan Bab VI Cara Bertindak Menangani Perkara
Pasal 7
a. Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara dapat
ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan
dibuat dengan membubuhi catatan "Sans Prejudice ".
b. Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar Advokat akan
tetapi tidak berhasil, tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai bukti dimuka pengadilan.
c. Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi hakim
apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan apabila ia menyampaikan surat,
termasuk surat yang bersifat "ad informandum" maka hendaknya seketika itu tembusan dari
surat tersebut wajib diserahkan atau dikirimkan pula kepada Advokat pihak lawan.
d. Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi hakim
apabila bersama-sama dengan JPU.
e. Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh
pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh JPU dalam perkara pidana.
f. Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat mengenai suatu
perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara tertentu tersebut
hanya boleh dilakukan melalui Advokat tersebut.
g. Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang dikemukakan
dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi
tanggung jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang tertutup yang
dikemukakan secara proporsional dan tidak berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas
9
hukum baik perdata maupun pidana.
h. Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (pro
deo) bagi orang yang tidak mampu.
i. Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai perkara
yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
18. Surat koresponden yang diberi tanda “Sans Prejudice”. Apa yang dimaksud dengan “Sans
Prejudice” :
Bahwa berdasarkan ketentuan KEAI Pasal 7 yang berbunyi :
“Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara dapat
ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-surat yang bersangkutan
dibuat dengan membubuhi catatan "Sans Prejudice ".
Bahwa secara a contrario dari ketentuan dimaksud dapat disimpulkan bahwa apabila surat
tersebut dibubuhi kata-kata sans prejudice maka surat tersebut tidak dapat dijadikan bukti
di pengadilan.
Bahwa sudah lazim dalam praktek advokat kalau ada surat menyurat/korespondensi
sesamanya yang sifatnya ‘confidential‘ atau misalnya ada tawaran yang akan ditarik kalau
tidak dipenuhi dengan syarat tertentu maka dianggap tidak pernah ada, atau upaya
perdamaian yang mungkin gagal, ataupun hal-hal lainnya, dicantumkan kata “Sans Prejudice”
yang harfiah berarti ‘tanpa prasangka’. Makna harfiah ini memiliki konsekuensi bahwa
surat itu harus dirahasiakan dan tidak dapat ditunjukkan kepada siapapun apalagi sebagai
bukti pengadilan. Dalam praktek bisnis kadang-kadang kita temukan kata bahasa Inggris
“without prejudice“ yang artinya sama dengan bahasa Prancis tadi Sans Prejudice. Tapi
Pasal 7 mensyaratkan kata “sans prejudice” yang bahasa Prancis. Jadi kalau anda memakai
bahasa Inggris “without prejudice” maka tidak akan melanggar Pasal 7.
19. Apakah Advokat diperkenankan untuk memberikan keterangan di media massa berkenaan
dengan perkara yang sedang ditanganinya ?
Advokat dapat dan diperkenankan untuk memberikan keterangan di media massa apabila
keterangan-keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-prinsip
hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.
Bahwa hal diatas berdasarkan ketentuan Bab VII Ketentuan-Ketentuan Lain Tentang Kode
Etik Pasal 8 huruf f :
Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publisitas bagi dirinya dan atau untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakannya sebagai Advokat mengenai
perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila keterangan-keterangan yang ia
berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-prinsip hukum yang wajib diperjuangkan
oleh setiap Advokat.
Hubungan dengan teman sejawat dan teman sejawat asing
20. Berdasarkan Pasal 5 :
☻ Hubungan antara teman sejawat Advokat harus dilandasi sikap saling menghormati,
saling menghargai dan saling mempercayai.
☻ Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain dalam
sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara
lisan maupun tertulis.
☻ Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan
dengan KEAI harus diajukan kepada DK untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media massa atau cara lain.
☻ Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman sejawat.
☻ Apabila klien hendak mengganti Advokat, maka Advokat yang baru hanya dapat
menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
Advokat semula dan berkewajiban mengingatkan klien untuk memenuhi kewajibannya
apabila masih ada terhadap Advokat semula.
☻ Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap Advokat yang baru,
maka Advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan keterangan yang
penting untuk mengurus perkara itu, dengan memperhatikan hak retensi Advokat
10 terhadap klien tersebut.
DK
Ketentuan Umum
21. Kewenangan DK Pasal 10 :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ DK berwenang memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode Etik yang dilakukan
oleh Advokat.
☻ DKC/D memeriksa pengaduan pada tingkat pertama dan DKP pada tingkat terakhir.
☻ Segala biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada:
 DPC/D dimana teradu sebagai anggota pada tingkat DKC/D;
 DPP pada tingkat DKP Organisasi dimana teradu sebagai anggota;
 Pengadu/Teradu.
Pengaduan dan tata cara
22. Setiap pihak yang merasa dirugikan atas tindakan Advokat yang dinilai melanggar kode etik
dapat melakukan pengaduan, dimana pengaduan tersebut harus disampaikan dan bagaimana
caranya ?
Hal mengenai pengaduan dan tata cara pengaduan diatur dalam ketentuan Bab IX Bagian
Kedua dan Bagian Ketiga :
Pasal 11
1. Pengaduan dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan merasa dirugikan,
yaitu:
a. Klien.
b. Teman sejawat Advokat.
c. Pejabat Pemerintah.
d. Anggota Masyarakat.
e. DPP/C/D dari Organisasi profesi dimana Teradu menjadi anggota.
2. Selain untuk kepentingan Organisasi, DPP atau DPC/D dapat juga bertindak sebagai pengadu
dalam hal yang menyangkut kepentingan hukum dan kepentingan umum dan yang
dipersamakan untuk itu.
3. Pengaduan yang dapat diajukan hanyalah yang mengenai pelanggaran terhadap KEAI.
Pasal 12
1. Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar KEAI harus
disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya kepada DKC/D atau kepada
DPC/D atau DPP dimana teradu menjadi anggota.
2. Bilamana di suatu tempat tidak ada Cabang/Daerah Organisasi, pengaduan disampaikan
kepada DKC/D terdekat atau DPP.
3. Bilamana pengaduan disampaikan kepada DPC/D, maka DPC/D meneruskannya kepada
DKC/D yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu.
4. Bilamana pengaduan disampaikan kepada DPP/DKP, maka DPP/DKP meneruskannya kepada
DKC/D yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu baik langsung atau melalui DPC/D.
Maka dengan demikian pihak yang dapat mengadukan tentang adanya pelanggaran kode etik
yaitu Klien, Teman sejawat Advokat, Pejabat Pemerintah, Anggota Masyarakat, dan DPP/C/D
dari Organisasi profesi dimana Teradu menjadi anggota. Yang dapat diajukan hanyalah
mengenai pelanggaran kode etik. Tata cara pengaduan harus disampaikan secara tertulis
dengan disertai alasan-alasannya kepada DKC/D atau kepada DPC/D atau DPP dimana teradu
menjadi anggota.
Pemeriksaan tingkat pertama oleh DKC/D
23. Tata cara pemeriksaan tingkat pertama :
☻ Berdasarkan Pasal 13 :
 DKC/D setelah menerima pengaduan tertulis yang disertai surat-surat bukti yang
dianggap perlu, menyampaikan surat pemberitahuan selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari dengan surat kilat khusus/tercatat kepada teradu
tentang adanya pengaduan dengan menyampaikan salinan/copy surat pengaduan
tersebut.
 Selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari pihak teradu harus
11 memberikan jawabannya secara tertulis kepada DKC/D yang bersangkutan, disertai
surat-surat bukti yang dianggap perlu.
 Dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari teradu tidak memberikan jawaban tertulis,
DKC/D menyampaikan pemberitahuan kedua dengan peringatan bahwa apabila
dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat peringatan tersebut ia tetap
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
tidak memberikan jawaban tertulis, maka ia dianggap telah melepaskan hak
jawabnya.
 Dalam hal teradu tidak menyampaikan jawaban, teradu dianggap telah melepaskan
hak jawabnya, DKC/D dapat segera menjatuhkan putusan tanpa kehadiran pihak-
pihak yang bersangkutan.
 Dalam hal jawaban maka DK dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
menetapkan hari sidang dan menyampaikan panggilan secara patut kepada pengadu
dan kepada teradu untuk hadir dipersidangan yang sudah ditetapkan tersebut.
 Setiap panggilan harus sudah diterima oleh yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum hari sidang yang ditentukan.
 Pengadu dan yang teradu:
☺ Harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada orang lain, yang
jika dikehendaki masing-masing dapat didampingi oleh penasehat.
☺ Berhak untuk mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti.
 Pada sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak:
☺ DK akan menjelaskan tata cara pemeriksaan yang berlaku;
☺ Perdamaian hanya dimungkinkan bagi pengaduan yang bersifat perdata atau
hanya untuk kepentingan pengadu dan teradu dan tidak mempunyai kaitan
langsung dengan kepentingan Organisasi atau umum, dimana pengadu akan
mencabut kembali pengaduannya atau dibuatkan akta perdamaian yang
dijadikan dasar keputusan oleh DKC/D yang langsung mempunyai kekuatan
hukum yang pasti.
☺ Kedua belah pihak diminta mengemukakan alasan-alasan pengaduannya atau
pembelaannya secara bergiliran, sedangkan surat-surat bukti akan diperiksa dan
saksi-saksi akan didengar oleh DKC/D.
 Apabila pada sidang yang pertama kalinya salah satu pihak tidak hadir:
☺ Sidang ditunda sampai dengan sidang berikutnya paling lambat 14 (empat belas)
hari dengan memanggil pihak yang tidak hadir secara patut.
☺ Apabila pengadu yang telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak hadir tanpa
alasan yang sah, pengaduan dinyatakan gugur dan ia tidak dapat mengajukan
pengaduan lagi atas dasar yang sama kecuali DKC/D berpendapat bahwa materi
pengaduan berkaitan dengan kepentingan umum atau kepentingan Organisasi.
☺ Apabila teradu telah dipanggil sampai 2 (dua) kali tidak datang tanpa alasan yang
sah, pemeriksaan diteruskan tanpa hadirnya teradu. Dewan berwenang untuk
memberikan keputusan di luar hadirnya yang teradu, yang mempunyai kekuatan
yang sama seperti keputusan biasa.
☻ DKC/D bersidang dengan Majelis yang terdiri sekurang-kurangnya atas 3 (tiga) orang
anggota yang salah satu merangkap sebagai Ketua Majelis, tetapi harus selalu berjumlah
ganjil. [Pasal 14]
→ Majelis dapat terdiri dari DK atau ditambah dengan Anggota Majelis
Kehormatan Ad Hoc yaitu orang yang menjalankan profesi dibidang hukum
serta mempunyai pengetahuan dan menjiwai KEAI.
− Diwajibkan membuat atau menyuruh membuat berita acara persidangan
yang disahkan dan ditandatangani oleh Ketua Majelis .
→ Sidang-sidang dilakukan secara tertutup, sedangkan keputusan diucapkan
dalam sidang terbuka.
☻ Berdasarkan Pasal 15.
Keputusan Majelis DK dapat berupa:
12  Menyatakan pengaduan dari pengadu tidak dapat diterima;
 Menerima pengaduan dari pengadu dan mengadili serta menjatuhkan sanksi-sanksi
kepada teradu;
 Menolak pengaduan dari pengadu.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
24. Dalam sidang pemeriksaan perkara pelanggaran kode etik Advokat, baik pengadu maupun
pihak yang teradu harus hadir secara pribadi dan tidak dapat menguasakan kepada orang lain,
yang jika dikehendaki masing-masing dapat didampingi oleh penasehat dan berhak untuk
mengajukan saksi-saksi dan bukti-bukti.
Hal ini berdasarkan ketentuan Bab IX Bagian Keempat PEMERIKSAAN TINGKAT PERTAMA
OLEH DKC/C Pasal 13 KEAI.
Sanksi-sanksi
25. Bentuk-bentuk sanksi yang dapat diberikan kepada Advokat yang terbukti melanggar kode etik
Advokat :
☻ Berdasarkan ketentuan pada 7 [1] UU Advokat
Jenis tindakan yang dikenakan terhadap Advokat dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas)
bulan;
d. pemberhentian tetap dari profesinya.
☻ Berdasarkan ketentuan KEAI Pasal 16 [1]
Hukuman yang diberikan dalam keputusan dapat berupa:
a. Peringatan biasa.
Peringatan biasa bilamana sifat pelanggarannya tidak berat, Pasal 16 [2a].
b. Peringatan keras. Pasal 16 [2b]
Peringatan keras bilamana :
☺ Sifat pelanggarannya berat, atau
☺ Karena mengulangi kembali melanggar kode etik, dan atau
☺ Tidak mengindahkan sanksi peringatan yang pernah diberikan.
c. Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu. Pasal 16 [2c].
Pemberhentian sementara untuk waktu tertentu bilamana :
☺ Sifat pelanggarannya berat,
☺ Tidak mengindahkan dan tidak menghormati ketentuan kode etik, atau
☺ Bilamana setelah mendapat sanksi berupa peringatan keras masih mengulangi
melakukan pelanggaran kode etik.
d. Pemecatan dari keanggotaan Organisasi profesi.
Pemecatan dari keanggotaan Organisasi profesi bilamana dilakukan pelanggaran kode etik
dengan maksud dan tujuan merusak citra serta martabat kehormatan profesi Advokat yang
wajib dijunjung tinggi sebagai profesi yang mulia dan terhormat, Pasal 16 [2d].
Pemberian sanksi pemberhentian sementara untuk waktu tertentu harus diikuti larangan
untuk menjalankan profesi advokat diluar maupun dimuka pengadilan [Pasal 16 ayat 3] dan
terhadap mereka yang dijatuhi sanksi pemberhentian sementara untuk waktu tertentu dan
atau pemecatan dari keanggotaan Organisasi profesi disampaikan kepada MA untuk
diketahui dan dicatat dalam daftar Advokat. [Pasal 16 ayat 4]
Pemeriksaan banding
26. Pemeriksaan banding :
☻ Berdasarkan Pasal 18 :
 Pengadu dan teradu berhak mengajukan permohonan banding kepada DKP.
 Pengajuan permohonan banding beserta Memori Banding yang sifatnya wajib, harus
disampaikan melalui DKC/D dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal yang
bersangkutan menerima salinan keputusan.
 DKC/D setelah menerima Memori Banding selambat-lambatnya dalam waktu 14
(empat belas) hari sejak penerimaannya, mengirimkan salinannya melalui surat kilat
khusus/tercatat kepada terbanding.
13  Pihak terbanding dapat mengajukan Kontra Memori Banding selambat-lambatnya
dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak penerimaan Memori Banding.
☺ Jika jangka waktu yang ditentukan terbanding tidak menyampaikan Kontra
Memori Banding ia dianggap telah melepaskan haknya untuk itu.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari berkas perkara tersebut
diteruskan kepada dewan Kehormatan Pusat.
 Pengajuan permohonan banding menyebabkan ditundanya pelaksanaan keputusan
DKC/D.
 DKP memutus berdasar bahan-bahan yang ada dalam berkas perkara, tetapi jika
dianggap perlu dapat meminta bahan tambahan dari pihak-pihak yang bersangkutan
atau memanggil mereka langsung atas biaya sendiri.
 DKP secara prorogasi dapat menerima permohonan pemeriksaan langsung dari
suatu perkara yang diteruskan oleh DKC/D asal saja permohonan seperti itu
dilampiri surat persetujuan dari kedua belah pihak agar perkaranya diperiksa
langsung oleh DKP.
 Semua ketentuan yang berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat pertama oleh
DKC/D, mutatis mutandis berlaku untuk pemeriksaan pada tingkat banding oleh DKP.
27. Seorang Advokat dapat diberhentikan dari profesinya sebagai Advokat berdasarkan keputusan
Organisasi Advokat.
Bahwa berdasarkan ketentuan Bab II Pengangkatan, Sumpah, Status, Penindakan, dan
Pemberhentian Advokat Bagian Kelima Pemberhentian Pasal 9 UU Advokat :
(1) Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi Advokat.
(2) Salinan Surat Keputusan pemberhentian disampaikan kepada MA, PT, dan lembaga penegak
hukum lainnya.
Bahwa berdasarkan ketentuan Bab IX DK Bagian Kesepuluh Keputusan DK Pasal 19 KEAI.
Bahwa dengan demikian Dapat disimpulkan bahwa Advokat dapat dipecat atau
diberhentikan sementara oleh Organisasi Advokat dengan Keputusan DK Organisasi
Advokat.
Keputusan
28. Keputusan Majelis DKC/D mengenai pelanggaran kode etik yang dilakukan seorang Advokat
adalah bersifat :
☻ Belum final dan belum mengikat, sebab masih dapat dilakukan upaya banding oleh
pengadu atau teradu yang tidak puas atas keputusan DKC/D kepada DKP. [Pasal 18 ayat 1
KEAI];
☻ Bahwa DKP dapat menguatkan, merubah atau membatalkan keputusan DKC/D dengan
memutus sendiri. [Pasal 19 ayat 1 KEAI];
☻ Sifat Keputusan DKP adalah final dan mengikat yang tidak dapat diganggu gugat dalam
forum manapun, termasuk dalam MUNAS. [Pasal 19 ayat 3 KEAI].
29. Sidang pembacaan putusan atas perkara pelanggaran kode etik dilakukan dalam :
Dilakukan dalam sidang terbuka.
Dalam Pasal 14 [5] KEAI diatur bahwa sidang-sidang dilakukan secara tertutup sedangkan
keputusan diucapkan dalam sidang terbuka.

HUKUM ACARA PERDATA

1. Tuntutan hak dalam sengketa disebut :


☻ Dalam sistem peradilan perdata disebut dengan gugatan, dan dalam sistem peradilan
pidana disebut dakwaan;
☻ Gugatan (dalam sistem peradilan perdata) atau dakwaan (dalam sidang peradilan pidana)
akan terdiri dari pernyataan penggugat/pendakwa mengenai apa fakta hukumnya (iudex
factie yang menjadi dasar gugatan/dakwaan) dan apa akibat hukumnya (iudex iuris, yang
dimohonkan kepada hakim agar dijadikan dasar putusan);
14  Fakta yang akan dijadikan dasar gugatan/dakwaan bukanlah fakta sembarang fakta,
melainkan fakta yang relevan dengan perkara hukum. Inilah yang disebut ‘fakta
hukum’ yang dalam bahasa Belanda disebut rechtsfeit.
☺ Dalam perkara perdata, fakta dihimpun oleh sang penggugat, atau yang di negeri-
negeri maju kerja untuk himpun-menghimpun fakta ini bisa pula dibantu detektif
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
swasta. Akan tetapi, selanjutnya, pengacara itulah yang akan dianggap
berkeahlian menapis mana yang fakta biasa yang bisa diabaikan (obiter dictum),
dan mana pula yang benar-benar relevan dengan perkara yang tengah
digugatkan, dan yang oleh sebab itu dapat dijadikan dasar gugatan yang kuat;
☻ Dalam perkara pidana, aparat kepolisian itulah yang akan melakukan penyidikan guna
mengumpulkan fakta yang akan dapat didayagunakan sebagai bukti bahwa suatu
perbuatan yang boleh diduga merupakan perbuatan pidana telah terjadi. Selanjutnya, JPU
itulah orangnya yang akan mendayagunakan fakta yang dilaporkan dalam BAP sebagai
dasar sebuah penuntutan. Fakta yang tertulis di dalam BAP akan diteliti kuantitas dan
kualitasnya agar segera dapat ditransformasi menjadi fakta hukum (iudex factie) yang
akan di(pro)posisikan sebagai dasar tuduhan, yang pada gilirannya akan menjadi dasar
tuntutan tentang akibat hukumnya;
☻ Dalam praktik hukum nasional yang modern, hubungan antara ‘fakta hukum yang
menjadi dasar gugatan/dakwaan’ dan ‘hukuman yang dinyatakan dalam putusan oleh
hakim’ itu selalu dirumuskan secara umum (in abstracto), dalam bentuk hubungan
sebab-akibat, ke dalam pasal-pasal hukum per-UU-an nasional, baik yang perdata
maupun yang pidana. Dalam tradisi ilmu dan praktik hukum yang sejak abad 19
memasuki ambang paradigma falsafati positivisme, seluruh teks hukum per-UU-an (lex,
lege) ini haruslah didayagunakan secara eksklusif sebagai sumber hukum yang formal
(yang dalam istilah hukum Belanda disebut formele rechtsbron);
☻ Pasal-pasal per-UU-an hukum perdata maupun hukum pidana (yang difungsikan sebagai
sumber hukum yang formal itu), dalam wujudnya sebagai bagian dari konstelasi hukum
positif modern selalu dirumuskan dalam bentuk hubungan sebab-akibat yang pasti.
Surat Kuasa
2. Surat Kuasa :
☻ Pasal 1792 KUHPdt
Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan kekuasaan
kepada seorang lain, yang menerimannya, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu
urusan.
☻ Pasal 1795 KUHPdt
Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan
tertentu atau lebih.
☻ Kuasa khusus di depan Pengadilan harus disempurnakan terlebih dahulu dengan syarat-
syarat yang disebut dalam Pasal 123 HIR :
(1) Bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa, yang
dikuasakannya untuk melakukan itu dengan surat kuasa teristimewa, kecuali kalau yang
memberi kuasa itu sendiri hadir. Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat
permintaan yang ditandatanganinya dan dimasukkan menurut ayat pertama pasal 118
atau jika gugatan dilakukan dengan lisan menurut pasal 120, maka dalam hal terakhir ini,
yang demikian itu harus disebutkan dalam catatan yang dibuat surat gugat ini.
(2) Pegawai yang karena peraturan umum, menjalankan perkara untuk Indonesia sebagai
wakil negeri, tidak perlu memakai surat kuasa yang teristimewa yang sedemikian itu.
(3) PN berkuasa memberi perintah, supaya kedua belah pihak, yang diwakili oleh kuasanya
pada persidangan, datang menghadap sendiri. Kuasa itu tidak berlaku buat Presiden.
☻ Syarat dan formulasi surat kuasa khusus berdasarkan SEMA No. 2 Thn 1959 dan SEMA
No. 6 Thn 1994 :
a. Menyebutkan kompetensi relatif, di PN mana kuasa itu dipergunakan mewakili
kepentingan pemberi kuasa;
b. Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak;
15
c. Menyebutkan secara konkret pokok dan ringkas dan objek sengketa yang
diperkarakan antara pihak yang berpekara. Paling tidak menyebut jenis atau
masalah perkaranya, misalnya, perkara perkawinan, transaksi jual beli.
 Syarat diatas bersifat kumulatif, salah satu syarat tidak dipenuhi mengakibatkan :
☺ Surat kuasa khusus cacat formil,

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Kedudukan kuasa sebagai pihak formil mewakili pemberi kuasa tidak sah,

gugatan kuasa tidak sah, semua tindakan kuasa tidak sah dan tidak mengikat, dan
gugatan yang diajukan tidak dapat diterima.
Pengajuan gugatan
3. Berdasarkan aturan yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata, pengajuan suatu gugatan dapat
disampaikan secara :
1) Tertulis
 Gugatan dapat disampaikan dalam bentuk tertulis. Hal ini ditegaskan dalam Pasal
118[113] HIR, Pasal 142 RGB, bahwa gugatan perdata harus dimasukan kepada PN
dengan surat permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya.
2) Lisan
 Berdasarkan Pasal 12014 HIR, Pasal 144 RGB, Gugatan dapat disampaikan juga
secara lisan apabila memenuhi ketentuan syarat formil dibawah ini :
☺ Penggugat tidak bisa membaca dan menulis;
→ Tidak termasuk buta hukum atau kurang memahami hukum;
→ Tidak termasuk orang yang tidak mampu secara finansial.
 Peraturan ini amat menolong dan berguna sekali bagi orang-orang pencari keadilan
yang pengetahuannya masih sederhana dan tidak mampu untuk membuat dan
menuliskan surat gugatan. Gugatannya dapat, diajukan dengan lisan kepada KPN
yang akan membuatkan gugatan itu, atau menyuruh membuatkannya.
 Ketentuan ini sesuai dengan kehendak penyusunnya, Jhr.Mr.H.L. Wichers, yang
menghendaki agar pemeriksaan perkara perdata di muka pengadilan untuk bangsa
Indonesia yang di waktu itu tahap pengetahuannya masih amat bersahaja, diatur
secara praktis, mudah dan tidak memakan banyak ongkos. Dengan amat kebetulan
sesuai pula dengan jiwa Pasal 4 (2) UU No. 14/1970 tentang KPKK yang
menentukan bahwa peradilan harus dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya
ringan.
Formulasi surat gugatan
4. Susunan atau formulasi surat gugatan terdiri dari :
a. Identitas dari para pihak;
 Penyebutan identitas para pihak dalam surat gugatan, merupakan syarat formil
keabsahan gugatan. Surat gugatan yang tidak menyebut identitas para pihak, apalagi
tidak menyebut identitas tergugat, menyebabkan gugatan tidak sah dan dianggap
tidak ada. Tentang penyebutan identitas dalam gugatan sangat sederhana sekali, tidak
seperti dalam surat dakwaan dalam perkara pidana.
☺ Berdasarkan Pasal 118 [1] HIR. Pencantuman identitas dalam surat gugatan
adalah sebagai dasar untuk :
→ Menyampaikan panggilan, atau
→ Menyampaikan pemberitahuan.
 Penyebutan identitas cukup dengan :
☺ Nama lengkap;
☺ Alamat atau tempat tinggal;
 Penyebutan identitas lainnya tidak imperatif.
b. Fundamentum Petendi/Posita/Positum;
 Dasar gugatan atau dasar tuntutan [grondslag van de lis].
☺ Dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasan-alasan dari tuntutan.

16
13
Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan PN, harus dimasukkan dengan surat permintaan yang
ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa
tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal sebetulnya.
14
Bilamana penggugat buta huruf maka surat gugatannya dapat dimasukkan dengan lisan kepada Ketua pengadilan negeri,
yang mencatat gugatan itu atau menyuruh mencatatnya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺Fundamentum petendi/positum/posita gugatan [jamak] atau dalil gugatan
merupakan landasan pemeriksaan dan penyelesaian perkara.
→ Pemeriksaan dan penyelesaian tidak boleh menyimpang dari dalil gugatan.
→ Sekaligus memikulkan beban wajib bukti kepada penggugat untuk
membuktikan dalil gugatan sesuai Pasal 186515 KUHPdt, Pasal 163 HIR.
 Fundamentum petendi yang dianggap lengkap dan memenuhi syarat, memuat dua
unsur :
a. Dasar hukum [rechtelijke grond]
Memuat penegasan atau penjelasan mengenai hubungan hukum antara :
→ Penggugat dengan materi dan atau objek yang disengketakan, dan
→ Antara penggugat dengan tergugat berkaitan dengan materi atau objek
sengketa.
b. Dasar fakta [feitelijke grond]
Memuat penjelasan pernyataan mengenai :
→ Fakta atau peristiwa yang berkaitan langsung dengan atau disekitar
hubungan hukum yang terjadi antara penggugat dengan materi atau obyek-
obyek perkara maupun dengan pihak tergugat, atau
→ Penjelasan fakta-fakta yang langsung berkaitan dengan dasar hukum atau
hubungan hukum yang didalilkan penggugat.
c. Tuntutan/Petitum;
 Apa yang diminta atau diharapkan penggugat agar diputuskan oleh Hakim. Jadi
tuntutan itu akan terjawab di dalam amar atau diktum putusan.
☺ Oleh karena itu petitum harus dirumuskan secara jelas dan tegas [Pasal 8 Rv].
☺ Berisi pokok tuntutan penggugat, berupa deskripsi yang jelas menyebut satu per
satu dalam ahkir gugatan tentang hal-hal apa saja yang menjadi pokok tuntutan
penggugat yang harus dinyatakan dan dibebankan kepada tergugat.
 Bentuk petitum :
a. Bentuk tunggal
→ Petitum disebut berbentuk tunggal, apabila deskripsi yang menyebut satu per
satu pokok tuntutan, tidak diikuti dengan susunan deskripsi petitum lain yang
bersifat alternative atau subsidair [subsidiary].
→ Bentuk petitum tunggal tidak boleh hanya berbentuk compositor atau ex-
aequo et bono [mohon keadilan] saja. Tetapi harus berbentuk rincian satu
persatu sesuai dengan yang dikehendaki penggugat dikaitkan dengan dalil
gugatan.
→ Petitum yang hanya mencantumkan mohon keadilan atau ex-aequo et bono:
− Tidak memenuhi syarat formil dan materiil petitum,
− Akibat hukumnya, gugatan dianggap mengandung cacat formil, sehingga
harus dinyatakan gugatan N.O.
b. Bentuk alternative
1) Petitum primair dan subsidair sama-sama dirinci
− Baik petitum primair maupun subsidair sama-sama dirinci satu persatu
dengan rincian yang saling berbeda.
Misalnya,
angka 1 dan angka 2 petitum primer penggugat minta dinyatakan
sebagai pemilik yang sah, dan menghukum tergugat untuk
menyerahkan barang tersebut kepadanya yang diikuti dengan
tuntutan ganti rugi, sedangkan pada angka 1 dan 2 petitum subsidair,
17 penggugat meminta dinyatakan orang yang berhak atau pemilik

15
Setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk
membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak itu atau kejadian yang dikemukakan itu.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
barang, dan meminta agar tergugat dihukum untuk membayar harga
barang.
Pada contoh diatas jelas ada perbedaan antara tuntutan primair dan
tuntutan subsidair. Penerapan yang ditegakan menghadapi petitum
primer dan petitum subsidair yang masing-masing dirinci satu per Satu :
 Mutlak diterapkan secara alternative;
 Oleh karena itu, Hakim dalam mengambil dan menjatuhkan Putusan,
harus memilih apakah petitum primair atau subsidair yang hendak
dikabulkan;
 Dengan demikian, Hakim dalam menghadapi gugatan yang
mengandung petitum primair dan subsidair, tidak boleh
mencampuradukkan dengan cara mengambil sebagian dari petitum
primair dan sebagian dari petitum subsidair.
2) Petitum primar dirinci, diikuti dengan petitum subsidair berbentuk
compositor atau ex-aequo et bono [mohon keadilan]
− Dalam hal ini, sifat alternatifnya tidak mutlak [tidak absolute],
− Hakim bebas untuk mengambil seluruh dan sebagian petitum primair
dan mengesampingkan petitum ex-aequo et bono [petitum subsidair],
− Bahkan Hakim bebas dan berwenang menetapkan lain berdasarkan
petitum ex-aequo et bono, dengan syarat :
 Harus berdasarkan kelayakan atau kepatutan [appropriateness], dan
 Kelayakan atau kepatutan yang ditetapkan atau dikabulkan itu, masih
berada dalam kerangka jiwa petitum primair dan dalil gugatan.
Prosedur pengajuan gugatan
5. Tahapan prosedur pengajuan gugatan :
a. Penggugat memasukkan surat gugatan ke PN yang berwenang
Menurut pasal 11816 HIR, ditentukan bahwa kewenangan PN yang berhak untuk
memeriksa perkara adalah :
1) PN dimana terletak tempat diam (domisili) Tergugat.
2) Apabila Tergugat lebih dari seorang, maka tuntutan dimasukkan ke dalam PN di tempat diam
(domisili) salah seorang dari Tergugat tersebut. Atau apabila terdapat hubungan yang berhutang
dan penjamin, maka tuntutan disampaikan kepada PN tempat domisili sang berhutang atau salah
seorang yang berhutang itu.
3) Apabila Tergugat tidak diketahui tempat domisilinya atau Tergugat tidak dikenal, maka tuntutan
dimasukkan kepada PN tempat domisili sang Penggugat atau salah seorang Penggugat. Atau
apabila tuntutan tersebut mengenai barang tetap, maka tuntutan dimasukkan ke dalam PN yang
dalam daerah hukumnya barang tersebut terletak.
4) Tuntutan juga dapat dimasukkan ke PN yang telah disepakati oleh pihak Penggugat
b. Penggugat membayar biaya perkara,

16
Pasal 118
(1) Gugatan perdata, yang pada tingkat pertama masuk kekuasaan pengadilan Negeri, harus dimasukkan dengan surat
permintaan yang ditandatangani oleh penggugat atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua pengadilan
negeri di daerah hukum siapa tergugat bertempat diam atau jika tidak diketahui tempat diamnya, tempat tinggal
sebetulnya.
(2) Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal di dalam itu dimajukan kepada ketua pengadilan negeri
di tempat tinggal salah seorang dari tergugat itu, yang dipilih oleh penggugat. Jika tergugat-tergugat satu sama lain
dalam perhubungan sebagai perutang utama dan penanggung, maka penggugatan itu dimasukkan kepada Ketua
pengadilan negeri di tempat orang yang berutang utama dari salah seorang dari pada orang berutang utama itu,
kecuali dalam hal yang ditentukan pada ayat 2 dari pasal 6 dari reglemen tentang aturan hakim dan mahkamah serta
kebijaksanaan kehakiman (R.O.).
18 (3) Bilamana tempat diam dari tergugat tidak dikenal, lagi pula tempat tinggal sebetulnya tidak diketahui, atau jika
tergugat tidak dikenal, maka surat gugatan itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggal
penggugat atau salah seorang dari pada penggugat, atau jika surat gugat itu tentang barang gelap, maka surat gugat
itu dimasukkan kepada ketua pengadilan negeri di daerah hukum siapa terletak barang itu.
(4) Bila dengan surat sah dipilih dan ditentukan suatu tempat berkedudukan, maka penggugat, jika ia suka, dapat
memasukkan surat gugat itu kepada ketua pengadilan negeri dalam daerah hukum siapa terletak tempat kedudukan
yang dipilih itu.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
c. Penggugat mendapatkan bukti pembayaran perkara,
d. Penggugat menerima nomor perkara (roll).
6. Tahapan prosedur sidang, pemanggilan, dan ongkos panjar perkara :
☻ Bahwa berdasarkan Pasal 12117 HIR
 Surat gugatan yang dialamatkan kepada KPN, sesudahnya diterima dan penggugat
membayar semua biaya administrasi dan ongkos pemanggilan serta pemberitahuan
kepada kedua pihak dan biaya meterai yang harus dibayar oleh penggugat (lihat ayat
(4) pasal ini) dicatat dalam daftar perkara perdata oleh Panitera.
 KPN menetapkan hari dan jam persidangan pengadilan dengan perintah untuk
memanggil kedua belah pihak untuk datang di persidangan. Bersamaan dengan
pemanggilan ini sehelai salinan surat gugatan diserahkan kepada tergugat, dengan
pemberitahuan, bahwa ia jika dikehendakinya dapat menjawab dengan surat. Surat
jawaban ini mungkin akan berisi tangkisan yang bersifat:
☺ Tangkisan prinsipal yaitu tergugat membantah kebenaran hal-hal yang
dikemukakan oleh penggugat dalam surat gugatannya, atau
☺ Tangkisan eksepsi, yaitu tergugat tidak membantah secara Langsung isi surat
gugatannya, yaitu menolak gugatannya dengan jalan mengatakan, bahwa dengan
alasan-alasan tertentu pengadilan tidak berwenang untuk mengadili perkaranya
secara relatif, artinya yang berhubungan dengan wewenang hakim yang
berhubungan dengan daerah hukumnya, bukan yang secara absolut, wewenang
yang berhubungan dengan sifat perkaranya.
 Bagi penggugat yang buta huruf ada ketentuan dalam Pasal 120 HIR untuk
memajukan gugatannya dengan lisan, akan tetapi bagi tergugat tidak ada ketentuan
boleh menjawab surat gugatan dengan lisan, malahan menurut Pasal 121 (2) HIR,
kalau mau ia boleh menjawab gugatan itu, tetapi dengan surat.
☻ Beperkara tanpa biaya atau prodeo :
 Syarat ini diatur dalam Pasal 23718 HIR yang menegaskan bagi orang-orang yang
tidak mampu membayar biaya perkara, dapat diberi ijin untuk beperkara tanpa
biaya.
 Pengajuan oleh Penggugat :
☺ Menurut Pasal 238 [1] HIR, jika yang mengajukan permintaan izin adalah
penggugat:
→ Permintaan dapat langsung dimasukkan dalam surat gugatan atau dengan
surat tersendiri;
→ Dapat juga diajukan lisan, apabila gugatan disampaikan dengan lisan
berdasarkan Pasal 120 HIR.
 Pengajuan izin oleh Tergugat :
☺ Hal ini diatur dalam Pasal 238 [2] HIR, yang menyatakan permintaan izin
diajukan tergugat pada saat mengajukan jawaban.

