Tugas Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir semester Mata Kuliah Etika Profesi
Disusun Oleh :
ILMU HUKUM A
PENDAHULUAN
Tiga ciri khas dari suatu negara hukum yaitu :. pengakuan perlindungan hak-
hak asasi manusia, yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum,
sosial, ekonomi dan budaya, adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak
serta tidak dipengaruhi oleh suatu kekuasaan atau kekuatan apapun, terdapat
legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
2
instansi (struktur kelembagaan) dan pejabat (kewenangan) yang terkait di
bidang penegakan hukum, penegakan hukum tampaknya memerlukan peninjauan
dan penataan kembali seluruh struktur kekuasaan/kewenangan penegakan hukum.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh kasus besar yang masih panjang dan tak
kunjung menemukan titik terang seperti dalam kasus penyiraman air keras mantan
ketua KPK yakni novel baswedan, kasus suap yang dilakukan jaksa pinangki,serta
kasus suap yang dilakukan oleh advokat o.c kaligis yang semakin menunjukan
ketidak seriusan dan berkurangnya profesionalitas dalam menangani kasus serta
menyelesaikannya secara tuntas karena berkurangnya kejujuran dan beberapa
yang tidak lagi dilakukan atau terjadinya pelanggaran dalam kode etik ditiap-tiap
para penegak hukum masing-masing.
Salah satu penegak atau lembaga penegakan hukum yang ada di indonesia
ialah advokat, atau pengacara. dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No. 18
Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat) di mana advokat, penasihat
hukum, pengacara praktik, dan konsultan hukum, semuanya disebut sebagai
Advokat. Dengan berlakunya UU Advokat ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan antara pengacara, advokat, konsultan hukum, maupun penasihat
hukum. Pasal 1 ayat (1) UU Advokat menyatakan bahwa semua orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
wilayah kerjanya di seluruh wilayah Republik Indonesia disebut Advokat.
tugasnya sendiri pada intinya ialah membela hak-hak dari klien agar tidak
dilanggar haknya namun masih sesuai dengan prosedur hukum yang ada.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Implementasi Kode Etik keadvokatan di indonesia?
b. Mengapa Kualitas Penegakan Hukum Di Indonesia Semakin menurun?
3. Tujuan & Manfaat
a. Agar mengetahui bagaimana pelaksanaan kode etik advokat sudah sesuai
atau belumkah dengan prosedur yang diatur.
b. Sebagai wawasan bahwa ketika nanti berfofesi apapun dibidang apapun
harus profesional.
3
c. Untuk mengetahui penyebab menurunnya kualitas penegakan hukum
diindonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Definisi Advokat & Implementasi Kode Etik Advokat.
Advokat dalam bahasa inggris disebut dengan advocate adalah person who does
the professionally in a court of law yakni seorang yang berprofesi sebagi seorang
ahli hukum di Pengadilan. meskipun sebenarnya kata advocate itu sendiri berakar
pada makna advice yaitu nasihat (adviser), penasihat hukum (legal adviser). Guru
besar ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Peter Mahmud
1
www.KBBI,go.id Diakses pada tanggal 12 Januari 2021
5
Marzuki mengatakan bahwa dalam bahasa Belanda, kata advocaat berarti
procureur yang kalau diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia adalah Pengacara.2
2
Risalah Sidang MK Nomor 015/PUU-IV/2006 Mengenain Pengujian Undang-Undang
Advokat.
6
G. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal
yangdiberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap
menjagarahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien
itu
H. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanyapada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat
tugas ituakan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki
lagi bagiklien yang bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a).j.
I. Advokat mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus
mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan
tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangankepentingan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.k.
J. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan
menimbulkan kerugian kepentingan klien.
Penerapan kode etik dalam profesi hukum sangat penting karena dipakai
sebagai salah satu bentuk ketahanan moral profesi Advokat dengan menjelaskan
tentang fungsi kode etik tersebut di dalam masyarakat tentang penegakan dan
penerapan kode etik tersebut. Advokat merupakan bagian dari penegak hukum
yang sejajar dengan instansi penegak hukum lainnya. Dalam UU No. 18/2003
tentang Advokat ditegaskan bahwa seorang Advokat berstatus sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan. Kewenangan Advokat sebagai Penegak Hukum ialah guna memberikan
bantuan hukum kepada kliennya yang bersangkutan dengan masalah hukum yang
dihadapi. Kewenangan Advokat adalah sebagai lembaga penegak hukum di luar
7
pemerintahan. Peranan seorang Advokat dalam rangka menuju sistem peradilan
pidana terpadu sangat diperlukan hingga tercapai perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia. Berdasarkan profesi Advokat yang bebas, mandiri dan bertanggung
jawab menjadikan profesi Advokat dapat memainkan peran signifikan dalam
penegakan keadilan, hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi. Profesi Advokat
berada di garis depan dalam memperjuangkan kehidupan yang berkeadilan,
berperspektif hak asasi manusia dan demokrasi yang umumnya di negara
Indonesia merupakan persoalan mendasar terutama di kalangan kaum miskin dan
yang tergolong tidak mampu.3
Menurut informasi dan data yang di dapat dari Anton Sudibyo, SH bahwa
selama kurun periode 2 (dua) tahun 2011-2013 PERADI telah memproses laporan
adanya dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang
Advokat. Advokat dengan inisial nama TR berdasarkan laporan dari masyarakat
diproses PERADI dengan memberikan teguran secara lisan, sedangkan dalam hal
telah diberikan teguran tertulis adalah Advokat dengan inisial nama AP dan S.
Teguran dari PERADI tersebut direspon positif oleh Advokat dengan
menindaklanjutinya dengan bermusyawarah damai terhadap klien yang
mengadukan dan atau tidak puas tersebut pelayanan Advokat. Mediasi yang
dilakukan oleh PERADI dapat menjadi pertimbangan oleh PERADI untuk tidak
meneruskan laporan kepada PERADI. Hal yang sebaliknya dapat terjadi adalah
jika Advokat tersebut tidak merespon teguran dari PERADI dan tidak
memberikan konfirmasi maka, dapat juga digelar sidang etik untuk memanggil
Advokat tersebut guna mendengarkan pendapat hukum dari Advokat yang
bersangkutan jika terbukti melanggar dalam menarik kode etik maka keputusan
PERADI tersebut dapat diteruskan kepada PERADI untuk diproses.4
Dalam kasus suap O.C Kaligis Pengacara OC Kaligis pada tahun 2015
ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus suap hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) di Medan. Perkara ini berasal dari Operasi Tangkap Tangan yang
3
Franciscus Xaverius Raditya “Jurnal Penegakan Kode Etik Profesi Advokat Dalam
Pendampingan Klien Perkara Pidana Korupsi”, 2014. Hal.6
4
...Ibid. hal. 6
8
dilakukan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada Kamis 9 Juli 2015.
Awal mula KPK melibatkan lima orang yaitu PTUN Medan Tripeni Irianto Putro,
Hakim PTUN Amir Fauzi dan Dermawan Ginting, panitera penggantian PTUN
Syamsir Yusfan, serta Sebagai pengacara dari kantor OC Kaligis, M Yagari
Bhastara alias Gerry. Kemudian pengadilan OC Kaligis dinyatakan disetujui dan
diajukan divonis 5 tahun penjara diperberat oleh Mahkamah Agung kompilasi
kasasi menjadi 10 tahun penjara.
Kronologi kejadian yang terjadi ini terjadi saat KPK melaksanakan penilaian
di Medan. KPK yang diterima melakukan OTT dan menetapkan M. Yagari
Bhastara Guntur (MYB) alias Gerry sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap
terhadap hakim PTUN Medan. Gerry yang tergabung dalam Lawfirm OC Kaligis
dan mereka yang menyuap untuk melepaskan gugatan yang diajukan kepada
hakim. Sementara uang suap ini diberikan kepada tiga hakim PTUN dan satu
panitera yang juga sudah berstatus tersangka. Mereka adalah Ketua Majelis
Hakim Tripeni Irianto Putro, Hakim Anggota Dermawan Ginting dan Amir Fauzi
serta Panitera Syamsir Yusfan. Sebagai gugatan ini dilakukan untuk memberikan
izin Kejaksaan Tinggi Sumut yang diterbitkan sprindik atas kasus dugaan korupsi
Bansos dan Bantuan Daerah Bawahan (BDB) di Sumut.
9
disetujui yang telah ada dan ditentukan. Hubungi kode etik profesi yang perlu
dipatuhi antara lain:
Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum tertinggi bagi advokat dalam
menjalankan profesi. Tidak hanya menjamin dan melindungi advokat, kode etik
juga membebankan setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam
menjalankan profesinya, baik kepada klien, pengadilan, negara atau masyarakat.
“Oleh karena itu, setiap advokat dalam menjalankan tugas profesinya wajib tuduk,
taat dan patuh pada Pancasila, UUD 1945, UU Advokat, Kode Etik Advokat dan
nilai-nilai tukar publik. Dengan demikian, setiap advokat tidak dapat digunakan
untuk melakukan dan mencoba yang dimaksudkan dengan moralitas dan
mencederai rasa keadilan publik. Pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Advokat
ditegaskan untuk menjamin keamanan kehakiman yang independen, maka
diperlukan profesi advokat yang bebas, mandiri, bertanggung jawab.
Fungsi dari kode etik adalah menjunjung martabat profesi serta mempertahankan
kesejahteraan para anggotanya dengan membelanjakan perbuatan-perbuatan yang
akan merugikan kesejahteraan bahanil anggotanya. Sementara peran dari kode
etik yaitu kode etik yang ditujukan untuk melindungi anggota-anggotanya dalam
menentang tindakan-tindakan yang tidak jujur, membahas hubungan antar
anggota, sebagai pelindung dari campuran tangan pihak luar atau pengelola yang
tidak adil, meningkatkan pengembangan kualitas dalam praktik, yang sesuai
dengan cita-cita masyarakat, dan kode etik yang sesuai antara profesi dengan yang
10
memang dibutuhkan oleh masyarakat umum. Ada 3 maksud yang terkandung
dalam pembentukan kode etik, yaitu:
Kedua, terbongkarnya kasus suap yang menyeret Gatot Pujo Nugroho sebagai
Gubernur Kepala Daerah Sumatera Utara, telah menguatkan bukti selama ini,
pemerintah daerah tidak juga lepas dari pemerasan para hakim melalui para
pengacara. Kasus-kasus yang melibatkan pemerintah daerah kerap dikalahkan
oleh pengadilan. Sebagai contoh Pemrov DKI Jakarta kerap dikalahkan oleh
pengadilan atas berbagai kasus sengketa tanah, properti dan sebagainya.
11
menunjukkan penegakan kode etik advokat di Indonesia belum berjalan dengan
baik dan maksimal.5
12
BAB III
PENUTUP
Advokat merupakan salah satu dari jajaran para penegakan hukum diindonesia,
dalam kasus suap O.c Kaligis ini tentunya menjadi pelajaran bagi kita semua agar
menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya dan tetap menjalankan aturan-aturan
yang berlaku dilembaga tersebut.
13