Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“MENURUNNYA PROFESIONALITAS PARA PENEGAK HUKUM


INDONESIA DALAM KASUS ADVOKAT O.C. KALIGIS”

Tugas Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir semester Mata Kuliah Etika Profesi

Dosen Pembimbing Annisa Dian Arini, M.H

Disusun Oleh :

Yuli damayanti 18103040025

ILMU HUKUM A

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA


2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara hukum yang mengakui dan menjunjung tinggi


HAM, dengan sistem hukum yang terbagi menjadi 3 bagian yakni eksekutif,
legislatif serta yudikatif. Hal demikian dilakukan agar tidak adanya kesewenangn-
wenangan yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan kepemerintahannya.

Tiga ciri khas dari suatu negara hukum yaitu :. pengakuan perlindungan hak-
hak asasi manusia, yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum,
sosial, ekonomi dan budaya, adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak
serta tidak dipengaruhi oleh suatu kekuasaan atau kekuatan apapun, terdapat
legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Hukum berfungsi untuk menegakan tonggak keadilan yang hilang bahkan


tidak ada sama sekali terutama bagi kaum atau individu yang memiliki ekonomi
yang rendah. Dalam mengeakan tonggak keadilan suatu dasar hukum atau hukum
akan sereasa hidup jika dipakai dan ditegaskan serta ditetapkan oleh penguasa
atau pemerintah atau para jajaran penegak hukum, terutama di indonesia.

Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau


berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu-lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat
pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subyek
hukum dalam setiap hubungan hukum.

Penegakan hukum yang merupakan unsur terpenting suatu Negara Hukum


dilakukan oleh para penegak hukum salah satunya adalah advokat. Pelaksanaan
tugas advokat tersebut diatur dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2003
tentang Advokat.

2
instansi (struktur kelembagaan) dan pejabat (kewenangan) yang terkait di
bidang penegakan hukum, penegakan hukum tampaknya memerlukan peninjauan
dan penataan kembali seluruh struktur kekuasaan/kewenangan penegakan hukum.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh kasus besar yang masih panjang dan tak
kunjung menemukan titik terang seperti dalam kasus penyiraman air keras mantan
ketua KPK yakni novel baswedan, kasus suap yang dilakukan jaksa pinangki,serta
kasus suap yang dilakukan oleh advokat o.c kaligis yang semakin menunjukan
ketidak seriusan dan berkurangnya profesionalitas dalam menangani kasus serta
menyelesaikannya secara tuntas karena berkurangnya kejujuran dan beberapa
yang tidak lagi dilakukan atau terjadinya pelanggaran dalam kode etik ditiap-tiap
para penegak hukum masing-masing.

Salah satu penegak atau lembaga penegakan hukum yang ada di indonesia
ialah advokat, atau pengacara. dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No. 18
Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat) di mana advokat, penasihat
hukum, pengacara praktik, dan konsultan hukum, semuanya disebut sebagai
Advokat. Dengan berlakunya UU Advokat ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan antara pengacara, advokat, konsultan hukum, maupun penasihat
hukum. Pasal 1 ayat (1) UU Advokat menyatakan bahwa semua orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
wilayah kerjanya di seluruh wilayah Republik Indonesia disebut Advokat.
tugasnya sendiri pada intinya ialah membela hak-hak dari klien agar tidak
dilanggar haknya namun masih sesuai dengan prosedur hukum yang ada.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Implementasi Kode Etik keadvokatan di indonesia?
b. Mengapa Kualitas Penegakan Hukum Di Indonesia Semakin menurun?
3. Tujuan & Manfaat
a. Agar mengetahui bagaimana pelaksanaan kode etik advokat sudah sesuai
atau belumkah dengan prosedur yang diatur.
b. Sebagai wawasan bahwa ketika nanti berfofesi apapun dibidang apapun
harus profesional.

3
c. Untuk mengetahui penyebab menurunnya kualitas penegakan hukum
diindonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

4
1. Definisi Advokat & Implementasi Kode Etik Advokat.

Advokat merupakan Advokat merupakan profesi yang memberikan jasa


hukum, yang saat menjalankan tugas dan fungsinya dapat berperan sebagai
pendamping, pemberi advice hukum, atau menjadi kuasa hukum untuk dan atas
nama kliennya. Dalam memberikan jasa hukum, ia dapat melakukan secara
prodeo atau pun atas dasar mendapatkan honorarium/fee dari klien.1
Advokat merupakan suatu bentuk profesi terhormat (officium nobile). dalam
menjalankan profesi, seorang advokat harus memiliki kebebasan yang didasarkan
kepada kehormatan dan kepribadian advokat yang berpegang teguh kepada
kejujuran, kemandirian, kerahasiaan dan keterbukaan, guna mencegah lahirnya
sikap-sikap tidak tepuji dan berperilakuan kurang terhormat.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, advokat adalah profesi memberi jasa


hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan undang-undang ini. “Advokat berstatus sebagai penegak
hukum” adalah salah satu perangkat hukum dalam proses peradilan
kedudukannya setara dengan penegak hukum lainnya, menegakkan hukum dan
keadilan. lebih tegas lagi adalah salah satu pilar penegak supremasi hukum dan
pelindung hak asasi manusia di Indonesia. Advokat menjalankan tugas profesinya
demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat
pencari keadilan, selain dalam proses peradilan, peran Advokat juga terlihat di
jalur profesi di luar pengadilan. Kebutuhan jasa hukum Advokat di luar proses
peradilan pada saat sekarang semakin meningkat, sejalan dengan semakin
berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat terutama dalam memasuki
kehidupan yang semakin terbuka dalam pergaulan antar bangsa.

Advokat dalam bahasa inggris disebut dengan advocate adalah person who does
the professionally in a court of law yakni seorang yang berprofesi sebagi seorang
ahli hukum di Pengadilan. meskipun sebenarnya kata advocate itu sendiri berakar
pada makna advice yaitu nasihat (adviser), penasihat hukum (legal adviser). Guru
besar ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Peter Mahmud

1
www.KBBI,go.id Diakses pada tanggal 12 Januari 2021

5
Marzuki mengatakan bahwa dalam bahasa Belanda, kata advocaat berarti
procureur yang kalau diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia adalah Pengacara.2

Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile) yang dalam menjalankan


profesinya berada di bawah perlindungan hukum, undang-undangdan kode etik,
memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian
Advokat yang berpegang teguh kepada kemandirian,kejujuran, kerahasiaan, dan
keterbukaan

Dari ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf a. Kode Etik Advokat


Indonesia dapat disimpulkan bahwa seorang advokat, dalam menjalankan
profesinya, harus selalu berpedoman kepada:

A. Kejujuran profesional (professional honesty ) sebagaimana


terungkapdalam Pasal 3 huruf a. Kode Etik Advokat Indonesia dalam kata-
kata“Oleh karena tidak sesuai dengan keahilannya”.
B. Suara hati nurani (dictate of conscience),Keharusan bagi setiap
advokatuntuk selalu berpihak kepada yang benar dan adil dengan
berpedomankepada suara hati nuraninya berarti bahwa bagi advokat
Indonesia tidak ada pilihan kecuali menolak setiap perilaku yang
berdasarkan “he who pays the piper calls the tune”, karena pada
hakikatnya perilaku tersebut adalah
C. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat
wajibmempertimbangkan kemampuan klien.
D. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yangtidak
perlu
E. Advokat dalam mengurus perkara Cuma-Cuma harus
memberikanperhatian yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia
menerimauang jasa.g.
F. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut
keyakinannyatidak ada dasar hukumnya.

2
Risalah Sidang MK Nomor 015/PUU-IV/2006 Mengenain Pengujian Undang-Undang
Advokat.

6
G. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal
yangdiberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap
menjagarahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien
itu
H. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanyapada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat
tugas ituakan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki
lagi bagiklien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a).j.
I. Advokat mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus
mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan
tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangankepentingan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.k.
J. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan
menimbulkan kerugian kepentingan klien.

Dari penjelasaian urain diatas telah dsebutkan bagaimana seharusnya seorang


advokat yang profesional dan berprilaku sesuai dengan kode etik serta mentaati
kode etik yang dibuat, namun siring berjalanannya waktu beberapa prilaku
ataupun tingkah para advokat ini kian melenceng dari apa yang seharusnya
dijalnkan sesuai dengan kode etik yang berlaku.

Penerapan kode etik dalam profesi hukum sangat penting karena dipakai
sebagai salah satu bentuk ketahanan moral profesi Advokat dengan menjelaskan
tentang fungsi kode etik tersebut di dalam masyarakat tentang penegakan dan
penerapan kode etik tersebut. Advokat merupakan bagian dari penegak hukum
yang sejajar dengan instansi penegak hukum lainnya. Dalam UU No. 18/2003
tentang Advokat ditegaskan bahwa seorang Advokat berstatus sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan. Kewenangan Advokat sebagai Penegak Hukum ialah guna memberikan
bantuan hukum kepada kliennya yang bersangkutan dengan masalah hukum yang
dihadapi. Kewenangan Advokat adalah sebagai lembaga penegak hukum di luar

7
pemerintahan. Peranan seorang Advokat dalam rangka menuju sistem peradilan
pidana terpadu sangat diperlukan hingga tercapai perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia. Berdasarkan profesi Advokat yang bebas, mandiri dan bertanggung
jawab menjadikan profesi Advokat dapat memainkan peran signifikan dalam
penegakan keadilan, hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi. Profesi Advokat
berada di garis depan dalam memperjuangkan kehidupan yang berkeadilan,
berperspektif hak asasi manusia dan demokrasi yang umumnya di negara
Indonesia merupakan persoalan mendasar terutama di kalangan kaum miskin dan
yang tergolong tidak mampu.3

Menurut informasi dan data yang di dapat dari Anton Sudibyo, SH bahwa
selama kurun periode 2 (dua) tahun 2011-2013 PERADI telah memproses laporan
adanya dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang
Advokat. Advokat dengan inisial nama TR berdasarkan laporan dari masyarakat
diproses PERADI dengan memberikan teguran secara lisan, sedangkan dalam hal
telah diberikan teguran tertulis adalah Advokat dengan inisial nama AP dan S.
Teguran dari PERADI tersebut direspon positif oleh Advokat dengan
menindaklanjutinya dengan bermusyawarah damai terhadap klien yang
mengadukan dan atau tidak puas tersebut pelayanan Advokat. Mediasi yang
dilakukan oleh PERADI dapat menjadi pertimbangan oleh PERADI untuk tidak
meneruskan laporan kepada PERADI. Hal yang sebaliknya dapat terjadi adalah
jika Advokat tersebut tidak merespon teguran dari PERADI dan tidak
memberikan konfirmasi maka, dapat juga digelar sidang etik untuk memanggil
Advokat tersebut guna mendengarkan pendapat hukum dari Advokat yang
bersangkutan jika terbukti melanggar dalam menarik kode etik maka keputusan
PERADI tersebut dapat diteruskan kepada PERADI untuk diproses.4

Dalam kasus suap O.C Kaligis Pengacara OC Kaligis pada tahun 2015
ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus suap hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) di Medan. Perkara ini berasal dari Operasi Tangkap Tangan yang

3
Franciscus Xaverius Raditya “Jurnal Penegakan Kode Etik Profesi Advokat Dalam
Pendampingan Klien Perkara Pidana Korupsi”, 2014. Hal.6
4
...Ibid. hal. 6

8
dilakukan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada Kamis 9 Juli 2015.
Awal mula KPK melibatkan lima orang yaitu PTUN Medan Tripeni Irianto Putro,
Hakim PTUN Amir Fauzi dan Dermawan Ginting, panitera penggantian PTUN
Syamsir Yusfan, serta Sebagai pengacara dari kantor OC Kaligis, M Yagari
Bhastara alias Gerry. Kemudian pengadilan OC Kaligis dinyatakan disetujui dan
diajukan divonis 5 tahun penjara diperberat oleh Mahkamah Agung kompilasi
kasasi menjadi 10 tahun penjara.

Kronologi kejadian yang terjadi ini terjadi saat KPK melaksanakan penilaian
di Medan. KPK yang diterima melakukan OTT dan menetapkan M. Yagari
Bhastara Guntur (MYB) alias Gerry sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap
terhadap hakim PTUN Medan. Gerry yang tergabung dalam Lawfirm OC Kaligis
dan mereka yang menyuap untuk melepaskan gugatan yang diajukan kepada
hakim. Sementara uang suap ini diberikan kepada tiga hakim PTUN dan satu
panitera yang juga sudah berstatus tersangka. Mereka adalah Ketua Majelis
Hakim Tripeni Irianto Putro, Hakim Anggota Dermawan Ginting dan Amir Fauzi
serta Panitera Syamsir Yusfan. Sebagai gugatan ini dilakukan untuk memberikan
izin Kejaksaan Tinggi Sumut yang diterbitkan sprindik atas kasus dugaan korupsi
Bansos dan Bantuan Daerah Bawahan (BDB) di Sumut.

Sejujurnya, pada kasus ini, pengadilan OC Kaligis telah mencoreng profesi


advokat. Izin praktik hukum dari OC Kaligis ini pun bisa di cabut Izin lakukan
suap. Abdul Fickar menghargai OC Kaligis telah merendahkan officium nobile
yang sejatinya mencederai kehormatan profesi advokat. Selain itu Abdul Fickar
menghargai OC Kaligis melakukan persaingan yang tidak sehat sesama advokat
dengan menyuap hakim. Seharusnya advokat harus dibuat dengan adil karena
merupakan penegak hukum.

Tentunya kasus ini membuat kaget seluruh masnyarakat karena OC Kaligis


merupakan advokat yang profesional dan tidak dibutuhkan dia untuk melakukan
seperti halnya kasus ini. Para advokat dituntut untuk selalu melihat masalah apa
pun dengan sebenar-benarnya tanpa mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan
masalah pada masalah yang ditanganinya. Tindakan ini mengganti kode etik

9
disetujui yang telah ada dan ditentukan. Hubungi kode etik profesi yang perlu
dipatuhi antara lain:

1. Pasal 3 huruf b yaitu, ”Advokat dalam melakukan tugasnya tidak perlu


2. hanya-mata untuk mendapat ketidakseimbangan materi tetapi lebih sesuai
dengan hukumnya, Kebenaran dan Keadilan.”
3. Pasal 4 huruf a yaitu, ”Advokat dalam perkara-perkara perdata harus
memenuhi syarat dengan jalan damai.
4. Pasal 4 huruf c, ”Advokat tidak dibenarkan untuk kliennya bahwa perkara
yang ditanganinya akan menang.”
5. Pasal 9 huruf a, ”Setiap Advokat wajib dipenuhi dan diperoleh Kode Etik
Advokat ini.”

Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam
menjalankan profesi. Tidak hanya menjamin dan melindungi advokat, kode etik
juga membebankan setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya, baik kepada klien, pengadilan, negara atau masyarakat.
“Oleh karena itu, setiap advokat dalam menjalankan tugas profesinya wajib tuduk,
taat dan patuh pada Pancasila, UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat dan
nilai-nilai tukar publik. Dengan demikian, setiap advokat tidak dapat digunakan
untuk melakukan dan mencoba yang dimaksudkan dengan moralitas dan
mencederai rasa keadilan publik. Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Advokat
ditegaskan untuk menjamin keamanan kehakiman yang independen, maka
diperlukan profesi advokat yang bebas, mandiri, bertanggung jawab.

Fungsi dari kode etik adalah menjunjung martabat profesi serta mempertahankan
kesejahteraan para anggotanya dengan membelanjakan perbuatan-perbuatan yang
akan merugikan kesejahteraan bahanil anggotanya. Sementara peran dari kode
etik yaitu kode etik yang ditujukan untuk melindungi anggota-anggotanya dalam
menentang tindakan-tindakan yang tidak jujur, membahas hubungan antar
anggota, sebagai pelindung dari campuran tangan pihak luar atau pengelola yang
tidak adil, meningkatkan pengembangan kualitas dalam praktik, yang sesuai
dengan cita-cita masyarakat, dan kode etik yang sesuai antara profesi dengan yang

10
memang dibutuhkan oleh masyarakat umum. Ada 3 maksud yang terkandung
dalam pembentukan kode etik, yaitu:

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.


2. Menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis.
3. Melindungi kesejahteraan materiil untuk pengemban profesi.

Dengan menghilangkan masalah ini, terjadi beberapa kemungkinan yang


terjadi antara lain:

Pertama, membuat citra setuju di pandangan masyarakat menjadi semakin


menurun. Bila disetujui seperti OC Kaligis yang dipercaya profesional dan
memperjuangkan keadilan dalam menyelesaikan perkara seperti terlibat dalam
kasus ini, bagaimana dengan pengacara-pengacara lain yang berjuang hanya demi
materi.

Kedua, terbongkarnya kasus suap yang menyeret Gatot Pujo Nugroho sebagai
Gubernur Kepala Daerah Sumatera Utara, telah menguatkan bukti selama ini,
pemerintah daerah tidak juga lepas dari pemerasan para hakim melalui para
pengacara. Kasus-kasus yang melibatkan pemerintah daerah kerap dikalahkan
oleh pengadilan. Sebagai contoh Pemrov DKI Jakarta kerap dikalahkan oleh
pengadilan atas berbagai kasus sengketa tanah, properti dan sebagainya.

Ketiga, mereka semua sebagai penegak hukum melakukan tindak pidana


korupsi dan tidak hanya mengubah kode etik profesi mereka tetapi juga
menentang sumpahnya kepada Tuhan Yang Maha Esa serta dapat merusak citra
dan moral Indonesia.

Seharusnya sebagai advokat Indonesia yang merupakan warga negara


Indonesia, harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memenangkan satria,
jujur dalam mempertahankan keadilan dan dilandasi moral yang tinggi, luhur, dan
mulia. Dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, kode etik advokat dan sumpah jabatannya. Kepribadian
ini yang harus dimiliki oleh setiap advokat di Indonesia. Namun, masalah ini

11
menunjukkan penegakan kode etik advokat di Indonesia belum berjalan dengan
baik dan maksimal.5

2. Penyebab Menurunnya Kualitas Para Penegak Hukum.

Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional yakni muladi menilai bahwa


penyebab menurunnya proses penegakan hukum indonesia disebabkan oleh:

a. Infrastuktur yang harus adanya perbaikan mulai dari undang-undang yang


harus dikuatkan serta penanganannya yang harus lebih serius tidak leha-
leha.
b. Kulitas sumber daya manusianya juga sangat mempengaruhi dalam
penegakan hukium karena, banyak manusia yang berintelek tapi tidak bisa
bertanggung jawab akhirnya menyebabkan korupsi, narkoba terorisme.
c. Kurangnya partisipasi rakyat yang harus lebih dibangkitkan, yakni
kesadaran.
d. Para penegak hukum seperti jaksa,polisi, Pengadilan harus diperlukan
suatu badan kordinasi agar terjalin penangan yang baik.6
5
Franciscus Xaverius Raditya “Jurnal Penegakan Kode Etik Profesi Advokat Dalam
Pendampingan Klien Perkara Pidana Korupsi”, 2014. Hal.5
6
www.kai.or.id

12
BAB III
PENUTUP

Advokat merupakan salah satu dari jajaran para penegakan hukum diindonesia,
dalam kasus suap O.c Kaligis ini tentunya menjadi pelajaran bagi kita semua agar
menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya dan tetap menjalankan aturan-aturan
yang berlaku dilembaga tersebut.

13

Anda mungkin juga menyukai