Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI:

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP MALPRAKTEK ADVOKAT


DALAM HUKUM PIDANA

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi Hukum
Fakultas Hukum,Universitas Jember

Oleh:
SETYAMAWAR ANDRIANI
NIM 210710101160
Kelas F

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
Oktober,2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Bentuk Malpraktek Advokat yang tergolong dalam tindak pidana.........................2
2.2. Penegakan Hukum Malpraktek Advokat dalam Hukum Pidana.............................3
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................5
3.2. Saran........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................6

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seringkali kita tahu bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap malpraktek sering
terjadi atau selalu dihubungkan dalam praktik medis maupun dengan profesi kedokteran. Kata
Malpraktek berasal dari bahasa inggris yaitu malpractice yang berarti suatu tindakan atau
perbuatan yang buruk atau tidak baik. Malpraktek dapat terjadi akibat kelalaian ataupun
kesengajaan. Namun nyatanya malpraktek merupakan istilah umum yang dilakukan oleh
kalangan profesional, yang artinya bukan hanya dilakukan oleh profesi kedokteran saja namun
juga dapat dilakukan oleh seorang pengajar, akuntan, dan professional hukum seperti advokat.
Advokat merupakan profesi yang memberikan bantuan atau pelayanan hukum kepada
masyarakat atau klien, baik dalam pengadilan maupun luar pengadilan kepada pencari keadilan.
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dapat berperan sebagai pendamping, pemberi nasihat
hukum, atau menjadi kuasa hukum atas nama kliennya.Sebagai profesional hukum, Advokat
yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menempatkan advokat
sebagai salah satu pilar dalam penegakan hukum. Menyetarakan status profesi advokat dengan
profesi hukum lain, dan menyediakan struktur profesi hukum yang jelas agar supaya
memperkuat akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan keadilan juga dapat menjamin hak-hak
hukum kliennya.
Sebagai penegak hukum memiliki kode etik yang harus dipatuhi dan juga sebagai pedoman
dalam menjalankan tugasnya. Seorang professional dalam menjalankan tugasnya harus selalu
mematuhi standard of care yang ada dalam profesi tersebut. Malpraktek dilakukan oleh
professional apabila ia melanggar standard of care dan perbuatan professional apabila ia
melanggar standard of care dan perbuatan professional ditentukan sebagai malpraktek atau tidak,
dilihat dari kriteria obyektif, apakah professional itu melakukan dengan itikat baik dan juga harus
dilihat dengan standar sebagai professional yang sama pada keadaan yang sama.1 Undang-
Undang tentang Advokat Nomor 18 Tahun 2003, juga memberikan hak imunitas (kekebalan)
tersebut kepada para Advokat dalam menjalankan tugas profesinya. Sehingga advokat tidak
dapat dihukum (pidana atau perdata) sebagai konsekuensi dari pelaksanaan tugas profesinya itu.2
Namun kenyataanya banyak penyalahgunaan hak imunitas tersebut dikalangan advokat. Banyak
profesi advokat yang melanggar Kode Etik Profesi Advokat kemudian disertai dengan tindak
pidana.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:
1. Bagaimana bentuk Malpraktek Advokat tergolong dalam tindak pidana?
2. Bagaimana Penegakan Hukum Malpraktek Advokat dalam Hukum Pidana?

1
Prof. Abintoro Prakoso,Etika Profesi Hukum (Telaah Historis, Filosofis dan Teoritis Kode Etik Notaris, Advokat, Polisi, Jaksa dan Hakim),
LaksBang Justitia,Surabaya,2015. Hlm. 104.
2
Dr. Munir Fuady, Profesi Mulia ( Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator, dan Pengurus), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005. Hlm. 29.

