Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

KODE ETIK PROFESI HUKUM SEBAGAI KORIDOR MORALITAS


PELAKSANAAN PROFESI

MATAKULIAH :

ETIKA PROFESI HUKUM


DOSEN : Dr. ENDYK MUHAMMAD ASROR.S.H.,M.H.

Disusun oleh:

IDHAM RABBANI ELGIFFARI


NIM : -

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022

A. Moralitas Dalam Kode Etik Profesi Hukum

Salah satu profesi yang tertua di dunia adalah profesi hukum, profesi hukum di
Indonesia berkembang bersamaan dengan perkembangan perindustrian dan perekonomian
kemunculan industrialisasi yang mulai mereduksi pekerjaan-pekerjaan manusia yang
didasarkan kepada pengabdian pada manusia dan kemasyarakatan menuju pada kepentingan
fisik dan materi. kemunculan profesi hukum selain karena dipicu oleh tuntutan industrialisasi
yang sangat dahsyat yang serba rasional dan pasti, juga didorong oleh semakin mendesaknya
kebutuhan hukum akibat dari perkebangan teknologi.
Profesi hukum telah berkembang sangat pesat dengan fokus pendidikan dan keahlian
yang makin tersepesalisasi, untuk memperoleh lisensi pada keahlian-keahlian tersebut, para
sarjana hukum itu harus mengikuti pendidikan dan ujian tertentu serta magang dalam kurun
waktu tertentu. Tetapi perkembangan demikian itu, tidak dibarengi dengan pendidikan kaidah
atau dikenal dengan pendidikan etika (profesi) sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
kemampuan tehnis hukum dengan kepekaan hati nurani (qolbu) dalam menjalankan profesi.
Akibatnya terjadilah banyak perilaku menyimpang dalam penggunaan profesi tersebut,
dikarenakan profesi sebagai suatu pekerjaan tentang keahlian teori dan teknis, yang bersandar
pada suatu kejujuran, sehingga ketergantungan dan harapan orang yang membutuhkan
bantuannya sangat besar guna menerapkan sistem penegakan hukum yang baik, sehingga dari
itu para pengemban suatu profesi dituntut syarats-yarat tertentu dalam mengemban dan
melaksanakan tugas dan fungsi profesinya, agar benar – benar bekerja secara profesional di
bidangnya.
Profesi yang bergerak di bidang hukum antara lain hakim, jaksa, polisi, advokat, notaris
dan berbagai unsur instansi yang diberi kewenangan berdasarkan undang – undang. Bagi
profesional hukum dalam menjalankan fungsi keprofesionalannya dilengkapi dengan rambu –
rambu dalam arti luas, yaitu rambu – rambu hukum (hukum perundangan) dalam arti luas, dan
rambu – rambu etik dan moral profesi (kode etik profesi), sehingga tanggung jawab profesi
dalam pelaksanaan profesi meliputi tanggung jawab hukum dan tanggung jawab moral Etika
profesi hukum (kode etik profesi) merupakan bagian yang terintegral dalam mengatur perilaku
penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang baik sekaligus berkeadilan. Penegakan
hukum menuntut sikap integritas moral, sikap ini menjadi modal bagi penyelenggara profesi
hukum dalam menjalankan tugas profesinya.
Sumpah profesi yang diucapkan oleh para profesional hukum, di hadapan pemuka
agama ketika dilantik di instansiinstansi hukum, seperti kepolisian, kejaksaan dan kehakiman,
bukan sekadar simbol dan formalitas kosong. Sumpah itu merupakan kaul kesetiaan yang
mengikat profesional penegak hukum, dengan masyarakat yang mempercayakan
kebebasannya serta tujuan hidupnya untuk mencapai kesejahteraan .

B. Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum

Dalam Kasus pelanggaran kode etik Profesi notaris yang dilaporkan oleh Ana
Mardiana dengan pekerjaan wiraswasta dan beralamat di Jalan Kaca Piring Nomor 92/122
kepada seorang notaris bernama Notaris Diastuti, S.H., Notaris di Kota BandungAlamat Kantor
Jl. Sadakeling No.9 di Bandung, dimana dalam mengembangkan dan melaksanakan usahanya,
ana mardiana sebagai pelapor melakukan pinjaman tambahan modal pada seorang pihak yang
dikenal sebagai Koesmajadi sebagai pemberi pinjaman, atas pinjamanya tersebut Ana
Mardiana menjaminkan 3 Unit Ruko atas hal tersebut atas hal tersebut pemberian uang
pinjaman dilakukan dihadapan notaris Diastuti dengan meminta Ana Mardiana untuk
menandatangani blanko kosong, yang ternyata dikemudian hari, pada tanggal 25 september
2006 Ana Mardiana mendapat panggilandari kepolisian daerah Jawa Barat unit III sat OPS
III/Tripiter dit reskrim. Pelapor dianggap sebagai tersangka tindak pidana penipuan
sebagaimana pasal 378KUHPidana dan diperiksa untuk diminta keterangannya. Penyidik
kemudian menunjukkan kopi dari salinan Akta No.53 yang berisi perjanjian pengikatan diri
untuk melakukan perbuatan Jual Beli antara Ana Mardiana dan Koesmajadi, Ana Mardiana
yang tidak pernah mengetahui bahkan menandatangani akta tersebut merasa dirugikan dengan
adanya akta No. 53 dan melaporkan Notaris Diastuti sebagai terlapor , setelah melalui
pemeriksaan dan menjalani sidang pemeriksaan, Majelis PemeriksaWilayah Notaris kemudian
memberikan putusan sebagai , mengusulkan kepada majelis pengawas pusat untuk
memberhentikan sementara Notaris yang bersangkutan atau Terlapor dari jabatannya selama 6
bulan vide pasal 9 UU no 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris.
Berikutnya adalah kasus tindak pidana korupsi yang melibatkan Jaksa Dr. Pinangki Sirna
Malasari, SH.,MH dengana menerima suap dari Djoko Tjandra tersangka kasus tindak pidana
selaku Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara mengurus Fatwa Mahkamah Agung (MA)
melalui Kejaksaan Agung agar pidana penjara yang dijatuhkan kepada Joko Soegiarto Tjandra
berdasarkan Putusan PK Nomor 12 tanggal 11 Juni 2009 tidak bisa dieksekusi sehingga Joko
Soegiarto Tjandra bisa kembali ke Indonesia tanpa harus menjalani pidana, yang bertentangan
dengan kewajibannya, yaitu bertentangan dengan kewajiban Terdakwa selaku Pegawai Negeri
atau Penyelenggara Negara selaku Jaksa yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang
pidana, melaksanakan penetapan Hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b UU No 16 tahun
2004 tentang Kejaksaan R.I, untuk tidak melakukan perbuatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
untuk tidak sekali-kali menerima langsung atau tidak langsung dari siapa pun juga suatu janji
atau pemberian yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 5 angka 4 dan 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pasal 10 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI dan terlebih melanggar Pasal 7 ayat (1) huruf b
dan d Peraturan Jaksa Agung (PERJA) Nomor : PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku
Jaksa, dalam putusan Pengadilan tingkat Banding Nomor : PID.SUS-TPK/2021/PT DKI
dalam salah satu putusannya majelis hakim menghukum pelaku sebagai berikut;
“Menyatakan Terdakwa Dr. Pinangki Sirna Malasari, S.H., M.H. terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Korupsi” sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan KESATU - Subsidiair dan “Pencucian Uang” sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan KEDUA dan “Permufakatan Jahat Untuk Melakukan Tindak Pidana
Korupsi” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan KETIGA - Subsidiair; dan
menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 4 (empat) tahun dan denda sebesar Rp 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah),
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan
selama 6 (enam) bulan”.
Tanggung jawab profesi dalam pelaksanaan profesi meliputi tanggung jawab hukum dan
tanggung jawab moral Etika profesi hukum (kode etik profesi) merupakan bagian yang
terintegral idealnya putusan atas pelanggaran kode etik profesi hukum memberikan efek jera
bagi pengemban tanggung jawab profesi hukum, dari putusan atasn beberapa contoh kasus
diatas nampaknya rambu rambu hukum dan kode etik profesi hukum belum menciptakan efek
jera yang maksimal dan organisasi profesi cenderung melindungi anggota dalam beberapa
konteks kasus, namun dalam beberapa kasus besar yang melibatkan profesi hukum media turut
berperan dalam memberikan fungsi kontrol atas penerapan sanksi pelanggaran Kode Etik
profesi hukum.

C. Kesimpulan
Dari gambaran beberapa kasus diatas Matakuliah Etika Profesi Hukum menjadi sangat
penting bagi mahasiswa yang memiliki cita cita untuk menjadi pengemban profesi hukum
untuk lebih paham peran penting serta implementasi Kode Etik dalam profesi bahwa adalah
tidak mudah untuk sekedar menjadi pejabat pengemban profesi hukum syarats-yarat tertentu
dalam mengemban dan melaksanakan tugas dan fungsi profesinya sehingga tanggung jawab
profesi dalam pelaksanaan profesi meliputi tanggung jawab hukum dan tanggung jawab moral
Etika profesi hukum (kode etik profesi) merupakan bagian yang terintegral dalam mengatur
perilaku penegak hukum sebagai wujud penegakan hukum yang baik sekaligus berkeadilan.
Penegakan hukum menuntut sikap integritas moral, sikap ini menjadi modal bagi
penyelenggara profesi hukum dalam menjalankan tugas profesinya.

Anda mungkin juga menyukai