Anda di halaman 1dari 20

KODE ETIK PROFESI

ADVOKAT/PENGACARA DAN
KONSULTAN HUKUM
ADVOKAT/PENGACARA
Pengertian advokat secara bahasa, berasal dari bahasa latin yaitu advocare, yang
berarti to defend (mempertahankan), to call to ones said (memanggil seseorang
untuk mengatakan sesuatu), to vouch or to warrant (menjamin). Dalam bahasa
Inggris, pengertian advokat diungkapakan dengan kata advocate, yang berarti: to
defend by argument(mempertahankan dengan argumentasi), to
support(mendukung), indicate or recommend publicly (menandai adanya atau
merekomendasikan di depan umum).

Dalam kamus hukum, pengertian advokat diartikan sebagai pembela, seorang


(ahli hukum) yang pekerjaannya mengajukan dan membela perkara di dalam atau
di luar sidang pengadilan. Sedangkan menurut UU Advokat Indonesia pasal 1 ayat
1 menerangkan bahwa advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa
hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan undang-undang ini.

Pengertian advokat secara istilah, adalah seorang yang melaksanakan kegiatan


advokasi yaitu suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan seseorang atau
kelompok orang untuk memfasilitasi dan memperjuangkan hak-hak, maupun
kewajiban klien seseorang atau kelompok berdasarkan aturan yang berlaku.
Sedangkan pengertian pengacara bawah Pengacara adalah attorney
yaitu ahli hukum atau orang yang diberi kuasa berdasarkan hukum oleh
orang lain untuk melakukan transaksi bisnis. Selain itu, dapat juga
mewakili orang lain dalam berperkara di pengadilan.

Saat ini orang awan mengenal istilah Pengacara sebagai profesi lulusan
jurusan hukum. Pengacara dapat berarti seseorang yang melakukan atau
memberikan nasihat dan pembelaan "mewakili" bagi orang lain yang
berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus hukum.

Kalau kedudukannya, pengacara itu setara dengan kepolisian, kejaksaan,


dan kehakiman. Yang membedakan itu perannya. Pengacara ada untuk
mewakili kepentingan masyarakat, sedangkan kepolisian dan jaksa
mempunyai peran sebagai lembaga yang mewakili kepentingan
pemerintah, begitu juga hakim berperan mewakili Negara. Pada posisi
seperti inilah peran pengacara menjadi penting karena dapat menjaga
keseimbangan kepentingan antara negara, pemerintah, dan masyarakat.
Anggap aja polisi, jaksa, dan hakim adalah pegawai negeri sedangkan
pengacara adalah pegawai swasta.
KONSULTAN HUKUM
Pengertian dari Konsultan hukum adalah yang berspesialisasi dalam hukum
korporasi dalam menjalankan praktek profesinya berdasarkan surat izin usaha
yang khusus yang diberikan oleh yang berwenang tidak di muka pengadilan.

Konsultan Hukum, pada umumnya bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan hukum yang


berkaitan dengan bidang usaha.
Pekerjaan Konsultan Hukum, lebih banyak me-review perjanjian dan melaksanakan
uji tuntas segi hukum untuk menilai apakah kesepakatan yang dibuat
menguntungkan untuk klien.

Konsultan Hukum, memastikan legalitas dari setiap transaksi komersial, memberi


masukan kepada perusahaan hak-hak dan kewajiban legalnya, termasuk tugas dan
tanggung jawab pegawai perusahaan.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Konsultan Hukum haruslah memiliki


pengetahuan mengenai aspek hukum kontrak, hukum pajak, accounting, hukum
sekuritas, kebangkrutan, hak kekayaan intelektual, lisensi, hukum penetapan
wilayah, dan hukum-hukum yang spesifik kepada kepentingan bisnis korporasi
dimana mereka bekerja.
KODE ETIK PROFESI
1. SUBSTANSI UNDANG-UNDANG NOMOR 18
TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG NOMOR
18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT
A. Kode Etik Advokat Indonesia
B. Kepribadian Advokat
C. Hubungan Advokat dengan Klien
D. Hubungan Advokat dengan teman sejawat
E. Cara bertindak menangani perkara
F. Ketentuan tentang Kode Etik dan
Pelaksanaannya
A. Kode Etik Advokat Indonesia
Sebuah Etika Profesional digunakan sebagai peraturan-peraturan yang
mengatur mengenai profesi yang pada umumnya mengandung hak-hak yang
fundamental dan mempunyai aturan-aturan mengenai tingkah laku maupun
perbuatan di dalam menjalankan profesinya. Sehingga sudah semestinya jika
di dalam suatu organisasi profesi memiliki kode etik yang membebankan
kewajiban sekaligus memberikan suatu perlindungan hukum kepada setiap
anggotanya di dalam melaksanakan profesinya. Terlebih dengan keberadaan
organisasi profesi Advokat sendiri sangat diperlukan adanya suatu etika
professional yang dituangkan dalam bentuk kode etik, karena profesi Advokat
sendiri dipandang sebagai profesi terhormat (officium nobile) yang
didalamnya menjalankan profesi berada di bawah perlindungan hukum,
undang-undang dan kode etik itu sendiri yang memiliki kebebasan didasarkan
kepada kehormatan dan kepribadian Advokat yang berpegang teguh kepada
kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan. Sehingga sebagai suatu
profesi yang diberikan kepercayaan sebagai suatu profesi terhormat, maka
sudah semestinya diperlukan adanya suatu kode etik profesi yang tujuannya
adalah untuk mencegah terjadinya suatu perilaku yang tidak etis dari para
anggota profesi tersebut. Dengan demikian keberadaan kode etik profesi di
dalam menjalankan control dari para pelanggarnya ini diharapkan mampu
menciptakan pribadi yang mempunyai niat profesi yang mampu mengatur
dirinya sendiri.
B. Kepribadian Advokat
Di dalam Kode Etik Advokat ini diantaranya mengatur persoalan tentang:
Kepribadian Advokat
Kepribadian Advokat ini diatur di dalam Pasal 2 dan Pasal 3.
 Pasal 2:”Advokat Indonesia adalah warga Negara Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan
kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur dan mulia, dan yang dalam
melaksanaknan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang- Undang Dasar Republik
Indonesia, Kode Etik Advokat serta sumpah jabatannya.”
 Pasal 3:
a.”Advokat dapat menolak untuk memberi nasehat dan bantuan hukum kepada setiap
orang yang memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan pertimbangan karena
tidak sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi
tidak dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama, kepercayaan, suku,
keturunan, jenis kelamin, keyakinan politik dan kedudukan sosialnya.”
b.”Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya Hukum, Kebenaran dan
Keadilan.”
c.”Advokat dalam menjalankan profesinya bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi oleh
siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak asasi masnusia dalam Negara Hukum
Indonesia.”
d.”Advokat dalam menjalankan profesinya bebas dari segala tuntutan.”
Cont’d
d.”Advokat wajib memelihara rasa solidaritas diantara teman sejawat.”
e.”Advokat wajib memberikan bantuan dan pembelaan hukum kepada teman sejawat
yang diduga atau didakwa dalam suatu perkara pidana atas permintaannya atau
karena penunjukkan organisasi profesi.”
f.”Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat merugikan
kebebasan, derajat dan martabat Advokat.”
g.”Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi Advokat sebagai profesi terhormat
(officium nobile).”
h.”Advokat dalam menjalankan profesinya harus bersikap sopan terhadap semua pihak,
tetapi wajib mempertahankan hak dan martabat Advokat.”
i.”Seorang Advokat yang kemudian diangkat untuk menduduki suatu jabatan Negara
(Eksekutif, Legislatif, dan Judikatif) tidak dibenarkan untuk berpraktik sebagai
Advokat dan tidak diperkenankan namanya dicantumkan atau dipergunakan oleh
siapapun atau oleh kantor manapun dalam suatu perkara yang sedang
diproses/berjalan selama ia menduduki jabatan tersebut.”
 Kepribadian-kepribadian yang tertuang dalam kedua Pasal di atas wajib dimiliki oleh
setiap Advokat dalam menjalankan tugas profesinya.
 Disinilah fungsi dan tujuan dari Etika Profesi itu diciptakan, selain membentuk pribadi
Advokat yang baik sebagai suatu profesi terhormat juga diharapkan mampu
memberikan perlindungan hukum pada para anggota profesi tersebut.
C. Hubungan Advokat dengan
Klien
