DISUSUN OLEH :
HENRICUS MARWANTO
08010335
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….
B. RumusanMasalah …………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus ……………………………………………………………………..
B. Analisis Kasus …………………………………………………………….
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi
Hukum ini.
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat bertambah pengetahuan dan
wawasannya khususnya dalam hal Etika Profesi Hukum dan terapannya di lapangan
sehingga kita lebih berpikir kritis dan positif.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah ikut andil dan
membantu sehingga terselesainya makalah Etika Profesi Hukum ini sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah Etika Profesi Hukum dan sekaligus sebagai penambah wawasan bagi
kita semua.
Akhirnya kami berharap semoga tulisan ini bermanfaat, dan karena segala
keterbatasan penulis, kami masih menerima kritik dan saran yang membangun demi lebih
sempurnanya makalah ini dan atas segala kekurangan serta kesalahan disana sini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
A. LATAR BELAKANG
Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki oleh profesi advokat harus diikuti oleh
adanya tanggung jawab dari masing-masing advokat dan organisasi profesi yang
menaunginya. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-undang No. 18 Tahun
2003 tentang Advokat, bahwa organisasi advokat wajib menyusun kode etik advokat
untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat sebagai profesi yang terhormat
dan mulia (officium mobile), sehingga setiap advokat wajib tunduk dan mematuhi kode
etik tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
A. KASUS
Sebuah kasus pelanggaran KEAI diajukan oleh Komite Aksi Solidaritas Untuk
Munir (KASUM) kepada Dewan Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia
(DKD PERADI) Jakarta. KASUM mengadukan M. Assegaf dan Wirawan Adnan yang
tergabung dalam tim kuasa hukum Pollycarpus Budiharto atas dugaan pelanggaran
KEAI.
Keduanya dianggap telah melanggar ketentuan Pasal 7 huruf (e) KEAI.
Ketentuan dalam Pasal 7 huruf (e) KEAI mengatur bahwa advokat tidak dibenarkan
mengajari dan/atau mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh pihak lawan dalam
perkara perdata atau oleh Jaksa Penuntut Umum dalam perkara pidana. Dalam kasus ini,
keduanya dianggap telah mempengaruhi saksi dengan mengirimkan surat klarifikasi
kepada Badan Intelijen Negara (BIN). Selain itu, mundurnya kedua pengacara senior
tersebut dari tim penasihat hukum Indra Setiawan juga dianggap melanggar kode etik.
Kemudian setelah melakukan pemeriksaan atas aduan tersebut, berjalan selama kurang
lebih 6 bulan, pada hari Jumat 14 Maret 2007 DKD PERADI menjatuhkan putusan.
B. ANALISIS KASUS
Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang profesi Advokat adalah salah satu
peraturan perundang-undangan yang lahir setelah amandemen UUD 1945. Dengan
berlakunya undang-undang ini adalah peristiwa terpenting di dalam sistem penegakan
hukum di Indonesia, dimana telah terjadi suatu lompatan besar yang jauh kedepan dalam
sejarah profesi Advokat. Berdasarkan Undang-Undang ini, profesi advokat semakin
diakui eksistensinya sebagai penegak hukum sejajar dengan profesi penegak hukum
lainnya seperti polisi, jaksa dan hakim.
Undang-undang No. 18 Tahun 2003 secara umum mengatur mengenai advokat.
Secara khusus ada ketentuan yang mengatur untuk dibentuk suatu kode etik profesi yang
terkait dengan keluhuran dan kehormatan martabat profesi advokat. Kode Etik Advokat
Indonesia (KEAI) mengatur bagaimana seorang advokat bertindak dalam menjalankan
profesinya selain berdasar pada undang-undang advokat. KEAI mempunyai sifat yang
kuat karena berdasar dari dan merupakan amanat Undang-undang No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat.
SIMPULAN
Kode Etik Advokat Indonesia merupakan suatu kode etika yang dibuat oleh organisi
advokat yang ada di Indonesia atas prakarsa Komite Kerja Advokat Indonesia. KEAI ini
dibentuk berdasar amanat dari Undang-undang No. 18 Tahun 2003 yang menentukan
dibentuknya suatu kode etik bagi advokat dalam menjalankan profesi dan tugas sebagai
advokat. KEAI ini berlaku bagi setiap orang yang menjalankan profesi advokat di
Indonesia tanpa terkecuali.
Pelaksanaan berjalannya KEAI dilakukan oleh suatu dewan kehormatan yang mempunyai
tugas melakukan pengawasan pelaksanaan KEAI serta berwenang untuk memeriksa dan
mengadili perkara pelanggaran kode etik yang dilakukan advokat. Atas pelanggaran
terhadap KEAI, dapat dikenakan sanksi-sanksi yang diberikan oleh Majelis Dewan
Kehormatan sesuai dengan jenis dan sifat pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Abdulkadir. 2001. Etika Profesi Hukum. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Komite Kerja Advokat Indonesia. 2002. Kode Etik Advokat Indonesia. Jakarta : Komite
Kerja Advokat Indonesia