17
Pasal 121 HIR
1) Sesudah surat gugat yang dimasukkan itu atau catatan yang diperbuat itu dituliskan oleh panitera dalam daftar yang
disediakan untuk itu, maka ketua menentukan hari, dan jamnya perkara itu akan diperiksa di muka pengadilan
negeri, dan ia memerintahkan memanggil kedua belah pihak supaya hadir pada waktu itu, disertai oleh saksi-saksi
yang dikehendakinya untuk diperiksa, dan dengan membawa segala surat-surat keterangan yang hendak
dipergunakan.
2) Ketika memanggil tergugat, maka beserta itu diserahkan juga sehelai salinan surat gugat dengan memberitahukan
bahwa ia, kalau mau, dapat menjawab surat gugat itu dengan surat.
3) Ketetapan yang dimaksud dalam ayat pertama dari pasal ini dicatat dalam daftar yang tersebut dalam ayat itu,
19 demikian juga pada surat gugat asli.
4) Memasukkan ke dalam daftar seperti di dalam ayat pertama, tidak dilakukan, kalau belum dibayar lebih dahulu
kepada panitera sejumlah uang yang akan diperhitungkan kelak yang banyaknya buat sementara ditaksir oleh ketua
pengadilan negeri menurut keadaan untuk bea kantor kepaniteraan dan ongkos melakukan segala panggilan serta
pemberitahuan yang diwajibkan kepada kedua belah pihak dan harga meterai yang akan dipakai.
18
Orang-orang yang demikian, yang sebagai penggugat atau sebagai tergugat hendak berperkara akan tetapi tidak mampu
membayar biaya perkara dapat diberikan izin untuk berperkara dengan tak berbiaya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
→ Hal tersebut dapat ditafsirkan, ketentuan Pasal ini memberi hak kepada
tergugat untuk mengajukan permintaan izin berperkara tanpa biaya selama
tahap proses jawab-menjawab berlangsung.
→ Tidak mesti diajukan pada jawaban pertama tetapi dapat juga diajukan pada
duplik atau jawaban kedua [rejoinder].
 Pasal 238 [3] HIR, mengatur syarat permintaan izin.
☺ Disertai surat keterangan tidak mampu dari kepala polisi setempat,
→ Ketentuan ini pada masa sekarang tidak tepat, yang tepat dari camat atau
cukup kepala desa
☺ Isi surat keterangan
→ Berisi penjelasan bahwa berdasarkan pemeriksaan atau penelitian, pemohon
benar-benar orang tidak mampu.
 Pasal 291 HIR Putusan izin berperkara tanpa biaya yang dijatuhkan PN, merupakan :
☺ Putusan tingkat pertama dan terakhir, sehingga Putusan tersebut bersifat final,
dan terhadap Putusan tersebut tertutup upaya banding.
☻ Panggilan :
 Pasal 121 [1] HIR, pemanggilan itu meliputi perintah agar para pihak juga
menghadirkan saksi-saksi mereka;
 Panggilan dilakukan oleh juru sita, sesuai dengan kewenangan relatif yang
dimilikinya berdasarkan ketentuan Pasal 388 jo. 390 [1] HIR dan Pasal 1 Rv;
☺ Berdasarkan Pasal 390 [1] HIR dan Pasal 2[3] Rv, panggilan dilakukan dalam
bentuk Surat tertulis;
 Diatur dalam Pasal 390 [1,3] HIR serta Pasal 1 dan Pasal 6 [7] Rv. Berdasarkan
ketentuan-ketentuan ini, dapat diklasifikasikan tata cara penggilan berdasarkan
faktor diketahui atau tidak tempat tinggal tergugat atau orang yang dipanggil :
☺ Berdasarkan Pasal 390[1] HIR dan Pasal 1 Rv, Apabila tempat tinggal atau
tempat kediaman tergugat atau orang yang dipanggil diketahui :
→ Harus disampaikan di tempat atau tempat domisili pilihan tergugat;
→ Disampaikan kepada yang bersangkutan sendiri, jadi harus disampaikan
secara in person kepada tergugat atau keluarganya;
→ Disampaikan kepada kepala desa, apabila yang bersangkutan dan keluarga
tidak ditemui juru sita di tempat tinggal atau kediaman
☺ Berdasarkan Pasal 390 [3] HIR dan Pasal 6 [7] Rv mengatur tata cara
penyampaian panggilan kepada tergugat yang tidak diketahui tempat tinggalnya :
→ Surat panggilan [surat juru sita] disampaikan kepada bupati atau wali kota,
sesuai dengan yurisdiksi atau kompetensi relatif yang dimilikinya
− Bupati atau walikota tersebut :
 Mengumumkan atau memaklumatkan surat juru sita itu,
 Caranya, dengan jalan menempelkannya pada pintu umum kamar
persidangan PN yang bersangkutan.
Pasal 390
(1) Tiap-tiap surat jurusita, kecuali yang akan disebut di bawah ini, harus disampaikan pada
orang yang bersangkutan sendiri di tempat diamnya atau tempat tinggalnya dan jika
tidak dijumpai di situ, kepada kepala desanya atau lurah bangsa Tionghoa yang
diwajibkan dengan segera memberitahukan surat jurusita itu pada orang itu sendiri,
dalam hal terakhir ini tidak perlu pernyataan menurut hukum.
(2) Jika orang itu sudah meninggal dunia, maka surat jurusita itu disampaikan pada ahli
warisnya; jika ahli warisnya tidak dikenal maka disampaikan pada kepala desa di tempat
tinggal yang terakhir dari orang yang meninggal dunia itu di Indonesia, mereka berlaku
20 menurut aturan yang disebut pada ayat di atas ini. Jika orang yang meninggal dunia itu
masuk golongan orang Asing, maka surat jurusita itu diberitahukan dengan surat tercatat
pada Balai Harta Peninggalan.
(3) Tentang orang-orang yang tidak diketahui tempat diam atau tinggalnya dan tentang
orang-orang yang tidak dikenal, maka surat jurusita itu disampaikan pada Bupati, yang

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
dalam daerahnya terletak tempat tinggal penggugat dan dalam perkara pidana, yang
dalam daerahnya hakim yang berhak berkedudukan. Bupati itu memaklumkan surat
jurusita itu dengan menempelkannya pada pintu umum kamar persidangan dari hakim
yang berhak itu.
 Jarak waktu pemanggilan dengan hari sidang berdasarkan Pasal 122 HIR yang
berbunyi “tidak boleh kurang dari tiga hari kerja, kecuali jika perkara itu perlu benar
lekas diperiksa dan hal itu disebutkan dalam surat perintah itu“.
Gugatan Voluntair
7. Gugatan voluntair :
Bahwa peradilan mempunyai kewenangan dalam menyelesaikan permasalahan baik
secara/dengan :
1. Yurisdiksi contentiosa
Perkara sengketa yang bersifat partai [ada pihak penggugat dan tergugat].
2. Yurisdiksi voluntair
☺ Permasalahan perdata yang diajukan dalam bentuk permohonan yang
ditandatangani pemohon atau kuasanya yang ditujukan kepada KPN.
☺ Gugatan permohonan secara sepihak tanpa ada pihak lain yang ditarik sebagai
tergugat.
☺ Ciri khas :
→ Masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata [for the benefit
of one party only];
→ Permasalahan yang dimohonkan penyelesaiannya kepada PN, pada
prinsipnya tanpa sengketa dengan pihak lain [without disputes or
differences with another party];
→ Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi
bersifat ex-parte.
Intervensi.
8. Intervensi/interventie :
☻ Diatur dalam Pasal 297 – 282 Rv.
Pasal 297
"Setiap orang yang berkepentingan di dalam suatu perkara perdata, yang terjadi di antara dua
belah pihak yang lain, dapat menuntut supaya ia diperbolehkan ikut serta atau mencampuri".
☻ Turut masuk sebagai pihak dalam suatu pemeriksaan perkara perdata [Pasal 279-282
Rv], permohonan untuk itu harus diajukan sebelum atau pada saat perdebatan kedua
belah pihak berakhir [Soeroso];
☻ Ikut campurnya pihak ketiga dalam perkara yang sedang berlangsung antara penggugat
dan tergugat.
☻ Turut campur tanganya pihak ketiga.
☻ Suatu aksi hukum oleh pihak yang berkepentingan dengan jalan melibatkan diri atau
dilibatkan oleh salah satu pihak dalam suatu perkara perdata yang sedang berlangsung
antara dua pihak yang sedang beperkara [H.A.Mukti Arto];
☻ Ikut sertanya pihak ketiga dalam suatu perkara yang sedang berlangsung, apabila ia
mempunyai kepentingan.[Ishaq, SH, Mhum].
9. Interventie/intervensi dalam perkara dibagi dalam :
a. Tusschenkomst [menengahi];
☻ Nama lain dari Tusschenkomst adalah intervensi;
☻ Ikut campurnya pihak ketiga dalam perkara yang sedang berlangsung antara penggugat
dan tergugat untuk membela kepentingannya sendiri [Soeroso];
☻ Pencampuran pihak ketiga atas kemauan sendiri yang ikut dalam proses dimana pihak
21
ketiga ini tidak memihak baik kepada penggugat maupun kepada tergugat melainkan ia
hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri [Retnowulan Sutantio dan Iskandar
Oeripkartawinata];
☻ Ikut sertanya pihak ketiga dalam perkara guna membela kepentingannya sendiri [Ishaq];

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Masuknya pihak ketiga sebagai pihak yang berkepentingan ke dalam perkara yang
sedang berlangsung untuk membela kepentingannya sendiri [Mukti Arto];
b. Voeging [menyertai];
☻ Masuknya pihak ketiga yang ingin menggabungkan diri kepada pihak Tergugat ataupun
pihak Penggugat;
☻ Ikut sertanya pihak ketiga menjadi pihak dalam perkara dengan jalan menggabungkan
diri dengan salah satu pihak untuk membela kepentingannya [Ishaq];
☻ Ikut campurnya pihak ketiga yang merasa berkepentingan terhadap perkara yang
sedang berlangsung antara penggugat dan tergugat untuk menggabungkan diri pada
salah satu pihak yang beperkara [Soeroso];
c. Vrijwaring [garantie].
☻ Masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara yang sedang berlangsung, karena ditarik
oleh pihak Tergugat;
☻ Suatu aksi hukum yang dilakukan oleh tergugat untuk menarik pihak ketiga ke dalam
perkara guna menjamin kepentingan tergugat dalam menghadapi gugatan penggugat
[Mukti Arto];
☻ Satu pihak yang sedang bersengketa di muka pengadilan menarik pihak ketiga di dalam
sengketa. Ikut sertanya pihak ketiga disini adalah secara terpaksa dan bukan karena
kehendak pihak ketiga itu sendiri [Sudikno Mertokusumo];
☻ Vrijwaring, tidak dapat digolongkan sebagai interventie, karena bentuk ini, inisiatif ikut
serta dalam perkara itu bukanlah datang dari pihak ketiga, melainkan justru dari salah
satu pihak yang beperkara yaitu penggugat atau tergugat. Jadi vrijwaring adalah ikut
sertanya pihak ketiga dalam perkara karena diminta oleh salah satu pihak yang beperkara
sebagai penangggung atau pembebas menurut hukum.
Class Action
10. Class Action :
Diatur dalam PERMA No. 1 Thn 2002.
☻ Class Action merupakan sinonim class suit atau representatif action [RA] yang berarti :
 Gugatan yang berisi tuntutan melalui proses pengadilan yang diajukan oleh satu atau
beberapa orang yang bertindak sebagai wakil kelompok [class representative];
 Perwakilan kelompok itu bertindak mengajukan gugatan tidak hanya untuk dan atas
nama mereka, tetapi sekaligus untuk dan atas nama kelompok yang mereka wakili,
tanpa memerlukan surat kuasa dan anggota kelompok;
 Dalam pengajuan gugatan tersebut, tidak perlu disebutkan secara individual satu per
satu identitas anggota kelompok yang diwakili;
 Yang penting asal kelompok yang diwakili dapat didefinisikan identifikasi anggota
kelompok secara spesifik;
 Selain itu, antara seluruh anggota kelompok, dengan wakil kelompok terdapat
kesamaan fakta atau dasar hukum yang melahirkan :
☺ Kesamaan kepentingan [common interest],
☺ Kesamaan penderitaan [common grievance],
☺ Apa yang dituntut memenuhi syarat untuk kemanfaatan bagi seluruh anggota,
☺ Apabila dalam kenyataan terdapat persaingan kepentingan [competing interest]
di antara anggota kelompok, tidak dapat dibenarkan mengajukan gugatan melalui
Class Action.
☻ MENURUT PERMA No. 1 Thn 2002
a. Istilah yang dipergunakan
☺ Class Action = Gugatan Perwakilan Kelompok, hal ini ditegaskan dalam Diktum
22 PERMA itu sendiri pada bagian menetapkan yang menyebut tentang Acara
Gugatan Perwakilan Kelompok atau Representative Action.
b. Pengertian Gugatan Perwakilan Kelompok
☺ Diatur dalam Pasal 1 huruf a yang menyatakan;
→ Suatu tata cara pengajuan yang dilakukan satu orang atau lebih,
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
→ Orang itu bertindak mewakili kelompok [class representative] untuk diri
sendiri dan sekaligus mewakili kelompok [class members] yang jumlahnya
banyak [numeurous],
→ Antara yang mewakili kelompok dengan anggota kelompok yang diwakili
memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum.
Perdamaian
11. Perdamaian :
Pasal 130 HIR
(1) Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka PN dengan pertolongan
ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.
(2) Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat
sebuah surat (akte) tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan menepati
perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai
putusan yang biasa.
(3) Keputusan yang sedemikian tidak diizinkan dibanding.
(4) Jika pada waktu mencoba akan memperdamaikan kedua belah pihak, perlu dipakai seorang
juru bahasa, maka peraturan pasal yang berikut dituruti untuk itu.
☻ PERMA No. 1 Thn 2008;
☻ Akta perdamaian adalah akta yang memuat isi kesepakatan perdamaian dan putusan
hakim yang menguatkan kesepakatan perdamaian tersebut yang tidak tunduk pada
upaya hukum biasa maupun luar biasa;
☻ Kesepakatan perdamaian adalah dokumen yang memuat syarat-syarat yang
disepakati oleh para pihak guna mengakhiri sengketa yang merupakan hasil dari
upaya perdamaian dengan bantuan seorang mediator atau lebih berdasarkan
Peraturan ini;
☻ Kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri
oleh pihak lainnya;
 Kaukus merupakan pengecualian dari prinsip umum yang mengharuskan
bahwa setiap pertemuan harus dihadiri para pihak. Hal ini diatur dalam Pasal 15
[3] Perma No. 1 Thn 2008, yang mensyaratkan bahwa apabila memang dianggap
perlu mediator dapat melakukan kaukus.
☻ Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan
guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan
cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian;
☻ Jenis perkara yang tidak dapat diselesaikan dengan mediasi berdasarkan PERMA No.
1 Thn 2008 adalah :
☺ pengadilan niaga,
☺ pengadilan hubungan industrial,
☺ keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dan
☺ keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
☻ Jenis perkara yang dapat diselesaikan dengan mediasi berdasarkan PERMA No. 1
Thn 2008 adalah :
☺ Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib
lebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan
mediator.
☻ Sifat perkara mediasi [Pasal 6 Perma No. 1 Thn 2008]
☺ Proses mediasi pada asasnya tertutup kecuali para pihak menghendaki lain;
☻ Proses mediasi untuk sengketa publik bersifat :
 Terbuka untuk umum.
23  Pada prinsipnya proses mediasi tidak terbuka untuk umum, kecuali jika para
pihak menghendaki lain. Namun khusus untuk sengketa publik mutlak harus
dilakukan secara terbuka untuk umum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 14 [2]
Perma No. 2 Thn 2003.
☻ Sifat putusan akta perdamaian :
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan yang berkekuatan tetap;
☺ Mempunyai kekuatan eksekutorial;
☺ Tidak dapat dilakukan upaya hukum biasa dan atau luar biasa;
 Ketiga hal diatas disyaratkan dalam Pasal 130 [2] HIR yaitu ........”surat akte itu akan
berkekuatan hukum dan akan dijalankan sebagai keputusan yang biasa.....” . Disamping
itu sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 130 [3] HIR bahwa terhadap putusan
akte perdamaian tidak dapat dilakukan upaya banding atau kasasi.
☻ Para pihak berhak memilih mediator di antara pilihan-pilihan berikut [Pasal 8
Perma No. 1 Thn 2008]:
a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan;
b. Advokat atau akademisi hukum;
c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau berpengalaman
dalam pokok sengketa;
d. Hakim majelis pemeriksa perkara;
e. Gabungan antara mediator yang disebut dalam butir a dan d, atau gabungan butir
b dan d, atau gabungan butir c dan d.
☻ Batas waktu pemilihan mediator [Pasal 11 Perma No. 1 Thn 2008]:
 Hakim mewajibkan para pihak untuk memilih mediator pada hari pertama
sidang atau selambat-lambatnya 2 [dua] hari kerja berikutnya;
☻ Mediasi harus ditempuh dengan itikad baik [Pasal 12];
☻ Tahapan proses mediasi [Pasal 13]:
 Penyerahan resume perkara paling lama 5 hari kerja;
 Proses mediasi berlangsung selama 40 hari kerja sejak pemilihan mediator atau
Hakim yang ditunjuk;
 Berdasarkan kesepakatan para pihak proses mediasi dapat diperpanjang selama
14 hari kerja;
☻ Keterpisahan mediasi dari litigasi [Pasal 19] :
 Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, Pernyataan dan pengakuan para
pihak dalam proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam
proses persidangan perkara yang bersangkutan atau perkara lain;
 Catatan mediator wajib dimusnahkan;
 Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara
yang bersangkutan;
 Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata atas
isi kesepakatan perdamaian hasil proses mediasi.
☻ Kesepakatan di luar pengadilan [Pasal 23] :
 Mediator besertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar pengadilan
dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan perdamaian
tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian
dengan cara mengajukan gugatan;
 Hakim dihadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan perdamaian
dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. sesuai kehendak para pihak;
b. tidak bertentangan dengan hukum;
c. tidak merugikan pihak ketiga;
d. dapat dieksekusi;
e. dengan iktikad baik.
24 ☻ PERMA ini berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu tanggal 31 Juli 2008.
Gugatan Balik.
12. Reconventie :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Pasal 132a19 dan Pasal 132b HIR;
☻ Gugatan asal disebut gugatan dalam konvensi;
☻ Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh tergugat, berhubung penggugat juga
melakukan wanprestasi terhadap tergugat [Abdulkadir Muhammad].
☻ Apabila di persidangan PN tergugat tidak mengajukan Rekonvensi maka dalam
pemeriksaan tingkat banding tidak boleh diajukan lagi. Tergugat hanya dibolehkan
mengajukan gugatan biasa kepada PN.
☻ Berdasarkan ketentuan Pasal 132a HIR, terhadap setiap gugatan, tergugat dapat
mengajukan Rekonvensi, kecuali dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut :
1) Rekonvensi tidak boleh diajukan, apabila penggugat bertindak dalam suatu kualitas,
sedangkan Rekonvensi ditujukan kepada diri penggugat pribadi dan sebaliknya;
2) Rekonvensi tidak boleh diajukan apabila PN yang memeriksa gugatan penggugat
tidak berwenang memeriksa gugatan Rekonvensi;
3) Rekonvensi tidak boleh diajukan apabila mengenai perkara tentang pelaksanaan
putusan Hakim.
☻ Rekonvensi diajukan bersama-sama dengan jawaban tergugat baik itu merupakan
jawaban lisan atau tertulis.
☻ Praktik, Rekonvensi dapat diajukan selama belum dimulai dengan pemeriksaan bukti.
Pencabutan Gugatan
13. Pencabutan gugatan :
☻ Dasar hukum Pasal 271-272 Rv berdasarkan asas doelmatigheid.
a. Pencabutan mutlak hak penggugat selama pemeriksaan belum berlangsung;
Apabila gugatan belum sampai dijawab oleh tergugat, maka penggugat dapat
langsung mengajukan pencabutan gugatan.
b. Atas persetujuan tergugat apabila pemeriksaan telah berlangsung;
Apabila tergugat sudah memberikan jawaban maka pencabutan gugatan dapat
dilaksanakan apabila ada persetujuan dari tergugat.
☻ Cara pencabutan :
 Diajukan penggugat sendiri atau kuasanya;
☻ Akibat hukum :
 Pencabutan mengakhiri perkara;
 Tertutup segala upaya hukum bagi para pihak;
 Para pihak kembali ke keadaan semula;
 Biaya perkara dibebankan kepada penggugat.
☻ Pengajuan kembali gugatan yang telah dicabut :
 Apabila pencabutan tersebut tanpa persetujuan tergugat maka dapat diajukan
kembali;
 Apabila pencabutan gugatan tersebut memerlukan persetujuan tergugat maka tidak
dapat diajukan kembali.
Kewenangan Mengadili
14. Kewenangan mengadili :
Bahwa permasalahan yurisdiksi mengadili merupakan syarat formil keabsahan gugatan,
kekeliruan mengajukan gugatan kepada lingkungan peradilan atau pengadilan yang tidak
berwenang, mengakibatkan gugatan salah alamat sehingga tidak sah dan dinyatakan tidak

19
Pasal 132a HIR
(1) Tergugat berhak dalam tiap-tiap perkara memasukkan gugatan melawan kecuali.
25 a. kalau penggugat memajukan gugatan karena suatu sifat, sedang gugatan melawan itu akan mengenai
dirinya sendiri dan sebaliknya;
b. kalau pengadilan negeri yang memeriksa surat gugat penggugat tidak berhak memeriksa gugatan melawan
itu berhubung dengan pokok perselisihan.
c. dalam perkara perselisihan tentang menjalankan keputusan.
(2) Jikalau dalam pemeriksaan tingkat pertama tidak dimajukan gugat melawan, maka dalam bandingan tidak dapat
memajukan gugatan itu.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
dapat diterima atas alasan gugatan yang diajukan tidak termasuk yurusdiksi absolut atau relatif
pengadilan yang bersangkutan.
1) Kewenangan Absolut atau atribusi kekuasaan [attributive competentie, attributive
jurisdiction]
Perbedaan atau pembagian yurisdiksi berdasarkan lingkungan peradilan yang melahirkan
kekuasaan atau kewenangan absolut bagi masing-masing lingkungan peradilan.
 BERDASARKAN SISTEM PEMBAGIAN LINGKUNGAN PERADILAN, PN BERHADAPAN
DENGAN KEWENAGAN ABSOLUT LINGKUNGAN PERADILAN LAIN.
☺ PN :
→ Peradilan Umum sebagaimana yang digariskan Pasal 50 dan Pasal 51 UU No.
2 Thn 1986 s.d.u UU No. 8 Thn 2004, hanya berwenang mengadili perkara :
− Pidana [pidana umum dan khusus];
− Perdata [perdata umum dan niaga].
☺ PA :
→ Peradilan Agama kewenangan berdasarkan Pasal 49 UU No. 7 Thn 1989 s.d.u
UU No. 3 Thn 2006 s.d.u. UU No. 50 Thn 2009 tentang PA bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.
☺ Pengadilan TUN :
→ Peradilan TUN kewenangan berdasarkan Pasal 47 UU No. 5 Thn 1986 s.d.u.
UU No. 9 Thn 2004 s.d.u. UU No. 51 Thn 2009. Kewenangannya terbatas dan
tertentu untuk mengadili sengketa TUN.
☺ Pengadilan Militer :
→ Peradilan Militer, sesuai dengan ketentuan Pasal 40 UU No. 31 Thn 1997,
hanya berwenang mengadili perkara pidana yang terdakwanya terdiri dari
Prajurit TNI berdasarkan pangkat tertentu.
 KEWENANGAN ABSOLUT EXTRA JUDICIAL BERDASARKAN YURISDIKSI KHUSUS
[SPECIFIC JURISDICTION] OLEH UU.
☺ ARBITRASE
☺ PENGADILAN PAJAK;
☺ MAHKAMAH PELAYARAN;
 KEWENANGAN ABSOLUT BERDASARKAN FAKTOR INSTANSIONAL
☺ PENGADILAN TINGKAT PERTAMA;
☺ PENGADILAN TINGKAT BANDING;
☺ PENGADILAN KASASI.
2)Kewenangan Relatif atau distribusi kekuasaan [distributive jurisdiction]
Masalah yurisdiksi dapat juga timbul dalam satu lingkungan peradilan, disebabkan faktor
wilayah [locality] yang membatasi kewenangan masing-masing pengadilan dalam
lingkungan wilayah hukum atau daerah hukum tertentu.
26  Patokkan menentukan kewenangan mengadili dihubungkan dengan batas daerah
hukum PN, merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR/Pasal 142 RGB. Akan tetapi
untuk memperjelas pembahasannya sengaja berorientasi juga kepada Pasal 99 Rv.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan itu dapat dijelaskan beberapa patokan
menentukan kompetensi relatif, sehubungan dengan itu, agar pengajuan gugatan
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
tidak salah dan keliru, harus diperhatikan patokan yang ditentukan UU, yaitu sebagai
berikut :
☺ ACTOR SEQUITUR FORUM REI / FORUM DOMISILI;
Patokan ini digariskan Pasal 118 [1] HIR yang menegaskan :
Pasal 118 [1]
Yang berwenang mengadili suatu perkara adalah PN tempat tinggal tergugat.
Oleh karena itu, agar gugatan yang diajukan penggugat tidak melanggar
batas kompetensi relatif gugatan harus diajukan dan dimasukkan kepada
PN yang berkedudukan di wilayah atau daerah hukum tempat tinggal
tergugat.
☺ ACTOR SEQUITUR FORUM REI DENGAN HAK OPSI;
→ Ketentuan penerapan asas ACTOR SEQUITUR FORUM REI yang memberi
hak opsi kepada penggugat memilih salah satu PN, diatur dalam Pasal 118 [2]
HIR, ketentuan ini sama dengan Pasal 99 [6] Rv, bahkan lebih tegas dan jelas.
☺ ACTOR SEQUITUR FORUM REI TANPA HAK OPSI, TETAPI BERDASARKAN
TEMPAT TINGGAL DEBITUR PRINCIPAL;
→ Kebalikan dari penerapan ACTOR SEQUITUR FORUM REI dengan hak opsi
adalah tanpa opsi. UU tidak memberikan hak opsi kepada penggugat,
meskipun pihak tergugat terdiri dari beberapa orang. Ketentuan ini diatur
pada kalimat kedua Pasal 118 [2] HIR dan Pasal 99 [6] Rv.
☺ PN DI DAERAH HUKUM TEMPAT TINGGAL PENGGUGAT;
→ Pasal 118 [3] HIR, memberi hak kepada penggugat mengajukan gugatan
kepada PN tempat tinggal penggugat. Dengan ketentuan apabila tempat
tinggal atau kediaman tergugat tidak diketahui.
☺ FORUM REI SITAE [TEMPAT BARANG SENGKETA];
→ Makna forum rei sitae, gugatan diajukan kepada PN berdasarkan patokan
tempat terletak benda tidak bergerak yang menjadi objek sengketa.
Penggarisan tentang hal ini diatur dalam Pasal 118 [3] HIR, ketentuan ini
sama dengan Pasal 142 [5] RGB;
☺ KOMPETENSI RELATIF BERDASARKAN PEMILIHAN DOMISILI;
→ Menurut Pasal 118 [4] HIR, para pihak dalam perjanjian dapat menyepakati
domisili pilihan yang berisi klausul sepakat memilih PN tertentu yang akan
berwenang menyelesaikan sengketa yang timbul dari perjanjian.
Pencantuman klausul harus berbentuk akta tertulis :
− Dapat langsung dicantumkan sebagai klausul dalam perjanjian pokok,
atau
− Dituangkan dalam akta tersendiri yang terpisah dari perjanjian pokok.
☺ NEGARA / PEMERINTAH DAPAT DIGUGAT PADA SETIAP PN
Eksepsi
15. Bilamana eksepsi tersebut diatas dapat diajukan :
a. Eksepsi Kompetensi Absolut
 Pengajuan eksepsi kewenangan absolut [absolute competency], diatur dalam Pasal
134 HIR dan Pasal 132 Rv. Berdasarkan kedua Pasal tersebut digariskan hal berikut :
(1) Dapat diajukan tergugat setiap saat;
(2) Secara ex-officio Hakim harus menyatakan diri tidak berwenang;
(3) Dapat diajukan pada tingkat banding dan kasasi;
b. Eksepsi Kompetensi Relatif :
 Bentuk dan saat pengajuan kompetensi relatif diatur dalam Pasal 125 [2] dan Pasal
27 133 HIR. Bertitik tolak dari kedua Pasal tersebut, dapat dijelaskan hal-hal berikut :
☺ Bentuk pengajuan dapat secara lisan berdasarkan Pasal 133 HIR atau tertulis
berdasarkan Pasal Pasal 125 [220] jo. Pasal 121 HIR;

20
Akan tetapi jika tergugat, di dalam surat jawabannya yang tersebut pada pasal 121, mengemukakan perlawanan (exceptie)
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Memperhatikan ketentuan Pasal 125 [2] dan Pasal 133 HIR, pengajuan eksepsi

ini harus disampaikan :
→ Pada sidang pertama, dan
→ Bersamaan pada saat mengajukan jawaban pertama terhadap materi pokok
perkara.
☺ Patokan keabsahan mengajukan eksepsi kompetensi relatif adalah saat
pengajuan jawaban pertama
16. Jenis eksepsi :
☻ Declinatoire exeptie,
☺ Yaitu yang mengajukan perlawanan, bahwa pengadilan tidak berkuasa mengadili
atau bahwa tuntutan terhadapnya itu batal.
☻ Dilatoire exeptie,
☺ Yaitu yang mengajukan perlawanan, bahwa tuntutannya belum sampai waktunya
untuk diajukan, di antaranya :
→ oleh karena masih ada surat perjanjian yang belum dipenuhi, atau
→ oleh karena jangka waktunya belum terlewat, atau
→ oleh karena tergugat masih sedang berada di dalam waktu pertimbangan.
☻ Paremptoire exeptie,
☺ Yaitu yang mengajukan perlawanan mutlak terhadap tuntutan penggugat,
misalnya :
→ karena perkaranya sudah usang atau daluwarsa,
→ oleh karena yang digugat telah diberikan pembebasan dari utangnya, atau
→ oleh karena telah diadakan perhitungan bayar-membayar atau
→ oleh karena telah ada keputusan pengadilan yang tidak dapat digugat lagi.
17. Bentuk keputusan eksepsi :
☻ Dibedakan bentuk dan sifat putusan yang menolak dan mengabulkan eksepsi
kompetensi. Antara keduanya, tidak sama bentuk, sifat, dan perlakuannya.
 Penolakan eksepsi kompetensi :
☺ Berbentuk putusan sela yang berisi pernyataan bahwa PN berwenang
memeriksa perkara;
☺ Sifatnya, tidak mengakhiri proses pemeriksaan, malahan memerintahkan
melanjutkannya;
☺ Terhadapnya tertutup upaya banding secara tersendiri, tetapi harus bersama-
sama dengan putusan akhir.
 Pengabulan eksepsi kompetensi :
☺ Berbentuk putusan akhir berdasarkan Pasal 9 [1] UU No. 20 Thn 1947,
menyebutnya putusan penghabisan, yang berisi amar :”tidak berwenang
mengadili perkara”;
☺ Sifatnya, mengakhiri proses pemeriksaan;
☺ Terhadapnya terbuka upaya hukum biasa, yaitu banding dan kasasi.
Penyitaan
18. Beberapa macam sita :
☻ Ada beberapa macam sita yang dapat diajukan sebagai gugatan assessor :
1. Consevatoir beslag [CB] atau sita jaminan berdasarkan Pasal 227 [121] HIR;

bahwa pengadilan negeri tidak berkuasa memeriksa perkaranya, maka meskipun ia sendiri atau wakilnya tidak hadir, Ketua
pengadilan Negeri wajib memberi keputusan tentang perlawanan itu, sesudah didengarnya penggugat dan hanya jika
28 perlawanan itu tidak diterima, maka Ketua pengadilan negeri memutuskan tentang perkara itu.
21
Jika ada persangkaan yang beralasan, bahwa seorang yang berhutang, selagi belum dijatuhkan keputusan atasnya atau selagi
putusan yang mengalahkannya belum dapat dijalankan, mencari akal akan menggelapkan atau membawa barangnya baik
yang tidak tetap maupun yang tetap dengan maksud akan menjauhkan barang itu dari penagih hutang, maka atas surat
permintaan orang yang berkepentingan ketua pengadilan negeri dapat memberi perintah, supaya disita barang itu untuk
menjaga hak orang yang memasukkan permintaan itu, dan kepada peminta harus diberitahukan akan menghadap persidangan,
pengadilan negeri yang pertama sesudah itu untuk memajukan dan menguatkan gugatannya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Pengertian Sita Jaminan atau Conservatoir Beslag [CB] diatur dalam Pasal 227 [1]
HIR, Pasal 261[1] RGB atau Pasal 720 Rv :
→ Menyita barang debitur selama belum dijatuhkan Putusan dalam perkara
tersebut,
→ Tujuannya agar barang itu tidak digelapkan atau diasingkan tergugat selama
proses persidangan berlangsung, sehingga pada saat Putusan dilaksanakan,
pelunasan pembayaran utang yang dituntut penggugat dapat terpenuhi,
dengan jalan menjual barang sitaan itu.
→ Sita Jaminan/Conservatoir Beslag [CB] dapat dilakukan jika adanya dugaan
bahwa sebelum putusan dijatuhkan, Tergugat berupaya melarikan barang-
barang miliknya.
☺ Objek penyitaan :
→ Dalam sengketa milik, terbatas atas barang yang disengketakan.
Kebolehan meletakkan Sita Jaminan atas harta kekayaan tergugat dalam
sengketa hak milik atas benda tidak bergerak;
− Hanya terbatas atas objek barang yang diperkarakan, dan
− Tidak boleh melebihi objek tersebut.
Pelanggaran atas prinsip ini dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang
[abuse of authority], dan sekaligus merupakan pelanggaran atas tata tertib
beracara, sehingga penyitaan itu dikategorikan sebagai undue process atau
tidak sesuai dengan Hukum Acara.
→ Terhadap objek sengketa utang atau ganti rugi.
− Meliputi seluruh harta kekayaan tergugat;
− Terbatas pada barang agunan.
2. Revindicatoir beslag [RB] atau sita pemilik berdasarkan Pasal 226 [122] HIR;
☺ Bentuk sita revindikasi merupakan upaya pemilik barang yang sah untuk
menuntut kembali barang miliknya dari pemegang, yang menguasai barang itu
tanpa hak. Atau dengan kata lain, tergugat memegang dan menguasai barang
bergerak milik penggugat, tanpa alasan yang sah
☺ Sita revindikasi [revindicatoir beslag] atau revindicatie beslag = revindikatur,
termasuk kelompok sita tetapi mempunyai kekhususan tersendiri dibanding
dengan Conservatoir Beslag [CB], kekhususan itu terutama terletak pada objek
barang sitaan dan kedudukan penggugat atas barang itu,
→ Hanya terbatas barang bergerak yang ada di tangan orang lain [tergugat],
→ Barang itu, berada di tangan orang lain tanpa hak, dan
→ Permintaan sita diajukan oleh pemilik barang itu sendiri agar dikembalikan
kepadanya.
☺ Oleh karena itu, yang meminta dan mengajukan penyitaan adalah pemilik barang
sendiri maka lazim disebut pula penyitaan atas permintaan pemilik atau owner’s
claim
3. Marital beslag [MB] atau sita harta bersama berdasarkan Pasal 186 [3] KUHPdt, Pasal
24 [223]c PP No 9 Thn 1975.
☺ Membekukan harta bersama suami-istri melalui penyitaan, agar tidak berpindah
kepada pihak ketiga selama proses perkara perceraian atau pembagian harta
bersama berlangsung;
☺ Pembekuan harta bersama di bawah penyitaan, berfungsi untuk mengamankan
atau melindungi keberadaan dan keutuhan harta bersama atas tindakan yang
tidak bertanggung jawab dari tergugat
29

22
Orang yang empunya barang yang tidak tetap, dapat meminta dengan surat atau dengan lisan kepada ketua pengadilan
negeri, yang di dalam daerah hukumnya tempat tinggal orang yang memegang barang itu, supaya barang itu disita.
23
Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak bersama suami isteri atau
barang-barang yang menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak isteri.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
19. Dalam praktek sering dijumpai bahwa penyitaan telah dilakukan terhadap harta kekayaan
milik pihak ketiga. Upaya hukum yang dapat dilakukan pihak ketiga untuk mempertahankan
hak dan kepentingannya tersebut adalah :
☻ Derden verzet atas Sita Jaminan/Conservatoir Beslag [CB] [verzet door derden tegen
beslag] merujuk pada ketentuan Pasal 195 [624] HIR atau Pasal 378 Rv, atas alasan:
 Barang yang disita bukan milik tergugat, tetapi milik pelawan, dan
 Perlawanan diajukan dalam bentuk gugatan perlawanan dengan cara menarik
penggugat [pemohon sita] dan tergugat [tersita] sebagai pihak terlawan.
Alat bukti
20. Prinsip dan ajaran pembuktian dalam Hukum Acara Perdata :
☻ Dalam proses peradilan Perdata, kebenaran yang dicari dan diwujudkan Hakim, cukup
kebenaran formil [formeel waarheid];
 Pembuktian mencari dan mewujudkan kebenaran formil;
 Pengakuan mengakhiri pemeriksaan perkara; Pembuktian perkara tidak bersifat
logis. Baik dalam perkara pidana apalagi dalam perkara perdata, pembuktian suatu
perkara tidak bersifat logis;
 Fakta-fakta yang tidak perlu dibuktikan. Tidak semua fakta mesti dibuktikan, fokus
pembuktian ditujukan pada kejadian atau peristiwa hubungan hukum yang menjadi
pokok persengketaan sesuai dengan yang didalilkan atau fundamentum petendi
gugatan pada satu segi dan apa yang disangkal pihak lawan pada sisi lain, hal ini
berhubungan dengan doktrin curia novit jus atau jus curia novit, yakni pengadilan
atau Hakim dianggap mengetahui segala hukum positif;
21. Prinsip dan sistem pembuktian yang harus ditegakkan dan diterapkan adalah sebagai berikut :
1. Pembuktian harus berdasarkan alat bukti yang ditentukan UU, sesuai yang dirinci secara
enumeratif dalam Pasal 164 HIR/Pasal 284 RGB/Pasal 1866 KUHPdt, alat bukti yang sah
terdiri atas :
a. Tulisan [akta];
b. Keterangan saksi;
c. Persangkaan;
d. Pengakuan;
e. Sumpah.
2. Ajaran pembebanan pembuktian berdasarkan Pasal 16325 HIR/Pasal 283 RGB/Pasal
1865 KUHPdt.
 Dalam hal ini sepenuhnya beban wajib bukti [bewijslast, burden of proof]
dibebankan kepada pemohon apabila permohonan.
3. Nilai kekuatan pembuktian yang sah, harus mencapai batas minimum pembuktian.
Apabila alat bukti yang diajukan pemohon hanya bernilai sebagai alat bukti permulaan
atau alat bukti yang diajukan hanya satu saksi [unus testis] tanpa alat bukti yang lain,
dalam hal seperti ini, alat bukti yang diajukan pemohon belum mencapai batas minimal
[minimal limit] untuk membuktikan dalil permohonan.
4. Yang sah sebagai alat bukti hanya terbatas pada alat bukti yang memenuhi syarat formil
dan materiil.
22. Tulisan atau akta :
☻ Diatur dalam Pasal 165 HIR
Pasal 165
Surat (Akte) yang sah, ialah suatu surat yang diperbuat demikian oleh atau di hadapan pegawai
umum yang berkuasa untuk membuatnya menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan
ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak daripadanya tentang segala hal yang disebut
di dalam surat itu dan juga tentang yang ada dalam surat itu sebagai pemberitahuan sahaya, dalam
30
24
Perlawanan terhadap keputusan, juga dari orang lain yang menyatakan bahwa barang yang disita miliknya, dihadapkan
serta diadili seperti segala perselisihan tentang upaya paksa yang diperintahkan oleh pengadilan negeri, yang dalam daerah
hukumnya terjadi penjalanan keputusan itu.
25
Barang siapa, yang mengatakan ia mempunyai hak, atau ia menyebutkan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu,
atau untuk membantah hak orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
hal terakhir ini hanya jika yang diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada
surat (akte) itu.
☻ Nilai kekuatan pembuktian yang melekat padanya adalah :
1) Sempurna [volledig bewijskracht], dan
2) Mengikat [bindende bewijskracht];
23. Akta Bawah Tangan :
☻ Diatur dalam Pasal 1875 KUHPdt, Pasal 288 RGB.
 Agar pada Akta Bawah Tangan melekat kekuatan pembuktian, harus terpenuhi lebih
dahulu syarat formil dan materiil:
☺ Dibuat secara sepihak atau berbentuk partai [sekurang-kurangnya dua pihak],
tanpa campur tangan pejabat yang berwenang;
☺ Ditanda tangani pembuat atau para pihak yang membuatnya;
☺ Isi dan tanda tangan diakui.
 Apabila syarat diatas terpenuhi, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1875 KUHPdt,
Pasal 288 RGB maka :
1) Nilai kekuatan pembuktiannya sama dengan Akta Otentik,
2) Sehingga nilai kekuatan pembuktian yang melekat padanya sempurna dan
mengikat [volledig en bindende bewijskracht].
24. Saksi :
☻ Nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi bersifat bebas, disimpulkan dari Pasal
190826 KUHPdt, Pasal 172 HIR. Menurut Pasal tersebut Hakim bebas
mempertimbangkan atau menilai keterangan saksi berdasarkan kesamaan atau saling
berhubungannya antara saksi yang satu dengan yang lain.
☻ Maksud pengertian nilai kekuatan pembuktian bebas yang melekat pada alat bukti saksi
adalah :
 Kebenaran yang terkandung dalam keterangan yang diberikan saksi di persidangan
dianggap :
☺ Tidak sempurna dan tidak mengikat;
☺ Hakim tidak wajib terikat untuk menerima atau menolak kebenarannya.
 Hakim bebas sepenuhnya menerima atau menolak kebenaran sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum pembuktian.
☻ Batas minimal pembuktian :
1) Unus testis nullus testis
☺ Prinsip ini ditegaskan dalam Pasal 1905 KUHPdt, Pasal 169 HIR, bahwa seorang
saksi bukan kesaksian, berarti seorang saksi saja belum mencapai batas minimal
pembuktian.
2) Paling sedikit dua orang saksi
☺ Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 169 HIR, agar tercapai batas minimal
pembuktian saksi yang akan dihadirkan di persidangan, paling sedikit dua orang
saksi yang memenuhi syarat formil dan materiil.
☻ Orang yang dilarang didengar sebagai saksi, diatur secara enumeratif dalam Pasal 145
HIR, Pasal 172 RGB maupun Pasal 1909 KUHPdt yang terdiri dari :
1) Kelompok yang tidak cakap secara absolut :
(1) Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis lurus;
(2) Suami atau istri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai.
☺ Dalam perkara tertentu cakap sebagai saksi :
→ Perkara-perkara mengenai kedudukan keperdataan salah satu pihak;

31 26
Pasal 1908 KUHPdt
Dalam mempertimbangkan suatu kesaksian, Hakim harus memberikan perhatian khusus; pada kesesuaian kesaksian-kesaksian
satu sama lain; pada persamaan antara kesaksian-kesaksian dan apa yang diketahui dan sumber lain tentang pokok perkara;
pada alasan-alasan yang kiranya telah mendorong para saksi untuk menerangkan duduknya perkara secara begini atau secara
begitu; pada peri kehidupan, kesusilaan dan kedudukan para saksi; dan umumnya, ada apa saja yang mungkin ada
pengaruhnya terhadap dapat tidaknya para saksi itu dipercaya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
→ Dalam perkara-perkara mengenai nafkah yang harus dibayar, meliputi
pembiayaan, pemeliharaan, dan pendidikan yang digariskan Pasal 141 UU
No. 1 Thn 1974 jo. Pasal 24 PP No. 9 Thn 1975;
→ Dalam perkara-perkara mengenai alasan yang dapat menyebabkan
pembebasan atau pemecatan dari kekuasaan orang tua [ouderlijke macht]
berdasarkan Pasal 214 KUHPdt atau Pasal 49 UU No. 1 Thn 1974;
→ Dalam perkara mengenai suatu persetujuan perburuhan.
2) Kelompok yang tidak cakap secara relatif :
☺ Anak-anak yang belum cukup berumur 15 Thn;
☺ Orang gila meskipun terkadang terang ingatannya;
☺ Orang yang berada dalam tahanan.
25. Persangkaan :
☻ Diatur dalam Pasal 1916 KUHPdt, Pasal 1922 KUHPdt, Pasal 17327 HIR. Menurut
ketentuan tersebut, dikenal dua bentuk alat bukti persangkaan :
1) Persangkaan menurut UU;
☺ Menurut Pasal 1916 KUHPdt, persangkaan menurut UU adalah persangkaan
berdasarkan suatu ketentuan Pasal khusus UU berkaitan dengan perbuatan atau
peristiwa tertentu.
☺ Nilai kekuatan :
Sempurna [volledig], Mengikat [bendinde], dan Memaksa [dwingend].
☺ Batas minimal pembuktian :
→ Oleh karena pada alat bukti ini melekat nilai kekuatan pembuktian yang
sempurna, mengikat dan menentukan, dapat disimpulkan :
− Alat bukti tersebut dapat berdiri sendiri tanpa bantuan alat bukti lain;
− Padanya terpenuhi batas minimal pembuktian.
2) Pembuktian persangkaan yang ditarik dari fakta-fakta persidangan.
☺ Menurut Pasal 1922 KUHPdt, persangkaan-persangkaan yang tidak berdasarkan
UU sendiri diserahkan kepada pertimbangan dan kewaspadaan Hakim.
☺ Nilai kekuatannya :
→ Nilai kekuatan pembuktian diserahkan kepada pertimbangan Hakim,
→ Jadi sifat kekuatan pembuktian adalah bebas [vrij bewijskracht], oleh karena
itu, Hakim bebas untuk menerima atau menolak kebenaran yang terdapat di
dalam persangkaan.
☺ Batas minimal pembuktian :
→ Tidak bisa berdiri sendiri;
→ Minimal harus ada dua persangkaan, atau
→ Satu persangkaan ditambah dengan salah satu alat bukti lain.
26. Pengakuan :
☻ Diatur dalam Pasal 192528 KUHPdt, Pasal 17429 HIR.
a. Pengakuan murni dan bulat Pengakuan yang dianggap bersifat murni dan bulat
adalah :
1) Pengakuan secara tegas tanpa syarat atau klausul;
2) Diam tanpa pengingkaran [tanpa jawaban];
3) Pengingkaran tanpa alasan.
☺ Pada pengakuan itu melekat nilai kekuatan pembuktian yang :
Sempurna [volledig], Mengikat [bindende], dan Menentukan [dwingende,
belissend].

32 27
Dugaan-dugaan yang tidak berdasarkan suatu peraturan undang-undang, hanya boleh diperhatikan oleh hakim dalam
menjatuhkan keputusannya, jika dugan-dugaan itu penting, seksama, tertentu dan sesuai satu sama lain.
28
Pengakuan yang diberikan di hadapan Hakim, merupakan suatu bukti yang sempurna terhadap orang yang telah
memberikannya, baik sendiri maupun dengan perantaraan seseorang yang diberi kuasa khusus untuk itu.
29
Pengakuan yang diucapkan di hadapan hakim, cukup menjadi bukti untuk memberatkan orang yang mengaku itu, entah
pengakuan itu diucapkannya sendiri, entah dengan perantaraan orang lain, yang diberi kuasa khusus.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Batas minimal :
→ Sesuai dengan rangkaian kesatuan nilai kekuatan pembuktian yang melekat
pada pengakuan adalah bersifat sempurna, mengikat dan menentukan,
menjadikan eksistensi alat bukti itu :
− Mampu berdiri sendiri tanpa tambahan atau bantuan alat bukti lain,
− Tercapai batas minimal pembuktian tanpa didukung alat bukti lain,
− Terhadap alat bukti pengakuan tidak ada ruang mengajukan bukti lawan
karena tidak mungkin pihak yang mengaku melawan sendiri pengakuan
yang diberikannya.
b. Kekuatan dan batas minimal pembuktian pengakuan berklausul [geclausuleerde
bekentenis]
☺ Bentuk pengakuan itu diatur dalam Pasal 1924 KUHPdt, Pasal 17630 HIR.
☺ Menurut Pasal tersebut, terhadapnya harus ditegakkan prinsip “tidak boleh
dipecah [onsplitbaar aveau]”. Jadi Hakim tidak boleh menerima sebagian yang
mengguntungkan pihak lain dan menolak pengakuan yang merugikan pihak yang
mengaku, tetapi pengakuan berklausul itu harus diterima secara keseluruhan
untuk selanjutnya dinilai dan dipertimbangkan oleh Hakim dengan seksama.
☺ Nilai kekuatan pembuktian :
→ Nilai kekuatan pembuktian bersifat bebas [vrij bewijskracht], sifat kekuatan
pembuktian hanya berkualitas sebagai alat bukti permulaan;
→ Tidak sempurna dan tidak mengikat.
☺ Batas minimal pembuktian :
→ Kualitas nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada pengakuan berklausul
hanya sebagai alat bukti permulaan. Jika nilai kekuatan tersebut
dihubungkan dengan batas minimal pembuktian :
− Tidak mampu berdiri sendiri sebagai alat bukti,
− Harus dibantu dan didukung paling sedikit salah satu alat bukti lain.
☻ Jenis pengakuan :
 Pengakuan murni [mengakui secara bulat dan murni seluruh dalil gugatan];
 Pengakuan berkualifikasi [pengakuan atas dalil gugatan diikuti dengan syarat];
 Pengakuan berklausul [Pengakuan yang diikuti pernyataan atau keterangan
membebaskan dari tuntutan yang dikemukakan dalam gugatan].
27. Sumpah :
☻ Berdasarkan Pasal 1929 KUHPdt, Pasal 177 HIR, terdapat dua bentuk sumpah yakni :
1) Sumpah menentukan [decesoir eed], dan
Yaitu sumpah yang oleh pihak yang satu [boleh penggugat atau tergugat]
diperintahkan kepada pihak yang lain untuk menggantungkan pemutusan perkara
atas pengucapan atau pengangkatan sumpah.
☺ Nilai kekuatan dan batas minimal pembuktian sumpah menentukan/pemutus.
→ Alat bukti sumpah menentukan atau pemutus diatur dalam Pasal 1930
KUHPdt, berkaitan mengakhiri perkara, dan putusan sepenuhnya didasarkan
dari isi sumpah, yang diucapkan.
→ Nilai kekuatan :
− Kesempurnaan, kekuatan mengikatnya dan kekuatan memaksanya adalah
mutlak;
− Sedemikian mutlaknya kekuatan pembuktian sehingga Pasal 177 HIR
sendiri menegaskan tidak dapat diminta bukti lain untuk menguatkan
kebenaran yang disumpahkan pihak yang mengucapkannya;
33 − Penggugurannya hanya mungkin dilakukan berdasarkan putusan pidana
yang telah berkekuatan hukum tetap atas kejahatan sumpah palsu.
30
Tiap-tiap pengakuan harus diterima seluruhnya; hakim tidak berwenang untuk menerima sebagian dan menolak sebagian
lagi, sehingga merugikan orang yang mengaku itu, kecuali jika seorang debitur dengan maksud melepaskan dirinya,
menyebutkan hal yang terbukti tidak benar.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Batas minimal pembuktian :

− Oleh karena kekuatan pembuktian secara mutlak, sempurna, mengikat
dan memaksa :
 Secara mutlak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan alat bukti lain;
 Bahkan Pasal 177 HIR sendiri melarang permintaan menambah alat
bukti lain untuk menguatkan kebenaran isi sumpah yang diucapkan.
2) Sumpah tambahan [aanvullende eed].
Hal ini diatur dalam Pasal 177 HIR dan Pasal 1940 KUHPdt. Penerapan sumpah
tambahan sebagai alat bukti digantungkan pada syarat :
(1) Jika tuntutan atau tangkisan tidak terbukti dengan sempurna;
(2) Jika tuntutan maupun tangkisan itu juga tidak sama sekali tak terbukti
☺ Nilai kekuatan pembuktian
Nilai kekuatan pembuktian sama dengan sumpah menentukan, bersifat mutlak
dan memaksa :
→ Di dalamnya melekat rangkaian kekuatan pembuktian sempurna, mengikat
dan memaksa;
→ Tidak boleh diminta bukti lain untuk memperkuat kebenaran yang
terkandung dalam isi sumpah yang diucapkan;
→ Hakim secara mutlak terikat menerima kebenarannya, sehingga putusan
yang dijatuhkan bertitik tolak dari bukti tersebut.
☺ Batas minimal pembuktian :
→ Alat bukti sumpah tambahan tidak dapat berdiri sendiri;
→ Sesuai dengan sifat dan figurnya, alat bukti sumpah tambahan hanya dapat
ditegakkan diatas alat bukti permulaan;
→ Jadi dia berfungsi untuk menambah kesempurnaan alat bukti permulaan
yang ada.
Jadi alat bukti sumpah tambahan bersifat asesor terhadap alat bukti permulaan.
Tanpa alat bukti permulaan tidak dapat dilahirkan dan diwujudkan sumpah
tambahan.
3) Sumpah penaksir [aestimatoire eed]
Putusan verstek
28. Dalam hal pihak tergugat tidak datang menghadiri sidang tanpa alasan yang sah, meskipun
telah dipanggil secara patut dan sah maka Hakim pengadilan perdata dapat menjatuhkan :
Putusan Verstek.
☻ Proses pemeriksaan dan Putusan verstek [default judgment] diatur dalam Pasal 125 [131]
HIR, yang memberi hak dan kewenangan bagi Hakim :
 Untuk memeriksa dan menjatuhkan Putusan diluar hadirnya tergugat [verstek];
 Syarat atas kebolehan verstek, apabila pada sidang pertama tergugat :
a. Tidak hadir tanpa alasan yang sah [unreasonable default];
b. Padahal tergugat telah dipanggil secara sah [oleh juru sita] dan patut [antara
panggilan dengan hari sidang paling sedikit 3 hari]
☻ Berdasarkan Pasal tersebut, kepada Hakim diberi wewenang menjatuhkan putusan di
luar hadir atau tanpa hadirnya tergugat, dengan syarat :
 Apabila tergugat tidak datang menghadiri sidang pemeriksaan yang ditentukan tanpa
alasan yang sah [default without reason],
 Dalam hal seperti itu, Hakim menjatuhkan putusan verstek yang berisi diktum :
1) Mengabulkan gugatan seluruhnya atau sebagian, atau
2) Menyatakan gugatan tidak dapat diterima apabila gugatan tidak mempunyai
34 dasar hukum.
Putusan gugur
31
Jika tergugat tidak datang pada hari perkara itu akan diperiksa, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap
mewakilinya, meskipun ia dipanggil dengan patut, maka gugatan itu diterima dengan tak hadir (verstek), kecuali kalau nyata
kepada pengadilan negeri, bahwa pendakwaan itu melawan hak atau tidak beralasan.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
29. Dalam hal pihak penggugat yang tidak datang pada hari sidang yang telah ditentukan, tanpa
alasan yang sah meskipun dipanggil secara patut maka Hakim pengadilan perdata dapat
menjatuhkan :
Putusan Gugur berdasarkan Pasal 12432 HIR.
☻ Agar pengguguran gugatan sah menurut hukum harus dipenuhi syarat sebagai berikut :
a. Penggugat telah dipanggil secara patut
Penggugat telah dipangil secara patut apabila :
☺ Surat panggilan [exploot] telah dilakukan secara resmi oleh juru sita sesuai
dengan ketentuan UU, untuk hadir atau menghadap pada hari tanggal sidang yang
ditentukan;
☺ Panggilan dilakukan dengan patut, yaitu antara hari panggilan dengan hari
persidangan tidak kurang dari tiga hari.
b. Penggugat tidak hadir tanpa alasan yang sah [unreasonable default]
☺ Penggugat tidak hadir atau tidak menghadap persidangan yang ditentukan tanpa
alasan yang sah, dan juga tidak menyuruh kuasa atau orang lain untuk
mewakilinya.
☺ Jika ketidakhadiran berdasarkan alasan yang sah [reasonable default],
ketidakhadirannya tidak dapat dijadikan alasan untuk menggugurkan gugatan.
Pengguguran yang demikian tidak sah dan bertentanggan dengan hukum.
☻ Terhadap putusan verstek itu penggugat tidak dapat mengajukan perlawanan [verzet]
maupun upaya banding dan kasasi, sehingga terhadap putusan tertutup upaya hukum,
☻ Upaya yang dapat dilakukan penggugat adalah mengajukan kembali gugatan itu sebagai
perkara baru dengan membayar biaya perkara.
30. Terhadap putusan yang telah diputus tanpa kehadirannya maka pihak tergugat dapat
mengajukan upaya hukum :
Verzet berdasarkan Pasal 12933 HIR. Verzet tegen verstek atau perlawanan terhadap putusan
verstek.
☻ Tenggang waktu pengajuan perlawanan terhadap verstek [verzet tegen verstek] diatur
dalam Pasal 129 [2] HIR :
 14 hari, apabila pemberitahuan putusan disampaikan kepada pribadi tergugat
sendiri;
 Sampai hari kedelapan sesudah peringatan [aanmaning] apabila pemberitahuan
putusan tidak langsung kepada diri pribadi tergugat;
 Sampai hari kedelapan sesudah dijalankan eksekusi berdasarkan Pasal 197 HIR.
31. Putusan Pengadilan :
1)Ditinjau dari aspek kehadiran para pihak :
a. Putusan gugur

32
Jika penggugat tidak datang menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu, meskipun ia dipanggil dengan
patut, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap mewakilinya, maka surat gugatnya dianggap gugur dan penggugat
dihukum biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukkan gugatannya sekali lagi, sesudah membayar lebih dahulu
biaya perkara yang tersebut tadi.
33
Pasal 129 HIR
(1) Tergugat, yang dihukum sedang ia tak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat memajukan perlawanan
atas keputusan itu.
(2) Jika putusan itu diberitahukan kepada yang dikalahkan itu sendiri, maka perlawanan itu dapat diterima dalam tempo
empat belas hari sesudah pemberitahuan itu. Jika putusan itu tidak diberitahukan kepada yang dikalahkan itu sendiri,
maka perlawanan itu dapat diterima sampai hari kedelapan sesudah peringatan yang tersebut pada pasal 196, atau
35 dalam hal tidak menghadap sesudah dipanggil dengan patut, sampai hari kedelapan sesudah dijalankan keputusan
surat perintah kedua, yang tersebut pada pasal 197.
(3) Surat perlawanan itu dimasukkan dan diperiksa dengan cara yang biasa, yang diatur untuk perkara perdata.
(4) Memajukan surat perlawanan kepada ketua pengadilan negeri menahan pekerjaan, menjalankan keputusan, kecuali
jika diperintahkan untuk menjalankan keputusan walaupun ada perlawanan (verzet).
(5) Jika yang melawan (opposant), yang buat kedua kalinya dijatuhi putusan sedang ia tak hadir, meminta perlawanan
lagi, maka perlawanan itu tidak dapat diterima.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Apabila penggugat tidak datang pada hari sidang yang ditentukan atau tidak
menyuruh wakilnya untuk menghadiri padahal telah dipanggil dengan patut. [Pasal
12434 HIR, Pasal 77 Rv]
b. Putusan verstek
Apabila pada sidang pertama pihak tergugat tidak datang menghadiri persidangan
tanpa alasan yang sah, padahal sudah dipanggil oleh juru sita secara patut. [Pasal
125 [135] HIR, Pasal 78 Rv]
c. Putusan contradictoir
Yang menentukan suatu putusan berbentuk kontradiktor adalah faktor kehadiran
para pihak pada saat putusan diucapkan Hakim.
(1) Pada saat putusan diucapkan para pihak hadir;
(2) Pada saat putusan diucapkan salah satu pihak tidak hadir;
Pasal 12736 HIR dan Pasal 81 Rv memperingatkan terhadap putusan kontradiktor
yang dijatuhkan tanpa dihadiri salah satu pihak :
→ Tidak dapat diajukan perlawanan atau verzet;
→ Upaya hukum yang dapat diajukan adalah permintaan banding atau upaya
hukum biasa.
2)Ditinjau dari sifatnya :
a. Putusan deklarator
Suatu putusan yang berisi pernyataan atau penegasan tentang suatu keadaan atau
kedudukan hukum semata-mata.
b. Putusan constitutief
Suatu putusan yang memastikan suatu keadaan hukum, baik yang bersifat
meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan keadaan hukum
baru.
c. Putusan condemnatoir
Putusan yang memuat amar menghukum salah satu pihak yang beperkara.
3)Ditinjau pada saat penjatuhannya :
a. Putusan sela
Disebut juga putusan sementara [temporary award, interm award], incidenteel
vonnis, tussen vonnis.
i. Putusan preparatoir
Spesifikasi putusan yang merupakan persiapan jalannya pemeriksaan.
ii. Putusan interlocutoir
Bentuk khusus putusan sela yang dijatuhkan saat pemeriksaan tengah
berlangsung.
iii. Putusan insidentil
Putusan sela yang berkaitan langsung dengan gugatan insidentil atau yang
berkaitan langsung dengan penyitaan yang membebankan pemberian uang
jaminan dari pemohon sita agar sita dilaksanakan [cautio judicatum solvi].
iv. Putusan provisi

34
Jika penggugat tidak datang menghadap pengadilan negeri pada hari yang ditentukan itu, meskipun ia dipanggil dengan
patut, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap mewakilinya, maka surat gugatnya dianggap gugur dan penggugat
dihukum biaya perkara; akan tetapi penggugat berhak memasukkan gugatannya sekali lagi, sesudah membayar lebih dahulu
biaya perkara yang tersebut tadi.
35
Jika tergugat tidak datang pada hari perkara itu akan diperiksa, atau tidak pula menyuruh orang lain menghadap
mewakilinya, meskipun ia dipanggil dengan patut, maka gugatan itu diterima dengan tak hadir (verstek), kecuali kalau nyata
36 kepada pengadilan negeri, bahwa pendakwaan itu melawan hak atau tidak beralasan.
36
Jika seorang atau lebih dari tergugat tidak datang atau tidak menyuruh orang lain menghadap mewakilinya, maka
pemeriksaan perkara itu diundurkan sampai pada hari persidangan lain, yang paling dekat. Hal mengundurkan itu diberi
tahukan pada waktu persidangan kepada pihak yang hadir, bagi mereka pemberitahuan itu sama dengan panggilan, sedang
tergugat yang tidak datang, disuruh panggil oleh ketua sekali lagi menghadap hari persidangan yang lain. Ketika itu perkara
diperiksa, dan kemudian diputuskan bagi sekalian pihak dalam satu keputusan, atas mana tidak diperkenankan perlawanan
(verzet).
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Diatur dalam Pasal 18037 HIR, Pasal 191 RGB, disebut juga provisionele
beschikking, yakni keputusan yang bersifat sementara yang berisi tindakan
sementara menunggu sampai putusan akhir mengenai pokok perkara
dijatuhkan.
b. Putusan akhir
(1) Menyatakan gugatan tidak dapat diterima
a. Surat kuasa bukan merupakan surat kuasa khusus;
b. Gugatan di luar yuridiksi absolut atau relatif pengadilan;
c. Gugatan mengandung error in persona;
d. Gugatan obscuur libel;
a) Dalil gugatan atau fundamentum petendi tidak mempunyai dasar
hukum yang jelas;
b) Tidak jelas objek sengketa;
c) Petitum gugatan tidak jelas;
d) Gugatan yang diajukan mengandung unsur Ne Bis In Idem;
e. Gugatan masih prematur;
f. Gugatan telah daluwarsa;
(2) Menolak gugatan penggugat
(3) Mengabulkan gugatan penggugat
a. Pengabulan gugatan dapat sekaligus bersifat deklaratif, konstitutif dan
kondemnator;
b. Pengabulan gugatan dapat seluruhnya atau sebagian.
32. Pelaksanaan putusan diatur dalam :
☻ 197 HIR (membayar sejumlah uang)
☻ 225 HIR (melakukan suatu perbuatan)
☻ 1033 RV (mengosongkan barang tidak bergerak)
33. Perlawanan terhadap suatu putusan verstek mengakibatkan putusan verstek tersebut secara
hukum :
☻ Putusan verstek menjadi mentah dan pemeriksaan dilanjutkan pada tahap selanjutnya;
☻ Putusan verstek tersebut tidak dapat dilaksanakan.
34. Dalam Hukum Acara Perdata dikenal dua upaya hukum yaitu :
1)Upaya hukum biasa:
a. Banding
b. Kasasi
c. Verzet
2)Upaya hukum luar biasa
a. PK
b. Derden verzet
35. Tahapan pelaksanaan eksekusi lelang meliputi :
Aanmaning - penetapan sita eksekusi - berita acara sita eksekusi - penetapan lelang -
pengumuman lelang.
36. Jenis suatu perkara perdata telah diputus dan diucapkan dalam sidang pada tanggal 11
November 2005 yang dihadiri oleh para pihak dalam perkara, maka tanggal berapakah batas
ahkir pengajuan banding :
☻ Tanggal 25 November 2005, permohonan banding harus diajukan kepada Panitera PN
yang menjatuhkan putusan dalam tenggang waktu 14 hari terhitung mulai hari
berikutnya setelah hari pengumuman putusan diberitahukan kepada pihak yang
berkepentingan.
37
37
(1) Ketua pengadilan negeri dapat memerintahkan supaya keputusan itu dijalankan dahulu biarpun ada perlawanan atau
bandingan, jika ada surat yang sah, suatu surat tulisan yang menurut aturan yang berlaku dapat diterima sebagai bukti
atau jika ada hukuman lebih dahulu dengan keputusan yang sudah mendapat kekuasaan pasti, demikian juga jika
dikabulkan tuntutan dahulu, lagi pula di dalam perselisihan tentang hak kepunyaan.
(2) Akan tetapi hal menjalankan dahulu, keputusan ini sekali-kali tidak dapat menyebabkan orang disanderakan.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Tenggang waktu pernyataan mengajukan banding adalah :
 14 hari sesudah putusan dibacakan di hari tersebut bila para pihak hadir, atau
 14 hari pemberitahuan putusan apabila salah satu pihak tidak hadir. Ketentuan ini
diatur dalam pasal 7 (138) UU No. 20/1947;
 30 hari untuk yang berdomisili diluar karesidenan PN tersebut Pasal 7 [239] UU No.
20 Thn 1947;
☻ Diajukan di Panitera PN dimana putusan tersebut dijatuhkan, dengan terlebih dahulu
membayar lunas biaya permohonan banding.
☻ Permohonan banding dapat diajukan tertulis atau lisan (pasal 7 UU No. 20/1947) oleh
yang bersangkutan maupun kuasanya.
☻ Panitera PN akan membuat akte banding yang memuat hari dan tanggal diterimanya
permohonan banding dan ditandatangani oleh panitera dan pembanding. Permohonan
banding tersebut dicatat dalam Register Induk Perkara Perdata dan Register Banding
Perkara Perdata.
☻ Permohonan banding tersebut oleh panitera diberitahukan kepada pihak lawan paling
lambat 14 hari setelah permohonan banding diterima.
☻ Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta berkas perkara di PN dalam
waktu 14 hari.
☻ Walau tidak harus tetapi pemohon banding berhak mengajukan memori banding
sedangkan pihak Terbanding berhak mengajukan kontra memori banding.
☻ Untuk memori banding dan kontra memori banding tidak ada jangka waktu
pengajuannya, sepanjang perkara tersebut belum diputus oleh PT. (Putusan MARI No. 39
k/Sip/1973, tanggal 11 September 1975).
☻ Pencabutan permohonan banding tidak diatur dalam UU sepanjang belum diputuskan
oleh PT pencabutan permohonan banding masih diperbolehkan.
37. Untuk pengajuan kasasi :
☻ Disampaikan secara lisan atau tertulis dalam tenggang waktu 14 hari kepada Panitera PN
sesudah putusan atau penetapan dimaksud diberitahukan kepada pemohon Pasal 46
[140] UU No. 14 Thn 1985 s.d.u. UU No. 5 Thn 2004 s.d.u. UU No. 3 Thn 2009 tentang MA.
☻ Pemberitahuan kepada pihak lawan selambat-lambatnya selama 7 hari setelah
permohonan kasasi diajukan. Pasal 46 [4] UU No. 14 Thn 1985 s.d.u. UU No. 5 Thn 2004
s.d.u. UU No. 3 Thn 2009 tentang MA.
38. Dalam hukum acara perdata dikenal putusan serta merta [uit voerbaar bij vooraad] dengan
syarat dan tata cara selain diatur dalam Pasal 180 [1] HIR, juga diatur dalam SEMA No. 3 Thn
2000 sebagai berikut :
a. Gugatan didasarkan pada bukti surat auntentik atau surat tulisan tangan
(handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya, yang
menurut UU mempunyai kekuatan pembuktian.
b. Gugatan tentang Hutang - Piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak dibantah.
c. Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang dan lain-lain, di mana
hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau Penyewa terbukti melalaikan
kewajibannya sebagai Penyewa yang beritikad baik.
d. Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan (gono-gini) setelah
putusan mengenai gugatan cerai mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Dikabulkannya gugatan Provisionil, dengan pertimbangan agar hukum yang tegas
dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv.

