Anda di halaman 1dari 18

Etika Profesi Hukum

Advokat
Kelompok I

Haydar Nashif H. (18210130)


Yernati Ulfazah (18210008)
Ngafifatun Nuzul (18210009)
Rio Salim W (18210116)
Muhammad Farhan Robbani (18210141)
Melinda Apriliyanti (18210135)
Ratu Elita Al Gati (18210039)
Ahmad Muflih Syarifudin (18210126)
Pokok Bahasan
Pengertian Kode Fungsi
01. Etik 02. Kode Etik
Dasar Hukum Kewenangan, Tugas &
03. Advokat 04. Fungsi Advokat

Kode Etik Penegakan Pelanggaran Kode


05. Advokat 06. Etik Advokat

Proses Pelaporan Sanksi


07. Pelanggaran 08. Pelanggaran
Substansi Kode
09. Etik 10. Deskripsi Kasus
Pengertian Kode Etik
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi
dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan
zaman.
Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak
dipaksakan dari luar. Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai
oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.
Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun
secara teratur, rapi, lengkap, tanpa cacat, dalam bahasa yang
baik, sehingga menarik perhatian dan menyenangkan
pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-
baik. Akan tetapi, dibalik semua itu terdapat kelemahan-
kelemahan.
• Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak
sejalan dengan fakta yang terjadi di sekitar para
profesional sehingga harapan sangat jauh dari kenyataan.
Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling
kepada kenyataan dan menggambarkan idealisme kode
etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan
lukisan berbingkai.
• Kode etik merupakan himpunan norma moral yang tidak
dilengkapi dengan sanksi yang keras karena
keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran
profesional. Rupanya kekurangan ini memberi peluang
kepada profesional yang lemah iman untuk berbuat
menyimpang dari kode etik profesinya
Fungsi Kode Etik
01.
Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota
profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan

02.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan

03.
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi
Dasar Hukum Advokat
UU Advokat nomor 18 tahun 2003 disahkan oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri pada 5 April 2003. Undang-Undang ini mengatur serangkaian
wewenang bagi Advokat untuk mengatur dirinya sendiri secara otonom.
Adapun kedudukan Advokat dalam Undang-undang tersebut mengatur
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan advokat, seperti
pengangkatan, sumpah, status, larangan serta hak dan kewajiban.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat merupakan jaminan


kepastian hukum bagi kalangan profesi advokat dalam menjalankan
profesinya.
Kewenangan Advokat
Kewenangan advokat yaitu suatu
lembaga penegak hukum yang
berada di luar pemerintahan, untuk
memberikan bantuan hukum kepada
kliennya yang bersangkutan dengan
masalah hukum yang dihadapi.

Fungsi Advokat
1. Membantu klien.
2. Mewakili klien untuk menegakan
keadilan.
3. Membantu klien untuk
mendapatkan pencerahan
tentang hukum kepada
masyarakat.
Tugas Pokok Advokat
● Mewawancarai klien dan menyediakan mereka
dengan nasihat hukum ahli
● Meneliti dan mempersiapkan kasus dan
menghadirkan mereka di pengadilan
● Menulis dokumen hukum dan menyiapkan
pembelaan tertulis untuk kasus perdata
● Penghubung dengan professional lain seperti
pengacara
● Mengkhususkan diri dalam bidang hukum
tertentu
● Mewakili klien di pengadilan, pertanyaan public,
arbitrase dan pengadilan
● Mempertanyakan saksi
● Negosiasi
Kode Etik Advokat
Kode etik advokat berisi norma tentang moralitas bagaimana menjalankan
praktiknya sebagai advokat. Dengan kode etik ini utamanya diharapkan
independensi advokat dapat dibatasi atau diawasi agar tidak melanggar
kepentingan umum.

Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat pasal 26 ayat 1 telah


menentukan adanya kewajiban menyusun kode etik profesi advokat oleh
Organisasi Advokat untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi
advokat. Setiap advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi
advokat dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
Penegakan Pelanggaran Kode Etik

Menurut pasal 8 ayat 1 dalam uu nomor 18 tahun 2003 tentang advokat,


disebutkan bahwa penindakan terhadap Advokat dengan jenis tindakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, atau
huruf d, dilakukan oleh Dewan Kehormatan Organisasi Advokat sesuai
dengan kode etik profesi Advokat. Juga disebutkan dalam Kode Etik
Advokat Indonesia pasal 10, bahwa Dewan Kehormatan berwenang
memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode Etik yang dilakukan
oleh Advokat.
Mekanisme Pelaporan
Pelanggaran Kode Etik
Menurut pasal 11 Kode Etik Advokat Indonesia
dijelaskan mengenai siapa saja yang dapat
membuat pengaduan atau laporan terkait
pelanggaran kode etik Advokat yaitu pihak yang
berkepentingan atau yang merasa dirugikan
terdiri dari :
1. Teman sejawat Advokat

2. Pejabat Pemerintah

3. Anggota Masyarakat

4. Dewan Pimpinan Pusat/Cabang/Daerah dari


organisasi profesi dimana Teradu menjadi
anggota
Mekanisme Pelaporan
Pelanggaran Kode Etik
Kemudian tentang tata cara pengaduan pelanggaran kode etik diatur dalam pasal 12 Kode Etik
Advokat Indonesia sebagai berikut :
a. Pengaduan terhadap Advokat sebagai teradu yang dianggap melanggar Kode Etik Advokat harus
disampaikan secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/
Daerah atau kepada dewan Pimpinan Cabang/ Daerah atau Dewan Pimpinan Pusat dimana teradu
menjadi anggota.
b. Bilamana di suatu tempat tidak ada Cabang/ Daerah Organisasi, pengaduan disampaikan kepada
Dewan Kehormatan Cabang/ Daerah terdekat atau Dewan Pimpinan Pusat.
c. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan Cabang/ Daerah, maka Dewan
Pimpinan Cabang/ Daerah meneruskannya kepada Dewan Kehormatan Cabang/ Daerah yang
berwenang untuk memeriksa pengaduan itu.
d. Bilamana pengaduan disampaikan kepada Dewan Pimpinan Pusat/ Dewan Kehormatan Pusat, maka
Dewan Pimpinan Pusat/ Dewan Kehormatan Pusat meneruskannya kepada Dewan Kehormatan
Cabang/ Daerah yang berwenang untuk memeriksa pengaduan itu baik langsung atau melalui
Dewan Dewan Pimpinan Cabang/ Daerah.
Sanksi Pelanggaran Kode Etik Advokat

• Peringatan biasa
• Peringatan keras
• Pemberhentian sementara
untuk waktu tertentu selama 3
(tiga) sampai 12 (dua belas)
bulan
• Pemecatan dari keanggotaan
Organisasi Profesi
Substansi Kode Etik Advokat
Adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 telah mengatur perihal profesi
advokat. Selain itu, dalam menjalankan profesi advokat terdapat kode etik yang diatur
dalam Kode Etik Advokat Indonesia, sebagaimana pasal 15 UU Advokat.

A. Ketentuan umum mengenai penjelasan istilah-istilah dalam


profesi advokat
• Advokat
• Klien
• Teman sejawat
• Teman sejawat asing
• Dewan kehormatan
• Honorarium
Substansi Kode Etik Advokat

B. Ketentuan kepribadian Advokat


• Sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Kode Etik Advokat Indonesia, mengatur
tentang kepribadian advokat

C. Etika melakukan tugas jabatan


D. Etika pelayanan terhadap klien
• Ketentuan yang mengatur hubungan advokat dengan klien diatur dalam Bab II pasal 4

E. Hubungan sesama rekan advokat


• Ketentuan-ketentuan Etik hubungan dengan teman sejawat diatur dalam pasal 5 Kode Etik
Advokat
F. Etika pengawasan
Deskripsi Kasus
Contoh Kasus
Advokat senior Tonny Gunawan diputus bersalah dan diberhentikan sementara selama 12 bulan sebagai pengacara. Majelis
Dewan Kehormatan Perhimpunan Adokat Indonesia (Peradi) Jatim, menyatakan Tonny terbukti melakukan pelanggaran
kode etik. Putusan ini sebagai buntut dari pelaporan H. Yahya (pengadu I) dan Zainal Arifin (pengadu II) terkait pertemuan
keduanya yang merupakan lawan hukum dalam sebuah perkara. Dalam sidang kode etik yang digelar di kantor Peradi Jatim,
itu, Toni disebut melakukan pelanggaran berat dengan menemui lawan kliennya dalam berperkara. Tak hanya itu, pria
keturunan itu juga disebut melakukan pemaksaan dalam pertemuan yang terjadi pada 4 Mei 2012 tersebut.

Dalam putusan yang dibacakan Majelis Dewan Kehormatan Peradi Jatim yang diketuai Trimoelja D. Sorjadi, disebutkan jika
Tony sebagai teradu telah melanggar UU No. 18/2003 tentang advokat pasal 6 huruf b dan d, KEAI pasal 2 dan pasal 7 huruf
f. Ia terbukti melakukan tindakan menyalahi etik dengan memaksa pengadu I, yakni H. Yahya untuk menandatangani
pernyataan tertanggal 25 Mei 2012.
“Menyatakan teradu telah melakukan pelanggaran kode etik. Menghukum teradu dengan pemberhentian sementara selama
12 bulan dan membebankan biaya perkara sebesar Rp 3,5 juta,” ujar Trimoelja bacakan surat putusannya.

Teradu juga disebut melakukan tindakan tidak terpuji sebagai advokat, dengan memanfaatkan keterbatasan fisik dan
kesehatan Pengadu I yang berusia 81 tahun untuk memaksa menandatangani surat pernyataan yang tidak dibenarkan.
“Sebagai pertimbangan yang meringankan, teradu bersikap sopan selama persidangan,”
Deskripsi Kasus
Analisis Masalah
Melihat kronologis dari contoh kasus yang telah di paparkan diatas secara singkat dapat disimpulkan termasuk dalam
pelanggaran dalam kasus profesi advokat, advokat adalah ”orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi syarat menurut undang-undang”. Tonny Gunawan sebenarnya dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai advokat harus pemberi jasa hukum harus bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab
berdasarkan hukum dan keadilan; suatu hal yang telah dilakukan oleh Tonny merupakan pelanggaran dalam kode etik
advokat, dalam pasal 6 UU No 18 tahun 2003 menjelaskan :
Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan :
a) Mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b) Berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan seprofesinya;
c) bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan sikap tidak hormat terhadap
hukum, peraturan perundang- undangan, atau pengadilan;
d) Berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan martabat profesinya;
e) Melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan tercela;
f) Melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.
Thanks
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai