ABSTRAK
Indonesia sebagai Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menjamin persamaan bagi semua di hadapan hukum (equality before law). Dalam
mewujudkan asas hukum dalam masyarakat dan negara, peran dan fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas,
mandiri dan penting menjadi penting, terlepas dari lembaga peradilan dan penegak hukum seperti kepolisian dan
kejaksaan. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji bagaimana penerapan sanksi kode etik terhadap
advokat yang melakukan pelanggaran profesi di Indonesia dan upaya apa yang dapat dilakukan oleh advokat yang
terkena sanksi pelanggaran kode etik.
I. PENDAHULUAN
Profesi advokat yang pada dasarnya mandiri, dan bertanggung jawab diatur dalam
menegakkan hukum dan keadilan. Dalam ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU No. 18 Tahun
2003 tentang Advokat diberikan status kepada advokat sebagai penegak hukum yang
mempunyai kedudukan yang sejajar dengan penegak hukum lainnya seperti jaksa dan
hakim dalam menegakkan hukum dan keadilan. Dalam upaya penegakan hukum profesi
advokat memiliki peran yang penting. Setiap proses hukum, baik pidana, perdata, tata
usaha negara, selalu mengaitkan profesi advokat yang kedudukannya sejajar dengan
juga tidak tunduk pula pada perintah jabatan yang lebih di atasnya dan hanya patuh pada
perintah atau kuasa dari klien berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis,
maupun yang tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik profesi advokat, tidak tunduk
pada kekuasaan politik, yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab publik.
Kode etik pada profesi advokat ini memiliki tujuan agar ada kaidah moral bagi
seorang profesional dalam bertindak menjalankan tugas profesinya itu. Kode etik
merupakan prinsip-prinsip moral yang melekat pada suatu profesi yang disusun secara
terpadu. Hal ini berarti, tanpa kode etik yang sengaja disusun secara terpadu itu juga
suatu profesi tetap bisa berjalan karena prinsip-prinsip moral tersebut sebenarnya sudah
Selain harus mempunyai sifat kemandirian dan kebebasan, profesi advokat harus
UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah memberikan rambu-rambu agar profesi
advokat dijalankan sesuai dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal
yang paling sederhana dapat dilihat adalah dari sumpah atau janji advokat yang dilakukan
sebelum menjalankan profesinya. Sumpah tersebut pada dasarnya ialah ikrar yang
diucapkan seorang yang akan menjalani profesi sebagai advokat, kepada Tuhan, diri
Kode etik advokat tidak akan berjalan dengan baik apabila dibuat oleh instansi
pemerintah atau instansi lain, karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita – cita dan
nilai – nilai yang terdapat di kalangan profesi advokat.5 Setiap profesi termasuk advokat
acuan para profesional untuk menyelesaikan dilema etika yang dihadapi saat menjalankan
fungsi pengembangan profesinya sehari – hari. Sistem etika tersebut juga bisa menjadi
tolak ukur bagi problematika profesi pada umumnya, seperti kewajiban dalam menjaga
rahasia hubungan klien yang profesional, konflik kepentingan yang ada, dan isu – isu
mutu, konsep, dan harapan untuk menjadi sebuah tujuan hukum yaitu kebenaran dan
realitas yang nyata. Di Indonesia terdapat beberapa kasus pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh advokat. Pelanggaran kode etik merupakan pelanggaran atas kewajiban
seorang advokat dalam melaksanakan tugasnya untuk membela hak-hak kliennya baik di
No. 18 Tahun 2013 tentang Advokat (UU Advokat) dan Kode Etik Advokat yang dibuat
oleh PERADI. Tujuan utama adanya kode etik tersebut adalah agar seorang advokat
dapat menjalankan profesi “officium nobile” nya dengan baik dan bertanggung jawab,
serta untuk menjaga dan meningkatkan profesionalitas seorang advokat. Sanksi yang
diberikan pun bukan berupa sanksi badan atau pun denda tetapi lebih pada sanksi
sebagai advokat.
Terdapat satu kasus advokat yang terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap
kode etik advokat adalah advokat Soelaiman Djoyoatmojo. Majelis Hakim Dewan
Kehormatan Daerah menyatakan Soelaiman Djoyoatmojo terbukti melanggar Kode Etik
Kode Etik
Advokat Indonesia (KEAI) pada saat masa proses peradilan perkara PKPU PT.
Mahakarya Agung Putera berlangsung. Kasus ini berawal saat teradu Advokat Sulaiman
meminta sejumlah uang untuk sebagai "jalan damai` antara PT. Mahakarya Agung Putera
tersebut, oleh hakim menilai telah melanggar ketentuan kode etik advokat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : Bagaimana proses penegakan dan pemberian sanksi bagi
pelanggar kode etik yang ada dalam organisasi tersebut berkaitan dengan sanksi hukuman
yang diberikan terhadap pelanggar kode etik profesi advokat yang dilanggar tersebut?
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah agar dapat mengetahui bagaimana
proses penyelesaian dalam pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh profesi tersebut,
yang dalam kasus ini adalah pelanggaran kode etik profesi advokat. Dan apa yang dapat
II. PEMBAHASAN
Tahun 2003.
hukum yang memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai advokat dan akan menjadi
anggota organisasi advokat (admission to the bar). Seseorang yang telah diangkat
menjadi advokat, maka ia telah diberi suatu kewajiban mulia melaksanakan pekerjaan
terhormat (nobile officium), dengan hak eksklusif: (a) menyatakan dirinya pada publik
bahwa ia seorang advokat, (b) dengan begitu berhak memberikan nasihat hukum dan
mewakili kliennya, dan (c) menghadap di muka sidang pengadilan dalam proses perkara
kliennya. Setiap advokat harus tunduk dan menaati kode etik advokat.
Pengawasan atas pelaksanaan kode etik advokat ini dilakukan oleh Dewan
perkara pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh advokat. Dalam pemeriksaan suatu
pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu: a) Tingkat Dewan Kehormatan
Kode etik profesi ialah produk etika terapan karena dihasilkan berdasar penerapan
pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tertulis
tetapi tidak mempunyai sanksi yang keras, berlakunya kode etik semata-mata
berdasarkan kesadaran moral anggota profesi. Menurut Sumaryono kode etik perlu
dirumuskan secara tertulis disebabkan karena tiga hal, yaitu:11 1. Sebagai sarana kontrol
sosial; 2.Sebagai pencegah campur tangan pihak lain dalam permasalahan intern;
Kode etik profesi merupakan barometer prinsip profesional yang telah digariskan,
sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesionalisme anggota lama, baru,
ataupun calon anggota kelompok profesi. kode etik advokat dilandasi oleh kenyataan
bahwa pejabat umum yang mengemban profesi dengan keahlian dan keilmuan dalam
bidang hukum pidana, peradilan dan penyelesaian sengketa harus mampu melengkapi
manusia pada umumnya dan martabat advokat pada khususnya, maka pengemban profesi
advokat mempunyai ciri-ciri mandiri dan tidak memihak, tidak mengacu pamrih. Di
Indonesia saat ini telah berkembang lembaga atau organisasi advokat seperti
Dari ketujuh organisasi advokat ini di sepakati untuk membentuk satu wadah
organisasi advokat yaitu PERADI, selain ketujuh organisasi advokat tersebut yang
membentuk PERADI, ada juga organisasi advokat KAI yang terbentuk dari para advokat
Nomor 18 tahun 2003 dan Kode Etik Advokat Indonesia, jadi dalam kenyataannya di
Dengan tidak adanya organisasi advokat sebagai wadah tunggal juga dapat
Advokat Indonesia oleh advokat, misalnya dalam penerapan ketentuan sanksi bagi
advokat yang melakukan pelanggaran, karena ketika dijatuhi ketentuan sanksi, advokat
dapat berpindah dari satu organisasi advokat ke organisasi advokat lainnya untuk
advokat, akan diberi tindakan seperti yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat yaitu berupa : a. teguran lisan; b. teguran
Selain sanksi yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18
tahun 2003 tentang Advokat, ada juga sanksi dalam Kode Etik Advokat Indonesia yang
dapat diberikan apabila advokat melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Advokat
Indonesia , sanksi tersebut terdapat dalam Pasal 16 Kode Etik Advokat Indonesia yang
dan Kode Etik Advokat Indonesia dilakukan oleh Dewan Kehormatan Kode Etik Profesi
Advokat baik pusat maupun daerah hal ini terdapat dalam pasal 26 dan 27 Undang-
melanggar Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) pada saat masa proses peradilan perkara
hingga 22 Agustus 2019, terjadi dugaan adanya pembayaran terhadap salah satu kreditur
yang menjadi klien Teradu yakni Soelaiman Djoyoatmojo sebesar 90 ribu dollar
Singapore. Diketahui bahwa kasus ini bermula saat Teradu Advokat Sulaiman meminta
sejumlah uang untuk sebagai "jalan damai` antara PT. Mahakarya Agung Putera dengan
konsumennya bernama Jhon Candra. Tindakan "meminta sejumlah uang" tersebut, oleh
tersebut, namun Pengadu, dalam aduannya menyertakan bukti-bukti kuat yang menjadi
menilai hal tersebut sudah melanggar pasal 245 Undang-Undang tentang Kepailitan.
Huruf B dan D Kode Etik Advokat Indonesia. Majelis Hakim Dewan Kehormatan Daerah
Advokat dengan pemberhentian sementara selama dua belas (12) bulan dari profesi
Advokat. Selain itu, hakim juga menjatuhkan hukuman pada Teradu, Sulaiman Jojo
Atmojo, S.H, untuk membayar biaya perkara sebesar lima (5) juta rupiah.
III. PENUTUP
Dari kasus tersebut diatas, pelajaran yang dapat dipetik adalah pentingnya untuk
menaati peraturan dan ju dalam maupun di luar pengadilan. Seorang advokat dalam
Advokat (UU Advokat) dan Kode Etik Advokat yang dibuat oleh PERADI. Tujuan utama
adanya kode etik tersebut adalah agar seorang advokat dapat menjalankan profesi
“officium nobile” nya dengan baik dan bertanggung jawab, serta untuk menjaga dan
Penegakan hukum bagi pelanggar kode etik profesi advokat tersebut sudah adil
dan sangat dibutuhkan agar tidak terjadi lagi perbuatan-perbuatan yang dilakukan para
ahli profesi tersebut dan sebagai seorang advokat berarti telah memiliki profesionalisme
kerja yang harusnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam profesi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://indonews.id/mobile/artikel/27044/Divonis-Langgar-Kode-Etik-Advokat-
Soelaiman-Djoyoatmojo-Diberhentikan-Setahun/
27 Juni 2023.