38
Permintaan untuk pemeriksaan ulangan harus disampaikan dengan surat atau dengan lisan oleh peminta atau wakilnya,
38 yang sengaja dikuasakan untuk memajukan permintaan itu, kepada Panitera PN, yang menjatuhkan putusan, dalam empat
belas hari, terhitung mulai hari berikutnya hari pengumuman Putusan kepada yang berkepentingan.
39
Bagi peminta yang tidak berdiam dalam karesidenan tempat PN tersebut bersidang, maka lamanya tempo untuk meminta
pemeriksaan ulangan dijadikan tiga puluh hari
40
Permohonan kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara tertulis atau lisan melalui Panitera Pengadilan Tingkat
Pertama yang telah memutus perkaranya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan
Pengadilan yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
f. Gugatan berdasarkan Putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in
kracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan dengan pokok gugatan yang
diajukan.
g. pokok sengketa mengenai bezitsrecht.
☻ Selambat-lambatnya selama tiga puluh [30] hari, putusan, pendapat Ketua dan berkas
permohonan dikirimkan ke PT atau PT Agama;
☻ Adanya jaminan yang senilai dengan objek sengketa.
☻ Putusan Serta Merta adalah suatu putusan yang dapat diberikan jika gugatan didukung
dengan bukti baik berupa akta otentik atau akta dibawah tangan yang mempunyai
kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat, serta didasarkan pada putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap.
39. Tenggang waktu PK :
☻ Bahwa berdasarkan UU No. 14 Thn 1985 s.d.u. UU No. 5 Thn 2004 s.d.u. UU No. 3 Thn
2009 tentang MA,
 Pasal 34
☺ MA berwenang memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada
tingkat pertama dan terakhir atas putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
 Pasal 66
☺ Permohonan PK tidak menangguhkan dan menghentikan pelaksanaan keputusan
pengadilan, dan
☺ Permohonan tersebut hanya dapat diajukan satu kali,
☺ Permohonan dapat dicabut, apabila telah dicabut tidak bisa diajukan kembali;
 Permohonan PK putusan perkara perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :
a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut;
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan
sebab-sebabnya;
e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan
yang bertentangan satu dengan yang lain;
f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan
yang nyata.
 Pasal 68
☺ Permohonan peninjauan kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak yang
berperkara, atau ahli warisnya atau seorang wakilnya yang secara khusus
dikuasakan untuk itu;
 Pasal 69
☺ Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang didasarkan
atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 67 adalah 180 (seratus
delapan puluh) hari untuk :
a. yang disebut pada huruf a sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat
atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, dan
39 telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara;
b. yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta
tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh
pejabat yang berwenang;

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
c. yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan memperoleh kekuatan
hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara;
d. yang tersebut pada huruf e sejak sejak putusan yang terakhir dan
bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak yang berperkara.
 Pasal 72 [1,2] :
(1) Setelah KPN yang memutus perkara dalam tingkat pertama menerima
permohonan peninjauan kembali, maka Panitera berkewajiban untuk
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari memberikan atau
mengirimkan salinan permohonan tersebut kepada pihak lawan pemohon,
dengan maksud :
a. Dalam hal permohonan peninjauan kembali didasarkan atas alasan
sebagaimana dimaksudkan Pasal 67 huruf a atau huruf b agar pihak
lawan mempunyai kesempatan untuk mengajukan jawabannya;
b. Dalam hal permohonan peninjauan kembali didasarkan atas salah
satu alasan yang tersebut Pasal 67 huruf c sampai dengan huruf f
agar dapat diketahui.
(2) Tenggang waktu bagi pihak lawan untuk mengajukan jawabannya
sebagaimana dimaksudkan ayat (1) huruf a adalah 30 (tiga puluh) hari
setelah tanggal diterimanya salinan permohonan peninjauan kembali.
40. MA pada tingkat kasasi diberikan kewenangan untuk membatalkan putusan atau penetapan
pengadilan-pengadilan dari semua lingkuangan peradilan, dengan alasan sebagai berikut :
☻ Bahwa berdasarkan Pasal 50 [1] UU No. 14 Thn 1985 s.d.u. UU No. 5 Thn 2004 s.d.u. UU
No. 3 Thn 2009 tentang MA;
MA dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan
dari semua lingkungan peradilan karena:
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh per-UU yang mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

HUKUM ACARA PIDANA

Penangkapan
1. Terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak pidana dengan dasar bukti permulaan
yang cukup, dapat dilakukan Penangkapan. Penangkapan dapat dijelaskan sebagai berikut :
☻ Pengertian penangkapan :
 Berdasarkan Pasal 1 butir 2041 KUHAP dijelaskan mengenai pengertian
penangkapan; jadi penangkapan dapat dilakukan apabila mempunyai bukti
permulaan yang cukup dan dengan cara dan hal menurut KUHAP;
☻ Yang berwenang melakukan penangkapan :
 Penangkapan dilakukan oleh penyelidik atas perintah penyidik, penyidik pembantu
dan atau penyidik sendiri [Pasal 16 KUHAP];
 Perintah yang dimaksud berupa suatu surat perintah yang dibuat secara tersendiri,
dikeluarkan sebelum penangkapan dilakukan.
☻ Siapa yang dapat ditangkap :
 Penangkapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup, penangkapan tidak boleh dilakukan
40 secara sewenang-wenang [Pasal 17 KUHAP];

41
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Kapan penangkapan dapat dilaksanakan :
 Sejak seseorang diduga melakukan tindak pidana atau
 Tertangkap tangan;
☻ Bagaimana tata cara pelaksanaan penangkapan [Pasal 18 KUHAP]:
 Dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik Indonesia dengan :
☺ Memperlihatkan surat tugas serta;
☺ Memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang
mencantumkan :
→ Identitas tersangka dan;
→ Menyebutkan alasan penangkapan serta;
→ Uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta;
→ Tempat ia diperiksa;
 Surat perintah penangkapan tersebut dibuat oleh pejabat Polri yang berwenang
melakukan penyidikan di daerah hukumnya;
 Tembusan surat perintah penangkapan diberikan kepada keluarganya segera setelah
penangkapan dilakukan.
 Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan
ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang
bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat;
☻ Penangkapan dapat dilakukan selama :
 1 [satu] hari [Pasal 19 [1] KUHAP];
 Terhadap pelaku pelanggaran tidak dapat dilakukan penangkapan kecuali apabila ia
telah dipanggil secara sah dua kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa
alasan yang sah;
Penahanan
2. Yang dimaksud dengan penahanan adalah :
Berdasarkan Pasal 1 Angka 21 KUHAP :
“Penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau PU atau hakim
dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP”.
3. Siapa yang berwenang melakukan penahanan :
☻ Berdasarkan Pasal 20 KUHAP :
 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang melakukan penahanan.
 Untuk kepentingan penuntutan, PU berwenang melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan.
 Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan penetapannya
berwenang melakukan penahanan.
4. Apa yang menjadi dasar untuk melakukan penahanan :
☻ Terdapat sekurang-kurangnya 2 [dua] alat bukti yang tersebut dalam Pasal 184 [1]
KUHAP, jadi tidak cukup hanya dengan bukti permulaan yang cukup tetapi harus sesuai
dengan Pasal dimaksud yaitu pembuktian minimumnya terpenuhi.
5. Penangguhan penahanan dapat dilakukan atas permintaan :
☻ Dalam Pasal 31 [1] KUHAP diatur bahwa,
“Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau PU atau hakim, sesuai dengan
kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanpa
jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan”.
☺ Yang dimaksud dengan "syarat yang ditentukan" ialah wajib lapor, tidak ke luar rumah
atau kota.
☺ Masa penangguhan penahanan dari seorang tersangka atau terdakwa tidak termasuk
41 masa status tahanan.
6. Siapa yang berwenang mencabut penangguhan penahanan apabila syarat yang ditentukan
dilanggar :
Berdasarkan Pasal 31 [2] KUHAP

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
“Karena jabatannya penyidik atau PU atau hakim sewaktu-waktu dapat mencabut
penangguhan penahanan”.
7. Alasan-alasan atau syarat-syarat dilakukan penahanan :
☻ Syarat untuk melakukan penahanan terdiri dari :
 Syarat subyektif atau relatif atau nodzakelijkheid [Pasal 21 [142] KUHAP]:
☺ Yaitu apabila penyidik menganggap suatu keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka akan :
→ Melarikan diri;
→ Merusak atau menghilangkan barang bukti;
→ Mengulangi melakukan tindak pidana.
 Syarat obyektif atau mutlak atau rechsvaardigheid [Pasal 21 [4] KUHAP]:
☺ Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima Thn atau lebih;
☺ Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam :
→ KUHP :
− Pasal 282 ayat (3), pelanggaran kesusilaan atau pornografi,
− Pasal 296, persundalan atau prostitusi,
− Pasal 335 ayat (1), tindak pidana paksaan dengan perbuatan tidak menyenangkan,
− Pasal 351 ayat (1), Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua Thn
delapan bulan,
− Pasal 353 ayat (1), Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat Thn,
− Pasal 372, Penggelapan,
− Pasal 378, Penipuan,
− Pasal 379 a, Penipuan dalam hal jual beli,
− Pasal 453, Menghentikan pekerjaan,
− Pasal 454, Desersi,
− Pasal 455, Desersi,
− Pasal 459, tindak pidana insubordinasi,
− Pasal 480, Penadahan,
− Pasal 506, Germo.
→ Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap Ordonansi Bea dan Cukai diubah
dengan Staatsblad Thn 1931 Nomor 471)
− Pasal 25,
− Pasal 26, terakhir
→ UU Tindak Pidana Imigrasi (UU Nomor 8 Drt. Thn 1955, Lembaran Negara
Thn 1955 Nomor 8)
− Pasal 1,
− Pasal 2, dan
− Pasal 4.
→ UU Nomor 9 Thn 1976 tentang Narkotika (Lembaran Negara Thn 1976
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086)
− Pasal 36 ayat (7),
− Pasal 41,
− Pasal 42,
− Pasal 43,
− Pasal 47 dan
− Pasal 48.
8. Wewenang dan lamanya penahanan :
a. Penyidik atau Penyidik Pembantu atas perintah Penyidik :
 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 KUHAP berwenang melakukan
penahanan [Pasal 20 [1] KUHAP];
 Lamanya penahanan :
42

42
Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa
tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ 20 hari dan dapat diperpanjang 40 hari oleh Penuntut Umum apabila
pemeriksaan belum selesai [Pasal 24 [1] dan [2] KUHAP], dasar pengajuan
kepada Penuntut Umum adalah alasan dan resume hasil pemeriksaan;
☺ Apabila pemeriksaan telah selesai sebelum jangka waktu tersebut diatas
terlampaui maka tersangka berhak untuk dilepaskan [Pasal 24 [3] KUHAP];
☺ Setelah jangka waktu yang ditentukan telah berakhir maka demi hukum
tersangka harus dikeluarkan dari tahanan.
b. Penuntut Umum :
 Untuk kepentingan penuntutan, PU berwenang melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan [Pasal 20 [2] KUHAP];
 Lamanya penahanan :
☺ 20 hari dan dapat diperpanjang selama 30 hari oleh KPN atas dasar alasan dan
resume yang diajukan Penuntut Umum [Pasal 25 [1,2] KUHAP];
☺ Apabila pemeriksaan telah selesai sebelum jangka waktu tersebut diatas
terlampaui maka tersangka berhak untuk dilepaskan [Pasal 25 [3] KUHAP];
☺ Setelah jangka waktu yang ditentukan telah berakhir maka demi hukum
tersangka harus dikeluarkan dari tahanan [Pasal 25 [4] KUHAP].
c. Hakim :
Untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan penetapannya
berwenang melakukan penahanan [Pasal 20 [3] KUHAP];
 PN :
☺ Hakim PN guna kepentingan pemeriksaan berwenang menahan paling lama 30
hari dan dapat diperpanjang oleh KPN untuk paling lama 60 hari. [Pasal 26 [1,2]
KUHAP]
☺ Setelah jangka waktu yang telah ditentukan berakhir maka demi hukum
Terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan [Pasal 26 [4] KUHAP].
 PT :
☺ Hakim PT guna kepentingan pemeriksaan berwenang menahan paling lama 30
hari dan dapat diperpanjang oleh KPT untuk paling lama 60 hari [Pasal 27 [1,2]
KUHAP]
☺ Setelah jangka waktu yang telah ditentukan berakhir maka demi hukum
Terdakwa harus sudah dikeluarkan dari tahanan [Pasal 27 [4] KUHAP].
 MA :
☺ Hakim MA guna kepentingan pemeriksaan berwenang menahan untuk paling
lama 50 hari dan dapat diperpanjang oleh Ketua MA untuk paling lama 60 hari
[Pasal 28 [1,2] KUHAP]
☺ Setelah jangka waktu perkara tersebut berakhir Terdakwa harus sudah
dikeluarkan dari tahanan demi hukum [Pasal 28 [4] KUHAP].
9. Jenis penahanan dapat berupa :
Berdasarkan Pasal 22 KUHAP.
☻ Penahanan rumah tahanan negara
☻ Penahanan rumah
 Penahanan rumah dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau rumah kediaman
tersangka atau terdakwa dengan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk
menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyidikan,
penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.
 Pengurangan masa tahanan 1/3.
☻ Penahanan kota
43  Penahanan kota dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman
tersangka atau terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor
diri pada waktu yang ditentukan.
 Pengurangan masa tahanan 1/5.
Alat Bukti
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
10. Alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 [1] adalah :
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan Terdakwa.
Hal yang secara umum diketahui tidak perlu dibuktikan.
☻ Dalam acara pemeriksaan biasa
 Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya. [Pasal 183]
☻ Dalam pemeriksaan cepat
 Keyakinan hakim cukup didukung satu alat bukti yang sah.
11. Yang dimaksud saksi a charge adalah :
Saksi yang keterangannya memberatkan Terdakwa.
12. Penggeledahan :
☻ Berdasarkan Pasal 33 KUHAP :
 Penyidik dengan surat izin dari KPN dapat mengadakan penggeledahan [Pasal 33 [1]
KUHAP]
 Petugas Polri atas perintah penyidik dapat memasuki rumah [Pasal 33 [2] KUHAP]
☺ Setiap memasuki harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau
penghuni setuju [Pasal 33 [3] KUHAP]
☺ Setiap memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau Ketua
lingkungan dengan dua orang saksi, dalam hal tersangka atau penghuni menolak
atau tidak hadir. [Pasal 33 [4] KUHAP]
 Dalam waktu 2 hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah harus dibuat
suatu Berita Acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni
rumah. [Pasal 33 [4] KUHAP].
☻ Pasal 34 [1,2] KUHAP
Dalam keadaan yang perlu dan mendesak penyidik dapat melakukan penggeledahan:
 Pada halaman rumah tersangka tinggal, berdiam atau ada dan ada diatasnya;
 Pada setiap tempat lain tersangka tinggal, berdiam atau ada;
 Di tempat tindak pidana dilakukan atau bekasnya;
 Di tempat penginapan dan tempat umum lainnya;
 Penyidik wajib segera melaporkan kepada KPN untuk memperoleh persetujuannya.
☻ Pasal 35 KUHAP
Penyidik tidak diperkenankan memasuki :
 Ruang dimana ada sidang MPR, DPR, DPRD;
 Tempat dimana berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan;
 Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.
Kecuali dalam hal tertangkap tangan.
13. Penyitaan
☻ Berdasarkan Pasal 38 KUHAP
 Penyitaan hanya dapat dilakukan penyidik dengan surat izin KPN
 Dalam hal keadaan yang perlu dan mendesak, penyidik hanya dapat melakukan
penyitaan atas benda bergerak saja dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada
KPN untuk memperoleh persetujuannya
44 ☻ Berdasarkan Pasal 39 KUHAP yang dapat dikenakan penyitaan :
 Benda atau tagihan tersangka atau Terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana
 Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;
 Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
 Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana.
 Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau pailit sepanjang
memenuhi kriteria diatas.
☻ Berdasarkan Pasal 40 KUHAP dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita :
 Benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukti.
☻ Berdasarkan Pasal 41 KUHAP dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita :
 Paket atau surat atau benda yang pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan
oleh kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi.
 Yang dimaksud dengan surat termasuk surat kawat, surat teleks dan lain sejenisnya
yang mengandung suatu berita.
 Setiap tindakan penyitaan harus diberikan surat tanda penerimaan.
14. Dalam keadaan penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat
izin terlebih dahulu, maka penyidik dapat melakukan penyitaan terhadap :
Benda bergerak saja.
Berdasarkan Pasal 38 [2] KUHAP
“Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak
dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi ketentuan
ayat (1) penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib
segera melaporkan kepada ketua PN setempat guna memperoleh persetujuannya”.
15. Apakah penyidik berwenang memerintahkan seseorang untuk menyerahkan barang untuk
disita ?
Berdasarkan Pasal 42 KUHAP
penyidik berwenang memerintahkan seseorang yang menguasai benda yang dapat disita guna
kepentingan pemeriksaan dan kepada orang tersebut diberikan surat tanda penerimaan.
16. Apakah penyidik dapat menyita surat yang disimpan oleh pejabat yang memang berkewajiban
untuk merahasiakannya?
Berdasarkan Pasal 43 KUHAP
penyitaan dapat dilakukan terhadap surat atau tulisan lain sepanjang bukan menyangkut
tentang rahasia negara dan hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau atas izin
KPN kecuali ditentukan lain oleh UU.
17. Dimana tempat menyimpan barang sitaan?
Pasal 44 KUHAP benda sitaan disimpan di rumah penyimpanan benda sitaan negara.
18. Jika benda yang disita oleh penyidik merupakan benda yang mudah rusak maka tindakan yang
dapat dilakukan penyidik adalah :
Berdasarkan Pasal 45 [1] KUHAP. Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang dapat lekas
rusak atau yang membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan
pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau jika
biaya penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan
persetujuan tersangka atau kuasanya dapat diambil tindakan sebagai berikut :
a. Apabila perkara masih ada ditangan penyidik atau PU, benda tersebut dapat dijual
lelang atau dapat diamankan oleh penyidik atau PU, dengan disaksikan oleh tersangka
atau kuasanya;
b. Apabila perkara sudah ada ditangan pengadilan, maka benda tersebut dapat diamankan
atau dijual lelang oleh PU atas izin hakim yang menyidangkan perkaranya dan
disaksikan oleh terdakwa atau kuasanya.
19. Dalam hal seorang tersangka ditangkap atau ditahan maka sebagaimana diatur dalam Pasal 69
45 KUHAP :
Penasihat Hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada
semua tingkat pemeriksaan menurut tata-cara yang ditentukan dalam KUHAP.
20. Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan atas suatu peristiwa yang merupakan
tindak pidana maka penyidik memberitahukan kepada :
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Berdasarkan Pasal 109 [1] KUHAP :
“Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak
pidana, penyidik memberitahukan hal itu kepada PU”.
21. Penyidikan terhadap suatu peristiwa dapat diberhentikan karena :
Berdasarkan Pasal 109 KUHAP, mengatur bahwa dalam hal penyidik menghentikan
penyidikan karena :
☻ Tidak terdapat cukup bukti;
☻ Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana, atau
☻ Penyidikan dihentikan demi hukum.
22. Jika penyidikan atas suatu peristiwa diberhentikan karena tidak cukup bukti, maka penyidik
menyampaikan pemberitahuan penghentian penyidikan tersebut kepada :
Bahwa berdasarkan Pasal 109 [2] KUHAP :
“Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi
hukum, maka penyidik memberitahukan hal itu kepada PU, tersangka atau keluarganya.”
Bahwa berdasarkan Pasal 109 [3] KUHAP :
“Dalam hal penghentian tersebut pada ayat (2) dilakukan oleh penyidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b [penyidik pegawai negeri sipil], pemberitahuan
mengenai hal itu segera disampaikan kepada penyidik dan PU”.
23. Beberapa upaya paksa yang dapat dilakukan dalam rangka penyidikan :
☻ Penangkapan [Pasal 16-19]
☻ Penahanan [Pasal 20-31]
☻ Penggeledahan [Pasal 32-37]
☻ Penyitaan [Pasal 38-46]
☻ Pemeriksaan surat [Pasal 47-49].
24. Jenis- jenis acara pemeriksaan sidang pengadilan dalam Hukum Acara Pidana :
Jenis-jenis acara pemeriksaan sidang pengadilan dalam Hukum Acara Pidana diatur
berdasarkan Bab XVI Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan terdapat tiga [3] acara pemeriksaan
sidang pengadilan yaitu :
1) Bagian Ketiga Acara Pemeriksaan Biasa Pasal 152 – Pasal 182 KUHAP;
2) Bagian Kelima Acara Pemeriksaan Singkat Pasal 203 – Pasal 204 KUHAP;
3) Bagian Keenam Acara Pemeriksaan Cepat :
a. Paragraf I Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan Pasal 205 – Pasal 210 KUHAP;
b. Paragraf II Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Pasal 211 – 216
KUHAP.
Acara Pemeriksaan Biasa
25. Bagian Ketiga Acara Pemeriksaan Biasa Pasal 152–182 KUHAP :
1) Pasal 152 :
 Dalam hal PN menerima surat pelimpahan perkara dan berpendapat bahwa perkara
itu termasuk wewenangnya, ketua pengadilan menunjuk hakim yang akan
menyidangkan perkara tersebut dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan hari
sidang. Hakim dalam menetapkan hari sidang diatas memerintahkan kepada PU
supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk datang di sidang pengadilan.
 Yang dimaksud dengan "hakim yang ditunjuk" ialah majelis hakim atau hakim
tunggal.
 Pemanggilan terdakwa dan saksi dilakukan dengan surat panggilan oleh PU secara
sah dan harus telah diterima oleh terdakwa dalam jangka waktu sekurang-kurangnya
tiga hari sebelum sidang dimulai.
2) Pasal 153 :
46  Pada hari yang ditentukan Hakim ketua sidang memimpin pemeriksaan di sidang
pengadilan yang dilakukan secara lisan dalam bahasa Indonesia yang dimengerti oleh
terdakwa dan saksi.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Ia wajib menjaga supaya tidak dilakukan hal atau diajukan pertanyaan yang
mengakibatkan terdakwa atau saksi memberikan jawaban secara tidak bebas. Untuk
keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan
terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya
anak-anak, tidak dipenuhinya ketentuan tersebut mengakibatkan batalnya putusan
demi hukum [Jaminan bahwa sidang terbuka untuk umum diperkuat berlakunya,
terbukti dengan timbulnya akibat hukum jika asas peradilan terbuka tidak dipenuhi].
 Hakim ketua sidang dapat menentukan bahwa anak yang belum mencapai umur
tujuh belas Thn tidak diperkenankan menghadiri sidang hal ini dikarenakan untuk
menjaga supaya jiwa anak yang masih di bawah umur tidak terpengaruh oleh
perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, lebih-lebih dalam perkara kejahatan berat,
maka hakim dapat menentukan bahwa anak di bawah umur tujuh belas Thn, kecuali
yang telah atau pernah kawin, tidak dibolehkan mengikuti sidang.
3) Pasal 154 :
 Hakim ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dan jika ia
dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas ["keadaan bebas" adalah keadaan
tidak dibelenggu tanpa mengurangi pengawalan].
 Jika dalam pemeriksaan perkara terdakwa yang tidak ditahan tidak hadir pada hari
sidang yang telah ditetapkan, hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwa sudah
dipanggil secara sah.
 Jika terdakwa dipanggil secara tidak sah, hakim ketua sidang menunda persidangan
dan memerintahkan supaya terdakwa dipanggil lagi untuk hadir pada hari sidang
berikutnya.
 Jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah tetapi tidak datang di sidang tanpa
alasan yang sah, pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat dilangsungkan dan hakim
ketua sidang memerintahkan agar terdakwa dipanggil sekali lagi [Kehadiran
terdakwa di sidang merupakan kewajiban dari terdakwa, bukan merupakan haknya,
jadi terdakwa harus hadir di sidang pengadilan].
 Jika dalam suatu perkara ada lebih dari seorang terdakwa dan tidak semua terdakwa
hadir pada hari sidang, pemeriksaan terhadap terdakwa yang hadir dapat
dilangsungkan.
 Hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa yang tidak hadir tanpa alasan
yang sah setelah dipanggil secara sah untuk kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa
pada sidang pertama berikutnya [Dalam hal terdakwa setelah diupayakan dengan
sungguh-sungguh tidak dapat dihadirkan dengan baik, maka terdakwa dapat
dihadirkan dengan paksa].
 Panitera mencatat laporan dari PU tentang pelaksanaan pemanggilan dan
penghadiran dengan upaya paksa Terdakwa dan menyampaikannya kepada hakim
ketua sidang.
4) Pasal 155 :
 Pada permulaan sidang, hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa tentang
nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaannya serta mengingatkan terdakwa supaya
memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya di sidang.
 Sesudah itu hakim ketua sidang minta kepada PU untuk membacakan surat dakwaan;
 Selanjutnya hakim ketua sidang menanyakan kepada terdakwa apakah ia sudah
benar-benar mengerti, apabila terdakwa ternyata tidak mengerti, PU atas permintaan
hakim Ketua sidang wajib memberi penjelasan yang diperlukan.
47 ☺ Untuk menjamin terlindungnya hak terdakwa guna memberikan pembelaannya,
maka PU memberikan penjelasan atas dakwaan tetapi penjelasan ini hanya dapat
dilaksanakan pada permulaan sidang.
5) Pasal 156 :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Dalam hal terdakwa atau PH mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak
berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat
dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada PU untuk
menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
selanjutnya mengambil keputusan.
☺ Keberatan Penasihat Hukum dilakukan dengan eksepsi baik mengenai
kewenangan absolut atau relatif PN dan kemudian Jaksa Penuntut Umum [JPU]
menanggapinya dengan jawaban atas eksepsi yang kemudian akan diputus oleh
Hakim.
 Jika hakim menyatakan keberatan tersebut diterima, maka perkara itu tidak diperiksa
lebih lanjut, sebaiknya dalam hal tidak diterima atau hakim berpendapat hal tersebut
baru dapat diputus setelah selesai pemeriksaan, maka sidang dilakukan.
 Dalam hal PU berkeberatan terhadap keputusan tersebut, maka ia dapat mengajukan
perlawanan kepada PT melalui PN yang bersangkutan.
☺ Banding ke PT atas eksepsi Penasihat Hukum yang dikabulkan oleh Hakim PN.
 Dalam hal perlawanan yang diajukan oleh terdakwa atau PHnya diterima oleh PT,
maka dalam waktu empat belas hari, PT dengan surat penetapannya membatalkan
putusan PN dan memerintahkan PN yang berwenang untuk memeriksa perkara itu.
 Dalam hal perlawanan diajukan bersama-sama dengan permintaan banding oleh
terdakwa atau PHnya kepada PT, maka dalam waktu empat belas hari sejak ia
menerima perkara dan membenarkan perlawanan terdakwa, PT dengan keputusan
membatalkan keputusan PN yang bersangkutan dan menunjuk PN yang berwenang.
☺ Pengadilan tinggi menyampaikan salinan keputusan tersebut kepada PN yang
berwenang dan kepada PN yang semula mengadili perkara yang bersangkutan
dengan disertai berkas perkara untuk diteruskan kepada kajaksaan negeri yang
telah melimpahkan perkara itu.
☺ Apabila pengadilan yang berwenang berkedudukan di daerah hukum PT lain
maka kejaksaan negeri mengirimkan perkara tersebut kepada kejaksaan negeri
dalam daerah hukum PN yang berwenang di tempat itu.
 Hakim ketua sidang karena jabatannya walaupun tidak ada perlawanan, setelah
mendengar pendapat PU dan terdakwa dengan surat penetapan yang memuat
alasannya dapat menyatakan pengadilan tidak berwenang.
6) Pasal 157 :
 Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari mengadili perkara tertentu apabila ia
terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, hubungan
suami atau isteri meskipun sudah bercerai dengan hakim ketua sidang, salah seorang
hakim anggota, PU atau panitera.
 Hakim ketua sidang, hakim anggota, PU atau panitera wajib mengundurkan diri dari
menangani perkara apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai
derajat ketiga atau hubungan suami atau isteri meskipun sudah bercerai dengan
terdakwa atau dengan PH.
 Jika dipatuhi kententuan diatas, mereka yang mengundurkan diri harus diganti dan
apabila tidak dipatuhi atau tidak diganti sedangkan perkara telah diputus, maka
perkara wajib segera diadili ulang dengan susunan yang lain.
7) Pasal 158 :
 Hakim dilarang menunjukkan sikap atau mengeluarkan penyataan di sidang tentang
keyakinan mengenai salah atau tidaknya terdakwa.
8) Pasal 159 :
48  Hakim ketua sidang selanjutnya meneliti apakah samua saksi yang dipanggil telah
hadir dan memberi perintah untuk mencegah jangan sampai saksi berhubungan satu
dengan yang lain sebelum memberi keterangan di sidang. Hal ini dimaksudkan untuk
:

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Mencegah jangan sampai terjadi saling mempengaruhi di antara para saksi,
sehingga keterangan saksi tidak dapat diberikan secara bebas.
 Dalam hal saksi tidak hadir, meskipun telah dipanggil dengan sah dan hakim ketua
sidang mempunyai cukup alasan untuk manyangka bahwa saksi itu tidak akan mau
hadir, maka hakim Ketua sidang dapat memerintahkan supaya saksi tersebut
dihadapkan ke persidangan.
☺ Menjadi saksi adalah salah satu kewajiban setiap orang.
→ Orang yang menjadi saksi atau saksi ahli setelah dipanggil ke suatu sidang
pengadilan untuk memberikan keterangan tetapi dengan menolak kewajiban
itu ia dapat dikenakan pidana berdasarkan ketentuan UU yang berlaku.
→ Dipidana berdasarkan Pasal 22443 KUHP.
9) Pasal 160 :
 Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang demi seorang menurut urutan yang
dipandang sebaik-baiknya oleh hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat PU,
terdakwa atau PH :
☺ Yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi;
☺ Dalam hal ada saksi baik yang menguntungkan maupun yang memberatkan
terdakwa yang tercantum dalam surat pelimpahan perkara dan atau yang diminta
oleh terdakwa atau PH atau PU selama berlangsungnya sidang atau sebelum
dijatuhkannya putusan, hakim ketua sidang wajib mendengar keterangan saksi
tersebut.
 Hakim ketua sidang menanyakan kepada saksi keterangan tentang nama lengkap,
tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan, selanjutnya apakah ia kenal terdakwa sebelum terdakwa
melakukan perbuatan yang menjadi dasar dakwaan serta apakah ia berkeluarga
sedarah atau semenda dan sampai derajat keberapa dengan terdakwa, atau apakah ia
suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau terikat hubungan kerja
dengannya.
 Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut
cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang
sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya.
 Jika pengadilan menganggap perlu, seorang saksi atau ahli wajib bersumpah atau
berjanji sesudah saksi atau ahli itu selesai memberi keterangan.
10) Pasal 161 :
 Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk bersumpah atau
berjanji, maka pemeriksaan terhadapnya tetap dilakukan, sedang ia dengan surat
penetapan hakim ketua sidang dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan
negara paling lama empat belas hari.
 Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan saksi atau ahli
tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji, maka keterangan yang telah
diberikan merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.
☺ Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak
dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan
keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.
11) Pasal 162 :
 Jika saksi sesudah memberi keterangan dalam penyidikan meninggal dunia atau
karena halangan yang sah tidak dapat hadir di sidang atau tidak dipanggil karena
jauh tempat kediaman atau tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang
49

43
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
berhubungan dengan kepentingan negara, maka keterangan yang telah diberikannya
itu dibacakan.
 Jika keterangan itu sebelumnya telah diberikan di bawah sumpah, maka keterangan
itu disamakan nilainya dengan keterangan saksi di bawah sumpah yang diucapkan di
sidang.
12) Pasal 163 :
 Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangannya yang terdapat dalam
berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta minta
keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara
pemeriksaan sidang.
13) Pasal 164 :
 Setiap kali seorang saksi selesai memberikan keterangan, hakim ketua sidang
menanyakan kepada terdakwa bagaimana pendapatnya tentang keterangan tersebut.
 PU atau PH dengan perantaraan hakim ketua sidang diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan kepada saksi dan terdakwa.
 Hakim ketua sidang dapat menolak pertanyaan yang diajukan oleh PU atau PH
kepada saksi atau terdakwa dengan memberikan alasannya.
☺ Hakim berwenang untuk memperingatkan baik kepada PU maupun kepada PH,
apabila pertanyaan yang diajukan itu tidak ada kaitannya dengan perkara.
14) Pasal 165 :
 Hakim ketua sidang dan hakim anggota dapat minta kepada saksi segala keterangan
yang dipandang perlu untuk mendapatkan kebenaran.
 PU, terdakwa atau PH dengan perantaraan hakim ketua sidang diberi kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan kepada saksi.
 Hakim ketua sidang dapat menolak pertanyaan yang diajukan oleh PU, terdakwa atau
PH kepada saksi dengan memberikan alasannya.
 Hakim dan PU atau terdakwa atau PH dengan perantaraan hakim Ketua sidang, dapat
saling menghadapkan saksi untuk menguji kebenaran keterangan mereka masing-
masing.
15) Pasal 166 :
 Pertanyaan yang bersifat menjerat tidak boleh diajukan baik kepada terdakwa
maupun kepada saksi.
☺ Jika dalam salah satu pertanyaan disebutkan suatu tindak pidana yang tidak
diakui telah dilakukan oleh terdakwa atau tidak dinyatakan oleh saksi, tetapi
dianggap seolah-olah diakui atau dinyatakan, maka pertanyaan yang sedemikian
itu dianggap sebagai pertanyaan yang bersifat menjerat.
☺ Pasal ini penting karena pertanyaan yang bersifat menjerat itu tidak hanya tidak
boleh diajukan kepada terdakwa, akan tetapi juga tidak boleh diajukan kepada
saksi. Ini sesuai dengan prinsip bahwa keterangan terdakwa atau saksi harus
diberikan secara bebas di semua tingkat pemeriksaan.
☺ Dalam pemeriksaan penyidik atau PU tidak boleh mengadakan tekanan yang
bagaimanapun caranya, lebih-lebih di dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
→ Tekanan itu, misalnya ancaman dan sebagainya yang menyebabkan terdakwa
atau saksi menerangkan hal yang berlainan daripada hal yang dapat dianggap
sebagai peryataan pikirannya yang bebas.
16) Pasal 167 :
 Setelah saksi memberi keterangan, ia tetap hadir di sidang kecuali hakim ketua
sidang memberi izin untuk meninggalkannya.
50 ☺ Untuk melancarkan jalannya pemeriksaan saksi, maka ada kalanya hakim ketua
sidang menganggap bahwa saksi yang sudah didengar keterangannya mungkin
akan merugikan saksi berikutnya yang akan memberikan keterangan, sehingga
perlu saksi pertama tersebut untuk sementara ke luar dari ruang sidang selama
masih didengar keterangannya.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Izin itu tidak diberikan jika PU atau terdakwa atau PH mengajukan permintaan
supaya saksi itu tetap menghadiri sidang.
☺ Ada kalanya terdakwa atau PU berkeberatan terhadap dikeluarkannya saksi dari
ruang sidang, karena misalnya diperlukan kehadiran saksi tersebut, agar supaya
ia dapat ikut mendengarkan keterangan yang diberikan oleh saksi yang didengar
berikutnya demi kesempurnaan hasil keterangan saksi
 Para saksi selama sidang dilarang saling bercakap-cakap.
17) Pasal 168 :
 Kecuali ditentukan lain dalam UU ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan
dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa;
b. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara
ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
parkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c. suami atau isteri terdakwa maupun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
18) Pasal 169 :
 Dalam hal mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 menghendakinya dan PU
serta terdakwa secara tegas menyetujuinya dapat memberi keterangan di bawah
sumpah.
 Tanpa persetujuan diatas maka mereka diperbolehkan memberikan keterangan
tanpa sumpah.
19) Pasal 170 :
 Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
☺ Pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk menyimpan
rahasia ditentukan oleh per-UU.
 Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
☺ Jika tidak ada ketentuan per-UU yang mengatur tentang jabatan atau pekerjaan
yang dimaksud, maka seperti yang ditentukan oleh ayat ini, hakim yang
menentukan sah atau tidaknya alasan yang dikemukakan untuk mendapatkan
kebebasan tersebut.
20) Pasal 171 :
 Yang boleh diperiksa untuk memberi keterangan tanpa sumpah ialah:
a. anak yang umurnya belum cukup lima belas Thn dan belum pernah kawin;
b. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik
kembali.
− Mengingat bahwa anak yang belum berumur lima belas Thn, demikian
juga orang yang sakit ingatan, sakit jiwa, sakit gila meskipun hanya
kadang-kadang saja, yang dalam ilmu penyakit jiwa disebut psychopaat,
mereka ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna dalam
hukum pidana maka mereka tidak dapat diambil sumpah atau janji dalam
memberikan keterangan, karena itu keterangan mereka hanya dipakai
sebagai petunjuk saja.
26. Untuk dapat lebih menyempurnakan penuntutannya Penuntut Umum dapat mengubah surat
51 dakwaan dalam jangka waktu :
Selambat-lambatnya 7 hari sebelum hari sidang di mulai.
Berdasarkan Pasal 144 KUHAP :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Penuntut Umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari
sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan
penuntutannya [Pasal 114 [1] KUHAP];
☻ Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat-
lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai [Pasal 114 [2] KUHAP];
☻ Dalam hal PU mengubah surat dakwaan ia menyampaikan turunannya kepada tersangka
atau PH dan penyidik [Pasal 114[3] KUHAP].
27. Isi atau substansi dari surat dakwaan meliputi hal-hal dibawah ini :
Surat dakwaan adalah berisi tentang :
☻ Uraian kasus atau kronologis, yang meliputi waktu dan tempat terjadinya tindak pidana;
☻ Tindak pidana tersebut diancam dengan per-UU yang mana [Pasal berapa, ayat berapa].
Sedangkan tuntutan pidana disampaikan Penuntut Umum secara terpisah, bukan dalam surat
dakwaan.
28. Surat dakwaan yang tidak memenuhi persyaratan materiil sebagaimana diatur dalam Pasal 143
[2] huruf b KUHAP, harus dinyatakan :
Batal demi hukum.
Persyaratan dimaksud dalam Pasal 143 [2] huruf b KUHAP adalah :
Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
29. Praperadilan adalah wewenang PN untuk memeriksa dan memutus tentang :
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 dan Pasal 77 KUHAP, Praperadilan adalah wewenang PN untuk
memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam UU ini, tentang :
a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
30. Apabila seseorang telah melakukan tindak pidana di luar negeri dan dapat diadili menurut
hukum yang berlaku di Indonesia maka pengadilan yang berwenang mengadili :
Berdasarkan Pasal 86 KUHAP
Apabila seorang melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili menurut hukum
Republik Indonesia, maka PN Jakarta Pusat yang berwenang mengadilinya.
Sesuai dengan penjelasan Pasal 86 dikatakan bahwa :
Kitab UU Hukum Pidana kita menganut asas personalitas aktif dan asas personalitas pasif,
yang membuka kemungkinan tindak pidana yang dilakukan di luar negeri dapat diadili
menurut Kitab UU Hukum Pidana Republik Indonesia. Dengan maksud agar jalannya
peradilan terhadap perkara pidana tersebut dapat mudah dan lancar, maka ditunjuk PN
Jakarta Pusat yang berwenang mengadilinya.
31. Sebelum memberikan keterangan, saksi diwajibkan untuk mengucapkan sumpah atau janji
menurut tata cara agamanya masing-masing. Apa akibat hukumnya jika seorang saksi telah
memberikan kesaksiannya tanpa mau mengucapkan sumpah atau janji :
Bahwa berdasarkan Pasal 161 [2] KUHAP, maka kesaksian atau keterangan yang telah
diberikan tersebut merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim.
Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat
dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat
menguatkan keyakinan hakim.
Apabila saksi menolak untuk disumpah maka :
52 Berdasarkan Pasal 161 [1] KUHAP, saksi tersebut dapat dikenakan sandera di rumah
tahanan negara untuk paling lama 14 hari dengan surat penetapan Hakim Ketua Sidang.
32. Pihak yang dapat diperiksa untuk diminta keterangannya tanpa disumpah adalah :
Berdasarkan Pasal 171 KUHAP :
Yang boleh diperiksa untuk memberi keterangan tanpa sumpah ialah:
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
a. anak yang umurnya belum cukup lima belas Thn dan belum pernah kawin;
b. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya baik
kembali.
Penjelasan Pasal dimaksud :
Mengingat bahwa anak yang belum berumur lima belas Thn, demikian juga orang yang sakit
ingatan, sakit jiwa, sakit gila meskipun hanya kadang-kadang saja, yang dalam ilmu penyakit
jiwa disebut psychopaat, mereka ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna
dalam hukum pidana maka mereka tidak dapat diambil sumpah atau janji dalam memberikan
keterangan, karena itu keterangan mereka hanya dipakai sebagai petunjuk saja.
33. Kapan Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana :
Berdasarkan Pasal 182 [1] KUHAP Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana setelah
pemeriksaan dinyatakan selesai.
34. Pembelaan yang diucapkan oleh Terdakwa maupun pembelanya yang berisikan tangkisan
terhadap tuntutan Penuntut Umum disebut :
Pleidoi : pengungkapan pikiran dalam bentuk ucapan yang berisi pembelaan terhadap
Terdakwa yang dibacakan oleh advokat/pembela atau dibacakan sendiri oleh Terdakwa.
[Drs. Sudarsono, SH., Kamus Hukum]
35. Hal-hal yang termasuk dalam kategori tindak pidana ringan adalah :
☻ Perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan
atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan
kecuali yang ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini;
☻ Yang dimaksud Paragraf 2 ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap per-UU lalu lintas
jalan.
36. Apakah keterangan Terdakwa saja cukup untuk membuktikan bahwa seorang melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya ?
☻ Berdasarkan Pasal 189 [4] KUHAP Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya,
melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.
☻ Pasal 189 [3] KUHAP, keterangan Terdakwa hanya dapat digunakan untuk dirinya
sendiri.
☻ Pasal 189 [2] KUHAP, Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu
didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan
kepadanya.
☻ Pasal 189 [1] KUHAP, Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.
37. Pada saat menjatuhkan pidana kepada Terdakwa, Hakim diwajibkan untuk memenuhi prinsip
pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 KUHAP :
Berdasarkan Pasal 183 KUHAP prinsip minimum pembuktian adalah keyakinan Hakim yang
didukung dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.
38. Putusan Pengadilan :
☻ Putusan Vrjspraak atau acquittal diberikan jika :
Berdasarkan Pasal 191 [1] KUHAP, putusan bebas diberikan jika pengadilan
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.
☻ Putusan lepas dari segala tuntutan hukum [onslag van recht vervolging] diberikan jika :
Berdasarkan Pasal 191 [2] KUHAP, Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu
53 tindak pidana.
☻ Putusan pemindanaan diberikan apabila :
Berdasarkan Pasal 193 [1] KUHAP, Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Jadi apabila menurut
pendapat dan penilaian pengadilan Terdakwa telah terbukti secara sah dan menyakinkan
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
melakukan kesalahan tindak pidana yang didakwakan kepadanya sesuai dengan sistem
pembuktian dan asas batas minimum pembuktian yang ditentukan Pasal 183 KUHAP,
kesalahan Terdakwa telah cukup terbukti dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti
yang sah yang memberi keyakinan kepada Hakim bahwa Terdakwa pelaku tindak pidana.
39. Putusan perkara pidana pada pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding oleh :
☻ Berdasarkan Pasal 67 KUHAP, Penuntut Umum atau Terdakwa berhak untuk minta
banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas,
lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan
hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat.
40. Upaya banding terhadap suatu putusan perkara pidana dapat dilakukan dalam tenggang waktu
:
Berdasarkan Pasal 233 [2] KUHAP, Hanya pemintaan banding sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) boleh diterima oleh panitera PN dalam waktu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan
atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 196 ayat (2).
41. Berdasarkan KUHAP, badan peradilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili
perkara koneksitas adalah :
Berdasarkan Pasal 89 KUHAP, Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka
yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa
dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali jika menurut
keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan dengan persetujuan Menteri Kehakiman
perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
42. Seorang Terdakwa dapat mengajukan tuntutan rehabilitasi terhadap putusan :
Berdasarkan Pasal 97 KUHAP, Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh
pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

1. Saat ini Hukum Acara PA diatur dalam :


☻ UU No. 7 Thn 1989 s.d.u. UU No. 3 Thn 2006 s.d.u. UU No. 50 Thn 2009 tentang Peradilan
Agama.
2. Kompetensi Absolut PA diatur dalam :
☻ Kompentensi Absolut PA diatur dalam Pasal 49 UU PA.
3. Beberapa pengertian dalam UU PA :
☻ Gugat Cerai (Cerai Gugat)
☻ Permohonan Talak (Cerai Talak)
☻ Furqoh
 Artinya lepasnya akad/ikatan pernikahan dan terputusnya hubungan suami istri.
 Furqoh ada 2 macam :
☺ Furqoh karena fasakh
→ Fasakh ialah rusaknya akad pernikahan dan hilangnya hak nikah kembali
secara otomatis atau hak pilih, karena sebab-sebab yang bisa merusak
sahnya akad pernikahan, baik terjadi setelah akad, seperti murtadnya salah
satu dari suami atau istri. Atau yang sudah terjadi sebelumnya, seperti
nikahnya saudara sesusuan.
☺ Furqoh karena thalaq
→ Thalaq ialah lepasnya akad/ikatan pernikahan yang sah dengan tidak
54 hilangnya hak nikah kembali ( kecuali thalaq bain kubro )
☻ Syiqaq
 Syiqoq, yaitu ketika terjadi sengketa antara suami istri yang sulit untuk didamaikan.
☻ Hakam
☻ Khulu’
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Khuluk adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan
tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya.
☻ Talak Raj’i
☻ Talak Bain Shughro
☻ Li’an
☻ Sighot Taklik
☻ Ila’
 Berarti sumpah. Apabila seorang suami meng-iila’ istrinya kemudian digaulinya pada
masa empat bulan, maka berakhirlah ila’ dan suami wajib membayar kafarah yamin.
Dan apabila telah berlalu masa iila’ dan suami tidak menggauli istri, maka hukumnya :
☺ Hanafiyah :
→ jatuh thalaq bain
☺ Mayoritas Ulama :
→ istri harus menuntut suaminya agar melepaskan iila’-nya atau menthalaq.
 Dan apabila suami menolak tuntutan istri, maka Hakim wajib menjatuhkan hukuman
kepada suami dengan :
☺ menjatuhkan thalaq ( Imam Malik )
☺ menekan suami agar ia menjatuhkan thalaq ( Imam Syafi’i, Ahmad dan Ahli
Dhohir )
 Thalaq yang terjadi pada masa Iila’
☺ Thalaq yang terjadi pada masa Iila’, jatuh thalaq bain ( Hanafiyah ), dan thalaq
roj’i ( Mayoritas Ulama )
☻ Dhihar
 Dhihar berasal dari dhohr yang artinya punggung. Dan yang dimaksud ialah ucapan
seorang suami kepada istrinya : “ Engkau seperti punggung ibuku “.
☻ Hadlonah
 Kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga dewasa atau mampu
berdiri sendiri.
☻ Saksi keluarga
☻ Sita marital tanpa harus ada gugatan cerai
☻ Komulasi Gugatan Cerai (permohonan Talak) dengan akibat hukumnya (Hak Hadlonah
Anak dan Harta Gono Gini)
☻ Syirkah
 Syirkah atau Harta kekayaan dalam perkawinan adalah harta yang diperoleh baik
sendiri-sendiri atau bersama suami-isteri selama dalam ikatan perkawinan
berlangsung selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas
nama siapapun.
☻ Mutah
 Adalah pemberian bekas suami kepada isteri, yang dijatuhi talak berupa benda atau
uang dan lainnya.
☻ Mahar
 Adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik
berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
4. Hukum kewarisan Islam yang diselesaikan di PA dapat dilakukan oleh para ahli waris dalam
bentuk :
Berdasarkan Pasal 49 UU PA :
☻ Penentuan siapa yang menjadi ahli waris,
☻ Penentuan mengenai harta peninggalan,
55 ☻ Penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan
☻ Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta
☻ Penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang
menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
5. Apakah PA berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara ditingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam tentang sengketa hak milik :
Iya berwenang.
Berdasarkan Pasal 50 UU PA :
“Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut diputus
oleh pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49”.
6. Kewenangan peradilan agama sesuai dengan Pasal 49 PA adalah :
a. perkawinan;
Yang dimaksud dengan “perkawinan” adalah hal-hal yang diatur dalam atau
berdasarkan UU mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syari’ah,
antara lain :
1) izin beristri lebih dari seorang;
2) izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua
puluh satu) Thn, dalam hal orang tua, wali, atau keluarga dalam garis lurus
ada perbedaan pendapat;
3) dispensasi kawin;
4) pencegahan perkawinan;
5) penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6) pembatalan perkawinan;
7) gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8) perceraian karena talak;
9) gugatan perceraian;
10) penyelesaian harta bersama [Syirkah];
11) penguasaan anak-anak [Hadlonah];
12) ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak
yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13) penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas
istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14) putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15) putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16) pencabutan kekuasaan wali;
17) penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wali dicabut;
18) penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18
(delapan belas) Thn yang ditinggal kedua orang tuanya;
19) pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaannya;
20) penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
berdasarkan hukum Islam;
21) putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran;
22) pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-
Undang Nomor 1 Thn 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut
peraturan yang lain.
b. waris;
Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris,
56 penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris,
dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan
atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan bagian masing-masing ahli waris.
c. wasiat;
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Yang dimaksud dengan “wasiat” adalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda
atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang berlaku setelah yang
memberi tersebut meninggal dunia.
d. hibah;
Yang dimaksud dengan "hibah" adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum
untuk dimiliki.
e. wakaf;
Yang dimaksud dengan "wakaf" adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang
(wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syari’ah.
f. zakat;
Yang dimaksud dengan "zakat" adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim
atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
g. infaq;
Yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu
kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman,
mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan sesuatu kepada orang
lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wata’ala.
h. shadaqah; dan
Yang dimaksud dengan “shadaqah” adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu
kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa
dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah Subhanahu
Wata’ala dan pahala semata.
i. ekonomi syari'ah.
Yang dimaksud dengan “ekonomi syari’ah” adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang
dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara lain meliputi:
a) bank syari’ah;
b) lembaga keuangan mikro syari’ah.
c) asuransi syari’ah;
d) reasuransi syari’ah;
e) reksa dana syari’ah;
f) obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah;
g) sekuritas syari’ah;
h) pembiayaan syari’ah;
i) pegadaian syari’ah;
j) dana pensiun lembaga keuangan syari’ah; dan
k) bisnis syari’ah.
Pemeriksaan sengketa perkawinan
7. ketentuan Umum
☻ Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. [Pasal 65]
8. Cerai talak
☻ Berdasarkan Pasal 66 :
☺ Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya
57 mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna
menyaksikan ikrar talak.
☺ Permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja
meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Dalam hal termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan diajukan
kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon.
☺ Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka
permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada PA Jakarta Pusat.
☺ Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama
suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak
ataupun sesudah ikrar talak diucapkan.
☻ Pasal 68 :
☺ Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan oleh Majelis Hakim selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat permohonan cerai talak
didaftarkan di Kepaniteraan.
☺ Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup.
☻ Pasal 70
☺ Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi
didamaikan dan telah cukup alasan perceraian, maka Pengadilan menetapkan
bahwa permohonan tersebut dikabulkan.
☺ Terhadap penetapan diatas istri dapat mengajukan banding.
☺ Setelah penetapan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, Pengadilan
menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak, dengan memanggil suami dan
istri atau wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut.
☺ Dalam sidang itu suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam suatu akta
otentik untuk mengucapkan ikrar talak, mengucapkan ikrar talak yang dihadiri
oleh istri atau kuasanya.
☺ Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau patut, tetapi tidak datang
menghadap sendiri atau tidak mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya
dapat mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya istri atau wakilnya.
☺ Jika suami dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan hari sidang
penyaksian ikrar talak, tidak datang menghadap sendiri atau tidak mengirim
wakilnya meskipun telah mendapat panggilan secara sah atau patut maka
gugurlah kekuatan penetapan tersebut, dan perceraian tidak dapat diajukan lagi
berdasarkan alasan yang sama.
☻ Pasal 71 :
☺ Hakim membuat penetapan yang isinya menyatakan bahwa perkawinan putus
sejak ikrar talak diucapkan dan penetapan tersebut tidak dapat dimintakan
banding atau kasasi.
9. Cerai gugat :
☻ Pasal 73
☺ Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila
penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin
tergugat.
☺ Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
tergugat.
☺ Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka
gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada PA Jakarta Pusat.
58 ☻ Pasal 74
☺ Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak mendapat
pidana penjara, maka untuk memperoleh putusan perceraian, sebagai bukti
penggugat cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang berwenang

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan
itu telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
☻ Pasal 75
☺ Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan bahwa tergugat mendapat
cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban
sebagai suami, maka Hakim dapat memerintahkan tergugat untuk
memeriksakan diri kepada dokter.
☻ Pasal 76
☺ Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk
mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi yang
berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami istri.
→ Syiqaq adalah perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami dan
istri.
☺ Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat persengketaan
antara suami istri dapat mengangkat seorang atau lebih dari keluarga masing-
masing pihak ataupun orang lain untuk menjadi hakam.
→ Hakam ialah orang yang ditetapkan Pengadilan dari pihak keluarga suami
atau pihak keluarga istri atau pihak lain untuk mencari upaya penyelesaian
perselisihan terhadap syiqaq.
☻ Pasal 77
☺ Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat atau
tergugat atau berdasarkan pertimbangan bahaya yang mungkin ditimbulkan,
Pengadilan dapat mengizinkan suami istri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu
rumah.
☻ Pasal 78
☺ Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat,
Pengadilan dapat:
a. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami;
b. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan
pendidikan anak;
c. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-
barang yang menjadi hak bersama suami istri atau barang-barang yang
menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak istri.
10. Pemeriksaan persidangan yang berlaku baik terhadap cerai talak atau cerai gugat :
☻ Pasal 79
☺ Gugatan perceraian gugur apabila suami atau istri meninggal sebelum adanya
putusan Pengadilan.
☻ Pasal 80
☺ Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan oleh Majelis Hakim selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat gugatan perceraian
didaftarkan di Kepaniteraan.
☺ Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup.
☻ Pasal 81
☺ Putusan Pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
☺ Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung
sejak putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
☻ Pasal 82
59 ☺ Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim berusaha
mendamaikan kedua pihak.
→ Selama perkara belum diputus, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada
setiap sidang pemeriksaan pada semua tingkat peradilan.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara pribadi,
kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak
dapat datang menghadap secara pribadi dapat diwakili oleh kuasanya yang
secara khusus dikuasakan untuk itu.
☺ Apabila kedua pihak bertempat kediaman di luar negeri, maka penggugat pada
sidang perdamaian tersebut harus menghadap secara pribadi.
☺ Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada
setiap sidang pemeriksaan.
☻ Pasal 83
☺ Apabila tercapai perdamaian, maka tidak dapat diajukan gugatan perceraian baru
berdasarkan alasan yang ada dan telah diketahui oleh penggugat sebelum
perdamaian tercapai.
☻ Pasal 84
☺ Panitera Pengadilan atau pejabat Pengadilan yang ditunjuk berkewajiban
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari mengirimkan satu helai salinan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, tanpa bermeterai
kepada Pegawai Pencatat Nikah yang wilayahnya meliputi tempat kediaman
penggugat dan tergugat, untuk mendaftarkan putusan perceraian dalam sebuah
daftar yang disediakan untuk itu.
☺ Apabila perceraian dilakukan di wilayah yang berbeda dengan wilayah Pegawai
Pencatat Nikah tempat perkawinan dilangsungkan, maka satu helai salinan
putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tanpa bermeterai
dikirimkan pula kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan
dilangsungkan dan oleh Pegawai Pencatat Nikah tersebut dicatat pada bagian
pinggir daftar catatan perkawinan.
☺ Apabila perkawinan dilangsungkan di luar negeri, maka satu helai salinan
putusan disampaikan pula kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat
didaftarkannya perkawinan mereka di Indonesia.
☺ Panitera berkewajiban memberikan akta cerai sebagai surat bukti cerai kepada
para pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari terhitung setelah putusan yang
memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut diberitahukan kepada para pihak.
☻ Pasal 86
☺ Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama
suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun
sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap.
☺ Jika ada tuntutan pihak ketiga, maka Pengadilan menunda terlebih dahulu perkara
harta bersama tersebut sampai ada putusan Pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tentang hal itu.
11. Cerai dengan alasan Zina
☻ Pasal 87
☺ Apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah satu pihak
melakukan zina, sedangkan pemohon atau penggugat tidak dapat melengkapi
bukti-bukti dan termohon atau tergugat menyanggah alasan tersebut, dan Hakim
berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama
sekali serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik dari
pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat, maka Hakim
karena jabatannya dapat menyuruh pemohon atau penggugat untuk bersumpah.
→ Apabila sumpah dilakukan oleh suami, maka penyelesaiannya dapat
60 dilaksanakan dengan cara li'an. [Pasal 88]
→ Apabila sumpah dilakukan oleh istri maka penyelesaiannya dilaksanakan
dengan hukum acara yang berlaku. [Pasal 88]
☺ Pihak termohon atau tergugat diberi kesempatan pula untuk meneguhkan
sanggahannya dengan cara yang sama.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
12. Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada :
Berdasarkan Pasal 89 UU PA :
(1) Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada penggugat atau pemohon.
(2) Biaya perkara penetapan atau putusan Pengadilan yang bukan merupakan penetapan atau
putusan akhir akan diperhitungkan dalam penetapan atau putusan akhir.
Jadi biaya dibebankan kepada penggugat atau pemohon, dan biaya perkara penetapan atau
putusan pengadilan yang bukan merupakan penetapan atau putusan akhir akan
diperhitungkan dalam penetapan atau putusan akhir.
13. Dalam putusan permohonan talak yang telah berkekuatan hukum tetap dan telah ditetapkan
sidang penyaksian ikrar talak maka tenggang waktu yang diberikan kepada pemohon untuk
mengikrarkan talaknya adalah :
Berdasarkan Pasal 70 [6] UU PA, tenggang waktu tersebut adalah 6 bulan, dan apabila
pemohon tidak datang menghadap sendiri atau tidak mengirim wakilnya meskipun telah
mendapat panggilan secara sah atau patut maka gugurlah kekuatan penetapan tersebut, dan
perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan yang sama.
14. Dalam gugatan cerai, jika pihak penggugat dan tergugat berada di luar negeri maka gugatan
cerai tersebut diajukan ke :
Berdasarkan Pasal 73 [3] UU PA :
Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka
dilangsungkan atau kepada PA Jakarta Pusat.
15. Pemeriksaan atas permohonan cerai talak serta atas gugatan cerai dilakukan dalam sidang :
☻ Berdasarkan Pasal 68 [2], Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang
tertutup.
☻ Berdasarkan Pasal 80 [2], Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang
tertutup.
16. Syarat-syarat seseorang dapat diangkat sebagai nadzir :
Berdasarkan Pasal 219 KHI :
(1) Nadzir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 215 ayat (4) terdiri dari perorangan yang harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. sudah dewasa;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. tidak berada di bawah pengampuan;
f. bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya.
(2) Jika berbentuk badan hukum, maka Nadzir harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
b. mempunyai perwakilan di kecamatan tempat tinggal benda yang diwakafkannya.
(3) Nadzir dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus didaftar pada Kantor Urusan Agama Kecamatan
setempat setelah mendengar saran dari Camat dan Majelis Ulama Kecamatan untuk mendapatkan
pengesahan.
(5) Jumlah Nadzir yang diperbolehkan untuk satu unit perwakafan, seperti dimaksud Pasal 215 ayat
(5) sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang dan sebanyak-banyaknya 10 orang yang diangkat oleh
Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan atas saran Majelis Ulama Kecamatan dan Camat
setempat.
17. Apakah yang dimaksud Li’an :
Li’an dapat terjadi karena suami menuduh istri berbuat zina dengan orang lain.
☻ Li’an ialah laknat yaitu sumpah yang di dalamnya terdapat pernyataan bersedia
menerima laknat Tuhan apabila yang mengucapkan sumpah itu berdusta.
61 ☻ Berdasarkan Pasal 126 KHI,
 Li`an terjadi karena suami menuduh isteri berbuat zinah dan atau mengingkari anak
dalam kandungan atau yang sudah lahir dari isterinya, sedangkan isteri menolak
tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Berdasarkan Pasal 87 UU No. 7 Thn 1989, Apabila permohonan atau gugatan cerai
diajukan atas alasan salah satu pihak melakukan zina, sedangkan pemohon atau
penggugat tidak dapat melengkapi bukti-bukti dan termohon atau tergugat menyanggah
alasan tersebut, dan Hakim berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu bukan
tiada pembuktian sama sekali serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi
diperoleh baik dari pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat,
maka Hakim karena jabatannya dapat menyuruh pemohon atau penggugat untuk
bersumpah.
 Berdasarkan Pasal 88 [1], maka Apabila sumpah sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 87 ayat (1) dilakukan oleh suami, maka penyelesaiannya dapat dilaksanakan
dengan cara li'an.
18. Apakah PA bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
sengketa hak milik ditingkat pertama antara orang-orang beragama Islam dalam :
Berdasarkan Pasal 49 UU PA :
(1) Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49, khusus mengenai objek sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu
oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
(2) Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut diputus oleh
pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.
Hal ini dimaksudkan untuk memberi wewenang kepada pengadilan agama untuk sekaligus
memutuskan sengketa milik atau keperdataan lain yang terkait dengan objek sengketa yang
diatur dalam Pasal 49 apabila subjek sengketa antara orang-orang yang beragama Islam.
Hal ini menghindari upaya memperlambat atau mengulur waktu penyelesaian sengketa
karena alasan adanya sengketa milik atau keperdataan lainnya tersebut sering dibuat oleh
pihak yang merasa dirugikan dengan adanya gugatan di pengadilan agama.
Sebaliknya apabila subjek yang mengajukan sengketa hak milik atau keperdataan lain
tersebut bukan yang menjadi subjek bersengketa di pengadilan agama, sengketa di
pengadilan agama ditunda untuk menunggu putusan gugatan yang diajukan ke pengadilan di
lingkungan Peradilan Umum.
Penangguhan dimaksud hanya dilakukan jika pihak yang berkeberatan telah mengajukan
bukti ke pengadilan agama bahwa telah didaftarkan gugatan di PN terhadap objek sengketa
yang sama dengan sengketa di pengadilan agama.
Dalam hal objek sengketa lebih dari satu objek dan yang tidak terkait dengan objek sengketa
yang diajukan keberatannya, pengadilan agama tidak perlu menangguhkan putusannya,
terhadap objek sengketa yang tidak terkait dimaksud.
19. Hukum waris yang menjadi kewenangan pengadilan agama adalah meliputi :
a. Penentuan siapa yang menjadi ahli waris;
b. Penentuan mengenai harta peninggalan;
c. Penentuan bagian masing-masing ahli waris.
20. Hukum kewarisan Islam yang diselesaikan di pengadilan agama dapat dilakukan dalam bentuk :
☻ Pembagian berdasarkan putusan pengadilan
a. Putusan yang bersangkutan sudah memperoleh kekuatan hukum tetap atau
terhadap putusan tersebut tidak ada lagi upaya hukum dalam bentuk banding
atau kasasi.
b. Putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut mengandung amar
atau diktum yang bersifat condemnatoir.
☻ Pembagian berdasarkan permohonan
21. Dalam hal seorang suami memberikan talak satu kepada istrinya, maka antara suami-istri
62
tersebut :
Telah terjadi perceraian secara agama.
22. Beberapa pengertian tentang :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Khuluk adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan
tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya;
☻ Mutah adalah pemberian bekas suami kepada isteri, yang dijatuhi talak berupa benda
atau uang dan lainnya.
23. Apa arti dari taklik talak :
Taklil-talak ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah akad nikah yang
dicantumkan dalam Akta Nikah berupa Janji talak yang digantungkan kepada suatu
keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang.
24. Beberapa pengertian tentang Talak :
☻ Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang PA yang menjadi salah satu sebab putusnya
perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.
☻ Talak Raj`I adalah talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama isteri
dalam masa iddah.
☻ Talak Ba`in Shughraa adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru
dengan bekas suaminya meskipun dalam masa iddah.
☺ talak yang terjadi qabla al dukhul;
☺ talak dengan tebusan atau khuluk;
☺ talak yang dijatuhkan oleh PA.
☻ Talak Ba`in Kubraa adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya.
☺ Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali
apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas isteri, menikah dengan orang lain
dan kemudian terjadi perceraian ba`da al dukhul dan habis masa iddahnya.
☻ Talak sunny adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan terhadap isteri yang
sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.
☻ Talak bid`I adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam
keadaan haid atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci
tersebut.
25. Masa iddah :
(1) Bagi seorang isteri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah, kecuali
qobla al dukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian suami.
(2) Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut :
a) Apabila perkawinan putus karena kematian, walaupun qobla al dukhul, waktu
tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari:
b) Apabila perkawinan putus karena perceraian,waktu tunggu bagi yang masih haid
ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh)
hari, dan bagi yang tidak haid ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari;
c) Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut dalam
keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan;
d) Apabila perkawinan putus karena kematian, sedang janda tersebut dalam
keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.
(3) Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena perceraian sedang antara
janda tersebut dengan bekas suaminya qobla al dukhul.
(4) Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak
jatuhnya Putusan PA yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi
perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak
kematian suami.
(5) Waktu tunggu bagi isteri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid
karena menyusui, maka iddahnya tiga kali waktu haid.
63 (6) Dalam hal keadaan pada ayat (5) bukan karena menyusui, maka iddahnya selama satu
Thn, akan tetapi bila dalam waktu satu Thn tersebut ia haid kembali, maka iddahnya
menjadi tiga kali waktu suci.
(7) Apabila isteri bertalak raj`I kemudian dalam waktu iddah sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (2) huruf b, ayat (5) dan ayat (6) pasal 153, di tinggal mati oleh suaminya,
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
maka iddahnya berubah menjadi empat bulan sepuluh hari terhitung saat matinya bekas
suaminya
(8) Waktu iddah bagi janda yang putus perkawinannya karena khuluk, fasakh dan li`an
berlaku iddah talak.
26. Itsbah nikah :
☻ Itsbat nikah yang dapat diajukan ke PA terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan
dengan :
(1) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
(2) Hilangnya Akta Nikah;
(3) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawian;
(4) Adanyan perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UU No.1 Thn 1974 dan;
(5) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
perkawinan menurut UU No.1 Thn 1974;
27. Wali :
☻ Wali hakim ialah wali nikah yang ditunjuk oleh Menteri Agama atau pejabat yang
ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai wali nikah.
(1) Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada
atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya
atau gaib atau adlal atau enggan.
(2) Dalam hal wali adlal atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai
wali nikah setelah ada putusan pengadilan Agama tentang wali tersebut
☻ Wali nikah terdiri dari :
 Wali nasab;
☺ Wali nasab terdiri dari empat kelompok dalam urutan kedudukan, kelompok yang
satu didahulukan dan kelompok yang lain sesuai erat tidaknya susunan
kekerabatan dengan calon mempelai wanita
 Wali hakim.
28. Hukum Acara dan putusan PA :
☻ Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
kecuali yang telah diatur secara khusus dalam UU ini. [Pasal 54]
☻ Peradilan dilakukan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
[Pasal 57]
 Tiap penetapan dan putusan dimulai dengan kalimat
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM diikuti dengan DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA.
☺ Yang dimaksud dengan penetapan dan putusan dalam ayat ini adalah penetapan
dan putusan PA, PT Agama, dan MA.
 Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
29. Majelis Hakim berhasil mendamaikan penggugat dan tergugat dalam perkara perceraian maka
:
☻ Apabila penggugat dan tergugat sama-sama hadir di persidangan maka tugas majelis
Hakim adalah memasuki tahapan sidang pertama yaitu mendamaikan para pihak,
sebagaimana diatur dalam Pasal 130 HIR, Pasal 154 RGB, Pasal 14 [2] UU No. 14 Thn
1970, dan Pasal 47 UU No. 4 Thn 2004 tentang kekuasaan kehakiman, Pasal 82 UU No. 7
Thn 1989 jo. PP No. 9 Thn 1975.
☻ Khusus perkara perceraian, para pihak harus hadir secara in person tidak boleh
diwakilkan oleh kuasa hukum kecuali salah satu pihak berada di luar ngeri.
64 ☻ Apabila tercapai perdamaian maka oleh penggugat atau pemohon mencabut perkaranya
dan selanjutnya Hakim membuat penetapan yang menyatakan perkara dicabut karena
telah terjadi perdamaian. Maka perkara dengan alasan tersebut tidak dapat diajukan lagi
berdasarkan Pasal 83 UU PA.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
HUKUM ACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL [PPHI]

1. PPHI saat ini diatur dalam :


UU PPHI Tentang PPHI.
2. PHI meliputi hal berikut ini :
PHI adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau SP/SB karena adanya perselisihan
mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar SP/SB
dalam satu perusahaan. [Pasal 1 Angka 1 UU PPHI].
Maka PHI meliputi :
a. Perselisihan hak;
 Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan per-UU,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
b. Perselisihan kepentingan;
 Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
c. Perselisihan PHK;
 Perselisihan PHK adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu
pihak.
d. Perselisihan antar SP/SB dalam satu perusahaan;
 Perselisihan antar SP/SB adalah perselisihan antara SP/SB dengan SP/SB lain hanya
dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai
keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat pekerjaan.
3. Beberapa pengertian dalam UU PPHI tentang PPHI :
☻ Pengusaha adalah [vide Pasal 1 Angka 6 UU PPHI]:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri.
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
☻ Perusahaan adalah [vide Angka 7]:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,
milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara
yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
☻ Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. [vide Angka 9]
Ketentuan umum
4. Dalam PHI wajib diupayakan penyelesaiannya melalui perundingan bipartit yang diselesaikan
dalam tenggang waktu :
65 ☻ Berdasarkan Pasal 3 UU No. 4 Thn 2004 :
 PHI wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit
secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
 Tenggang waktu penyelesaian harus paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal dimulainya perundingan.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari salah satu pihak menolak untuk
berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan,
maka perundingan bipartit dianggap gagal.
☻ Yang dimaksud perundingan bipartit dalam Pasal 3 UU PPHI adalah perundingan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau SP/SB atau antara SP/SB dan
SP/SB yang lain dalam satu perusahaan yang berselisih.
5. Dalam hal perundingan bipartit gagal berdasarkan Pasal 4 UU PPHI :
☻ Maka salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan bukti
bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah dilakukan.
☻ Apabila bukti-bukti diatas [risalah penyelesaian] tidak dilampirkan, maka instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan mengembalikan berkas untuk dilengkapi
paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
pengembalian berkas.
☻ Setelah menerima pencatatan dari salah satu atau para pihak, instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada para pihak untuk
menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau melalui arbitrase.
☻ Dalam hal para pihak tidak menetapkan pilihan penyelesaian melalui konsiliasi atau
arbitrase dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator.
☻ Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan untuk penyelesaian :
 Perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, atau perselisihan antar SP/SB.
☻ Penyelesaian melalui arbitrase dilakukan untuk penyelesaian :
 Perselisihan kepentingan atau perselisihan antar SP/SB.
6. Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi dan arbitrase gagal berdasarkan Pasal 5 UU PPHI :
☻ Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi tidak mencapai kesepakatan,
maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan HI.
Tata cara penyelesaian Bipartit
7. Tata cara penyelesaian Bipartit :
☻ Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau SP/SB dengan
pengusaha untuk menyelesaikan PHI. [vide Pasal 1 Angka 10]
☻ Berdasarkan Pasal 6 UU PPHI :
 Setiap perundingan bipartit harus dibuat risalah yang ditandatangani oleh para
pihak.
☻ Berdasarkan Pasal 7 UU PPHI :
 Dalam hal musyawarah bipartit dapat mencapai kesepakatan penyelesaian, maka
dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak.
 Perjanjian Bersama tersebut mengikat dan menjadi hukum serta wajib dilaksanakan
oleh para pihak.
 Perjanjian Bersama diatas wajib didaftarkan oleh para pihak yang melakukan
perjanjian pada Pengadilan HI pada PN di wilayah para pihak mengadakan Perjanjian
Bersama.
 Perjanjian Bersama yang telah didaftar diatas diberikan akta bukti pendaftaran
Perjanjian Bersama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian
Bersama.
 Apabila Perjanjian Bersama diatas tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka
pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan
HI pada PN di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk mendapat penetapan
66 eksekusi.
 Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar PN tempat pendaftaran Perjanjian
Bersama diatas, maka pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan eksekusi
melalui Pengadilan HI pada PN di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk
diteruskan ke Pengadilan HI pada PN yang berkompeten melaksanakan eksekusi.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Tata cara penyelesaian Mediasi
8. Ketentuan umum Mediasi :
☻ Pengertian Mediasi berdasarkan Pasal 1 Angka 11 UU PPHI
 Mediasi HI yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, dan perselisihan antar SP/SB hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator yang netral.
☻ Mediator berdasarkan Pasal 1 Angka 12 UU PPHI :
 Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan
oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban
memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih.
☻ Dilakukan oleh :
 Mediator yang berada di setiap kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten/ Kota. [Pasal 8 UU PPHI]
9. Tahapan-tahapan penyelesaian :
☻ Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima pelimpahan
penyelesaian perselisihan, mediator harus sudah mengadakan penelitian tentang
duduknya perkara dan segera mengadakan sidang mediasi. [Pasal 10 UU PPHI]
 Mediator dapat memanggil saksi atau saksi ahli [seseorang yang mempunyai keahlian
khusus di bidangnya termasuk Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan] untuk hadir dalam
sidang mediasi guna diminta dan didengar keterangannya. Saksi atau saksi ahli yang
memenuhi panggilan berhak menerima penggantian biaya perjalanan dan
akomodasi yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri. [Pasal 11]
 Barang siapa yang diminta keterangannya menjadi saksi, wajib memberikan
keterangan termasuk membukakan buku dan memperlihatkan surat-surat yang
diperlukan. Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh mediator terkait dengan
seseorang yang karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka harus
ditempuh prosedur sebagaimana diatur dalam per-UU yang berlaku. Mediator wajib
merahasiakan semua keterangan yang diminta. [Pasal 12 UU PPHI]
☻ Kesepakatan dan ketidaksepakatan dalam mediasi :
 Terjadi kesepakatan berdasarkan Pasal 13 UU PPHI :
☺ Dalam hal tercapai kesepakatan melalui mediasi, maka dibuat Perjanjian
Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh mediator serta
didaftar di Pengadilan HI pada PN di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan
Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
 Tidak terjadi kesepakatan berdasarkan Pasal 13 UU PPHI :
☺ Mediator mengeluarkan anjuran tertulis [pendapat atau saran tertulis yang
diusulkan oleh mediator kepada para pihak dalam upaya menyelesaikan perselisihan
mereka].
→ Anjuran tertulis diatas dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari
kerja sejak sidang mediasi pertama harus sudah disampaikan kepada para
pihak;
→ Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada
mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran
tertulis.
→ Pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap menolak anjuran
67 tertulis;
☺ Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis, maka dalam waktu selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, mediator harus
sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
kemudian didaftar di Pengadilan HI pada PN di wilayah hukum pihak-pihak
mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
 Pendaftaran Perjanjian Bersama :
☺ Perjanjian Bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Bersama;
☺ Apabila Perjanjian Bersama sebagaimana tersebut diatas tidak dilaksanakan oleh
salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan
eksekusi kepada Pengadilan HI pada PN di wilayah Perjanjian Bersama didaftar
untuk mendapat penetapan eksekusi;
☺ Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum Pengadilan HI
pada PN tempat pendaftaran Perjanjian Bersama, maka pemohon eksekusi dapat
mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan HI pada PN di wilayah
domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan HI pada PN yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
☻ Menolak anjuran tertulis berdasarkan Pasal 14 :
 Dalam hal anjuran tertulis ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka para
pihak atau salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
Pengadilan HI pada PN setempat.
 Penyelesaian perselisihan dilaksanakan dengan pengajuan gugatan oleh salah satu
pihak di Pengadilan HI pada PN setempat.
☻ Jangka waktu penyelesaian mediasi :
 Mediator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak menerima pelimpahan penyelesaian perselisihan.
Tata cara penyelesaian Konsiliasi
10. Ketentuan umum :
☻ Pengertian berdasarkan Pasal 1 Angka 13 UU PPHI :
 Konsiliasi HI yang selanjutnya disebut konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan
kepentingan, perselisihan PHK atau perselisihan antar SP/SB hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator
yang netral.
☻ Definisi Konsiliator berdasarkan Pasal 1 Angka 14 UU PPHI :
 Konsiliator HI yang selanjutnya disebut konsiliator adalah seorang atau lebih yang
memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri, yang bertugas
melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak
yang berselisih.
☻ Dilakukan oleh :
 Konsiliator yang terdaftar pada kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
11. Tahapan-tahapan penyelesaian :
☻ Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang wilayah kerjanya meliputi
tempat pekerja/buruh bekerja. Penyelesaian oleh konsiliator dilaksanakan setelah para
pihak mengajukan permintaan penyelesaian secara tertulis kepada konsiliator yang
ditunjuk dan disepakati oleh para pihak. Konsiliator yang akan dipilih dan disepakati dari
daftar nama konsiliator yang dipasang dan diumumkan pada kantor instansi Pemerintah
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. [Pasal 18]
 Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima permintaan
penyelesaian perselisihan secara tertulis, konsiliator harus sudah mengadakan
penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-lambatnya pada hari kerja
68 kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi pertama. [Pasal 20]
 Konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli [seseorang yang mempunyai keahlian
khusus di bidangnya termasuk Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan] untuk hadir dalam
sidang konsiliasi guna diminta dan didengar keterangannya. Saksi atau saksi ahli

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
yang memenuhi panggilan berhak menerima penggantian biaya perjalanan dan
akomodasi yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri. [Pasal 21]
 Barang siapa yang diminta keterangannya menjadi saksi, wajib memberikan
keterangan termasuk membukakan buku dan memperlihatkan surat-surat yang
diperlukan. Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh Konsiliator terkait dengan
seseorang yang karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka harus
ditempuh prosedur sebagaimana diatur dalam per-UU yang berlaku.
Konsiliator wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta. [Pasal 22 UU PPHI]
☻ Kesepakatan dan ketidaksepakatan :
 Kesepakatan :
☺ Dibuat Perjanjian Bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan
oleh konsiliator dan didaftar di Pengadilan HI pada PN di wilayah hukum pihak-
pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti
pendaftaran.
 Tidak sepakat :
☺ Konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis, anjuran tertulis dalam waktu
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang konsiliasi pertama
harus sudah disampaikan kepada para pihak;
☺ Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada konsiliator
yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu selambat-
lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis;
☺ Pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap menolak anjuran tertulis;
☺ Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis maka dalam waktu selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, konsiliator harus
sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk
kemudian didaftar di Pengadilan HI pada PN di wilayah pihak-pihak mengadakan
Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
 Pendaftaran Perjanjian Bersama :
☺ Perjanjian Bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Bersama;
☺ Apabila Perjanjian Bersama sebagaimana tersebut diatas tidak dilaksanakan oleh
salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan
eksekusi kepada Pengadilan HI pada PN di wilayah Perjanjian Bersama didaftar
untuk mendapat penetapan eksekusi;
☺ Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum Pengadilan HI
pada PN tempat pendaftaran Perjanjian Bersama, maka pemohon eksekusi dapat
mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan HI pada PN di wilayah
domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan HI pada PN yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
☻ Menolak anjuran tertulis berdasarkan Pasal 24 :
 Dalam hal anjuran tertulis ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka para
pihak atau salah satu pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke
Pengadilan HI pada PN setempat. Penyelesaian perselisihan dilaksanakan dengan
pengajuan gugatan oleh salah satu pihak di Pengadilan HI pada PN setempat.
☻ Jangka waktu penyelesaian :
 Konsiliator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak menerima permintaan penyelesaian perselisihan.
☻ Ketentuan lain-lain :
69  Konsiliator berhak mendapat honorarium/imbalan jasa berdasarkan penyelesaian
perselisihan yang dibebankan kepada negara. Besarnya honorarium/imbalan jasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. [Pasal 26]
 Kinerja konsiliator dalam satu periode tertentu dipantau dan dinilai oleh Menteri atau
Pejabat yang berwenang di bidang ketenagakerjaan. [Pasal 27]
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Tata cara penyelesaian Arbitrase
12. Ketentuan umum Arbitrase :
☻ Definisi Arbitrase berdasarkan Pasal 1 Angka 15 UU PPHI :
 Arbitrase HI yang selanjutnya disebut arbitrase adalah penyelesaian suatu
perselisihan kepentingan dan perselisihan antar SP/SB hanya dalam satu
perusahaan, di luar Pengadilan HI melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang
berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
☻ Definisi Arbiter berdasarkan Pasal 1 Angka 16 UU PPHI :
 Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari
daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan putusan mengenai
perselisihan.
☻ Ruang lingkup :
 PPHI melalui arbitrase meliputi perselisihan kepentingan dan perselisihan antar
SP/SB hanya dalam satu perusahaan. [Pasal 29]
 Arbiter yang berwenang menyelesaikan PHI harus arbiter yang telah ditetapkan oleh
Menteri. Wilayah kerja arbiter meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
[Pasal 30]
 PPHI melalui arbiter dilakukan atas dasar kesepakatan para pihak yang berselisih.
Kesepakatan para pihak yang berselisih dinyatakan secara tertulis dalam surat
perjanjian arbitrase, dibuat rangkap 3 (tiga) dan masing-masing pihak mendapatkan
1 (satu) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama. [Pasal 32]
13. Tahapan-tahapan :
☻ Dalam hal para pihak telah menandatangani surat perjanjian arbitrase sebagaimana
dimaksud diatas para pihak berhak memilih arbiter dari daftar arbiter yang ditetapkan
oleh Menteri. Para pihak yang berselisih dapat menunjuk arbiter tunggal atau beberapa
arbiter (majelis) dalam jumlah gasal sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. [Pasal 33]
 Dalam hal para pihak sepakat untuk menunjuk arbiter tunggal, maka para pihak
harus sudah mencapai kesepakatan dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja tentang nama arbiter dimaksud.
 Dalam hal para pihak sepakat untuk menunjuk beberapa arbiter (majelis) dalam
jumlah gasal, masing-masing pihak berhak memilih seorang arbiter dalam waktu
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja, sedangkan arbiter ketiga ditentukan oleh para
arbiter yang ditunjuk dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja untuk
diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.
 Penunjukan arbiter sebagaimana dimaksud diatas dilakukan secara tertulis.
 Dalam hal para pihak tidak sepakat untuk menunjuk arbiter baik tunggal maupun
beberapa arbiter (majelis) dalam jumlah gasal sebagaimana dimaksud diatas, maka
atas permohonan salah satu pihak Ketua Pengadilan dapat mengangkat arbiter dari
daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri.
 Seorang arbiter yang diminta oleh para pihak, wajib memberitahukan kepada para
pihak tentang hal yang mungkin akan mempengaruhi kebebasannya atau
menimbulkan keberpihakan putusan yang akan diberikan.
 Seseorang yang menerima penunjukan sebagai arbiter sebagaimana dimaksud
diatas harus memberitahukan kepada para pihak mengenai penerimaan
penunjukannya secara tertulis.
☻ Arbiter yang bersedia untuk ditunjuk membuat perjanjian penunjukan arbiter dengan
para pihak yang berselisih. [Pasal 34]
70  Perjanjian arbiter sekurang-kurangnya dibuat rangkap 3 (tiga), masing-masing
pihak dan arbiter mendapatkan 1 (satu) yang mempunyai kekuatan hukum yang
sama.
 Dalam hal arbitrase dilakukan oleh beberapa arbiter, maka asli dari perjanjian
tersebut diberikan kepada Ketua Majelis Arbiter.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Dalam hal arbiter telah menerima penunjukan dan menandatangani surat perjanjian
maka yang bersangkutan tidak dapat menarik diri, kecuali atas persetujuan para pihak.
[Pasal 35]
 Arbiter yang akan menarik diri harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada para pihak.
 Dalam hal para pihak dapat menyetujui permohonan penarikan diri maka yang
bersangkutan dapat dibebaskan dari tugas sebagai arbiter dalam penyelesaian kasus
tersebut.
 Dalam hal permohonan penarikan diri tidak mendapat persetujuan para pihak,
arbiter harus mengajukan permohonan pada Pengadilan HI untuk dibebaskan dari
tugas sebagai arbiter dengan mengajukan alasan yang dapat diterima.
☻ Dalam hal arbiter tunggal mengundurkan diri atau meninggal dunia, maka para pihak
harus menunjuk arbiter pengganti yang disepakati oleh kedua belah pihak. [Pasal 36]
 Dalam hal arbiter yang dipilih oleh para pihak mengundurkan diri, atau meninggal
dunia, maka penunjukan arbiter pengganti diserahkan kepada pihak yang memilih
arbiter.
 Dalam hal arbiter ketiga yang dipilih oleh para arbiter mengundurkan diri atau
meninggal dunia, maka para arbiter harus menunjuk arbiter pengganti berdasarkan
kesepakatan para arbiter
 Para pihak atau para arbiter diatas harus sudah mencapai kesepakatan menunjuk
arbiter pengganti dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja.
 Apabila para pihak atau para arbiter tidak mencapai kesepakatan, maka para pihak
atau salah satu pihak atau salah satu arbiter atau para arbiter dapat meminta kepada
Pengadilan HI untuk menetapkan arbiter pengganti dan Pengadilan harus
menetapkan arbiter pengganti dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak tanggal diterimanya permintaan penggantian arbiter. Arbiter yang ditetapkan
Pengadilan tidak boleh arbiter yang telah pernah ditolak oleh para pihak atau para
arbiter tetapi harus arbiter lain.
☻ Arbiter pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 harus membuat pernyataan
kesediaan menerima hasil-hasil yang telah dicapai dan melanjutkan penyelesaian
perkara. Yang dimaksud dengan menerima hasil-hasil yang telah dicapai bahwa arbiter
pengganti terikat pada hasil arbiter yang digantikan yang tercermin dalam risalah
kegiatan penyelesaian perselisihan. [Pasal 37]
Hak ingkar
☻ Arbiter yang telah ditunjuk oleh para pihak berdasarkan perjanjian arbitrase dapat
diajukan tuntutan ingkar kepada PN apabila cukup alasan dan cukup bukti otentik yang
menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan
akan berpihak dalam mengambil putusan. [Pasal 38]
 Tuntutan ingkar terhadap seorang arbiter dapat pula diajukan apabila terbukti
adanya hubungan kekeluargaan atau pekerjaan dengan salah satu pihak atau
kuasanya.
 Putusan PN mengenai tuntutan ingkar tidak dapat diajukan perlawanan.
☻ Hak ingkar terhadap arbiter yang diangkat oleh Ketua Pengadilan ditujukan kepada
Ketua Pengadilan yang bersangkutan. [Pasal 39]
 Hak ingkar terhadap arbiter tunggal yang disepakati diajukan kepada arbiter yang
bersangkutan.
 Hak ingkar terhadap anggota majelis arbiter yang disepakati diajukan kepada
majelisarbiter yang bersangkutan.
71 Jangka waktu penyelesaian
☻ Arbiter wajib menyelesaikan PHI dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak penandatanganan surat perjanjian penunjukan arbiter. [Pasal 40]
☺ Dalam hal terjadi penggantian arbiter maka jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
kerja dihitung sejak arbiter pengganti menandatangani perjanjian arbitrase.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Pemeriksaan atas perselisihan harus dimulai dalam waktu selambat-lambatnya 3
(tiga) hari kerja setelah penanda- tanganan surat perjanjian penunjukan arbiter.
 Atas kesepakatan para pihak, arbiter berwenang untuk memperpanjang jangka
waktu penyelesaian PHI 1 (satu) kali perpanjangan selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja.
☻ Pemeriksaan PHI oleh arbiter atau majelis arbiter dilakukan secara tertutup kecuali para
pihak yang berselisih menghendaki lain. [Pasal 41]
Tahapan PHI
☻ Dalam sidang arbitrase, para pihak yang berselisih dapat diwakili oleh kuasanya dengan
surat kuasa khusus. [Pasal 42]
 Yang dimaksud surat kuasa khusus dalam pasal ini adalah kuasa yang diberikan oleh pihak
yang berselisih sebagai pemberi kuasa kepada seseorang atau lebih selaku kuasanya untuk
mewakili pemberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum dan tindakan lainnya yang
berkaitan dengan perkaranya yang dicantumkan secara khusus dalam surat kuasa.
☻ Apabila pada hari sidang para pihak yang berselisih atau kuasanya tanpa suatu alasan
yang sah tidak hadir, walaupun telah dipanggil secara patut, maka arbiter atau majelis
arbiter dapat membatalkan perjanjian penunjukan arbiter dan tugas arbiter atau majelis
arbiter dianggap selesai. [Pasal 43]
☺ Yang dimaksud dengan “dipanggil secara patut” dalam ayat ini yaitu para pihak
telah dipanggil berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali, setiap panggilan masing-
masing dalam waktu 3 (tiga) hari.
 Apabila pada hari sidang pertama dan sidang-sidang selanjutnya salah satu pihak atau
kuasanya tanpa suatu alasan yang sah tidak hadir walaupun untuk itu telah dipanggil
secara patut, arbiter atau majelis arbiter dapat memeriksa perkara dan menjatuhkan
putusannya tanpa kehadiran salah satu pihak atau kuasanya.
 Dalam hal terdapat biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan perjanjian penunjukan
arbiter sebelum perjanjian tersebut dibatalkan oleh arbiter atau majelis arbiter,
biaya tersebut tidak dapat diminta kembali oleh para pihak.
☻ Penyelesaian perselisihan hubungan industrial oleh arbiter harus diawali dengan upaya
mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih. [Pasal 44]
 Apabila perdamaian tercapai, maka arbiter atau majelis arbiter wajib membuat Akta
Perdamaian yang ditandatangani oleh para pihak yang berselisih dan arbiter atau
majelis arbiter.
 Akta Perdamaian didaftarkan di Pengadilan HI pada PN di wilayah arbiter
mengadakan perdamaian. Pendaftaran Akta Perdamaian dilakukan sebagai berikut :
a. Akta Perdamaian yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Akta Perdamaian;
b. apabila Akta Perdamaiantidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang
dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan HI pada PN di
wilayah Akta Perdamaian didaftar untuk mendapat penetapan eksekusi;
c. dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum Pengadilan HI pada PN
tempat pendaftaran Akta Perdamaian, maka pemohon eksekusi dapat mengajukan
permohonan eksekusi melalui Pengadilan HI pada PN di wilayah domisili pemohon
eksekusi untuk diteruskan ke Pengadilan HI pada PN yang berkompeten melaksanakan
eksekusi.
 Apabila upaya perdamaian gagal, arbiter atau majelis arbiter meneruskan sidang
arbitrase.
Persidangan arbitrase
☻ Dalam persidangan arbitrase para pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan secara

72 tertulis maupun lisan pendirian masing-masing serta mengajukan bukti yang dianggap
perlu untuk menguatkan pendiriannya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh arbiter
atau majelis arbiter. [Pasal 45]
 Arbiter atau majelis arbiter berhak meminta kepada para pihak untuk mengajukan
penjelasan tambahan secara tertulis, dokumen atau bukti lainnya yang dianggap perlu
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
dalam jangka waktu yang ditentukan oleh arbiter atau majelis arbiter.
☻ Arbiter atau majelis arbiter dapat memanggil seorang saksi atau lebih atau seorang saksi
ahli atau lebih untuk didengar keterangannya. [Pasal 46]
 Sebelum memberikan keterangan para saksi atau saksi ahli wajib mengucapkan
sumpah atau janji sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
 Biaya pemanggilan dan perjalanan rohaniawan untuk melaksanakan pengambilan
sumpah atau janji terhadap saksi atau saksi ahli dibebankan kepada pihak yang
meminta.
 Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau saksi ahli dibebankan kepada pihak yang
meminta.
 Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi atau saksi ahli yang diminta oleh arbiter
dibebankan kepada para pihak.
☻ Barang siapa yang diminta keterangannya oleh arbiter atau majelis arbiter guna
penyelidikan untuk PPHI berdasarkan UU ini wajib memberikannya, termasuk
membukakan buku dan memperlihatkan surat-surat yang diperlukan.
 Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh arbiter terkait dengan seseorang yang
karena jabatannya harus menjaga kerahasiaan, maka harus ditempuh prosedur
sebagaimana diatur dalam per-UU yang berlaku. Arbiter wajib merahasiakan semua
keterangan yang diminta.
☻ Terhadap kegiatan dalam pemeriksaan dan sidang arbitrase dibuat berita acara
pemeriksaan oleh arbiter atau majelis arbiter. [Pasal 48]
☻ Putusan sidang arbitrase ditetapkan berdasarkan per-UU yang berlaku, perjanjian,
kebiasaan, keadilan dan kepentingan umum. [Pasal 49]
☻ Putusan arbitrase memuat : [Pasal 50]
a. kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA";
b. nama lengkap dan alamat arbiter atau majelis arbiter;
c. nama lengkap dan alamat para pihak;
d. hal-hal yang termuat dalam surat perjanjian yang diajukan oleh para pihak yang berselisih;
e. ikhtisar dari tuntutan, jawaban, dan penjelasan lebih lanjut para pihak yang berselisih;
f. pertimbangan yang menjadi dasar putusan;
g. pokok putusan;
h. tempat dan tanggal putusan;
i. mulai berlakunya putusan; dan
j. tanda tangan arbiter atau majelis arbiter.
k. Tidak ditandatanganinya putusan arbiter oleh salah seorang arbiter dengan alasan sakit
atau meninggal dunia tidak mempengaruhi kekuatan berlakunya putusan.
l. Alasan tentang tidak adanya tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus
dicantumkan dalam putusan.
m. Dalam putusan, ditetapkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja harus sudah
dilaksanakan.
☻ Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak yang berselisih
dan merupakan putusan yang bersifat akhir dan tetap. [Pasal 51]
 Putusan arbitrase didaftarkan di Pengadilan HI pada PN di wilayah arbiter
menetapkan putusan. Dalam hal putusan arbitrase tidak dilaksanakan oleh salah satu
pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan fiat eksekusi di
Pengadilan HI pada PN yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan pihak
terhadap siapa putusan itu harus dijalankan, agar putusan diperintahkan untuk
dijalankan.
 Perintah harus diberikan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
73
setelah permohonan didaftarkan pada Panitera PN setempat dengan tidak memeriksa
alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase.
☻ Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan
kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
sejak ditetapkannya putusan arbiter, apabila putusan diduga mengandung unsur-unsur
sebagai berikut : [Pasal 52]
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui
atau dinyatakan palsu;
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
c. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan
perselisihan;
d. putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial;
e. putusan bertentangan dengan per-UU.
 Dalam hal permohonan dikabulkan, Mahkamah Agung menetapkan akibat dari
pembatalan baik seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase.
☺ Mahkamah Agung memutuskan permohonan pembatalan dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak menerima
permohonan pembatalan.
☻ Perselisihan hubungan industrial yang sedang atau telah diselesaikan melalui arbitrase
tidak dapat diajukan ke Pengadilan HI. [Pasal 53]
 Ketentuan dalam pasal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum.
☻ Arbiter atau majelis arbiter tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum apapun atas
segala tindakan yang diambil selama proses persidangan berlangsung untuk menjalankan
fungsinya sebagai arbiter atau majelis arbiter, kecuali dapat dibuktikan adanya itikad
tidak baik dari tindakan tersebut. [Pasal 54]
14. Jika upaya mediasi dan konsiliasi tidak berhasil menyelesaikan PHI, maka pihak-pihak yang
beperkara dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan HI pada PN ?
Berdasarkan Pasal 81 UU PPHI, maka gugatan PHI diajukan kepada Pengadilan HI pada PN
yang daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.
15. Gugatan oleh pekerja/buruh atas PHK yang dilakukan pengusaha dapat diajukan dalam jangka
waktu ?
Berdasarkan Pasal 82 UU PPHI, Gugatan oleh pekerja/buruh atas PHK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 159 dan Pasal 171 UU Nomor 13 Thn 2003 tentang Ketenagakerjan, dapat
diajukan hanya dalam tenggang waktu 1 (satu) Thn sejak diterimanya atau diberitahukannya
keputusan dari pihak pengusaha.
16. PHI bertugas dan berwenang untuk memeriksa dan memutus ?
Berdasarkan Pasal 56 UU PPHI :
Pengadilan HI bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus :
a. di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
c. di tingkat pertama mengenai perselisihan PHK;
d. di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar SP/SB dalam satu
perusahaan.
17. Jika dalam Pengadilan HI terdapat perkara perselisihan kepentingan dan juga terdapat perkara
perselisihan PHK, maka Pengadilan HI berkewajiban untuk memutus terlebih dahulu ?
Berdasarkan Pasal 86 UU PPHI maka,
Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan perselisihan
PHK, maka Pengadilan HI wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau
perselisihan kepentingan.
18. Dengan terbentuknya Pengadilan HI, maka PHI dan PHK yang telah diajukan kepada P4P atau
lembaga lain yang setingkat yang menyelesaikan PHI atau PHK dan belum diputuskan,
diselesaikan oleh :
74 ☻ Berdasarkan Pasal 124 [2] UU PPHI maka :
Dengan terbentuknya Pengadilan HI berdasarkan UU ini, PHI dan PHK yang telah
diajukan kepada :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
a. P4D atau lembaga-lembaga lain yang setingkat yang menyelesaikan PHI atau PHK
dan belum diputuskan, maka diselesaikan oleh Pengadilan HI pada PN setempat;
b. Putusan P4D atau lembaga-lembaga lain yang ditolak dan diajukan banding oleh
salah satu pihak atau para pihak dan putusan tersebut diterima masih dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari, maka diselesaikan oleh MA;
c. P4P atau lembaga-lembaga lain yang setingkat yang menyelesaikan PHI atau PHK
dan belum diputuskan, maka diselesaikan oleh MA;
☻ Berdasarkan Pasal 124 [3] UU PPHI, ]
Putusan P4P atau lembaga-lembaga lain yang ditolak dan diajukan banding oleh salah
satu pihak atau para pihak dan putusan tersebut diterima masih dalam tenggang waktu
90 (sembilan puluh) hari, maka diselesaikan oleh MA.
19. Apakah terhadap putusan arbitrase yang final dan mengikat dapat diajukan ke MA oleh para
pihak ?
Dapat. Berdasarkan Pasal 52 UU PPHI :
☻ Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan
kepada MA dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
ditetapkannya putusan arbiter, apabila putusan diduga mengandung unsur-unsur
sebagai berikut :
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan,
diakui atau dinyatakan palsu;
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
c. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam
pemeriksaan perselisihan;
d. putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial;
e. putusan bertentangan dengan per-UU.
☻ Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan, MA
menetapkan akibat dari pembatalan baik seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase.
☻ MA memutuskan permohonan pembatalan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak menerima permohonan pembatalan.
20. Apabila para pihak tidak menetapkan pilihan penyelesaian perselisihannya maka dalam waktu
7 hari kerja instansi yang bertanggung jawab melimpahkan perselisihan kepada :
Dalam hal para pihak tidak menetapkan pilihan penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrase
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselisihan kepada mediator. [Pasal 4 [4] ]
21. Lingkup arbitrase hubungan industrial :
☻ Proses dilakukan diluar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan para pihak
secara tertulis;
☻ Penyelesaian perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh
dalam satu perusahaan;
☻ Putusan yang diambil dalam mekanisme arbitrase bersifat final dan mengikat para
pihak.
22. Apabila perdamaian atas PHI berhasil dicapai pada tingkat arbitrase, maka akta perdamaian
yang dibuat oleh para pihak yang berselisih harus didaftarkan pada :
Akta Perdamaian harus didaftarkan di Pengadilan HI pada PN di wilayah arbiter mengadakan
perdamaian
23. Apabila penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi tidak tercapai kesepakatan, maka :
Dalam hal penyelesaian melalui konsiliasi atau mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka
75 salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan HI. [Pasal 5]
24. Yang dimaksud penyelesaian PHI pada tingkat arbitrase adalah penyelesaian perselisihan pada?
Pada tingkat perusahaan.
Hukum Acara
25. Berdasarkan Pasal 58
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Dalam proses beracara di Pengadilan HI, pihak-pihak yang berperkara tidak dikenakan
biaya termasuk biaya eksekusi yang nilai gugatannya di bawah Rp 150.000.000.
26. Gugatan :
☻ Gugatan PHI diajukan kepada Pengadilan HI pada PN yang daerah hukumnya meliputi
tempat pekerja/buruh bekerja. [Pasal 81]
☻ Gugatan oleh pekerja/buruh atas PHK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 dan Pasal
171 UU Ketenagakerjan, dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 1 (satu) Thn sejak
diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha. [Pasal 82]
☻ Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi atau
konsiliasi, maka hakim Pengadilan HI wajib mengembalikan gugatan kepada pengugat.
[Pasal 83]
 Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan dan bila terdapat kekurangan, hakim
meminta penggugat untuk menyempurnakan gugatannya.
☻ Gugatan yang melibatkan lebih dari satu penggugat dapat diajukan secara kolektif dengan
memberikan kuasa khusus. [Pasal 84]
☻ Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan
perselisihan PHK, maka Pengadilan HI wajib memutus terlebih dahulu perkara
perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan. [Pasal 86]
☻ SP/SB dan Organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa hukum untuk beracara
di Pengadilan HI untuk mewakili anggotanya. [Pasal 87]
☻ KPN dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima gugatan
harus sudah menetapkan Majelis Hakim yang terdiri atas 1 (satu) orang Hakim sebagai
Ketua Majelis dan 2 (dua) orang Hakim Ad-Hoc sebagai Anggota Majelis yang memeriksa
dan memutus perselisihan. [Pasal 88]
 Hakim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas seorang Hakim Ad-
Hoc yang pengangkatannya diusulkan oleh SP/SB dan seorang Hakim Ad-Hoc yang
pengangkatannya diusulkan oleh Organisasi pengusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (2).
27. Pemeriksaan acara biasa
☻ Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penetapan Majelis Hakim,
maka Ketua Majelis Hakim harus sudah melakukan sidang pertama. [Pasal 89]
 Pemanggilan untuk datang ke sidang dilakukan secara sah apabila disampaikan
dengan surat panggilan kepada para pihak di alamat tempat tinggalnya atau apabila
tempat tinggalnya tidak diketahui disampaikan di tempat kediaman terakhir.
 Apabila pihak yang dipanggil tidak ada di tempat tinggalnya atau tempat tinggal
kediaman terakhir, surat panggilan disampaikan melalui Kepala Kelurahan atau
Kepala Desa yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal pihak yang dipanggil
atau tempat kediaman yang terakhir.
 Penerimaan surat penggilan oleh pihak yang dipanggil sendiri atau melalui orang lain
dilakukan dengan tanda penerimaan.
 Apabila tempat tinggal maupun tempat kediaman terakhir tidak dikenal, maka surat
panggilan ditempelkan pada tempat pengumuman di gedung Pengadilan HI yang
memeriksanya.
☻ Dalam hal salah satu pihak atau para pihak tidak dapat menghadiri sidang tanpa alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan, Ketua Majelis Hakim menetapkan hari sidang
berikutnya. [Pasal 93]
 Hari sidang berikutnya ditetapkan dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak tanggal penundaan.
76  Penundaan sidang karena ketidakhadiran salah satu atau para pihak diberikan
sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali penundaan.
☻ Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak pengusaha terbukti tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (3) UU
Ketenagakerjaan, Hakim Ketua Sidang harus segera menjatuhkan Putusan Sela berupa
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
perintah kepada pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa
diterima pekerja/buruh yang bersangkutan. [Pasal 96]
→ Permintaan putusan sela disampaikan bersama-sama dengan materi
gugatan.
 Putusan Sela dapat dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari
persidangan kedua.
 Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan Putusan Sela tidak
juga dilaksanakan oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang memerintahkan Sita Jaminan
dalam sebuah Penetapan Pengadilan HI.
 Putusan Sela dan Penetapan tidak dapat diajukan perlawanan dan/atau tidak dapat
digunakan upaya hukum.
☻ Dalam putusan Pengadilan HI ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan dan/atau hak
yang harus diterima oleh para pihak atau salah satu pihak atas setiap penyelesaian PHI.
[Pasal 97]
28. Pemeriksaan acara cepat
☻ Apabila terdapat kepentingan para pihak dan/atau salah satu pihak yang cukup
mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonan dari yang
berkepentingan, para pihak dan/atau salah satu pihak dapat memohon kepada
Pengadilan HI supaya pemeriksaan sengketa dipercepat. [Pasal 98]
 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan KPN
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan
tersebut. Terhadap penetapan tidak dapat digunakan upaya hukum.
☻ Dalam hal permohonan dikabulkan, KPN dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah
dikeluarkannya penetapan, menentukan Majelis Hakim, hari, tempat, dan waktu sidang
tanpa melalui prosedur pemeriksaan. Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian
kedua belah pihak, masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat belas) hari kerja.
[Pasal 99]
29. Putusan
☻ Majelis Hakim wajib memberikan putusan PPHI dalam waktu selambat-lambatnya 50
(lima puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama. [Pasal 103]
☻ Putusan Pengadilan HI ditandatangani oleh Hakim, Hakim Ad-Hoc dan Panitera
Pengganti. [Pasal 104]
☻ Panitera Pengganti Pengadilan HI dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
setelah putusan Majelis Hakim dibacakan, harus sudah menyampaikan pemberitahuan
putusan kepada pihak yang tidak hadir dalam sidang. [Pasal 105]
☻ Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah putusan ditandatangani, Panitera
Muda harus sudah menerbitkan salinan putusan. [Pasal 106]
 Dengan ketentuan ini berarti jangka waktu membuat putusan asli dan salinan
putusan dibatasi selama 14 (empat belas) hari kerja agar tidak merugikan hak para
pihak.
☻ Panitera PN dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah salinan
putusan diterbitkan harus sudah mengirimkan salinan putusan kepada para pihak.
[Pasal 107]
☻ Ketua Majelis Hakim Pengadilan HI dapat mengeluarkan putusan yang dapat
dilaksanakan lebih dahulu, meskipun putusannya diajukan perlawanan atau kasasi.
[Pasal 108]
☻ Putusan Pengadilan HI pada PN mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan
antar SP/SB dalam satu perusahaan merupakan putusan akhir dan bersifat tetap. [Pasal
77 109]
☻ Putusan Pengadilan HI pada PN mengenai perselisihan hak dan perselisihan PHK
mempunyai kekuatan hukum tetap apabila tidak diajukan permohonan kasasi [harus
diajukan secara tertulis] kepada MA dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kerja : [Pasal 110]
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 bagi pihak yang hadir, terhitung sejak putusan dibacakan dalam sidang majelis
hakim;
 bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima pemberitahuan
putusan.
☻ Tata cara permohonan kasasi serta penyelesaian perselisihan hak dan perselisihan PHK
oleh Hakim Kasasi dilaksanakan sesuai dengan per-UU yang berlaku. [Pasal 114]
☻ Penyelesaian perselisihan hak atau perselisihan PHK pada MA selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan kasasi. [Pasal
115]
30. Putusan PHI yang dapat diajukan permohonan kasasi :
Bahwa berdasarkan penjelasan umum Alinea Terakhir Angka 10 UU PPHI dijelaskan bahwa :
“Untuk menjamin penyelesaian yang cepat, tepat, adil dan murah, penyelesaian PHI melalui
Pengadilan HI yang berada pada lingkungan peradilan umum dibatasi proses dan tahapannya
dengan tidak membuka kesempatan untuk mengajukan upaya banding ke PT. Putusan
Pengadilan HI pada PN yang menyangkut perselisihan hak dan perselisihan PHK dapat
langsung dimintakan kasasi ke MA. Sedangkan putusan Pengadilan HI pada PN yang
menyangkut perselisihan kepentingan dan perselisihan antar SP/SB dalam satu perusahaan
merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang tidak dapat di mintakan kasasi ke MA.