 Hubungan Advokat dengan Klien ini diatur di dalam Pasal 4. Sebelum diuraikan
mengenai hubungan Advokat dengan Klien ini terlebih dahulu kita harus mengerti
terlebih dahulu siapa yang dapat dikategorikan dalam sebutan Advokat dan siapa
Klien itu sendiri.
 Di dalam ketentuan umum Kode Etik Advokat telah dijelaskan mengenai maksud dari
pengertian Advokat dan maksud daripada pengertian Klien. Yang dimaksud dengan
“Advokat adalah orang yang berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam
maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasihat
Hukum, Pengacara Praktik ataupun sebagai Konsultan Hukum ” (Pasal 1
huruf a Kode Etik Advokat). Sedangkan yang dimaksud dengan “ Klien adalah
orang, badan hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan atau
bantuan hukum dari Advokat”(Pasal 1 huruf b Kode Etik Advokat).
 Setelah kita mengetahui pengertian Advokat dan pengertian Klien maka kita dapat
mengetahui seperti apa hubungan antara Advokat dengan Klien yang datang
kepadanya untuk meminta bantuan menyelesaikan perkara yang sedang dihadapkan
klien kepada Advokat yang telah dipilih dan ditunjuknya dan bagaimana sikap
seorang Advokat itu sendiri dalam menjalin hubungan dengan Klien yang telah
menunjuk dan memilihnya sebagai kuasa untuk mengurus dan menyelesaikan
perkara.
Cont’d
Pasal 4 Kode Etik Advokat telah memberikan uraikan tentang hubungan
Advokat dengan Klien yaitu:
a.”Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian
dengan jalan damai.”
b.”Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan
Klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.”
c.”Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada Kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang.”
d.”Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib
mempertimbangkan kemampuan Klien.”
e.”Advokat tidak dibenarkan membebani Klien dengan biaya-biaya yang tidak
perlu.”
f.”Advokat dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus memberikan perhatian
yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima Honorium.”
g.”Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya
tidak ada dasar hukumnya.”
Cont’d
h.”Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang
diberitahukan oleh Klien secara kepercayaan dan wajib menjaga rahasia itu
setelah berakhirnya hubungan antara Advokat dan Klien itu.”
i.”Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya
pada saat yang tidak menguntungkan posisi Klien atau pada saat tugas itu
akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi
Klien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a.”
j.”Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih
harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-
kepentingan tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan
kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan.”
k.”Hak retensi Advokat terhadap Klien diakui sepanjang tidak akan
menimbulkan kerugian kepentingan Klien.”
 Dengan sedimikian rupa Kode Advokat telah mengatur hubungan antara
Advokat sebagai wakil untuk mengurus dan menyelesaikan perkara yang
diajukan oleh Klien kepadanya. Hal ini diperlukan sebagai pencerminan dan
perwujudan dari Etika profesi seorang Advokat dengan kepribadian-
kepribadian sebagaimana yang telah diuraikan dalam kedua Pasal di atas
D. Hubungan Advokat dengan
Teman sejawat
 Selain mengatur hubungan Advokat dengan Klien, Kode Etik Profesi juga
mengatur hubungan Advokat dengan teman sejawat Advokat yang sama-
sama mempunyai profesi Advokat sebagi Profesi terhormat (Officium
Nobile). Hal ini diperlukan agar sesama anggota organisasi profesi Advokat
dapat saling menghormati dan menghargai dalam menjalankan profesi
Advokat yang sama-sama mempunyai tujuan untuk tegaknya Hukum,
Kebenaran dan Keadilan.
 Sehingga dengan demikian siapa yang dikategorikan sebagai teman
sejawat, apakah orang-orang yang memiliki profesi yang sama sebagai
Advokat ataukah yang lain. Untuk mengetahui siapa saja yang
dikategorikan sebagai teman sejawat, Kode Etik sendiri telah memberikan
penjelasan tentang pengertian dari teman sejawat itu sendiri sebagaimana
yang dituangkan dalam Pasal 1 huruf c :”Teman sejawat adalah orang
atau mereka yang menjalankan praktik hukum sebagai Advokat
sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku.”
Cont’d
 Dari pengertian tersebut maka yang dapat dikategorikan sebagai teman
sejawat adalah mereka yang menjalankan praktik hukum sebagai Advokat
saja bukan orang yang memiliki dan menjalankan profesi diluar profesi
Advokat. Selain teman sejawat yang mempunyai kewarganegaraan yang
sama, di dalam Kode Etik Advokat juga menyebutkan keberadaan teman
sejawat asing, sebagaimana yang dituangkan dalam Pasal 1 huruf
d:”Teman sejawat asing adalah Advokat yang bukan
berkewarganegaraan Indonesia yang menjalankan praktik hukum
di Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.” Dan di dalam Pasal 6:”Advokat asing yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku menjalankan profesinya di
Indonesia tunduk kepada serta menaati Kode Etik ini.”
 Dengan demikian bagaimana hubungan Advokat dengan teman sejawat ini
telah diatur di dalam Pasal 5 Kode Etik Advokat yaitu:
a.”Hubungan antara teman sejawat Advokat harus dilandasi sikap saling
menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai.”
b.”Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama
lain dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata
yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis.”
c. ”Bolehkah Advokat Asing berpraktek di Indonesia?”
Cont’d
c.”Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang
dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat harus diajukan
kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan
untuk disiarkan melalui media massa.”
d.”Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang Klien
dari teman sejawat.”
e.”Apabila Klien hendak mengganti Advokat, maka Advokat yang baru
hanya dapat menerima perkara itu setelah menerima bukti
pencabutan pemberian kuasa kepada Advokat semula dan
berkewajiban mengingatkan Klien untuk memenuhi kewajibannya
apabila masih ada terhadap Advokat semula.”
f.”Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh Klien terhadap
Advokat yang baru, maka Advokat semula wajib memberikan
kepadanya semua surat dan keterangan yang penting untuk
mengurus perkara ini, dengan memperhatikan hak retensi Advokat
terhadap Klien tersebut.”
g.”atau surat pernyataan dari Klien”
E. Cara Bertindak menangani
perkara
 Setelah diatur mengenai hubungan Advokat dengan Klien, hubungan Advokat dengan
teman sejawat, maka terhadap Advokat yang dipilih dan ditunjuk sebagai kuasa
untuk mengurus dan menyelesaikan perkara yang diajukan seorang Klien harus tahu
bagaimana cara bertindak dalam menangani perkara tersebut untuk penyelesaiannya
dengan tetap mempunyai tujuan utama yaitu untuk tegaknya Hukum, Kebenaran dan
Keadilan tanpa memandang perkara yang diajukan seorang Klien tersebut dengan
imbalan jasa atau honorarium maupun secara cuma-cuma, serta seorang Advokat
juga tidak dapat menolak perkara yang diajukan seorang Klien dengan alas an karena
perbedaan agama, kepercayaan, suku, jenis kelamin, keyakinan politik dan
kedudukan sosial. Sehingga seorang Advokat yang profesional sudah tentu
mengetahui cara bertindak untuk menangani perkara yang diajukan kepadanya.
 Di dalam Kode Etik Advokat sendiri telah mengatur bagaimana cara seorang Advokat
dalam bertindak menangani perkara, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 7
yaitu:
a.”Surat-surat yang dikirim oleh Advokat kepada teman sejawatnya dalam suatu perkara
dapat ditunjukkan kepada hakim apabila dianggap perlu kecuali surat-surat yang
bersangkutan dibuat dengan membubuhi catatan”Sans Prejudice”.”
b.”Isi pembicaraan atau korespondensi dalam rangka upaya perdamaian antar Advokat,
tetapi tidak berhasil, tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai bukti dimuka
Pengadilan.”
Cont’d
c.”Dalam perkara perdata yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim apabila bersama-sama dengan Advokat pihak lawan, dan apabila ia
menyampaikan surat, termasuk surat yang bersifat “ad informandum” maka
hendaknya seketika itu tembusan dari surat tersebut wajib diserahkan atau
dikirimkan pula kepada umum.”
d.”Dalam perkara pidana yang sedang berjalan, Advokat hanya dapat menghubungi
hakim apabila bersama-sama dengan jaksa penuntut umum.”
e.”Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi saksi-saksi yang
diajukan oleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa penuntut umum
dalam perkara pidana.”
f.”Apabila Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat mengenai
suatu perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara tertentu
tersebut hanya boleh dilakukan melalui Advokat tersebut.”
g.”Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-pernyataan atau pendapat yang
dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam rangka pembelaan dalam suatu perkara
yang menjadi tanggung jawabnya baik dalam sidang terbuka maupun dalam sidang
tertutup yang dikemukakan sevara proporsional dan tidak berlebihan dan untuk itu
memiliki imunitas hukum baik perdata maupun pidana.”
h.”Advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-Cuma
(pro deo) bagi orang yang tidak mampu.”
i.”Advokat wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai
perkara yang ia tangani kepada Kliennya pada waktunya.”
F. Ketentuan tentang Kode Etik dan
pelaksanaannya
 Mengenai ketentuan tentang Kode Etik Advokat ini telah diatur di dalam
Pasal 8 dan Pasal 9 KEAI yaitu:
 Pasal 8 tentang Ketentuan-ketentuan lain tentang Kode Etik:

a.”Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat (Officium Nobile)
dan karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak hukum di
pengadilan sejajar dengan Jaksa dan Hakim, yang dalam melaksanakan
profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan Kode
Etik ini.”
b.”Pemasangan iklan semata-mata untuk menarik perhatian orang adalah
dilarang termasuk pemasangan papan nama dengan ukuran dan/atau
bentuk yang berlebih-lebihan.”
c.”Kantor Advokat atau cabangnya tidak dibenarkan diadakan di suatu tempat
yang dapat merugikan kedudukan dan martabat Advokat.”
d.”Advokat tidak dibenarkan mengizinkan orang yang bukan Advokat
mencantumkan namanya sebagai Advokat di papan nama kantor Advokat
atau mengizinkan orang yang bukan Advokat tersebut untuk
memperkenalkan dirinya sebagai Advokat.”
Cont’d
e.”Advokat tidak dibenarkan mengizinkan karyawan-karyawannya yang tidak
berkualifikasi untuk mengurus perkara atau memberi nasihat hukum kepada Klien
dengan lisan atau dengan tulisan.”
f.”Advokat tidak dibenarkan melalui media massa mencari publisitas bagi dirinya dan atau
untuk menarik perhatian masyarakat mengenai tindakan-tindakannya sebagai
Advokat mengenai perkara yang sedang atau telah ditanganinya, kecuali apabila
keterangan-keterangan yang ia berikan itu bertujuan untuk menegakkan prinsip-
prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh setiap Advokat.”
g.”Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang akan dan atau diurusnya apabila
timbul perbedaan dan tidak dicapai kesepakatan tentang cara penanganan perkara
dengan Kliennya.”
h.”Advokat yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Hakim atau Panitera dari suatu
lembaga peradilan, tidak dibenarkan untuk memegang atau menangani perkara yang
diperiksa pengadilan tempatnya terakhir bekerja selama 3 (tiga) tahun semenjak ia
berhenti dari pengadilan tersebut.”
 Pasal 9 tentang pelaksanaan Kode Etik:
a.”Setiap Advokat wajib tunduk dan mematuhi Kode Etik Advokat ini.”
b.”Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik Advokat ini dilakukan oleh Dewan
Kehormatan.”
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai