Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERADILAN DI INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI

KELOMPOK 2

Jamarudin (2132054)

Khotibul Umam (2132070)

Muhammad Muslim (2132056)

Dosen Pengampu : Furziah, M.H

HUKUM KELUARGA INDONESIA

IAIN SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya, saya bisa menyelaikan makalah ilmiah ini. Penulisan makalah ini
bertujuan untuh memenuhi salah satu tugas kuliah, yaitu mata kuliah Peradilan di Indonesia.
Makalah ilmiah ini kami sadari sangat jauh dari sempurna. Tanpa bantuan dari banyak pihak,
tentunya penulisan makalah ini yang menyita banyak energi biaya dan waktu akan sulit
terselesaikan. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam mengerjakan makalah
ilmiah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Mahkamah Konstitusi ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………

1.1 latar belakang…………………………………………………………………….

1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………..

1.3 Tujuan masalah…………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….

2.1 Pengertian Mahkamah Konstitusi……………………………………………….

2.2 Dasar Hukum Mahkamah Konstitusi…………………………………………..

2.3 Sejarah terbentuknya Mahkamah Konstitusi…………………………………...

2.4 Awal muncul ide pembentukan Mahkamah Kontitusi…………………………

2.5 Fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusi………………………………….

2.6 Kedudukan Mahkamah Konstitusi……………………………………………..

2.7 Pengangkatan dan penurunan Mahkamah Konstitusi………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………

KESIMPULAN………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Paradigma susunan kelembagaan negara mengalami perubahan drastis sejak
reformasi konstitusi mulai 1999 sampai dengan 2002. Karena berbagai alasan dan
kebutuhan, lembaga-lembaga negara baru dibentuk, meskipun ada juga lembaga yang
dihapuskan. Salah satu lembaga yang dibentuk adalah Mahkamah Konstitusi (MK).
MK didesain menjadi pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-Undang
Dasar melalui putusan-putusannya.
Dalam menjalankan tugas konstitusionalnya, MK berupaya mewujudkan visi
kelembagaannya, yaitu tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita Negara
hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat.
Visi tersebut menjadi pedoman bagi MK dalam menjalankan kekuasaan kehakiman
secara merdeka dan bertanggung jawab sesuai amanat konstitusi. Kiprah MK sejak
kehadirannya banyak dinilai cukup signifikan terutama dalam kontribusi menjaga
hukum dan mengembangkan demokrasi. Tulisan ini bermaksud untuk memaparkan
tentang mahkamah konstitusi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Mahkamah Konstitusi ?
2. Bagaimana dasar hukum Mahkamah Konstitusi ?
3. Bagaimana sejarah terbentuknya Mahkamah Konstitusi tersebut ?
4. Bagaimana awal mula ide pembentukan Mahkamah Konstitusi ?
5. Bagaimana fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusin ?
6. Bagaimana Kedudukan Mahkamah Konstitusi ?
7. Bagaimana pengangkatan dan penurunan Mahkamah Konstitusi ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian Mahkamah Konstitusi !
2. Mengetahui bagaimana dasar hukum Mahkamah Konstitusi !
3. Mengetahui bagaimana terbentuknya sejarah Mahkamah Konstitusi !
4. Mengetahui bagaiamana awal mula ide pembuatan Mahkamah Konstitusi !
5. Mengetahui bagaimana fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusi !
6. Mengetahui bagaimana kedudukan Mahkamah Konstitusi !
7. Mengetahui bagaimana pengankatan dan penuruna Mahkamah Konstitusi !
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkamah Konstitusi


Secara terminologi Mahkamah Konstitusi terdiri dari dua kata, yang mana
Mahkamah yang berarti badan atau tempat memutuskan hukum atas suatu perkara
atau pelanggaran,Sedangkan istillah Konstitusi berasal dari kata constituter (Prancis),
Constitution (Inggris), Constitutie (Belanda) yang berarti membentuk suatu negara
menyusun suatuaturan tentang ketatanegaraan. Jadi secara umum dapat diartikan
Mahkamah Konstitusiadalah Lembaga yang berwenang memutus perkara yang
berkaitan dengan susunan ketatanegaraan.
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga tinggi negara yang keberadaan dan
wewenang nya diamatkan oleh undang-undang dasar 1945 lebih lanjut dalam undang-
undang No.24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah konstitusi memiliki 4
wewenang dan 1 kewajiban berdasarkan pasal 24C ayat 1 dan 2 UUD 1945. 4
Wewenang MK adalah mengadili dalam tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-undang terhadap UUD, Memutus
sengketakewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
memeutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Sedangkan kewajiban MK adalah memberikan putusan atas
pendapat DPR mengenaidugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden
menurut UUD1.
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga konstitusi yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum keadilan hal ini disebutkan dalam pasal 2 UU No.24 tahun 2003.
Lembaga ini mempunyai Sembilan orang hakim konstitusi yang ditetapkan dengan
keputusan presiden. Susunan mahkamah konstitusi terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan tujuh orang hakim
konstitusi2, hal ini disebutkan dalam pasal 4 ayat 1 dan 2 UU No.24 tahun 2003.

1
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 13
2
Dra martitah M.Hum dan Hery Abduh S,S.H, Hukum Tata Negara, Semarang : Pusat penjamin mutu UNNES
B. Dasar Hukum Mahkamah Konstitusi
Dasar hukum Mahkamah Konstitusi sebenarnya telah tercantum dalam Bab IX
Kekuasaan Kehakiman Pasal 24C UUD 1945. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk:3
1. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang-undang dasar;
3. Memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.

Selain itu, kewenangan Mahkamah Konstitusi juga mencakup kewajiban


memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut undang-undang dasar 4.
Perlu diketahui, pembentukan Mahkamah Konstitusi ini selambat-lambatnya
dilakukan pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangan
Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh Mahkamah Agung5.

Kemudian, terbitlah dasar hukum Mahkamah Konstitusi yaitu UU Mahkamah


Konstitusi yang mengatur pula peralihan dari perkara yang ditangani Mahkamah
Agung setelah terbentuknya Mahkamah Konstitusi yang berlaku dan diundangkan
pada tanggal 13 Agustus 20036. Dalam UU Mahkamah Konstitusi didefinisikan secara
singkat apa itu Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga
negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 7.
Berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi
mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan

3
Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”)
4
Pasal 24C ayat (2) UUD 1945
5
Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945
6
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU Mahkamah
Konstitusi”)
7
Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 2 UU Mahkamah Konstitusi
Keputusan Presiden8. Dari kesembilan hakim konstitusi, satu merangkap sebagai
ketua, dan satunya lagi merangkap sebagai wakil ketua. Baik ketua dan wakil ketua
Mahkamah Konstitusi mengemban jabatan selama lima tahun terhitung sejak tanggal
pengangkatannya dan dapat dipilih kembali dalam jabatan sama untuk satu kali masa
jabatan9.

C. Sejarah Terbentuknya Mahkamah Konstitusi


Pada masa reformasi, dengan TAP MPR No.III/MPR/2000, MPR diberi
kewenanganuntuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar. Namun
hal ini tidakdapat disebut sebagai judicial review mengingat bahwa MPR tidak
termasuk dalam cabang kekuasaan Yudisial10.
Namun, hingga tidak berlakunya ketetapan tersebut, MPR belum pernah
melaksanakan pengujian karena memang tidak ada mekanisme yang memungkinkan
melaksanakan pengujian konstitusionalitas Undang-Undang. Seiring dengan
momentum perubahan Undag-Undang Dasar pada era reformasi, ide pembentukan
Mahkamah Konstitusi atau MK di Indonesia diterima sebagai mekanisme untuk
mengontrol Konstitusionalitas Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar.
Selain itu, pembentukan MK juga didorong oleh alasan sebagai berikut :
1. Sebagai Konsekuensi dari perwujudan negara hukum yang demokratis dan negara
demokrasi yang berdasarkan hukum. Kenyataan menunjukkan bahwasuatu
keputusan yang dicapai dengan demokratis tidak selalu sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Dasar yang berlaku sebagai hukum tertinggi. Oleh karena itu,
diperlukan suatu lembaga yang berwenang menguji konstitusionalitas Undang-
Undang.
2. Paska perubahan kedua dan perubahan ketiga, Undang-Undang Dasar 1945
telahmengubah hubungan kekuasaan secara besar-besaran dengan menganut
sistem pemisahan kekuasaan (Separation of Power) berdasarkan prinsip Check
and Balance. Bertambahnya jumlah lembaga negara serta bertambahnya
ketentuankelembagaan negara menyebabkan potensi sengketa antara lembaga
negaramenjadi semakin banyak. Sementara itu telah terjadi perubahan paradigma
8
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU 7/2020”)
9
Pasal 4 ayat (2), (3), (3a) UU 7/2020
10
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendraldan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), hal 4
dari Supremasi MPR kepada Supremasi Konstitusi, sehingga tidak ada lagi
Lembaga tertinggi negara pemegang kekuasaan tertinggi yang berwenang
menyelesaikan sengketa antar lembaga negara. Oleh karena itu, diperlukan
lembaga tersendiriuntuk menyelesaikan sengketa tersebut.
3. Kasus nyata yang terjadi di Indonesia, yaitu Pemakzulan (Impeachment)Presiden
K.H Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenannya oleh MPR padasidang
istimewa MPR tahun 2001, yang mengilhami tercetusnya pemikiran untuk
mencari mekanisme yang digunakan dalam proses pemberhentian presiden dan
atau wakil presiden agar tidak semata-mata berdasarkan alasan-alasan politis
semata dan oleh lembaga politik saja. Hal ini juga sebagai konsekuensi upaya
pemurnian sistem presidensial. Untuk itu, disepakati perluadanya lembaga hukum
yang berkewajiban menilai terlebih dahulu pelanggaranhukum yang dilakukan
oleh presiden dan atau wakil presiden diberhentikan dalam masa jabatannya.

Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia


(RI) diawali dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam amandemen
konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun
2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan
Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil perubahan ketiga yang disahkan pada 9
Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan
pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.11
Setelah disahkannya perubahan ketiga UUD 1945 maka dalam rangka
menunggu pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah Agung (MA)
menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan
Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan Keempat. DPR dan Pemerintah kemudian
membuat Rancangan Undang-Undang mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah
melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara bersama UU
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan
disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4316).
Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden melalui Keputusan
Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim konstitusi untuk pertama kalinya yang

11
C.F. Strong (ed.), Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, diterjemahkan oleh, Derta Sri Widowati dari
“Modern political Konstitutions”, Bandung: Nusa Media, Cet-ke III, 2010, hlm. 14.
dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana
Negara pada tanggal 16 Agustus 2003. Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah
pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai
mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman
menurut ketentuan UUD 194512.

D. Awal Mula Muncul Ide Pembentukan Mahkamah Konstitusi


Sejarah Judicial Review pertama kali timbul dalam praktik hukum di Amerika
Serikat melalui putusan Supreme Court (MA) Amerika Serikat dalam perkara
“Marbury vs Madison” pada 1803 meskipun ketentuan Judicial Review tidak
tercantum dalam UUD Amerika Serikat, Supreme Court Amerika Serikat membuat
sebuah putusan yang ditulisKetua Supreme Court John Marshall dan didukung empat
Hakim Agung lainnya yang menyatakan bahwa pengadilan berwenang membatalkan
Undang-Undang yang bertentangan dengan konstitusi13.
Di Austria, pemikiran Kalsen mendorong dibentuknya suatu lembaga yang
diberi nama Verfassungsgerichtshoft atau MK yang berdiri sendiri diluar Mahkamah
Agung, sering disebut The Kalsenian Model. Gagasan ini diajukan ketika Kalsen
diangkat sebagai anggota lembaga pembaharu konstitusi Austria (Chanclery) pada
1919-1920 dan diterima dalam konstitusi 1920. Inilah Mahkamah Konstitusi pertama
didunia. Modelini menyangkut hubungan antara prinsip Supremasi Konstitusi (The
Principle of theSupremacy of the Constitution) dan prinsip Supremasi Parlemen (The
Principle of theSupremacy of the parlement)14.
Ide Hans Kalsen mengenai pengujian Undang-Undang diatas sejalan dengan
gagasanyang pernah dikemukakan Moh. Yamin dalam sidang BPUPKI. Ia
mengusulkan seharusnya Balai Agung diberi wewenang “Membanding” Undang -
Undang. Namun Usulan Moh. Yamin disanggah Soepomo dengan alasan kewenangan
hakim untuk pengujian Undang-Undang bertentangan dengan konsep Supremasi
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan sebagai negara yang baru merdeka
belum memiliki ahli - ahli mengenai hal tersebut serta pengalaman mengenai Judicial

12
Diambil dari website Mahkamah Konstitusi http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/. Pada hari Rabu, tanggal
19 Oktober 2022, Pukul: 20.00 Wib.
13
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendraldan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 3
14
Tim Penyusun Buku Lima Tahun MK, Lima Tahun Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Sekretariat Jendraldan
Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h 3
Review, Akhirnya ide pengujian Konstitusionalitas Undang-Undang yang diusulkan
Moh.Yamin tersebut tidak diadopsi dalam UUD 1945.
E. Fungsi Dan Wewenang Mahkamah Konstitusi
Dalam menjalankan peranannya sebagai penjaga konstitusi, yaitu melakukan
kekuasaan kehakiman seperti diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2) UUD RI 1945.
Sedangkan yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
mahkamah konstitusi diberi beberapa kewenangan (Pasal 24 ayat (1) UUD RI 1945).
Adanya sebuah kekuasaan kehakiman yang bebas adalah salah satu prasyarat bagi
negara hukum disamping syarat-syarat yang lainnya.
Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dimana
putusannya bersifat final. Dari ketentuan tersebut berarti Mahkamah Konstitusi bersifat
tunggal yang tidak mempunyai peradilan yang berada dibawahnya dan tidak merupakan
bawahan dari lembaga lain. Hal ini berbeda dengan Mahkamah Agung yang mempunyai
peradilan-peradilan dibawahnya dan merupakan puncak dari peradilan-peradilan yang berada
dibawahnya.
dalam Pasal 24C ayat (1) UUD RI 1945 yang kemudian dipertegas dalam Undang-undang
No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang menentukan bahwa Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili:
a. Menguji undang-undang terhadap UUD RI 1945;
b. Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD RI 1945; d. Memutus pembubaran partai politik;
c. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu;
d. Memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, danatau tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden, sebagaimana dimaksud dalam
UUD RI 194515.

15
Johansyah, Kedudukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Lembaga Negara Berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945, halaman 94-105
F. Kedudukan Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang
sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung (MA). Menurut ketentuan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca Perubahan Keempat
(Tahun 2002), dalam struktur kelembagaan Republik Indonesia terdapat (setidaknya) 9
(sembilan) buah organ negara yang secara langsung menerima kewenangan langsung dari
Undang-Undang Dasar.
Kesembilan organ tersebut adalah
1. Dewan Perwakilan Rakyat,
2. Dewan Perwakilan Daerah,
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat,
4. Badan Pemeriksa Keuangan,
5. Presiden,
6. Wakil Presiden,
7. Mahkamah Agung,
8. Mahkamah Konstitusi,
9. Komisi Yudisial.

Mahkamah Konstitusi dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang sederajat dan sama
tinggi dengan Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sama-sama
merupakan pelaksana cabang kekuasaan kehakiman (judiciary) yang merdeka dan terpisah
dari cabang-cabang kekuasaan lain, yaitu pemerintah (executive) dan lembaga
permusyawaratan-perwakilan (legislature). Kedua mahkamah ini sama-sama berkedudukan
hukum di Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia.
Sebagai organ kekuasaan kehakiman yang menjalankan fungsi kehakiman, Mahkamah
Konstitusi bersifat independen, baik secara struktural maupun fungsional. Untuk mendukung
independensinya, berdasarkan ketentuan Undang-Undang, Mahkamah Konstitusi juga
mempunyai mata anggaran tersendiri, terpisah dari mata anggaran instansi lain. Hanya saja,
sesuai dengan hukum administrasi yang berlaku umum, ketentuan mengenai organisasi dan
tata kerja kesekretariat-jenderalan dan kepaniteraan serta administrasi kepegawaian
Mahkamah Konstitusi tetap terikat kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai hal itu. Atas usul Ketua Mahkamah Konstitusi, Sekretaris Jenderal dan Panitera
tetap diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden. Bahkan hakim konstitusi secara
administratif diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden.
G. Pengangkatan Dan Penurunan Mahkamah Konstitusi
Sesuai dengan pasal 24C ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.
Pengaturan mengenai seleksi hakim konstitusi telah diatur juga dalam Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman bahwa unsur-unsur pengajuan hakim konstitusi terdiri
atas konsep pencalonan yang dilaksanakan secara transparan dan partisipatif, serta
konsep pemilihan yang dilaksanakan secara objektif dan akuntabel. Kemudian, pada
Pasal 35 UU Kekuasaan Kehakiman ditegaskan bahwa Ketentuan lanjutan mengenai
syarat dan tata cara pengangkatan hakim konstitusi diatur dalam undang-undang.

1. Pengangkatan
Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi seorang calon harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
I. Warga negara Indonesia;
II. Berpendidikan sarjana hukum;
III. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun pada saat
pengangkatan;
IV. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
V. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan
mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun.
Calon hakim konstitusi yang bersangkutan wajib membuat surat pernyataan
tentang kesediaannya untuk menjadi hakim konstitusi. Ketentuan mengenai tata
cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan hakim konstitusi diatur oleh masing-
masing lembaga yang berwenang. Masa jabatan hakim konstitusi selama 5 (lima)
tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
2. Pemberhentian

a. Hakim konstitusi diberhentikan dengan hormat apabila:

1. Meninggal dunia;
2. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang diajukan kepada Ketua
Mahkamah Konstitusi;
3. Telah berusia 67 (enam puluh tujuh) tahun;
4. Telah berakhir masa jabatannya; atau
5. Sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus yang dibuktikan dengan
surat keterangan dokter.

 b.  Hakim konstitusi diberhentikan dengan tidak hormat apabila:

1. Dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
2. Melakukan perbuatan tercela
3. Tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan kewajibannya
selama 5 (lima) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah
4. Melanggar sumpah atau janji jabatan
5. Dengan sengaja menghambat Mahkamah Konstitusi memberi putusan
dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam  Pasal 7B ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
6. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
7. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai hakim konstitusi.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut


Mahkamah konstitusi di bentuk untuk menjamin agar konstitusi sebagai hukum tertinggi  dapat
ditegakkan sebagaimana mestinya. Karena itu Mahkamah konstitusi  biasa disebut
sebagai the guardian of the constitution seperti sebutan yang biasa dinisbatkan kepada
Mahkamah Agung di Amerika Serikat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawal konstitusi MK Republik Indonesia dilengkapi
dengan lima kewenangan atau sering disebut empat kewenangan ditambah satu
kewajiban,yaitu:

1. Menguji undang-undang terhadap UUD;


2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
5. Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden;

 Mengenai struktur organisasi MK, Dalam Pasal 24 C ayat (3) UUD 1945 ditentukan
bahwa MK mempunyai Sembilan orang hakim konstitusimyang ditetapkan oleh
presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung tiga orang
oleh Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) dan tiga orang oleh Presiden. Selain itu, untuk
memperlancar tugas dan kerja Setjen dan Kepaniteraan, susunan organisasi MKRI
dibuat terdiri dari empat biro dan satu pusat dengan masing-masing tugas pokok dan
fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA

Konstitusi, Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah. "Hukum Acara Mahkamah Konstitusi." Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (2010).

KONSTITUSI, Tim Penyusun Hukum Acara Mahkamah. Hukum Acara Mahkamah


Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010.

 Thalib, Abdul Rasyid, and M. SH. Wewenang Mahkamah Konstitusi dan implikasinya dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, 2018.

Thalib, A. R., & SH, M. (2018). Wewenang Mahkamah Konstitusi dan implikasinya dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia. PT Citra Aditya Bakti.

Qamar, Nurul. "Kewenangan Judicial Review Mahkamah Konstitusi." Jurnal Konstitusi 1.01 (2012): 1-


15.

Johansyah, Kedudukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Lembaga Negara Berdasarkan Undang-


Undang Dasar 1945, halaman 94-105

Diambil dari website Mahkamah Konstitusi http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/. Pada hari Rabu,


tanggal 19 Oktober 2022, Pukul: 20.00 Wib

C.F. Strong (ed.), Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, diterjemahkan oleh, Derta Sri Widowati dari
“Modern political Konstitutions”, Bandung: Nusa Media, Cet-ke III, 2010, hlm. 14.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU 7/2020”)

Anda mungkin juga menyukai