Nomor 5/SKLN-IX/2011
Disusun guna memenuhi syarat tugas Mata Kuliah Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Dosen Pengampu : Ahmadi Hasanuddin Dardiri, M.H.
Disusun oleh;
Putri Alvanita 33030170010
Moh. Hasim Mujadi 33030170057
Wening Prihatiningrum 33030170058
Sakinah Fitri W 33030170085
M. Najih Romadhon 33030170144
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dosen yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada kami semua, kepada orang tua kami
serta teman-teman yang telah memberikan dukungan.
Dalam makalah ini kami akan membahas Analisis Putusan Sengketa Kewenangan
Lembaga Negara antara Komite Kerja Advokat Indonesia dengan Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, apabila ada kesalahan
dari penulisan makalah ini kami mohon kritik dan saran guna perbaikan makalah kami
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin .
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbincangan mengenai hukum di Indonesia pastinya tidak terlepas dari
lembaga penegak hukum, tidak terkecuali organisasi advokat. Istilah advokat bukan asli
bahasa Indonesia namun berasal dari bahasa Belanda yaitu Advocaat, yang berarti
orang yang memberikan jasa hukum baik diberikan di dalam atau di luar sidang.
Sedangkan pengertian advokat menurut pasal 1 butir 1 undang-undang nomor 18 tahun
2003 tentang advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik di dalam
maupun di luar pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan
undang-undang yang mengatur. Organisasi advokat sendiri adalah sebuah wadah
profesi advokat yang didirikan dengan tujuan meningkatkan kualitas profesi advokat
dengan dasar pendirian organisasi advokat adalah undang-undang nomor 18 tahun 2003
tentang advokat.
Dalam pasal 4 ayat (1) disebutkan: “Sebelum menjalankan profesinya, advokat
wajib bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan sungguh-sungguh di sidang
terbuka Pengadilan Tinggi Negeri di wilayah domisili hukumnya”. Di sisi lain Surat
Ketua Mahkamah Agung nomor 089/KMA/2010 Tanggal 25 Juni 20010 yang pada
pokoknya ketua Pengadilan Tinggi dapat mengambil sumpah para advokat yang telah
memenuhi syarat dengan ketentuan bahwa usul penyumpahan tersebut harus diajukan
oleh pengurus Peradi, sesuai dengan penjelasan di atas ternyata kesepakatan itu tidak
dapat diwujudkan sepenuhnya bahkan Peradi yang dianggap sebagai wadah tunggal
sudah terpecah belah dan masing-masing saling mengklaim sebagai pengurus yang sah.
Dari permasalahan tersebut, Mahkamah Agung dengan berbagai pertimbangan
membuat keputusan dengan menerbitkan Surat Ketua Mahkamah Agung nomor
73/KMA/HK.01/1X/2015 tentang penyumpahan advokat dengan harapan dapat
memecahkan polemik yang sedang terjadi dalam organisasi-organisasi advokat yang
saling menyatakan dirinya sebagai organisasi yang sah menurut undang-undang nomor
18 Tahun 2003 tentang advokat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Analisis tentang Sengketa Kewenangan Lembaga Negara antara
Komite Kerja Advokat Indonesia dengan Mahkamah Agung Republik
Indonesia?
2. Bagaimana Argumentasi dari hasil Putusan Perkara Sengketa Kewenangan
Lembaga Negara antara Komite Kerja Advokat Indonesia dengan Mahkamah
Agung Republik Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana analisis Sengketa Kewenangan Lembaga Negara
antara Komite Kerja Advokat Indonesia dengan Mahkamah Agung Republik
Indonesia.
2. Untuk mengetahui argumen dari hasil putusan perkara Sengketa Kewenangan
Lembaga Negara antara Komite Kerja Advokat Indonesia dengan Mahkamah
Agung Republik Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMOHON
Komite Kerja Advokat Indonesia (KKAI)
Suhardi Somomoelyono,S.H, M.H.,
Kuasa Hukum : 1). Dominggus Maurits Luitnan, S.H., 2). Abdurrahman Tardjo,
S.H., 3). Paulus Pase, S.H.,M.H., 4). Carlo Lesiasel, S.H; 5). L.A. Lada, S.H., dan
6). Hj. Metiawati, S.H.,M.H., kesemuanya adalah Advokat dari Lembaga Advokat/
Pengacara Dominika.
Alamat : Jalan Stasiun Sawah Besar lantai 1 Blok A Nomor 1-2 Jakarta Pusat.
V. ALASAN PERMOHONAN
1. Kewenangan Pemohon
a. Pemohon sebagai lembaga negara yang diberikan kewenangannya oleh UUD
1945 Pasal 24 ayat (3) berbunyi “Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang”.
Selanjutnya Pemohon (dalam hal ini KKAI) diatur juga dalam Bab V
mengenai badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman Pasal 38 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman “mengenai pemberian jasa hukum” beserta penjelasan
ayat (1) yang dimaksud “badan-badan lain” antara lain, Kepolisian, Kejaksaan,
Advokat dan lembaga pemasyarakatan.
IX. KONKLUSI
Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas,
Mahkamah berkesimpulan:
1. Mahkamah tidak berwenang untuk mengadili permohonan a quo;
2. Pokok permohonan Pemohon tidak dipertimbangkan;
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), serta Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5076);
X. AMAR PUTUSAN
Mengadili,
Menyatakan permohonan Pemohon tidak dapat diterima.
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan
Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota,
Achmad Sodiki, Anwar Usman, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva,
Maria Farida Indrati, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing
sebagai Anggota pada hari Rabu, tanggal satu, bulan Februari, tahun dua ribu dua
belas, yang diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk
umum pada hari Rabu, tanggal delapan, bulan Februari, tahun dua ribu dua belas,
oleh delapan Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap
Anggota, Achmad Sodiki, Anwar Usman, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva,
Maria Farida Indrati, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing
sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Fadzlun Budi SN sebagai Panitera
Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/kuasanya dan Termohon/kuasanya.
Dari hal tersebut kami afirmasi atas putusan hakim yang menyatakan
permohonan Pemohon tidak dapat diterima dan memutuskan untuk menolak
permohonan Pemohon seluruhnya, karena pemohon tidak memenuhi syarat sebagai
pemohon dalam sengketa kewenangan lembaga negara.