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Bentuk Malpraktek Advokat yang tergolong dalam tindak pidana
Suatu malpraktek advokat baru dapat terjadi apabila memenuhi syarat-syarat yuridis sebagai
berikut:
a. Adanya pemberian jasa hukum oleh Advokt (hak dan kewajiban).
b. jasa hukum yang diberikan secara:
1. Dibawah standar professional yang berlaku.
2. Di berikan dengan melanggar hukum kewajiban “fiduciary”dari Advokat.
3. Wanpres terhadap kontrak pemberian jasa hukum.
4. Diberikan dengan cara yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.
c. Tindakan advokat tersebut setara dengan perbuatan melawan hukum (kesengajaan atau
kelalaian).
d. Adanya kerugian terhadap kliennya.
e. Kerugian tersebut disebabkan oleh perbuatan pemberian jasa hukum oleh Advokat.
Setiap profesi tak terkecuali Profesi Advokat berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab
itu jika terjadi suatu dugaan adanya kesalahan dalam praktek sudah seharusnya dilihat atau
diukur dari sudut pandang kedua norma tersebut. Dalam sudut pandang etika disebut “ethical
malpractice” sedangkan dalam hukum disebut “yuridical malpractice”.
Persoalan-persoalan yang terkait dengan masalah malpraktik di lingkungan professional ini juga
ditangani dalam bidang hukum disiplin maupun pertanggungjawaban hukum,baik hukum pidana,
hukum perdata, maupun hukum administrasi, karena di viktimologis dari kejahatan ini sangat
luas dan yang dirugikan tidak hanya pasien, klien, nasabah, namun juga masyarakat dan Negara
dalam kaitannya dengan kebijakan pembangunan.3
Dalam Undang-Undang advokat telah ditegaskan, jika kode etik telah dilanggar maka advokat
bisa di berikan teguran lisan, teguran tertulis, dan pemberhentian sementara hingga
pemberhentian tetap dari profesinya setelah melalui persidangan di Peradi. Namun jika
melanggar serta ketentuan pidana dalam perundang-undangan, advokat akan menjalani proses
peradilan pidana pada umumnya.
Sebagai Contoh bentuk Malpraktek Advokat yang tergolong dalam tindak pidana terdapat pada
Putusan Nomor 93/Pid.Sus-TPK/2019/PN Jkt.Pst. Terdakwa II Alfin Suherman yang berprofesi
sebagai Advokat diduga dalam dakwaan pertama dinilai terbukti melakukan Suap terhadap
Asisten Pidana Umum(Aspidum) Kejati DKI Jakarta Agus Winoto sepesar Rp 200 juta dan Jaksa
Penuntut Umum Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Arih Wira Suranta sebesar Rp 350 juta. Sendy
Pericho selaku klien dari Alfin Suherman, diduga berkeinginan menjebloskan rekan bisnisnya
yaitu Raymond Rawung dan Hary Suwanda ke dalam penjara terkait dugaan penipuan dan
penggelapan dana operasional Chaze Trade Ltd.

3
Prof. Abintoro Prakoso, Etika Profesi Hukum (Telaah Historis, Filosofis,dan Teoritis Kode Etik Notaris, Advokat, Polisi, Jaksa dan Hakim),
LaksBang Justitia, Surabaya, 2015. Hlm. 106.

2
Suap tersebut diberikan dengan tujuan untuk pengurusan perkara pidana yang telah di laporkan
Klien Alfin sebagaimana telah disebutkan tadi. Penyuapan terhadap Arih Wira Suranta selaku
penuntut umum agar segera menyatakan berkas perkara Hary Suwanda, dkk, dan Agus Winoto
selaku Aspidum menurunkan rencana tuntutan perkara Hary Suwanda, dkk. Dalam hal ini
terdakwa Alfin Suherman diadili dengan tindak pidana korupsi secara bersama-sama
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHPidana jo Pasal 64 ayat (1)
KuPidana. Dijatuhi Pidana penjara selama 2 (dua) Tahun dan pidana denda sebesar Rp. 50 juta,
dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 2 (bulan).
Cara terdakwa dalam membela klien jauh dari tujuan seorang Advokat. Hal itu juga melanggar
kode etik dari Advokat sendiri. Seharusnya pembelaan kepada klien dilakukan secara baik dan
benar serta sesuai dengan kode etika Advokat, namun terdakwa malah memilih jalan yang salah
dengan cara memberi uang suap kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara tersebut.
2.2. Penegakan Hukum Malpraktek Advokat dalam Hukum Pidana
Sebagai Profesi terhormat (officium nobile), dalam menjalankan profesinya advokat berada
dibawah perlindungan hukum,Undang-Undang dan kode etik. Dalam Kode Etik Advokat
Indonesia menjadi hukum tertinggi yang menjamin dan melindungi tetapi juga membebankan
kewajiban kepada setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan
profesinya baik kepada klien,pengadilan,Negara, atau masyarakat dan terutama kepada dirinya
sendiri, 4 dan setiap advokat yang melanggar Kode Etik dapat diadukan dan dikenai tindakan. 5
Sanksi yang dikenakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh Advokat terdapat pada Pasal 7
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 berupa:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan
d. Pemberhentian tetap dari profesinya.
Atas segala ketentuan yang terkait dalam Undang-Undang maupun Kode Etik terdapat pihak
organisasi ataupun badan khusus yang dibentuk untuk melakukan pengawasan dan menjatuhkan
sanksi atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Dalam terdapat Organisasi Advokat dan
Dewan Kehormatan Organisasi Advokat yang terdapat pada Pasal 26 Undang-Undang Advokat.
Dalam penegakan hukum Malpraktik Advokat merujuk pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat dan peraturan DPN Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) tahun
2007. Pasal 12 Peraturan PERADI tersebut memberikan kewenangan kepada Dewan
Kehormatan memeriksa dan memutus pelanggaran kode etik ataupun malpraktek yang dilakukan