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Ketentuan umum dan pengertian TUN


1. Saat ini peradilan TUN diatur dalam UU No. Berapa?
UU No. 5 Thn 1986 dirubah dengan Perubahan Pertama UU No. 9 Thn 2004 dirubah dengan
Perubahan Kedua UU No. 51 Thn 2009 tentang PERADILAN TATA USAHA NEGARA.
2. Ketentuan Umum dalam UU TUN berdasarkan Pasal 1:
1) Pengadilan adalah pengadilan TUN dan PT TUN di lingkungan peradilan TUN.
2) Hakim adalah hakim pada pengadilan TUN dan hakim pada PT TUN.
3) MA adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Thn 1945.
4) Komisi Yudisial adalah lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Thn 1945.
5) Pengadilan Khusus adalah pengadilan yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara tertentu yang hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan badan
peradilan yang berada di bawah MA yang diatur dalam UU.
6) Hakim ad hoc adalah hakim yang bersifat sementara yang memiliki keahlian dan pengalaman di
bidang tertentu untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang pengangkatannya
diatur dalam UU.
7) TUN adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.
8) Badan atau Pejabat TUN adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan per-UU yang berlaku.
9) KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN yang berisi
tindakan hukum TUN yang berdasarkan per-UU yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan
final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
10) Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat TUN, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya KTUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan per-UU yang berlaku.
11) Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat TUN dan diajukan
ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.
78 12) Tergugat adalah badan atau pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang
yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum
perdata.
3. Subjek TUN ?

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU PTUN, maka subyek dalam sengketa TUN adalah
rakyat (orang perorang atau badan hukum perdata) dengan badan atau pejabat TUN.
☻ Orang perorang atau badan hukum perdata selalu berkedudukan sebagai Penggugat.
4. Objek sengketa TUN ?
☻ Berdasarkan Pasal 1 angka 10 dan Pasal 53 ayat (1) UU PTUN, obyek sengketa TUN
adalah KTUN.
☻ KTUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN
yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan per-UU yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. [Pasal 1 Angka 9 UU TUN].
 Konkret :
→ Obyek yang diputuskan dalam KTUN tersebut adalah tidak abstrak.
 Individual :
→ KTUN tersebut ditujukan pada pihak tertentu, bukan untuk umum.
 Final :
→ KTUN sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum
tertentu, tidak memerlukan persetujuan lagi dari instansi atasannya
ataupun instansi lain.
5. Yang tidak termasuk dalam pengertian KTUN dalam UU TUN ?
a. KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;
 Misalnya keputusan yang menyangkut masalah jual beli yang dilakukan antara instansi
pemerintah dan perseorangan yang didasarkan pada ketentuan hukum perdata.
b. KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
 Yang dimaksud dengan pengaturan yang bersifat umum adalah pengaturan yang memuat
norma-norma hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan yang kekuatan berlakunya
mengikat setiap orang.
c. KTUN yang masih memerlukan persetujuan;
 Yang dimaksud dengan KTUN yang masih memerlukan persetujuan adalah keputusan untuk
dapat berlaku masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain. Dalam
kerangka pengawasan adminstratif yang bersifat preventif dan keseragaman kebijaksanaan
seringkali peraturan yang menjadi dasar keputusan menentukan bahwa sebelum berlakunya
KTUN diperlukan persetujuan instansi atasan terlebih dahulu. Adakalanya peraturan dasar
menentukan bahwa persetujuan instansi lain itu diperlukan karena instansi lain tersebut
akan terlibat dalam akibat hukum yang akan ditimbulkan oleh keputusan itu.
 Keputusan yang masih memerlukan persetujuan akan tetapi sudah menimbulkan kerugian
dapat digugat di PN.
d. KTUN yang dikeluarkan berdasarkan KUHP dan KUHAP atau per-UU lain yang bersifat
hukum pidana;
 KTUN berdasarkan ketentuan KUHP, misalnya dalam perkara lalu lintas, dimana terdakwa
dipidana dengan suatu pidana bersyarat, yang mewajibkannya memikul biaya perawatan si
korban selama dirawat di rumah sakit. Karena kewajiban itu merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh terpidana, maka Jaksa yang menurut Pasal 14 huruf d KUHP ditunjuk
mengawasi dipenuhi atau tidaknya syarat yang dijatuhkan dalam pidana itu, lalu
mengeluarkan perintah kepada terpidana agar segera mengirimkan bukti pembayaran biaya
perawatan tersebut kepadanya.
 KTUN berdasarkan Ketentuan KUHAP misalnya kalau Penuntut Umum mengeluarkan surat
perintah penahanan terhadap tersangka.
 KTUN berdasarkan ketentuan per-UU lain yang bersifat hukum pidana ialah umpamanya
perintah jaksa untuk melakukan penyitaan barang-barang terdakwa dalam perkara tindak
pidana ekonomi.
79
Penilaian dari segi penerapan hukumnya terhadap ketiga macam KTUN tersebut dapat
dilakukan hanya oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum.
e. KTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
ketentuan per-UU yang berlaku;
 KTUN yang dimaksud pada huruf ini umpamanya:

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
1 Keputusan BPN yang mengeluarkan sertifikat tanah atas nama seseorang yang
didasarkan atas pertimbangan putusan pengadilan perdata yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, yang menjelaskan bahwa tanah sengketa tersebut
merupakan tanah negara dan tidak berstatus tanah warisan yang diperebutkan oleh
para pihak.
2 Keputusan serupa angka 1, tetapi didasarkan atas amar putusan pengadilan perdata
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3 Keputusan pemecatan seorang notaris oleh Menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi jabatan notaris, setelah menerima usul KPN atas dasar
kewenangannya menurut ketentuan UU Peradilan Umum.
f. KTUN mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
g. Keputusan KPU baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil PEMILU.
6. Disamping KTUN yang berujud, UU PTUN juga menganggap sebagai KTUN “sikap diam dari
Pejabat TUN yang tidak menanggapi atau tidak memproses suatu permohonan”. Sikap diam
tersebut dianggap sebagai penolakan tanpa disertai adanya pembuatan keputusan, sehingga
KTUN jenis ini sering disebut juga sebagai KTUN Fiktif Negatif atau KTUN Negatif.
Adapun syarat-syarat agar suatu sikap diam dianggap sebagai sebuah KTUN Negatif menurut
Pasal 3 UU PTUN, sebagai berikut :
a. Apabila Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu menjadi
kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan KTUN;
b. Jika suatu Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan
jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam per-UU dimaksud telah lewat, maka Badan atau
Pejabat TUN tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud;
c. Dalam hal per-UU yang bersangkutan tidak menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu 4 [empat] bulan sejak diterimnya permohonan,
Badan atau Pejabat TUN yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.
Ketentuan Umum pengajuan gugatan
7. Ketentuan umum pengajuan gugatan dalam sengketa TUN :
☻ Berdasarkan Pasal 53 UU TUN :
☻ Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang
berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi. Pasal 53 [1] UU
TUN.
 Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 10, maka hanya orang atau badan hukum
perdata yang berkedudukan sebagai subyek hukum saja yang dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan TUN untuk menggugat KTUN.
 Badan atau Pejabat TUN tidak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN
untuk menggugat KTUN.
 Selanjutnya hanya orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya
terkena oleh akibat hukum KTUN yang dikeluarkan dan karenanya yang
bersangkutan merasa dirugikan dibolehkan menggugat KTUN.
 Gugatan yang diajukan disyaratkan dalam bentuk tertulis karena gugatan itu akan
menjadi pegangan pengadilan dan para pihak selama pemeriksaan.
 Mereka yang tidak pandai baca tulis dapat mengutarakan keinginannya untuk
menggugat kepada Panitera Pengadilan yang akan membantu merumuskan
gugatannya dalam bentuk tertulis.
 Yang dapat dituntut di muka Pengadilan TUN terbatas pada 1 (satu) macam
tuntutan pokok yang berupa tuntutan agar KTUN yang telah merugikan
kepentingan penggugat itu dinyatakan batal atau tidak sah.
80
☻ Alasan-alasan diajukannya gugatan dalam sengketa TUN Pasal 53 [2] UU TUN:
a. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan per-UU yang berlaku;
b. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan
yang baik.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik adalah
meliputi asas :
→ kepastian hukum;
→ tertib penyelenggaraan negara;
→ keterbukaan;
→ proporsionalitas;
→ profesionalitas;
→ akuntabilitas,
Sebagaimana dimaksud dalam UU No. 28 Thn 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
☻ Pasal 54 UU TUN :
☺ Gugatan sengketa TUN diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
☺ Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat TUN dan berkedudukan tidak
dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan diajukan kepada Pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu Badan atau Pejabat
TUN.
☺ Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke
Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman penggugat
untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
☺ Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa TUN yang bersangkutan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat.
☺ Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
☺ Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri,
gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
☻ Pasal 55 UU TUN :
☺ Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 [sembilan puluh hari]
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat TUN.
☻ Pasal 56 UU TUN :
 Gugatan harus memuat :
a. nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat, atau
kuasanya;
b. nama, jabatan, dan tempat kedudukan tergugat;
c. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan.
 Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat, maka
gugatan harus disertai surat kuasa yang sah.
 Gugatan sedapat mungkin juga disertai KTUN yang disengketakan oleh
penggugat.
☻ Pasal 57 UU TUN :
☺ Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh
seorang atau beberapa orang kuasa.
☺ Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat kuasa khusus atau dapat
dilakukan secara lisan di persidangan.
☺ Surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus memenuhi persyaratan
81 di negara yang bersangkutan dan diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia
di negara tersebut, serta kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh penerjemah resmi.
☻ Berdasarkan Pasal 58

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☺ Apabila dipandang perlu Hakim berwenang memerintahkan kedua belah pihak
yang bersengketa datang menghadap sendiri ke persidangan, sekalipun sudah
diwakili oleh seorang kuasa.
☻ Berdasarkan Pasal 59
☺ Penggugat membayar uang muka biaya perkara untuk pengajuan gugatan, yang
besarnya ditaksir oleh Panitera Pengadilan.
☺ Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 [tiga puluh hari] sesudah gugatan
dicatat, Hakim menentukan hari, jam, dan tempat persidangan, dan menyuruh
memanggil kedua belah pihak untuk hadir pada waktu dan tempat yang
ditentukan. Surat panggilan kepada tergugat disertai sehelai salinan gugatan
dengan pemberitahuan bahwa gugatan itu dapat dijawab dengan tertulis.
☻ Berdasarkan Pasal 60 dan 61
 Penggugat dapat mengajukan permohonan untuk bersengeketa dengan cuma-cuma
kepada Ketua Pengadilan. Permohonan diajukan pada waktu penggugat mengajukan
gugatannya disertai dengan surat keterangan tidak mampu dari kepala desa atau
lurah di tempat kediaman pemohon. Dalam keterangan tersebut harus dinyatakan
bahwa pemohon itu betul-betul tidak mampu membayar biaya perkara. Permohonan
diatas harus diperiksa dan ditetapkan oleh Pengadilan sebelum pokok sengketa
diperiksa.
 Penetapan ini diambil di tingkat pertama dan terakhir. Penetapan Pengadilan yang
telah mengabulkan permohonan penggugat untuk bersengketa dengan cuma-cuma
di tingkat pertama, juga berlaku di tingkat banding dan kasasi.
Tenggang waktu pengajuan gugatan
8. Tenggang waktu pengajuan gugatan dalam sengketa TUN adalah :
☻ Berdasarkan ketentuan Pasal 55 UU PTUN, “gugatan dapat diajukan hanya dalam waktu
90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat TUN”.
☻ Berkaitan dengan, sejak kapan tenggang waktu 90 hari tersebut mulai dihitung, dapat
diuraikan sebagai berikut:
☺ Sejak diterimanya KTUN, bagi pihak yang namanya tersebut dalam KTUN;
☺ Sejak diumumkannya KTUN, dalam hal KTUN tersebut ditentukan oleh
peraturan dasarnya harus diumumkan;
☺ Setelah tenggang waktu (penerbitan keputusan) sesuai peraturan dasarnya
habis atau lewat waktu, dalam hal KTUN Fiktif Negatif Pasal 3 ayat (2);
☺ Setelah lewat tenggang waktu 4 bulan sejak diterimanya permohonan, dalam
hal KTUN Fiktif Negatif Pasal 3 ayat (3);
☺ Sejak diterimanya Keputusan yang dibuat oleh Pejabat Administrasi dalam
upaya administratif;
☺ Penghitungan dilakukan secara kasuistis sejak seseorang mengetahui adanya
KTUN yang dirasa merugikannya, dalam hal Ia tidak dituju oleh KTUN yang
bersangkutan.
Alur Pengadilan TUN
9. Surat gugatan akan diperiksa melalui tiga tahap pemeriksaan pendahuluan :
1) Pemeriksaan Administratif dilakukan oleh Panitera;
☺ Penelitian segi administratif dilakukan secara formal untuk meneliti kesesuaian bentuk
(form) dan isi gugatan dengan ketentuan Pasal 56 (Riawan Tjandra, 2005;83).
☺ Jadi tahap penelitian administratif ini tidak menyangkut materi gugatannya.
☺ Panitera mempunyai kewajiban untuk memberikan saran-saran kepada penggugat
82 berkenaan mengenai kelengkapan formil gugatan, termasuk juga meminta penggugat
untuk melengkapi kekurangan (syarat formil) gugatannya. Menurut Surat Edaran MA
Republik Indonesia tanggal 9 Juli 1991 Nomor 2 Thn 1991, Panitera tidak berhak
menolak pendaftaran perkara dengan dalih apapun berkenaan mengenai materi
gugatan.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
2) Rapat Permusyawaratan atau Dismissal Process berdasarkan Pasal 62 UU TUN :
☺ Tahap ini disebut juga tahap Dismissal Proses, yakni memutuskan apakah gugatan
yang diajukan diterima atau tidak diterima.
→ Acara Rapat Permusyawaratan dipimpin oleh Ketua Pengadilan atau Hakim senior
yang ditunjuk oleh Ketua (Martiman, 1993; 79).
☺ Tahap ini merupakan acara yang bersifat inquisitoir belaka, didalamnya tidak terdapat
proses antara pihak-pihak, tidak terdapat proses jawab-jinawab termasuk acara
pembuktian.
☺ Dalam Rapat Permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan
suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan
yang diajuan itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal :
a. Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang pengadilan
(kewenangan ini berkenaan dengan kewengan absolut dan kewenangan relatif pengadilan
sebagaimana telah diterangkan dimuka);
b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 UU TUN tidak dipenuhi oleh
Penggugat sekalipun ia telah diberitahu dan diperingatkan .
(surat gugat harus berisi identitas para pihak, dasar dan alasan gugatan (posita), petitum
atau tuntutan dan surat kuasa yang sah dalam hal menggunakan kuasa hukum);
c. Gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak
(alasan-alasan gugatan diatur dalam Pasal 53 UU TUN, yaitu apabila KTUN yang digugat
bertentangan dengan per-UU yang berlaku dan/atau bertentangan dengan asas-asas
umum Pemerintahan yang baik);
d. Apa yang dituntut sudah terpenuhi oleh KTUN yang digugat;
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau lewat waktunya
(gugatan prematur atau telah daluarsa sembilan puluh hari).
☺Penetapan Ketua Pengadilan yang menyatakan bahwa gugatan tidak diterima atau tidak
berdasar diucapkan dalam Rapat Permusyawaratan sebelum hari persidangan
ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak.
→ Terhadap penetapan tersebut dapat digunakan upaya hukum berupa perlawanan
(verzet).
→ Pengajuan perlawanan terhadap Penetapan tersebut tidak boleh lebih dari 14 hari
sejak diberitahukannya Penetapan. Syarat-syarat sebagaimana surat gugat juga
berlaku untuk pengajuan perlawanan.
→ Acara yang digunakan untuk memeriksa verzet adalah acara singkat.
☺ Rapat Permusyawaratan berwenang memutus dengan suatu Penetapan mengenai
beberapa hal, antara lain :
a. Permohonan untuk pemeriksaan dengan acara cepat (Pasal 98);
b. Permohonan untuk pemeriksaan secara cuma-cuma (Pasal 60);
c. Penundaan pelaksanaan KTUN yang digugat (Pasal 67 Ayat (2));
d. Beberapa gugatan digabungkan atau gugatan dipisah-pisahkan (Martiman,
1993; 81).
3) Pemeriksaan Persiapan berdasarkan Pasal 63 :
(1) Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Hakim wajib mengadakan
pemeriksaan persiapan untuk melengkapi gugatan yang kurang jelas.
(2) Dalam pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim:
a. wajib memberi nasihat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka waktu tiga puluh
hari;
b. dapat meminta penjelasan kepada Badan atau Pejabat TUN yang bersangkutan.
83 (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a penggugat
belum menyempurnakan gugatan, maka Hakim menyatakan dengan putusan bahwa
gugatan tidak dapat diterima.
(4) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dapat digunakan upaya
hukum, tetapi dapat diajukan gugatan baru.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
10. Pemeriksaan singkat
☻ Prosedur acara singkat merupakan prosedur acara yang digunakan untuk memeriksa
perlawanan dari penggugat terhadap penetapan KPTUN dalam tahap Rapat
Permusyawaratan (lihat pasal 62).
☻ Acara singkat ini digunakan untuk memeriksa perlawanan dan pemutusan terhadap
upaya perlawanan.
 Jika perlawanan dibenarkan, maka penetapan dismissal KPTUN gugur demi hukum,
selanjutnya pokok gugatan akan diperiksa dengan menggunakan acara biasa.
 Terhadap putusan ini tidak ada upaya hukum.
 Dengan demikian acara perlawanan ini digunakan tidak untuk menyelesaikan
sengketa.
11. Pemeriksaan cepat
☻ Pemeriksaan acara cepat diatur dalam Pasal 98-99.
 Pemeriksaan dengan acara ini didahului oleh adanya permohonan kepada ketua
pengadilan dengan alasan adanya kepentingan dari penggugat yang cukup mendesak.
☻ Proses pemeriksaan yang dipercepat tersebut menyangkut pemeriksaannya itu sendiri
dan pemutusannya. Dalam waktu 14 hari setelah permohonan Ketua pengadilan
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidaknya permohonan.
☻ Jika dikabulkan, tujuh hari setelah penetapan oleh ketua pengadilan harus sudah
ditentukan waktu dan tempat sidang tanpa pemeriksaan persiapan.
 Tenggang waktu jawab-jinawab tidak boleh melebihi waktu 14 hari.
 Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal (unus judex).
☻ Jika dikomparasikan antara pemeriksaan dengan acara cepat dan acara biasa, maka
tampak ada pengecualian-pengecualian sebagai berikut:
 Prosesnya meniadakan acara Pemeriksaan Persiapan;
 Pemeriksaannya oleh satu hakim;
 Waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari 6 hari, jarak
antara pendaftaran gugatan sampai dengan pembuktian selesai berlangsung selama
35 hari, dengan rincian:
☺ 14 hari mulai diterimanya permohonan sampai dengan penetapan KPTUN,
☺ 7 hari setelah ditetapkan ditentukan waktu dan tempat sidang,
☺ 14 hari untuk jawab-jinawab dan pembuktian (termasuk pula putusan
dipercepat).
12. Pemeriksaan biasa berdasarkan Pasal 68-97 :
☻ Setelah gugatan melalui 3 tahap pemeriksaan pendahuluan, maka gugatan dapat
dipastikan akan diperiksa dengan acara biasa. Hal ini terjadi karena dalam pemeriksaan
dengan acara biasa harus terlebih dahulu melalui tahapan pemeriksaan persiapan,
sedangkan dalam acara cepat tidak terdapat tahapan pemeriksaan persiapan.
☻ Terdapat dua kemungkinan mengapa suatu gugatan diperiksa dengan acara biasa.
 Pertama, karena memang penggugat tidak mengajukan permohonan pemeriksaan
dengan acara cepat, dan
 Kedua, karena permohonan pemeriksaan dengan acara cepat kepada Ketua
Pengadilan tidak diterima.
☻ Pemeriksaan dengan acara biasa :
 Jangka waktu pemeriksaan tidak boleh melebihi waktu 6 bulan sejak registrasi
sengketa.
 Pemeriksaan dilakukan oleh tiga orang Hakim.
 Pemeriksaan diawali dengan adanya pemeriksaan persiapan.
84  Jangka waktu pemanggilan dengan pemeriksaan tidak boleh kurang dari 6 hari.
 Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua Sidang membuka sidang dan
menyatakannya terbuka untuk umum.
☺ Apabila Majelis Hakim memandang bahwa sengketa yang disidangkan
menyangkut ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan dapat
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
dinyatakan tertutup untuk umum. Tidak dipenuhinya ketentuan diatas dapat
menyebabkan batalnya putusan demi hukum. [Pasal 70]
☻ Putusan gugur dan verstek :
 Dalam hal penggugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan pada hari pertama
dan pada hari yang ditentukan dalam panggilan yang kedua tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, meskipun setiap kali dipanggil dengan patut, gugatan
dinyatakan gugur dan penggugat harus membayar biaya perkara. Penggugat berhak
memasukkan gugatannya sekali lagi sesudah membayar uang muka biaya perkara.
[Pasal 71]
 Dalam hal tergugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan dua kali sidang
berturut-turut dan/atau tidak menanggapi gugatan tanpa alasan yang dapat
dipertanggujawabkan meskipun setiap kali telah dipanggil dengan patut, maka
Hakim Ketua Sidang dengan Surat penetapan meminta atasan tergugat
memerintahkan tergugat hadir dan/atau menanggapi gugatan. Dalam hal setelah
lewat dua [2] bulan sesudah dikirimkan dengan Surat tercatat penetapan dimaksud
tidak diterima berita, baik dari atasan tergugat maupun dari tergugat, maka Hakim
Ketua Sidang menetapkan hari sidang berikutnya dan pemeriksaan sengketa
dilanjutkan menurut acara biasa, tanpa hadirnya tergugat. Putusan terhadap pokok
gugatan dapat dijatuhkan hanya setelah pemeriksaan mengenai segi pembuktiannya
dilakukan secara tuntas. [Pasal 72]
☻ Dalam Hukum Acara PTUN tidak dikenal adanya rekonvensi sebagaimana Hukum
Perdata. Dengan alasan :
 Negara punya hak istimewa sedangkan Penggugat tidak;
 Negara mempunyai monopoli van het phijsike geweld [paksaan secara fisik]
sedangkan Penggugat tidak;
 Perkara administrasi pada hakikatnya tidak menunda kegiatan pelaksanaan
administrasi Negara yang tindakannya dipersoalkan.
☻ Perubahan Gugatan berdasarkan Pasal 75
 Penggugat dapat mengubah gugatan, alasan yang mendasari gugatan hanya sampai
dengan replik, asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan
tergugat, dan hal tersebut harus dipertimbangkan dengan seksama oleh Hakim.
 Tergugat dapat mengubah alasan yang mendasari jawabannya hanya sampai dengan
duplik, asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan penggugat
dan hal tersebut harus dipertimbangkan dengan saksama oleh Hakim.
☻ Pencabutan gugatan Berdasarkan Pasal 76
 Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya sebelum tergugat
memberikan jawaban. Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan itu,
pencabutan gugatan, oleh penggugat akan dikabulkan oleh Pangadilan hanya apabila
disetujui tergugat.
☻ Eksepsi berdasarkan Pasal 77
 Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama
pemeriksaan, dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut
Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib
menyatakan bahwa Pangadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang
bersangkutan.
 Eksepsi tentang kewenangan relatif Pengadilan diajukan sebelum disampaikan
jawaban atas pokok sengketa, dan eksepsi tersebut harus diputus sebelum pokok
sengketa diperiksa.
85  Adapun Eksepsi lain yang tidak mengenai kewenangan Pengadilan hanya dapat
diputus bersama dengan pokok sengketa.
☺ Eksepsi lain ini misalnya
→ Eksepsi prosesual (Hakim tidak berkuasa, nebis in idem, disqualificatoir atau
Penggugat tidak mempunyai kedudukan sebagai subyek Penggugat,
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
verjaring, tidak lengkapnya subyek Tergugat dan perkara masih dalam
pemeriksaan), dan
→ Eksepsi berdasarkan hukum materiil (obscure libelli, verjaring atau
prematur).
☻ Pengunduran Hakim berdasarkan Pasal 78-79
 Seorang Hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan
keluarga sedarah, atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau
isteri meskipun telah bercerai, dengan salah seorang Hakim Anggota, Panitera,
tergugat, penggugat atau PH.
 Seorang Hakim atau Panitera wajib mengundurkan diri apabila ia berkepentingan
langsung atau tidak langsung atas suatu sengketa.
☺ Pengunduran diri dapat dilakukan atas kehendak Hakim atau Panitera, atau atas
permintaan salah satu atau pihak-pihak yang bersengketa.
☺ Apabila ada keraguan atau perbedaan pendapat mengenai hal sebagaimana
dimaksud maka pejabat Pengadilan yang berwenang yang menetapkan.
 Hakim atau Panitera dimaksud harus diganti, dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, maka sengketa tersebut wajib
segera diadili ulang dengan susunan yang lain.
☻ Demi kelancaran pemeriksaan sengketa, Hakim Ketua Sidang berhak di dalam sidang
memberikan petunjuk kepada para pihak yang bersengketa mengenai upaya hukum dan
alat bukti yang dapat digunakan oleh mereka dalam sengketa. [Pasal 80]
☻ Dengan izin Ketua Pengadilan, penggugat, tergugat, dan PH dapat mempelajari berkas
perkara dan surat-surat resmi lainnya yang bersangkutan di kepaniteraan dan membuat
kutipan seperlunya. [Pasal 81]
☻ Intervensi berdasarkan Pasal 83
 Dalam Hukum Acara PTUN, Selama pemeriksaan berlangsung, setiap orang yang
berkepentingan dalam sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan,
baik atas prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan, maupun atas prakarsa
Hakim, dapat masuk dalam sengketa TUN, dan bertindak sebagai :
☺ pihak yang membela haknya; atau
☺ peserta yang bergabung dengan salah satu pihak yang bersengketa.
 Permohonan tersebut dapat dikabulkan atau ditolak oleh Pengadilan dengan putusan
yang dicantumkan dalam berita acara sidang. Permohonan banding terhadap putusan
Pengadilan tidak dapat diajukan tersendiri, tetapi harus bersama-sama dengan
permohonan banding terhadap putusan akhir dalam pokok sengketa.
☻ Berdasarkan Pasal 84.
Apabila dalam persidangan seorang kuasa melakukan tindakan yang melampaui batas
wewenangnya, pemberi kuasa dapat mengajukan sangkalan secara tertulis disertai
tuntutan agar tindakan kuasa tersebut dinyatakan batal oleh Pengadilan.
 Apabila sangkalan dikabulkan, maka Hakim wajib menetapkan dalam putusan yang
dimuat dalam berita acara sidang bahwa tindakan kuasa itu dinyatakan batal dan
selanjutnya dihapus dari berita acara pemeriksaan.
 Putusan dibacakan dan/atau diberitahukan kepada para pihak yang bersangkutan.
☻ Berdasarkan Pasal 86
Untuk kepentingan pemeriksaan dan apabila Hakim Ketua Sidang memandang perlu ia
dapat memerintahkan pemeriksaan terhadap surat yang dipegang oleh Pejabat TUN,
atau pejabat lain yang menyimpan surat, atau meminta penjelasan dan keterangan
tentang sesuatu yang bersangkutan dengan sengketa.
86  Hakim Ketua Sidang dapat juga memerintahkan pula supaya surat tersebut
diperlihatkan kepada Pengadilan dalam persidangan.
 Apabila surat itu merupakan bagian dari sebuah daftar, sebelum diperlihatkan oleh
penyimpannya, dibuat salinan surat itu sebagai ganti yang asli selama surat yang asli
belum diterima kembali dari Pengadilan.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Jika pemeriksaan tentang benarnya suatu surat menimbulkan persangkaan terhadap
orang yang masih hidup bahwa surat itu dipalsukan olehnya, Hakim Ketua Sidang
dapat mengirimkan surat yang bersangkutan ini kepada penyidik yang berwenang,
dan pemeriksaan sengketa TUN dapat ditunda dahulu sampai putusan perkara
pidananya dijatuhkan.
☻ Berdasarkan Pasal 86
Atas permintaan salah satu pihak, atau karena jabatannya, Hakim Ketua Sidang dapat
memerintahkan seorang saksi untuk didengar dalam persidangan.
 Apabila saksi tidak datang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
meskipun telah dipanggil dengan patut dan Hakim cukup mempunyai alasan untuk
menyangka bahwa saksi sengaja tidak datang, Hakim Ketua Sidang dapat memberi
perintah supaya Saksi dibawa oleh polisi ke persidangan.
 Seorang saksi yang tidak bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan yang
bersangkutan tidak diwajibkan datang di Pengadilan tersebut, tetapi pemeriksaan
saksi itu dapat diserahkan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman saksi.
☻ Berdasarkan Pasal 88
Yang tidak boleh didengar sebagai saksi adalah :
☺ Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau ke
bawah sampai derajat ke dua dari salah satu pihak yang bersengketa;
☺ isteri atau suami salah seorang pihak yang bersengketa meskipun sudah
bercerai;
☺ anak yang belum berusia tujuh belas Thn;
☺ orang sakit ingatan.
☻ Berdasarkan Pasal 89
Orang yang dapat minta pengunduran diri dari kewajiban untuk memberikan kesaksian
ialah :
☺ saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan perempuan salah satu pihak;
☺ setiap orang yang karena martabat, pekerjaan, atau jabatannya diwajibkan
merahasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan martabat, pekerjaan, atau
jabatannya itu.
Ada atau tidak adanya dasar kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu diserahkan
kepada pertimbangan Hakim.
☻ Berdasarkan Pasal 93
 Pejabat yang dipanggil sebagai saksi wajib datang sendiri di persidangan.
13. Tenggang waktu panggilan sidang :
☻ Dalam menentukan hari sidang, Hakim harus mempertimbangkan jauh dekatnya tempat
tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan. Jangka waktu antara pemanggilan
dan hari sidang tidak boleh kurang dari enam hari, kecuali dalam hal sengketa tersebut
harus diperiksa dengan acara cepat. [Pasal 64]
☻ Panggilan terhadap pihak yang bersangkutan dianggap sah, apabila masing-masing telah
menerima surat panggilan yang dikirimkan dengan surat tercatat. [Pasal 65]
14. Konsekuensi hukum dari suatu KTUN yang diajukan ke pengadilan TUN adalah :
☻ KTUN tersebut tetap dapat dilaksanakan sepanjang belum ada putusan pengadilan yang
membatalkannya.
☻ Pada prinsipnya gugatan tidak menunda atau menghalangi pelaksanaan KTUN. KTUN
harus dianggap mempunyai legalitas untuk dilaksanakan sejauh belum ada putusan
pengadilan yang inkracht van gewijsde yang membatalkan atau tidak sahnya KTUN.
87 15. Sepanjang belum diputus oleh Pengadilan TUN maka keputusan TUN yang menjadi objek
sengketa tersebut harus dianggap :
☻ KTUN tersebut harus dianggap keputusan TUN yang berdasarkan hukum.
16. Gugatan TUN mengandung prinsip praduga rechmatig, maksudnya :
☻ Gugatan TUN tidak menunda pelaksanaan KTUN.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Gugatan tidak menunda dilaksanakannya KTUN yang digugat, namun Penggugat dapat
mengajukan permohonan agar pelaksanaan KTUN ditunda sampai adanya putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Alat-alat bukti
17. Alat-alat pembuktian dalam TUN :
Berdasarkan Pasal 100 alat-alat bukti ialah :
a. surat atau tulisan;
(1) Akta Otentik;
(2) Akta Bawah Tangan;
(3) Surat-surat lain yang bukan akta
b. keterangan ahli;
 Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya.
 Seseorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi berdasarkan Pasal 88 tidak boleh
memberikan keterangan ahli
c. keterangan saksi;
 Keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu berkenaan
dengan hal yang dialami, dilihat, atau didengar oleh saksi sendiri.
d. pengakuan para pihak;
 Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan alasan yang
kuat dan dapat diterima oleh Hakim.
e. pengetahuan Hakim.
 Pengetahuan Hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya.
18. Sistem pembuktian yang dianut oleh TUN ?
☻ Berdasarkan Pasal 107 UU TUN yang menyatakan :
“Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian
pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti
berdasarkan keyakinan Hakim”.
☻ Sistem pembuktian yang dianut oleh Hukum Acara PTUN adalah gabungan antara sistem
pembuktian bebas dengan Pembuktian menurut UU Positif [Negatif (vrije bewijsleer)].
Bebas karena titik sentralnya berada pada Hakim :
 Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan,
 Beban pembuktian (apakah dibebankan kepada Penggugat ataupun Tergugat), serta
 Penilaian pembuktian.
☻ Namun disamping kebebasan tersebut, UU telah menentukan alat bukti apa saja yang
diakui sah, karenanya dalam memutuskan, Hakim terikat pada alat-alat bukti yang telah
ditentukan UU serta harus dilandasi pula oleh keyakinannya.
Keputusan TUN
19. KTUN
☻ Berdasarkan Pasal 97 :
Putusan Pengadilan dapat berupa :
a. gugatan ditolak;
b. gugatan dikabulkan;
→ Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan Pengadilan tersebut
dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan atau Pejabat
TUN yang mengeluarkan KTUN.
→ Kewajiban berupa :
1) pencabutan KTUN yang bersangkutan; atau
88 2) pencabutan KTUN yang bersangkutan dan menerbitkan KTUN yang baru;
atau
3) penerbitan KTUN dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3.
→ Kewajiban diatas dapat disertai pembebanan ganti rugi.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
→ Dalam hal putusan Pengadilan menyangkut kepegawaian, maka di samping
ganti rugi, dapat disertai pemberian rehabilitasi.
c. gugatan tidak diterima;
d. gugatan gugur.
☻ Berdasarkan Pasal 116 :
 Salinan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dikirimkan kepada para pihak dengan surat tercatat oleh panitera pengadilan
setempat atas perintah ketua pengadilan yang mengadilinya dalam tingkat pertama
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja.
☺ Meskipun putusan Pengadilan belum memperoleh kekuatan hukum tetap, para
pihak yang berperkara dapat memperoleh salinan putusan yang dibubuhi catatan
Panitera bahwa putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap.
☺ Tenggang waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak saat putusan Pengadilan
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Apabila setelah 60 (enam puluh) hari kerja putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap diterima, tergugat tidak melaksanakan
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a, KTUN yang
disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.
 Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b dan huruf c, dan kemudian setelah 90
(sembilan puluh) hari kerja ternyata kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, maka
penggugat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan agar pengadilan
memerintahkan tergugat melaksanakan putusan pengadilan tersebut.
 Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap pejabat yang bersangkutan dikenakan
upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi
administratif.
☺ Uang paksa dalam ketentuan ini adalah pembebanan berupa pembayaran
sejumlah uang yang ditetapkan oleh hakim karena jabatannya yang dicantumkan
dalam amar putusan pada saat memutuskan mengabulkan gugatan penggugat.
 Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan diatas diumumkan pada media
massa cetak setempat oleh panitera sejak tidak terpenuhinya ketentuan diatas.
 Di samping diumumkan pada media massa cetak setempat ketua pengadilan harus
mengajukan hal ini kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintah
tertinggi untuk memerintahkan pejabat tersebut melaksanakan putusan pengadilan,
dan kepada lembaga perwakilan rakyat untuk menjalankan fungsi pengawasan.
☺ Presiden sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan berkewajiban untuk
melakukan pembinaan terhadap aparatur pemerintah yang tidak menjalankan
fungsi pemerintahan dengan baik.
 Ketentuan mengenai besaran uang paksa, jenis sanksi administratif, dan tata cara
pelaksanaan pembayaran uang paksa dan/atau sanksi administratif diatur dengan
per-UU.
Biaya perkara
20. Biaya perkara berdasarkan Pasal 111:
☻ Yang termasuk dalam biaya perkara ialah :
 biaya kepaniteraan dan biaya meterai;
 biaya saksi, ahli, dan alih bahasa dengan catatan bahwa pihak yang meminta
pemeriksaan lebih dari lima orang saksi harus membayar biaya untuk saksi yang
89 lebih itu meskipun pihak tersebut dimenangkan;
 biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruangan sidang dan biaya lain yang diperlukan
bagi pemutusan sengketa atas perintah Hakim Ketua Sidang.
Ganti rugi dan rehabilitasi
21. Ganti rugi
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
☻ Berdasarkan Pasal 120
 Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan
kepada penggugat dan tergugat dalam waktu tiga hari setelah putusan Pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap.
 Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan
pula kepada Badan atau Pejabat TUN yang dibebani kewajiban membayar ganti rugi
tersebut dalam waktu tiga hari setelah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan
hukum tetap.
 Besarnya ganti rugi beserta tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 97 ayat (10) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
22. Rehabilitasi
☻ Berdasarkan Pasal 121
 Dalam hal gugatan yang berkaitan dengan bidang kepegawaian dikabulkan sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (11), salinan putusan
Pengadilan yang berisi kewajiban tentang rehabilitasi dikirimkan kepada penggugat
dan tergugat dalam waktu tiga hari setelah putusan itu memperoleh kekuatan hukum
tetap.
 Salinan putusan Pengadilan yang berisi kewajiban tentang rehabilitasi dikirimkan
pula kepada Badan atau Pejabat TUN yang dibebani kewajiban melaksanakan
rehabilitasi tersebut dalam waktu tiga hari setelah putusan itu memperoleh kekuatan
hukum tetap.
23. Pada prinsipnya gugatan sengketa TUN ?
☻ Berdasarkan Pasal 67, Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya
Keputusan Badan atau Pejabat TUN serta tindakan Badan atau Pejabat TUN yang digugat.
24. KTUN bersifat konkret, maksudnya :
KTUN tersebut diajukan terhadap obyek yang berwujud dan tidak abstrak.
Upaya Hukum
Perlawanan
25. Perlawanan :
☻ Terhadap penetapan dalam Rapat Permusyawaratan dapat diajukan perlawanan kepada
Pengadilan dalam tenggang waktu empat belas hari setelah diucapkan;
☻ Perlawanan tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56;
☻ Perlawanan dimaksud diputus dalam Acara Singkat;
☻ Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan gugur demi
hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan diselesaikan menurut acara
biasa;
☻ Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
Banding
26. Banding :
☻ Berdasarkan Pasal 123, Pengajuan permohonan banding harus diajukan secara tertulis
dan tidak melebihi tenggang waktu 14 hari sejak diberitahukannya putusan pengadilan
secara sah.
☻ Terdapat beberapa putusan yang bersifat putusan akhir (tidak dalam arti eindvonnis)
yang tidak dapat dimohonkan pemeriksan banding oleh PT TUN yaitu :
 penetapan dismissal (Pasal 62 (1)),
 Putusan Perlawanan (Pasal 62 (6),
 Putusan Penundaan Pelaksanaan Putusan (Pasal 67),
90  Putusan Perlawanan Pihak ketiga terhadap eksekusi Putusan (Pasal 118 (1)).
 Selain itu Putusan Hakim yang dijatuhkan berdasarkan Pasal 63 UU PTUN (putusan
dalam tahap Pemeriksaan Persiapan) juga tidak dapat digunakan upaya hukum, akan
tetapi dapat diajukan gugatan baru.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Putusan Pengadilan yang bukan merupakan putusan akhir hanya dapat dimohonkan
pemeriksaan banding bersama-sama dengan putusan akhir (Pasal 124 UU PTUN).
☻ Tahapan/prosedur permohonan banding di PTUN adalah sebagai berikut :
1) Permohonan diajukan secara tertulis kepada PTUN yang memeriksa dan memutus
pada tingkat pertama oleh pihak yang tidak puas terhadap putusan;
2) Permohonan tidak boleh melebihi waktu 14 hari (menurut perhitungan kalender)
setelah putusan tersebut diberitahukan secara sah;
3) Pemohon banding membayar uang muka biaya (panjar) perkara;
4) Panitera mencatat permohonan banding dalam daftar perkara;
5) Panitera memberitahukan permohonan banding kepada terbanding;
6) Maksimal 30 (tiga puluh hari) setelah permohonan banding dicatat, Panitera
memberitahukan kepada para pihak bahwa mereka dapat melihat berkas perkara di
PTUN dalam waktu 30 hari setelah pemberitahuan;
7) Para pihak dapat (tidak harus) menyerahkan memori dan/atau kontra memori
banding, surat keterangan dan bukti kepada Panitera dengan ketentuan salinan
surat-surat tersebut diberikan kepada pihak lainnya melalui Panitera;
8) Salinan Putusan, Berita Acara dan surat-surat lainnya harus dikirim kepada Panitera
PT TUN selambat-lambatnya 60 hari setelah pernyataan permohonan banding.
☻ Ketentuan pemeriksaan Banding di PT TUN adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan di PT TUN dilakukan oleh sekurang-kurangnya 3 orang hakim dan
berbentuk majelis;
2) Cara pemeriksaan banding dilakukan atas dasar surat-surat, yakni berkas perkara
yang bersangkutan akan tetapi PT tetap berwenang mendengarkan sendiri para
pihak dan para saksi;
3) Apabila Hakim PT TUN menganggap bahwa pemeriksaan di PTUN kurang lengkap,
maka Hakim PT TUN berwenang :
a) Mengadakan sidang sendiri sebagai pemeriksaan tambahan, atau
b) Memerintahkan PTUN yang bersangkutan untuk melaksanakan pemeriksaan
tambahan (dua pilihan ini sifatnya alternative);
4) Terhadap Putusan PTUN yang menyatakan tidak berwenang memeriksa perkara,
sedang PT TUN berpendapat lain, maka PT TUN dapat :
a) Memeriksa dan memutus sendiri perkara tersebut, atau
b) Memerintahkan PTUN yang bersangkutan memeriksanya.
5) Putusan PTUN terhadap permohonan banding dapat berupa :
a) Menguatkan putusan hakim tingkat pertama (PTUN), dengan cara: memperbaiki
putusan hakim tingkat pertama atau mengambil atau mengoper seluruh
pertimbangannya, atau
b) Membatalkan seluruhnya/sebagian dari putusan Hakim tingkat pertama dengan
mengadili sendiri (seakan-akan sebagai hakim tingkat pertama).
6) Dalam waktu 30 hari Panitera PT TUN mengirimkan salinan Putusan PT TUN, surat
pemeriksaan dan surat lain kepada PTUN yang bersangkutan.
☻ Sebelum pemeriksaan permohonan banding diputus oleh PT TUN, maka permohonan
tersebut dapat dicabut oleh pemohon dan setelah pencabutan tersebut tidak dapat
diajukan lagi permohonan banding meskipun waktunya belum lampau. Dalam hal salah
satu pihak telah menerima baik putusan PTUN ia tidak dapat mencabut kembali
pernyataan tersebut meskipun jangka waktu untuk pengajuan permohonan banding
belum terlewati
27. Izin atau verguning adalah keputusan yang isinya :
91 Memperkenalkan dilakukannya suatu perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh
pembuat peraturan.
28. Konsensi merupakan suatu bentuk keputusan yang isinya :
Memperkenankan dilakukannya suatu perbuatan yang penting bagi umum.
29. KTUN mengandung asas “praesumptio iustae causa”, maksudnya adalah :
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
KTUN harus dianggap sah sebelum dibuktikan sebaliknya.
Kasasi
Berlaku juga dalam Pengadilan Agama, Perdata dan Tata Usaha Negara.
30. Kasasi :
☻ Kewenangan MA dalam kasasi berdasarkan Pasal 30 UU No. 14 Thn 1985 s.d.u. UU No. 5
Thn 2004 s.d.u. UU No. 3 Thn 2009 tentang MA:
 MA dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-
pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:
a. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c. lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh per-UU yang mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.
☻ Terhadap putusan tingkat terakhir Pengadilan dapat dimohonkan pemeriksaan kasasi
kepada MA dan Acara pemeriksaan kasasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) UU No. 14
Thn 1985 s.d.u. UU No. 5 Thn 2004 s.d.u. UU No. 3 Thn 2009 tentang MA
☻ Permohonan kasasi sebagaimana dimaksudkan Pasal 43 dapat diajukan oleh :
 pihak yang berperkara atau wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu
dalam perkara perdata atau perkara TUN yang diperiksa dan diputus oleh Pengadilan
Tingkat Banding atau Tingkat Terakhir di Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan
Peradilan Agama, dan Lingkungan Peradilan TUN;
kasasi demi kepentingan hukum oleh jaksa agung
☻ Pasal 45 UU MA,
 Permohonan kasasi demi kepentingan hukum dapat diajukan oleh Jaksa Agung
karena jabatannya dalam perkara perdata atau TUN yang diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan Tingkat Pertama atau Pengadilan Tingkat Banding di Lingkungan
Peradilan sebagaimana dimaksudkan Pasal 44 ayat (1) huruf a.
 Permohonan kasasi tersebut dapat diajukan hanya 1 (satu) kali.
 Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang
berperkara.
☻ Pasal 46 UU MA,
 Permohonan kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara tertulis atau lisan
melalui Panitera Pengadilan Tingkat Pertama yang telah memutus perkaranya, dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan Pengadilan
yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon.
 Apabila tenggang waktu 14 (empat belas) hari tersebut telah lewat tanpa ada
permohonan kasasi yang diajukan oleh pihak berperkara, maka pihak yang
berperkara dianggap telah menerima putusan.
 Setelah pemohon membayar biaya perkara, Panitera mencatat permohonan kasasi
dalam buku daftar, dan pada hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang
dilampirkan pada berkas perkara.
 Selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi terdaftar,
Panitera Pengadilan Dalam Tingkat Pertama yang memutus perkara tersebut
memberitahukan secara tertulis mengenai permohonan itu kepada pihak lawan.
Memori kasasi dan kontra memori kasasi
☻ Pasal 47 UU MA :
 Dalam pengajuan permohonan kasasi pemohon wajib menyampaikan pula memori
kasasi yang memuat alasan-alasannya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari
92 setelah permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku daftar.
 Panitera Pengadilan yang memutus perkara dalam tingkat pertama memberikan
tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan menyampaikan salinan memori
kasasi tersebut kepada pihak lawan dalam perkara yang dimaksud dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Pihak lawan berhak mengajukan surat jawaban terhadap memori kasasi [kontra
memori kasasi] kepada Panitera sebagaimana dimaksudkan ayat (1), dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya salinan memori
kasasi.
☻ Pasal 48 UU MA :
 Setelah menerima memori kasasi dan jawaban terhadap memori kasasi
sebagaimana dimaksudkan Pasal 47, Panitera Pengadilan yang memutus perkara
dalam tingkat pertama, mengirimkan permohonan kasasi, memori kasasi, jawaban
atas memori kasasi, beserta berkas perkaranya kepada MA dalam waktu selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
 Panitera MA mencatat permohonan kasasi tersebut dalam buku daftar dengan
membubuhkan nomor urut menurut tanggal penerimaannya, membuat catatan
singkat tentang isinya, dan melaporkan semua itu kepada MA.
Pencabutan kasasi
☻ Pasal 49 UU MA :
 Sebelum permohonan kasasi diputus oleh MA, maka permohonan tersebut dapat
dicabut kembali oleh pemohon, dan apabila telah dicabut, pemohon tidak dapat lagi
mengajukan permohonan kasasi dalam perkara itu meskipun tenggang waktu kasasi
belum lampau.
 Apabila pencabutan kembali dilakukan sebelum berkas perkaranya dikirimkan
kepada MA, maka berkas perkara itu tidak diteruskan kepada MA.
☻ Pasal 50 UU MA :
 Pemeriksaan kasasi dilakukan oleh MA, berdasarkan surat-surat dan hanya jika
dipandang perlu MA mendengar sendiri para pihak atau para saksi, atau
memerintahkan Pengadilan Tingkat Pertama atau Pengadilan Tingkat Banding yang
memutus perkara tersebut mendengar para pihak atau para saksi.
 Apabila MA membatalkan putusan Pengadilan dan mengadili sendiri perkara
tersebut, maka dipakai hukum pembuktian yang berlaku bagi Pengadilan Tingkat
Pertama.
☻ Pasal 52 UU MA :
 Dalam mengambil putusan, MA tidak terikat pada alasan-alasan yang diajukan oleh
pemohon kasasi dan dapat memakai alasan-alasan hukum lain.
☻ Pasal 53 UU MA :
 Salinan putusan dikirimkan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang
memutus perkara tersebut.
 Putusan MA oleh Pengadilan Tingkat Pertama diberitahukan kepada kedua belah
pihak selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah putusan dan berkas perkara
diterima oleh Pengadilan Tingkat Pertama tersebut.
☻ Pasal 55 UU MA :
 Pemeriksaan kasasi untuk perkara yang diputus oleh Pengadilan di Lingkungan
Peradilan Agama atau yang diputus oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan TUN,
dilakukan menurut ketentuan UU ini.
 Dalam pemeriksaan kasasi untuk perkara yang diputus oleh Pengadilan di
Lingkungan Peradilan Militer digunakan hukum acara yang berlaku di Lingkungan
Peradilan Militer.
Peninjauan Kembali
Berlaku juga dalam Perdata, Pengadilan Agama, dan Tata Usaha Negara.
31. Peninjauan Kembali :
93 ☻ Pasal 66 UU MA :
 Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan hanya 1 (satu) kali.
 Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan
pelaksanaan putusan Pengadilan.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
 Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut selama belum diputus, dan dalam hal
sudah dicabut permohonan peninjauan kembali itu tidak dapat diajukan lagi.
☻ Pasal 67 UU MA :
 Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai
berikut :
a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-
bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat
menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;
c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dituntut;
d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
dipertimbangkan sebab-sebabnya;
e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan
putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;
f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
☻ Pasal 68 UU MA :
 Permohonan peninjauan kembali harus diajukan sendiri oleh para pihak yang
berperkara, atau ahli warisnya atau seorang wakilnya yang secara khusus
dikuasakan untuk itu.
 Apabila selama proses peninjauan kembali pemohon meninggal dunia, permohonan
tersebut dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya.
☻ Pasal 69 UU MA :
 Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang didasarkan atas
alasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 67 adalah 180 (seratus delapan puluh)
hari untuk :
a. yang disebut pada huruf a sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau
sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, dan telah
diberitahukan kepada para pihak yang berperkara;
b. yang disebut pada huruf b sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta
tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh
pejabat yang berwenang;
c. yang disebut pada huruf c, d, dan f sejak putusan memperoleh kekuatan hukum
tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara;
d. yang tersebut pada huruf e sejak sejak putusan yang terakhir dan bertentangan
itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak
yang berperkara.
☻ Pasal 70 UU MA :
 Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pemohon kepada MA melalui KPN
yang memutus perkara dalam tingkat pertama dengan membayar biaya perkara yang
diperlukan.
 MA memutus permohonan peninjauan kembali pada tingkat pertama dan terakhir.
☻ Pasal 71 UU MA :
 Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pemohon secara tertulis dengan
94 menyebutkan sejelas-jelasnya alasan yang dijadikan dasar permohonan itu dan
dimasukkan di kepaniteraan PN yang memutus perkara dalam tingkat pertama.
 Apabila pemohon tidak dapat menulis, maka ia menguraikan permohonannya secara
lisan di hadapan KPN yang memutus perkara dalam tingkat pertama atau hakim yang

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan tentang permohonan
tersebut.
☻ Pasal 72 UU MA :
 Setelah KPN yang memutus perkara dalam tingkat pertama menerima permohonan
peninjauan kembali, maka Panitera berkewajiban untuk selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari memberikan atau mengirimkan salinan permohonan
tersebut kepada pihak lawan pemohon, dengan maksud :
a. dalam hal permohonan peninjauan kembali didasarkan atas alasan sebagaimana
dimaksudkan Pasal 67 huruf a atau huruf b agar pihak lawan mempunyai
kesempatan untuk mengajukan jawabannya;
b. dalam hal permohonan peninjauan kembali didasarkan atas salah satu alasan
yang tersebut Pasal 67 huruf c sampai dengan huruf f agar dapat diketahui.
 Tenggang waktu bagi fihak lawan untuk mengajukan jawabannya sebagaimana
dimaksudkan ayat (1) huruf a adalah 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya
salinan permohonan peninjauan kembali.
 Surat jawaban diserahkan atau dikirimkan kepada Pengadilan yang memutus
perkara dalam tingkat pertama dan pada surat jawaban itu oleh Panitera dibubuhi
cap, hari serta tanggal diterimanya jawaban tersebut, yang salinannya disampaikan
atau dikirimkan kepada pihak pemohon untuk diketahui.
 Permohonan tersebut lengkap dengan berkas perkara beserta biayanya oleh Panitera
dikirimkan kepada MA selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari.
 Untuk permohonan peninjauan kembali tidak diadakan surat menyurat antara
pemohon dan/atau pihak lain dengan MA.
☻ Pasal 73 UU MA :
 MA berwenang memerintahkan PN yang memeriksa perkara dalam Tingkat Pertama
atau Pengadilan Tingkat Banding mengadakan pemeriksaan tambahan, atau meminta
segala keterangan serta pertimbangan dari Pengadilan yang dimaksud.
 MA dapat meminta keterangan dari Jaksa Agung atau dari pejabat lain yang diserahi
tugas penyidikan apabila diperlukan.
 Pengadilan yang dimaksudkan ayat (1), setelah melaksanakan perintah MA tersebut
segera mengirimkan berita acara pemeriksaan tambahan serta pertimbangan
sebagaimana dimaksudkan ayat (1), kepada MA.
☻ Pasal 74 UU MA :
 Dalam hal MA mengabulkan permohonan peninjauan kembali, MA membatalkan
putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tersebut dan selanjutnya memeriksa
serta memutus sendiri perkaranya.
 MA menolak permohonan peninjauan kembali, dalam hal MA berpendapat bahwa
permohonan itu tidak beralasan.
 Putusan MA sebagaimana dimaksudkan ayat (1) dan ayat (2) disertai pertimbangan-
pertimbangan.
☻ Pasal 75 UU MA :
 MA mengirimkan salinan putusan atas permohonan peninjauan kembali kepada PN
yang memutus perkara dalam Tingkat Pertama dan. selanjutnya Panitera Pengadilan
Negeri yang bersangkutan menyampaikan salinan putusan itu kepada pemohon
serta memberitahukan putusan itu kepada pihak lawan dengan memberikan
salinannya, selambatlambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari.

POINT-POINT YANG HARUS DIPENUHI DALAM SURAT KUASA DAN SURAT GUGATAN
95
Total nilai minimal kelulusan adalah 70 dalam skala 100. Dengan pembagian bobot nilai 70
untuk pilihan ganda (dari 120 soal maka nilai persoal yang dijawab benar 70 : 120 = 0.58), dan 30
untuk Esai. Jika untuk soal Esai hukum acara perdata, maka nilainya 15 untuk masing-masing Surat
Kuasa dan Surat Gugatan.

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Sedangkan sistem penilaian sola esai menggunakan sistem point yaitu 50 point, maka 25
point untuk Surat Kuasa dan 25 point untuk Surat Gugatan.
Keterangan :
− Ada masing-masing 19 bagian yang harus ada pada Surat Kuasa ataupun Surat Gugatan dan
masing-masing mendapat 1 point, dan jika 19 point itu ada maka akan ditambah 6 point untuk
nilai kesempurnaan, maka total 25 point.
− Surat Kuasa : 19 bagian yang harus ada, nilai masing-masing 1 (19 x 1 = 19) + 6 nilai untuk
kesempurnaan = 25 point.
− Surat Gugatan : 19 bagian yang harus ada, nilai masing-masing 1 (19 x 1 = 19) + 6 nilai untuk
kesempurnaan = 25 point.
− Maka total 50 point. Maka nilai per point adalah 30 : 50 point = 0,6

A. SURAT KUASA
Dalam pembuatan sebuah surat kuasa ada beberapa hal yang patut diperhatikan agar surat
kuasa tersebut tidak cacat formil yang akhirnya malah menjadikan cacat cela yang dapat
menggagalkan rencana saudara untuk lulus menjadi seorang Advokat. Kriteria surat kuasa yang
memenuhi syarat formil adalah sebagai berikut :
1. Judul Surat yaitu “Surat Kuasa”
2. Identitas Pemberi Kuasa
3. Kalimat “selanjutnya disebut PEMBERI KUASA”
4. Kalimat “Dalam hal ini memilih domisili hukum di kantor kuasanya di bawah ini, dengan ini
memberi kuasa…”
5. Kalimat “dengan Hak Substitusi dan Hak Retensi”
6. Identitas Penerima Kuasa (karena dalam hal ini Advokat maka cukup, Nama, Advokat pada
kantor hukum/advokat mana?, Alamat kantor hukum/advokat)
7. Kalimat “dalam hal ini dapat bertindak secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri” (hal
ini jika advokat yang diberi kuasa ada dua atau lebih)
8. Kalimat “selanjutnya disebut PENERIMA KUASA”
9. Kalimat “KHUSUS”
10. Kalimat “Bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, mewakili, dan membela
kepentingan hukum Pemberi Kuasa selaku Penggugat”
11. Kalimat “untuk membuat, menandatangani dan mengajukan gugatan perdata”
12. Kalimat “perihal ……… (kualifikasi gugatan? misal Perbuatan Melawan Hukum)”
13. Kalimat “di Pengadilan Negeri … (mana? penting untuk diperhatikan kompetensi absolut dan
relatifnya)”
14. Kalimat “terhadap …. (identitas Tergugat, minimal Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat)”
15. Kalimat umum, misal :
Untuk selanjutnya, Penerima Kuasa dikuasakan untuk mewakili, mendampingi dan atau
memperjuangkan hak-hak Pemberi Kuasa, menghadap dimuka Pengadilan Negeri ……..
(mana), atau di Pengadilan Negeri dalam yuridiksi perkara a quo, menghadap Pejabat-
Pejabat, Panitera-Panitera, Hakim-Hakim, membuat, menandatangani dan mengajukan
setiap tanggapan, Replik, Akta Pembuktian, Kesimpulan, memberi dan atau menolak bukti-
bukti, saksi-saksi, keterangan-keterangan, meminta dan atau mengembalikan sumpah,
melakukan perdamaian dengan terlebih dahulu disetujui oleh Pemberi Kuasa dan selagi
menguntungkan, melakukan dan atau menerima pembayaran, serta menandatangai
kwitansi-kwitansi, serta melakukan upaya hukum Banding (membuat, menandatangani dan
mengajukan Memori Banding atau Kontra Memori Banding) atau upaya hukum Kasasi
(membuat, menandatangani dan mengajukan Memori Kasasi atau Kontra Memori Kasasi).
Pendek kata, Penerima Kuasa diberi keleluasaan untuk dapat melakukan segala tindakan-
96 tindakan dan upaya-upaya hukum yang dianggap baik dan perlu berkaitan dengan perkara
ini, sekalipun tidak disebut secara rinci, sepanjang tersedia dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
16. Kalimat penutup misal “Demikian Surat Kuasa ini dibuat, dan berlaku sejak ditandatangani”
17. Tempat tanggal tahun ditandatangani (diatas nama Pemberi Kuasa).
DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
18. Pemberi Kuasa (tanda tangan dan nama terang) dan Penerima Kuasa (tanda tangan dan nama
terang)
19. Materai yang bernilai Rp 6000 dan beri tanggal (buat kotak di tengah nama Pemberi Kuasa)

NB :
Urutan / Kalimat diatas tidak baku, anda bisa bolak-balik disesuaikan dengan Buku Pegangan
yang telah anda pelajari atau dari Materi Kuliah yang pernah anda terima, disini hanya
menjelaskan point-point yang harus ada.

Contoh :

97

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
98

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
99

B. SURAT GUGATAN
Kriteria surat gugatan yang memenuhi syarat formil adalah sebagai berikut :
1. Kata-kata tujuan alamat :

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
Kepada :
Yth. Ketua Pengadilan Negeri...
(dimana?, penting untuk diperhatikan kompetensi relatif dan absolutnya)
(alamat Pengadilan tersebut, mana?)
2. Kata-kata “Perihal : Gugatan … (kualifikasi gugatan? misal Wanprestasi)”
3. Kata - kata :
“Dengan Hormat,
Dengan ini kami yang bertanda tangan dibawah ini …. (identitas Penggugat, Nama, Advokat
pada kantor hukum/advokat mana?, Alamat kantor hukum/advokat)”
4. Kata-Kata : “Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama kepentingan hukum klien kami :”
5. Identitas Pemberi Kuasa (minimal Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat), dan Kata-Kata : “Untuk
selanjutnya disebut sebagai “Penggugat””
6. Kata-Kata : “berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal ………. (terlampir)”
7. Kata-Kata : “Dalam hal ini mengajukan Gugatan Wanprestasi terhadap :”
8. Identitas Tergugat (minimal Nama, Umur, Pekerjaan, Alamat), dan Kata-Kata : “Untuk
selanjutnya disebut sebagai “Tergugat””
9. Kata-Kata : “ Adapun Dasar-Dasar Gugatan ini diajukan adalah sebagai berikut :”
10. Uraian Kejadian, meliputi Obyek Perkara, Fakta Hukum (wanprestasi atau Perbuatan
Melawan Hukum), Kualifikasi perbuatan Tergugat. (termasuk dalam Posita)
11. Uraian Ganti rugi, termasuk Materiil dan immateriil (termasuk dalam Posita)
12. Uraian Provisi (termasuk dalam Posita)
13. Uraian Sita Jaminan (termasuk dalam Posita)
14. Kata-Kata : “ Bahwa atas dasar serta alasan-alasan uraian diatas maka kami Penggugat
mohon agar Pengadilan Negeri ..... (mana?) *) berkenan menjatuhkan putusan sebagai
berikut : “
15. Tuntutan Provisi (termasuk dalam Petitum)
16. Tuntutan Perkara (termasuk dalam Petitum)
17. Kata-Kata : “Jika Pengadilan Negeri ..... (mana?) *) berpendapat lain, maka kami mohon
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono)”
18. Tempat, tanggal, tahun ditandatangani
19. Kata-Kata : “Hormat Kami (dan tanda tangan dan nama terang Kuasa Penggugat)”

NB :
Urutan / kata-kata diatas tidak baku, anda bisa bolak-balik disesuaikan dengan Buku Pegangan
yang telah anda pelajari atau dari Materi Kuliah yang pernah anda terima, disini hanya
menjelaskan point-point yang harus ada.
*) untuk beberapa contoh ada yang menggunakan “Majelis Hakim”, tapi ada beberapa pendapat,
bahwa saat surat gugatan tersebut diajukan pada Ketua Pengadilan dan Majelis Hakim yang
menangani gugatan tersebut belum dibentuk, istilah “Majelis Hakim” bisa digunakan saat
perkara sudah dipersidangkan. Saya lebih setuju demikian, jika anda menggunakan “Majelis
Hakim” juga dipersilahkan.

Contoh :

100

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
101

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
102

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
103

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.
104

DEDI SUWASONO, SH. | KOORDINATOR BIDANG KANTOR HUKUM DPD PEPABRI JAWA TENGAH
JL. THMARIN No. 2 SEMARANG.

Anda mungkin juga menyukai