MAHKAMAH KONSTITUSI
KELOMPOK 2
Jamarudin (2132054)
BANGKA BELITUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya, saya bisa menyelaikan makalah ilmiah ini. Penulisan makalah ini
bertujuan untuh memenuhi salah satu tugas kuliah, yaitu mata kuliah Peradilan di Indonesia.
Makalah ilmiah ini kami sadari sangat jauh dari sempurna. Tanpa bantuan dari banyak pihak,
tentunya penulisan makalah ini yang menyita banyak energi biaya dan waktu akan sulit
terselesaikan. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam mengerjakan makalah
ilmiah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Mahkamah Konstitusi ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….
KESIMPULAN………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paradigma susunan kelembagaan negara mengalami perubahan drastis sejak
reformasi konstitusi mulai 1999 sampai dengan 2002. Karena berbagai alasan dan
kebutuhan, lembaga-lembaga negara baru dibentuk, meskipun ada juga lembaga yang
dihapuskan. Salah satu lembaga yang dibentuk adalah Mahkamah Konstitusi (MK).
MK didesain menjadi pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-Undang
Dasar melalui putusan-putusannya.
Dalam menjalankan tugas konstitusionalnya, MK berupaya mewujudkan visi
kelembagaannya, yaitu tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita Negara
hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat.
Visi tersebut menjadi pedoman bagi MK dalam menjalankan kekuasaan kehakiman
secara merdeka dan bertanggung jawab sesuai amanat konstitusi. Kiprah MK sejak
kehadirannya banyak dinilai cukup signifikan terutama dalam kontribusi menjaga
hukum dan mengembangkan demokrasi. Tulisan ini bermaksud untuk memaparkan
tentang mahkamah konstitusi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Mahkamah Konstitusi ?
2. Bagaimana dasar hukum Mahkamah Konstitusi ?
3. Bagaimana sejarah terbentuknya Mahkamah Konstitusi tersebut ?
4. Bagaimana awal mula ide pembentukan Mahkamah Konstitusi ?
5. Bagaimana fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusin ?
6. Bagaimana Kedudukan Mahkamah Konstitusi ?
7. Bagaimana pengangkatan dan penurunan Mahkamah Konstitusi ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian Mahkamah Konstitusi !
2. Mengetahui bagaimana dasar hukum Mahkamah Konstitusi !
3. Mengetahui bagaimana terbentuknya sejarah Mahkamah Konstitusi !
4. Mengetahui bagaiamana awal mula ide pembuatan Mahkamah Konstitusi !
5. Mengetahui bagaimana fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusi !
6. Mengetahui bagaimana kedudukan Mahkamah Konstitusi !
7. Mengetahui bagaimana pengankatan dan penuruna Mahkamah Konstitusi !
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 13
2
Dra martitah M.Hum dan Hery Abduh S,S.H, Hukum Tata Negara, Semarang : Pusat penjamin mutu UNNES
B. Dasar Hukum Mahkamah Konstitusi
Dasar hukum Mahkamah Konstitusi sebenarnya telah tercantum dalam Bab IX
Kekuasaan Kehakiman Pasal 24C UUD 1945. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk:3
1. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang-undang dasar;
3. Memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
3
Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”)
4
Pasal 24C ayat (2) UUD 1945
5
Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945
6
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU Mahkamah
Konstitusi”)
7
Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 UU Mahkamah Konstitusi
Keputusan Presiden8. Dari kesembilan hakim konstitusi, satu merangkap sebagai
ketua, dan satunya lagi merangkap sebagai wakil ketua. Baik ketua dan wakil ketua
Mahkamah Konstitusi mengemban jabatan selama lima tahun terhitung sejak tanggal
pengangkatannya dan dapat dipilih kembali dalam jabatan sama untuk satu kali masa
jabatan9.
11
C.F. Strong (ed.), Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, diterjemahkan oleh, Derta Sri Widowati dari
“Modern political Konstitutions”, Bandung: Nusa Media, Cet-ke III, 2010, hlm. 14.
dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana
Negara pada tanggal 16 Agustus 2003. Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah
pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai
mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman
menurut ketentuan UUD 194512.
12
Diambil dari website Mahkamah Konstitusi http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/. Pada hari Rabu, tanggal
19 Oktober 2022, Pukul: 20.00 Wib.
13
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendraldan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 3
14
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendraldan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 3
Review, Akhirnya ide pengujian Konstitusionalitas Undang-Undang yang diusulkan
Moh.Yamin tersebut tidak diadopsi dalam UUD 1945.
E. Fungsi Dan Wewenang Mahkamah Konstitusi
Dalam menjalankan peranannya sebagai penjaga konstitusi, yaitu melakukan
kekuasaan kehakiman seperti diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD RI 1945.
Sedangkan yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
mahkamah konstitusi diberi beberapa kewenangan (Pasal 24 ayat (1) UUD RI 1945).
Adanya sebuah kekuasaan kehakiman yang bebas adalah salah satu prasyarat bagi
negara hukum disamping syarat-syarat yang lainnya.
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dimana
putusannya bersifat final. Dari ketentuan tersebut berarti Mahkamah Konstitusi bersifat
tunggal yang tidak mempunyai peradilan yang berada dibawahnya dan tidak merupakan
bawahan dari lembaga lain. Hal ini berbeda dengan Mahkamah Agung yang mempunyai
peradilan-peradilan dibawahnya dan merupakan puncak dari peradilan-peradilan yang berada
dibawahnya.
dalam Pasal 24C ayat (1) UUD RI 1945 yang kemudian dipertegas dalam Undang-undang
No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang menentukan bahwa Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili:
a. Menguji undang-undang terhadap UUD RI 1945;
b. Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD RI 1945; d. Memutus pembubaran partai politik;
c. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu;
d. Memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, danatau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden, sebagaimana dimaksud dalam
UUD RI 194515.
15
Johansyah, Kedudukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Lembaga Negara Berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945, halaman 94-105
F. Kedudukan Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang
sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA). Menurut ketentuan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca Perubahan Keempat
(Tahun 2002), dalam struktur kelembagaan Republik Indonesia terdapat (setidaknya) 9
(sembilan) buah organ negara yang secara langsung menerima kewenangan langsung dari
Undang-Undang Dasar.
Kesembilan organ tersebut adalah
1. Dewan Perwakilan Rakyat,
2. Dewan Perwakilan Daerah,
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat,
4. Badan Pemeriksa Keuangan,
5. Presiden,
6. Wakil Presiden,
7. Mahkamah Agung,
8. Mahkamah Konstitusi,
9. Komisi Yudisial.
Mahkamah Konstitusi dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama
tinggi dengan Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sama-sama
merupakan pelaksana cabang kekuasaan kehakiman (judiciary) yang merdeka dan terpisah
dari cabang-cabang kekuasaan lain, yaitu pemerintah (executive) dan lembaga
permusyawaratan-perwakilan (legislature). Kedua mahkamah ini sama-sama berkedudukan
hukum di Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia.
Sebagai organ kekuasaan kehakiman yang menjalankan fungsi kehakiman, Mahkamah
Konstitusi bersifat independen, baik secara struktural maupun fungsional. Untuk mendukung
independensinya, berdasarkan ketentuan Undang-Undang, Mahkamah Konstitusi juga
mempunyai mata anggaran tersendiri, terpisah dari mata anggaran instansi lain. Hanya saja,
sesuai dengan hukum administrasi yang berlaku umum, ketentuan mengenai organisasi dan
tata kerja kesekretariat-jenderalan dan kepaniteraan serta administrasi kepegawaian
Mahkamah Konstitusi tetap terikat kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai hal itu. Atas usul Ketua Mahkamah Konstitusi, Sekretaris Jenderal dan Panitera
tetap diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden. Bahkan hakim konstitusi secara
administratif diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden.
G. Pengangkatan Dan Penurunan Mahkamah Konstitusi
Sesuai dengan pasal 24C ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
Pengaturan mengenai seleksi hakim konstitusi telah diatur juga dalam Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman bahwa unsur-unsur pengajuan hakim konstitusi terdiri
atas konsep pencalonan yang dilaksanakan secara transparan dan partisipatif, serta
konsep pemilihan yang dilaksanakan secara objektif dan akuntabel. Kemudian, pada
Pasal 35 UU Kekuasaan Kehakiman ditegaskan bahwa Ketentuan lanjutan mengenai
syarat dan tata cara pengangkatan hakim konstitusi diatur dalam undang-undang.
1. Pengangkatan
Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi seorang calon harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
I. Warga negara Indonesia;
II. Berpendidikan sarjana hukum;
III. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun pada saat
pengangkatan;
IV. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
V. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan
mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun.
Calon hakim konstitusi yang bersangkutan wajib membuat surat pernyataan
tentang kesediaannya untuk menjadi hakim konstitusi. Ketentuan mengenai tata
cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan hakim konstitusi diatur oleh masing-
masing lembaga yang berwenang. Masa jabatan hakim konstitusi selama 5 (lima)
tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
2. Pemberhentian
1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang diajukan kepada Ketua
Mahkamah Konstitusi;
3. Telah berusia 67 (enam puluh tujuh) tahun;
4. Telah berakhir masa jabatannya; atau
5. Sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus yang dibuktikan dengan
surat keterangan dokter.
PENUTUP
KESIMPULAN
Mengenai struktur organisasi MK, Dalam Pasal 24 C ayat (3) UUD 1945 ditentukan
bahwa MK mempunyai Sembilan orang hakim konstitusimyang ditetapkan oleh
presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung tiga orang
oleh Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) dan tiga orang oleh Presiden. Selain itu, untuk
memperlancar tugas dan kerja Setjen dan Kepaniteraan, susunan organisasi MKRI
dibuat terdiri dari empat biro dan satu pusat dengan masing-masing tugas pokok dan
fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Konstitusi, Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah. "Hukum Acara Mahkamah Konstitusi." Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (2010).
Thalib, Abdul Rasyid, and M. SH. Wewenang Mahkamah Konstitusi dan implikasinya dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, 2018.
Thalib, A. R., & SH, M. (2018). Wewenang Mahkamah Konstitusi dan implikasinya dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. PT Citra Aditya Bakti.
C.F. Strong (ed.), Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, diterjemahkan oleh, Derta Sri Widowati dari
“Modern political Konstitutions”, Bandung: Nusa Media, Cet-ke III, 2010, hlm. 14.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU 7/2020”)