4
Pembukaan Kode Etik Advokat Indonesia, alinea ke 5.
5
UU No. 18 tahun 2003 Pasal 6 huruf (F)

3
pengacara atau ilmu hukum. Sehingga dalam menggugat malpraktek yang telah dilakukan
Advokat terlebih dahulu melaporkan ke Dewan Kehormatan dahulu,kemudian menggugat ke
pengadilan.6
Namun di Indonesia Praktik dalam penegak hukumnya berbeda-beda. Seperti contoh kasus diatas
yang merupakan Malpraktek Advokat dengan melanggar kode etik sekaligus melakukan tindak
pidana maka dalam penangananya dilakukan langsung ke proses hukum secara pidana.

6
Hukum Online, Ahli: Malpraktek Advokat Seyogyanya Diselesaikan Secara Etik,2014.

4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu Malpraktek Advokat baru dapat terjadi apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Adanya pemberian jasa hukum oleh Advokat (hak dan kewajiban)
b. Jasa hukum yang diberikan secara:
1. Dibawah standar professional yang berlaku
2. Diberikan dengan melanggar hukum kewajiban “fiduciary” dari advokat
3. Wanpres terhadap kontrak pemberian jasa hukum
4. Diberikan dengan cara yang bertentangan dengan hukum yang berlaku
c. Tindakan advokat tersebut setara dengan perbuatan melawan hukum (kesengajaan atau
kelalaian)
d. Adanya kerugian terhadap kliennya
e. Kerugian tersebut disebabkan oleh perbuatan pemberian jasa hukum oleh advokat.
Dalam profesi advokat maupun profesi lain berlaku norma etika dan norma hukum. Maka dari
itu jika terjadi sesuatu dugaan kesalahan dalam praktiknya harus dilihat dan diukur dari sudut
pandang kedua norma itu. Dalam norma etika disebut “ethical malpractice” dan di norma hukum
disebut “yuridical malpractice”
Jika dalam praktiknya seorang advokat melakukan Malpraktek maka Advokat akan diperiksa
terlebih dahulu oleh Dewan Kehormatan Organisasi Advokat yang tertera pada Pasal 26 UU
Advokat. Namun jika malpraktek yang dilakukan oleh seorang advokat termasuk kedalam tindak
pidana, maka advokat akan diadili secara pidana.
3.2. Saran
Makalah “ Etika Profesi: Penegakan Hukum terhadap Malpraktek Advokat Dalam Hukum
Pidana” yang telah saya tulis masihlah banyak kekurangan, mungkin dari segi
penyusunan,bahasa dan keterbatasan literatur. Namun saya harap pembaca maupun Orang yang
membutuhkan materi ini dapat mengerti, memahami serta saya harap pembaca dapat mencari
tahu informasi lebih dari materi ini agar dapat mengetahui lebih banyak pengetahuan diluar
makalah ini.

5
DAFTAR PUSTAKA

Heri Susanto,2012. “Kajian Terhadap Hak Imunitas dan Malpraktek Advokat (Studi Kasus
dalam Putusan DKC IKADIN No.01/Put/DKC.Ikadin/2006/Ska)”.Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Dwi Nurdiansyah Santosa,2009. “Analisi Yuridis Hak Imunitas dan Malpraktek Advokat serta
Implementasinya di Kota Surakarta”.Skripsi.Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Hukumonline.com. (2018,3 Januari). Menyoal Istilah ‘Malpraktek’ dalam Profesi Advokat.
Diakses pada 10 Oktober 2021, dari
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a4cc18a043eb/menyoal-istilah-
malapraktik-dalam-profesi-advokat?page=all
Hasanah U. (2015). Malpraktek di Kalangan Profesional Hukum Sebagai Bentuk Pelanggaran
dari Kode Etik profesi Hukum. Jurnal_Buk_Uswatun, 15(1), 2-7.
Hukumonline.com. (2014,23 April). Ahli: Malpraktek Advokat Seyogyanya Diselesaikan Secara
Etik. Diakses pada 9 Oktober 2021, dari
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53572ba98cccd/ahli--malpraktik-advokat-
seyogyanya-diselesaikan-secara-etik/
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Putusan No. 93/PID.SUS-TPK/2019/PN JKT.PST
Yio Tjeh Kie,2012. “Malpraktek Advokat dan Sanksi Kode Etiknya (Srudi Kasus Komparatif
antara Indonesia dan Jepang)”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai