Anda di halaman 1dari 9

Kasus Pelanggaran Kode Etik Advokat Soelaiman Djoyoatmojo,

S.H. Dan Tindak Penyelesaiannya.


Joni Wijaya.
201110011011009
Program Studi Ilmu Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

ABSTRAK

Indonesia sebagai Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menjamin persamaan bagi semua di hadapan hukum (equality before law). Dalam
mewujudkan asas hukum dalam masyarakat dan negara, peran dan fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas,
mandiri dan penting menjadi penting, terlepas dari lembaga peradilan dan penegak hukum seperti kepolisian dan
kejaksaan. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji bagaimana penerapan sanksi kode etik terhadap
advokat yang melakukan pelanggaran profesi di Indonesia dan upaya apa yang dapat dilakukan oleh advokat yang
terkena sanksi pelanggaran kode etik.

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Profesi advokat yang pada dasarnya mandiri, dan bertanggung jawab diatur dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, dalam penyelenggaraan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan. Dalam ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU No. 18 Tahun

2003 tentang Advokat diberikan status kepada advokat sebagai penegak hukum yang

mempunyai kedudukan yang sejajar dengan penegak hukum lainnya seperti jaksa dan

hakim dalam menegakkan hukum dan keadilan. Dalam upaya penegakan hukum profesi

advokat memiliki peran yang penting. Setiap proses hukum, baik pidana, perdata, tata

usaha negara, selalu mengaitkan profesi advokat yang kedudukannya sejajar dengan

penegak hukum lainnya.


Advokat ialah profesi yang independen yang tidak tunduk pada struktur jabatan dan

juga tidak tunduk pula pada perintah jabatan yang lebih di atasnya dan hanya patuh pada

perintah atau kuasa dari klien berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis,

maupun yang tidak tertulis, yang tunduk pada kode etik profesi advokat, tidak tunduk

pada kekuasaan politik, yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab publik.

Kode etik pada profesi advokat ini memiliki tujuan agar ada kaidah moral bagi

seorang profesional dalam bertindak menjalankan tugas profesinya itu. Kode etik

merupakan prinsip-prinsip moral yang melekat pada suatu profesi yang disusun secara

terpadu. Hal ini berarti, tanpa kode etik yang sengaja disusun secara terpadu itu juga

suatu profesi tetap bisa berjalan karena prinsip-prinsip moral tersebut sebenarnya sudah

melekat pada profesi itu.

Selain harus mempunyai sifat kemandirian dan kebebasan, profesi advokat harus

mempunyai tanggung jawab kepada Organisasi Profesi yang menaunginya. Ketentuan

UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah memberikan rambu-rambu agar profesi

advokat dijalankan sesuai dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal

yang paling sederhana dapat dilihat adalah dari sumpah atau janji advokat yang dilakukan

sebelum menjalankan profesinya. Sumpah tersebut pada dasarnya ialah ikrar yang

diucapkan seorang yang akan menjalani profesi sebagai advokat, kepada Tuhan, diri

sendiri, dan masyarakat.

Kode etik advokat tidak akan berjalan dengan baik apabila dibuat oleh instansi

pemerintah atau instansi lain, karena hal seperti itu tidak akan dijiwai oleh cita – cita dan

nilai – nilai yang terdapat di kalangan profesi advokat.5 Setiap profesi termasuk advokat

menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu


menciptakan disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan

acuan para profesional untuk menyelesaikan dilema etika yang dihadapi saat menjalankan

fungsi pengembangan profesinya sehari – hari. Sistem etika tersebut juga bisa menjadi

tolak ukur bagi problematika profesi pada umumnya, seperti kewajiban dalam menjaga

rahasia hubungan klien yang profesional, konflik kepentingan yang ada, dan isu – isu

yang berkaitan dengan tanggung jawab social profesi.

Sebagai penegak hukum analisis advokat merupakan deretan proses penjabaran

mutu, konsep, dan harapan untuk menjadi sebuah tujuan hukum yaitu kebenaran dan

keadilan. Nilai- nilai yang terkandung di dalamnya haruslah diimplementasikan menjadi

realitas yang nyata. Di Indonesia terdapat beberapa kasus pelanggaran kode etik yang

dilakukan oleh advokat. Pelanggaran kode etik merupakan pelanggaran atas kewajiban

seorang advokat dalam melaksanakan tugasnya untuk membela hak-hak kliennya baik di

dalam maupun di luar pengadilan.

Seorang advokat dalam menjalankan profesinya terikat dengan Undang-Undang

No. 18 Tahun 2013 tentang Advokat (UU Advokat) dan Kode Etik Advokat yang dibuat

oleh PERADI. Tujuan utama adanya kode etik tersebut adalah agar seorang advokat

dapat menjalankan profesi “officium nobile” nya dengan baik dan bertanggung jawab,

serta untuk menjaga dan meningkatkan profesionalitas seorang advokat. Sanksi yang

diberikan pun bukan berupa sanksi badan atau pun denda tetapi lebih pada sanksi

administratif seperti pemberhentian sementara atau pun pemberhentian tetap seseorang

sebagai advokat.

Terdapat satu kasus advokat yang terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap

kode etik advokat adalah advokat Soelaiman Djoyoatmojo. Majelis Hakim Dewan
Kehormatan Daerah menyatakan Soelaiman Djoyoatmojo terbukti melanggar Kode Etik

Advokat Indonesia. Soelaiman Djoyoatmojo selaku Teradu terbukti bersalah melanggar

Kode Etik

Advokat Indonesia (KEAI) pada saat masa proses peradilan perkara PKPU PT.

Mahakarya Agung Putera berlangsung. Kasus ini berawal saat teradu Advokat Sulaiman

meminta sejumlah uang untuk sebagai "jalan damai` antara PT. Mahakarya Agung Putera

dengan konsumennya bernama Jhon Candra. Tindakan "meminta sejumlah uang"

tersebut, oleh hakim menilai telah melanggar ketentuan kode etik advokat.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : Bagaimana proses penegakan dan pemberian sanksi bagi

pelanggar kode etik yang ada dalam organisasi tersebut berkaitan dengan sanksi hukuman

yang diberikan terhadap pelanggar kode etik profesi advokat yang dilanggar tersebut?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah agar dapat mengetahui bagaimana

proses penyelesaian dalam pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh profesi tersebut,

yang dalam kasus ini adalah pelanggaran kode etik profesi advokat. Dan apa yang dapat

dipetik sebagai pembelajaran dalam kode etik tersebut.

II. PEMBAHASAN

II.1 Pelanggaaran Peraturan Profesi Advokat di Dalam Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2003.

Menurut ketentuan Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Advokat, maka seorang sarjana

hukum yang memenuhi persyaratan dapat diangkat sebagai advokat dan akan menjadi
anggota organisasi advokat (admission to the bar). Seseorang yang telah diangkat

menjadi advokat, maka ia telah diberi suatu kewajiban mulia melaksanakan pekerjaan

terhormat (nobile officium), dengan hak eksklusif: (a) menyatakan dirinya pada publik

bahwa ia seorang advokat, (b) dengan begitu berhak memberikan nasihat hukum dan

mewakili kliennya, dan (c) menghadap di muka sidang pengadilan dalam proses perkara

kliennya. Setiap advokat harus tunduk dan menaati kode etik advokat.

Pengawasan atas pelaksanaan kode etik advokat ini dilakukan oleh Dewan

Kehormatan. Dewan Kehormatan mempunyai otoritas untuk mengawasi dan menilai

perkara pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh advokat. Dalam pemeriksaan suatu

pengaduan dapat dilakukan melalui dua tingkat, yaitu: a) Tingkat Dewan Kehormatan

Cabang/Daerah. b) Tingkat Dewan Kehormatan Pusat. Dewan Kehormatan

Cabang/daerah memeriksa pengaduan pada tingkat pertama dan Dewan Kehormatan

Pusat pada tingkat terakhir.

Kode etik profesi ialah produk etika terapan karena dihasilkan berdasar penerapan

pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik merupakan bagian dari hukum positif tertulis

tetapi tidak mempunyai sanksi yang keras, berlakunya kode etik semata-mata

berdasarkan kesadaran moral anggota profesi. Menurut Sumaryono kode etik perlu

dirumuskan secara tertulis disebabkan karena tiga hal, yaitu:11 1. Sebagai sarana kontrol

sosial; 2.Sebagai pencegah campur tangan pihak lain dalam permasalahan intern;

3.Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Kode etik profesi merupakan barometer prinsip profesional yang telah digariskan,

sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesionalisme anggota lama, baru,

ataupun calon anggota kelompok profesi. kode etik advokat dilandasi oleh kenyataan
bahwa pejabat umum yang mengemban profesi dengan keahlian dan keilmuan dalam

bidang hukum pidana, peradilan dan penyelesaian sengketa harus mampu melengkapi

kebutuhan masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Secara pribadi advokat harus

bertanggung jawab atas mutu pelayanan jasa yang diberikannya.

Dijiwai dengan pelayanan yang berintikan penghormatan terhadap martabat

manusia pada umumnya dan martabat advokat pada khususnya, maka pengemban profesi

advokat mempunyai ciri-ciri mandiri dan tidak memihak, tidak mengacu pamrih. Di

Indonesia saat ini telah berkembang lembaga atau organisasi advokat seperti

IKADIN,AAI, IPHI, HAPI, SPI, AKHI, HKHPM, APSI.

Dari ketujuh organisasi advokat ini di sepakati untuk membentuk satu wadah

organisasi advokat yaitu PERADI, selain ketujuh organisasi advokat tersebut yang

membentuk PERADI, ada juga organisasi advokat KAI yang terbentuk dari para advokat

yang memiliki penafsiran yang berbeda dengan PERADI mengenai Undang-Undang

Nomor 18 tahun 2003 dan Kode Etik Advokat Indonesia, jadi dalam kenyataannya di

Indonesia belum ada satu wadah tunggal organisasi advokat.

Dengan tidak adanya organisasi advokat sebagai wadah tunggal juga dapat

mempengaruhi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 dan Kode Etik

Advokat Indonesia oleh advokat, misalnya dalam penerapan ketentuan sanksi bagi

advokat yang melakukan pelanggaran, karena ketika dijatuhi ketentuan sanksi, advokat

dapat berpindah dari satu organisasi advokat ke organisasi advokat lainnya untuk

menghindari sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh advokat tersebut.

Pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat oleh

advokat, akan diberi tindakan seperti yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat yaitu berupa : a. teguran lisan; b. teguran

tertulis; c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 sampai dengan 12 bulan; d.

pemberhentian tetap dari profesinya.

Selain sanksi yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18

tahun 2003 tentang Advokat, ada juga sanksi dalam Kode Etik Advokat Indonesia yang

dapat diberikan apabila advokat melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Advokat

Indonesia , sanksi tersebut terdapat dalam Pasal 16 Kode Etik Advokat Indonesia yang

berbunyi : a. Peringatan biasa, b. Peringatan keras, c. Pemberhentian sementara untuk

waktu tertentu, d. Pemecatan dari keanggotaan organisasi profesi.

Pengawasan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat

dan Kode Etik Advokat Indonesia dilakukan oleh Dewan Kehormatan Kode Etik Profesi

Advokat baik pusat maupun daerah hal ini terdapat dalam pasal 26 dan 27 Undang-

Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.

II.2 Kasus Posisi

II.2.1 Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat Oleh Muslim Amir

Kasus ini bermula Soelaiman Djoyoatmojo selaku Teradu terbukti bersalah

melanggar Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) pada saat masa proses peradilan perkara

PKPU PT. Mahakarya Agung Putera berlangsung.antara tanggal 28 november 2018

hingga 22 Agustus 2019, terjadi dugaan adanya pembayaran terhadap salah satu kreditur

yang menjadi klien Teradu yakni Soelaiman Djoyoatmojo sebesar 90 ribu dollar

Singapore. Diketahui bahwa kasus ini bermula saat Teradu Advokat Sulaiman meminta

sejumlah uang untuk sebagai "jalan damai` antara PT. Mahakarya Agung Putera dengan
konsumennya bernama Jhon Candra. Tindakan "meminta sejumlah uang" tersebut, oleh

hakim menilai telah melanggar ketentuan kode etik advokat.

Kendati Teradu membatah telah melakukan tindakan "meminta sejumlah uang"

tersebut, namun Pengadu, dalam aduannya menyertakan bukti-bukti kuat yang menjadi

pertimbangan Majelis Hakim Dewan Kehormatan PERADI DKI Jakarta untuk

menjatuhkan vonis pemberhentian sementara kepada Soelaiman Djoyoatmojo. Hakim

menilai hal tersebut sudah melanggar pasal 245 Undang-Undang tentang Kepailitan.

II.2.2 Putusan Majelis Kehormatan Advokat

Setelah proses persidangan yang a lot Ketua Majelis Hakim Sidabutar

mengatakan bahwa Teradu, Soelaiman Djoyoatmojo, S.H. terbukti melanggar pasal 3

Huruf B dan D Kode Etik Advokat Indonesia. Majelis Hakim Dewan Kehormatan Daerah

(DKD) Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) DKI Jakarta menyampaikan amar

putusan perkara dengan menjatuhkan hukuman kepada Soelaiman Djoyoatmojo, seorang

Advokat dengan pemberhentian sementara selama dua belas (12) bulan dari profesi

Advokat. Selain itu, hakim juga menjatuhkan hukuman pada Teradu, Sulaiman Jojo

Atmojo, S.H, untuk membayar biaya perkara sebesar lima (5) juta rupiah.

III. PENUTUP

III.1 PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK DARI KASUS TERSEBUT

Dari kasus tersebut diatas, pelajaran yang dapat dipetik adalah pentingnya untuk

menaati peraturan dan ju dalam maupun di luar pengadilan. Seorang advokat dalam

menjalankan profesinya terikat dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang

Advokat (UU Advokat) dan Kode Etik Advokat yang dibuat oleh PERADI. Tujuan utama

adanya kode etik tersebut adalah agar seorang advokat dapat menjalankan profesi
“officium nobile” nya dengan baik dan bertanggung jawab, serta untuk menjaga dan

meningkatkan profesionalitas seorang advokat.ga menjunjung tinggi kode etik dalam

suatu profesi termasuk profesi advokat.

Penegakan hukum bagi pelanggar kode etik profesi advokat tersebut sudah adil

dan sangat dibutuhkan agar tidak terjadi lagi perbuatan-perbuatan yang dilakukan para

ahli profesi tersebut dan sebagai seorang advokat berarti telah memiliki profesionalisme

kerja yang harusnya sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam profesi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

https://indonews.id/mobile/artikel/27044/Divonis-Langgar-Kode-Etik-Advokat-

Soelaiman-Djoyoatmojo-Diberhentikan-Setahun/

Diakses tanggal 27 Juni 2023

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43018/uu-no-18-tahun-2003, Diakses tanggal

27 Juni 2023.

Anda mungkin juga menyukai