MAKALAH
Untuk memenuhi tugas semeseter 1 mata kuliah Etika Profesi Hukum yang dibina
Oleh Shanti, SH, Mkn
OLEH
AMAS PAXIA MIFTAKHUL JANNATI
NIM 143141007111014
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
PERANCANGAN PERATURAN DAN KONTRAK BISNIS
MALANG, JANUARI 2015
Kata Pengantar
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................i
Daftar Isi...........................................................................ii
1. Pendahuluan.................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................1
2. Tinjauan Pustaka/Teori..................................................2
2.1 Sejarah Mahkamah Konstitusi..................................2
2.2 Kewenangan Mahkamah Konstitusi..........................2
3. Pembahasan.................................................................4
4. Penutup........................................................................8
4.1 Kesimpulan...............................................................8
4.2 Saran.......................................................................8
5.Daftar Rujukan...............................................................9
ii
1. 1. Pendahuluan
2. 1.1 Latar Belakang
3.
Sehingga
dalam
hal
undang-undang
Mahkamah
Pada masa jabatan tahun 2013 ini yang menjabat sebagai ketua Mahkamah
Konstitusi adalah DR. HM Akil Mochtar, SH, MH . Namun pada tahun 2014 beliau
menjadi tersangka sengketa kasus pilkada gubernur Banten yang tidak lain adalah Ratu
Atut, padahal seharusnya sebagai ketua MK hal tersebut merupakan pelanggaran kode
etik. Perbuatan yang dilakukan Akil tersebut menyebabkan ketidak percayaan masyarakat
Indonesia terhadap lembaga hukum pemerintah, apalagi MK merupakan lembaga
peradilan tinggi di Indonesia.
7.
8.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis kasus akil mochtar ini
dan berharap pembaca juga dapat ikut menganalisi kasus ini, pembaca juga diharapkan
mempunyai wawasan lebih luas tentang Mahkamah Konstitusi.
9.
10.
1
11.
12.
13.
2. Tinjauan Pustaka/Teori
14.
15.
Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu perkembangan
pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul pada abad ke-20. Ditinjau dari aspek
waktu, negara kita tercatat sebagai negara ke-78 yang membentuk MK sekaligus merupakan
negara pertama di dunia pada abad ke-21 yang membentuk lembaga ini.
16.
17.
Pasal 24 C Undang-Undang Dasar Negara Tahun 19451 menetapkan bahwa
Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court) merupakan salah satu lembaga negara yang
mempunyai kedudukan setara dengan lembaga-lembaga negara lainnya, seperti Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Presiden, Mahkamah Agung (MA), dan yang terakhir terbentuk yaitu Komisi Yudisial
(KY)2. Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan salah satu lembaga yudikatif selain Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
18.
19.
Pembentukan Mahkamah Konstitusi dimaksudkan agar tersedia jalan hukum
untuk mengatasi perkara-perkara yang terkait erat dengan penyelenggaraan negara dan
kehidupan politik. Dengan demikian konflik yang terkait dengan kedua hal tersebut tidak
berkembang menjadi konflik politik-kenegaraan tanpa pola penyelesaian yang baku, transparan,
dan akuntabel, melainkan dikelola secara objektif dan rasional sehingga sengketa hukum yang
diselesaikan secara hukum pula. Oleh karena itu Mahkamah Konstitusi sering disebut sebagai
Lembaga Negara Pengawal Konstitusi atau The Guardian and The Interpreter of The
Constitution.
20.
21.
22.
23.
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan pengadilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.3
24.
25.
1
2 Lihat Pasal 24B UUD Negara RI Tahun 1945 dan Undang-Undang No. 22
26.
1 Ayat 1
2
27. Pasal 24C ayat (1) dan (2 ) perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menggariskan wewenang Mahkamah Konstitusi adalah sebagai
berikut:
28.
29.
30.
31. (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UndangUndang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum.
32.
33. (2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.
34. Secara khusus, wewenang Mahkamah Konstitusi tersebut diatur lagi dalam Pasal 1 ayat 3
Undang-Undang No.8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi dengan merinci sebagai
berikut:
Nomor 8 tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai
9 (sembilan) orang hakim konstitusi yang terdiri dari:
37. 1.
38. 2.
39. 3.
Dari 7 orang anggota hakim konstitusi.Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi. Dalam rapat pemilihan ketua dan wakil ketua mahkamah konstitusi yang dipimpin
oleh hakim konstitusi yang tertua usinyanya (hakim konstitusi adalah pejabat negara).4
3. 3. Pembahasan
4. Pada saat penangkapan Akil Mochtar tengah menjabat sebagai Ketua Mahkamah
Konstitusi. Ada suatu ungkapan bahwa seorang hakim di dunia ini dianggap sebagai
tangan tuhan karena setiap keputusan yang di buatnya akan menghukum seseorang untuk
menebus kejahatan yang telah di perbuatnya. Tetapi dalam kasus akil, membuat
masyarakat meragukan ungkapan itu karena seorang hakim seperti akil yang tengah
menjabat sebuah tanggung jawab seorang ketua mahkamah saja bisa terlibat kasus
korupsi.
5.
Oleh karena itu, dalam hal perkara Sengketa kasus Pilkada Provinsi
Banten Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk memutuskan hasil dari
sengketa Pilkada ini. Namun dalam pelaksanaannya telah terjadi penyimpangan dalam
menangani kasus sengketa Pilkada ini, dimana salah satu Hakim Konstitusi yakni, Akil
Mochtar telah menerima suap dari pasangan Ratu Atut Rano Karno, Senilai 7,5 miliar
dalam beberapa kali transfer. Tentu ini merugikan banyak pihak, salah satunya adalah 3
pasangan lain yang menjadi lawan pasangan Ratu Atut Rano Karno, yakni : WahidinIrna, Jazuli-Makmun Muzakki, dan Dwi Jatmiko-Tjejep Mulyadinata. Ketiga pasangan
ini merasa dirugikan oleh putusan Hakim Mahkamah Konstitusi, yang tidak menerima
gugatan yang dilayangkan, oleh ketiga pasangan ini, Selain itu kejadian suap yang terjadi
dihakim Mahkamah Konstitusi ini, menyebabkan runtuhnya kepercayaan publik terhadap
sengketa sengketa yang diselesaikan di Mahkamah Konstitusi.
6.
7.
Sebelum membahas kasus ini secara lanjut penulis akan menjabarkan kode
etik hakim sebagai berikut :
16.
1.
PRINSIP INDEPENDENSI
17.Prinsip ini melekat sangatdalam dan harus tercermin dalam proses
pemeriksaan danpengambilan keputusan atas setiap perkara, dan terkait
eratdengan independensi Mahkamah sebagai institusi peradilanyang
berwibawa, bermartabat, dan terpercaya. Independensihakim konstitusi dan
pengadilan terwujud dalam kemandirian dan kemerdekaan hakim konstitusi,
baik sendiri-sendiri maupun sebagai institusi dari berbagai pengaruh, yang
berasal dari luar diri hakim berupa intervensi yang bersifat memengaruhi
secara langsung atau tidak langsung berupa bujuk rayu, tekanan,
paksaan,ancaman, atau tindakan balasan karena kepentingan politik,
atauekonomi tertentu dari pemerintah atau kekuatan politik yangberkuasa,
kelompok atau golongan tertentu, dengan imbalan ataujanji imbalan berupa
keuntungan jabatan,keuntungan ekonomi,atau bentuk lainnya.
18.
2.
PRINSIP KETAKBERPIHAKAN
19.Ketakberpihakan merupakan prinsip yang melekat dalam hakikat fungsi
hakim konstitusi sebagai pihak yang diharapkanmemberikan pemecahan
terhadap setiap perkara yang diajukanke Mahkamah. Ketakberpihakan
mencakup sikap netral, disertai penghayatan yang mendalam akan
pentingnya keseimbangan antar kepentingan yang terkait dengan perkara.
Prinsip ini melekatd an harus tercermin dalam tahapan proses pemeriksaan
perkara sampai kepada tahap pengambilan keputusan, sehingga putusan
Mahkamah dapat benar-benar diterima sebagai solusi hukum yangadil bagi
semua pihak yang berperkara dan oleh masyarakat luaspada umumnya.
20.
3.
PRINSIP INTEGRITAS
21.Integritas merupakan sikap batin yang mencerminkan keutuhandan
keseimbangan kepribadian setiap hakim konstitusi sebagaipribadi dan
sebagai pejabat negara dalam menjalankan tugasjabatannya. Keutuhan
kepribadian mencakup sikap jujur, setia,dan tulus dalam menjalankan tugas
profesionalnya, disertai ketangguhan batin untuk menepis dan menolak
segala bujuk rayu,godaan jabatan, kekayaan, popularitas, ataupun godaan
godaan
22.lainnya. Sedangkan keseimbangan kepribadian mencakup keseimbangan
ruhaniyah, dan jasmaniyah, atau mental dan fisik,serta keseimbangan antara
kecerdasan spiritual, kecerdasanemosional, dan kecerdasan intelektual dalam
pelaksanaan tugasnya.
23.
4.
PRINSIP KEPANTASAN DAN KESOPANAN
5 Dirujuk untuk melihat Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Nomor 09/PMK/2006 tentang pemberlakuan deklarasi kode etik dan perilaku hakim
konstitusi
5
24.Kepantasan dan kesopanan merupakan norma kesusilaanpribadi dan
kesusilaan antar pribadi yang tercermin dalamperilaku setiap hakim
konstitusi, baik sebagai pribadi maupun
25.sebagai pejabat negara dalam menjalankan tugas profesionalnya,yang
menimbulkan rasa hormat, kewibawaan, dan kepercayaan.Kepantasan
tercermin dalam penampilan dan perilaku pribadi yang berhubungan dengan
kemampuan menempatkan diri dengan tepat, baik mengenai tempat, waktu,
penampilan, ucapan, ataugerak tertentu; sedangkan kesopanan terwujud
dalam perilakuhormat dan tidak merendahkan orang lain dalam m
6
26.bekerja, dan bertingkah laku; dalam bergaul dengan sesama hakimkonstitusi,
dengan karyawan, atau pegawai Mahkamah, dengan tamu, dengan pihakpihak dalam persidangan, atau pihak-pihaklain yang terkait dengan perkara.
27.
28.
29.
5.
PRINSIP KESETARAAN
30.Kesetaraan merupakan prinsip yang menjamin perlakuanyang sama (equal
treatment) terhadap semua orang berdasarkankemanusiaan yang adil dan
beradab, tanpa membeda-bedakansatu dengan yang lain atas dasar
perbedaan agama, suku, ras,warna kulit, jenis kelamin, kondisi fisik, status
sosial ekonomi,umur, pandangan politik, ataupun alasan-alasan lain yang
serupa(diskriminasi). Prinsip kesetaraan ini secara hakiki melekat dalam sikap
setiap hakim konstitusi untuk senantiasa memperlakukan semua pihak dalam
persidangan secara sama sesuai dengan kedudukannya masing-masing
dalam proses peradilan
31.
6.
PRINSIP KECAKAPAN DAN KESEKSAMAAN
32.Kecakapan dan keseksamaan hakim konstitusi merupakan prasyarat penting
dalam pelaksanaan peradilan yang baik dan terpercaya. Kecakapan tercermin
dalam kemampuan profesional hakim konstitusi yang diperoleh dari
pendidikan, pelatihan,dan/atau pengalaman dalam pelaksanaan tugas;
sedangkan keseksamaan merupakan sikap pribadi hakim konstitusi yang
menggambarkan kecermatan, kehati-hatian, ketelitian, ketekunan, dan
kesungguhan dalam pelaksanaan tugas profesional hakim tanpa menundanunda pengambilan keputusan.
33.
7.
PRINSIP KEARIFAN DAN KEBIJAKSANAAN
34.Kearifan dan kebijaksanaan menuntut hakim konstitusi untukbersikap dan
bertindak sesuai dengan norma hukum dan normalainnya yang hidup dalam
masyarakat dengan memperhatikan situasi dan kondisi pada saat itu serta
mampu memperhitungkanakibat dari tindakannya, sabar, tetapi tegas dan
lugas.
35.
36.
37.
Dalam kasus ini Akil juga telah melanggar kode etik dan perilaku hakim yang
tertuang dalam Peraturan MK Nomer 9 Tahun 2006. Mengenai kepergian Akil ke Singapura pada
tanggal 21 September 2013, tanpa pemberitahuan ke Sekretariatan Jenderal merupakan perilaku
yang melanggar etika prinsip keempat, yaitu kesopanan dan kepantasan. Selain itu, perilaku Akil
yang menggunakan kewenangannya sebagai ketua MK dalam menentukan pendistribusian
perkara, memerintahkan sekretaris Yuanna Sisillia dan sopir Daryono dalam melekukan
transaksi, menerima dana dari STA-kuasa hukum pihak yang bepekara dianggap merupakan
pelanggaran prinsip ketiga, yaitu integrasi hakim konstitusi. Dalam poin pertimbangan
juga disebutkan bahwa perilaku Akil Mochtar yang saat masih menjabat
Ketua MK memerintahkan secara langsung kepada panitera untuk menunda
putusan tanpa persetujuan rapat permusyawaratan hakim dianggap
40.
Sesuai dengan perbuatan yang dilakukan Akil ia diberhentikan secara tidak
hormat sesuai dengan Undang-undang no 8 tahun 2011 pasal 23 :
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Perbuatan Akil ini sangat mencoreng nama baik dan merugikan Mahkamah
Konstitusi yang harusnya menegakkan hukum tetapi malah melakukan tindakan pidana. Oleh
karena itu tindakan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi sangat tepat dan tegas untuk
memutuskan memberhentikan secara tidak hormat kepada Akil sebagai sanski etik agar masalah
penyimpangan kode etik profesi tidak hanya wacana saja tetapi harus ditindak secara tegas tidak
pandang siapapun dan apapun jabatanya. Selain diberi sanski pemberhentian dengan tidak
terhormat ia di vonis hakim penjara seumur hidup tetapi masih banyak perdebatan dari hakim
yang menangani kasusnya serta Akil masih tetap saja mengajukan banding.
57.
Perbuatan Akil ini sangat mencoreng nama baik dan merugikan Mahkamah
Konstitusi yang harusnya menegakkan hukum tetapi malah melakukan tindakan pidana. Oleh
karena itu tindakan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi sangat tepat dan tegas untuk
memutuskan memberhentikan secara tidak hormat kepada Akil sebagai sanski etik agar masalah
penyimpangan kode etik profesi tidak hanya wacana saja tetapi harus ditindak secara tegas tidak
pandang siapapun dan apapun jabatanya.
58.
Tindakan yang dilakukan Akil dan Atut ini sangat merugikan masyarakat dan
pemerintah, karena selama ini kita merasa dirugikan dan dibohongi dengan menangnya atut
karena menyuap ketua MK pada saat itu Akil Mochtar dan ini merupakan salah satu bukti bahwa
negara ini belum menegakkan keadilan dan demokrasi.
59.
Kasus ini salah satu bukti bahwa bobroknya moral dan etika para pejabat negara
serta buruknya, padahal mereka seharusnya memiliki etika yang baik dan menjadi pemimpin dan
panutan bagi masyarakatnya. Etika dan akhlak ini harusnya menjadi pegangan bagi para pejabat
negara dalam melaksanakan tugas dan profesinya agar pejabat negara ini tidak sewenangwenang dalam menjalankan tugasnya bukan malah merusak instutusi pengadilan tetinggi seperti
ini, hal ini menyebabkan ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintah lagi dan lemahnya
penegakkan hukum di indonesia.
60.
4. Penutup
61. 4.1 Kesimpulan
Konstitusi mempunyai 9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. nSusunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi.
63.
64.
Dalam kasus sengketa pilkada Banten yang dilakukan Akil Mukhtar, Akil melanggar 4
prinsip pelanggaran kode etik yaitu prinsip kode etik yang kedua yaitu ketidakberpihakan,
prinsip ketiga
65. integrasi hakim konstitusi, dan prinsip keempat kesopanan dan kepantasan. Akibat dari
perbuatan yang dilakukan Akil karna ia melanggar sumpah jabatan profesinya ia dicopot
jabatan sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi secara tidak hormat.
66.
4.2 Saran
67.
68.
Disarankan agar sebaiknya dalam memilih pemimpin diseleksi lebih
dalam dan sebaiknya pemerintah melihat track record (rekam jejak) calon-calon
pemimpin lembaga pemerintah tersebut. Dan diharapkan pemerintah memberikan
pendidikan tentang kode etik dalam menjalankan profesi dan korupsi sejak dini bagi
generasi penerus bangsa.
69.
70.
Dan para pemimpin harusnya memegang kuat kode etik yang
diberikan sesuai profesinya masing-masing karena itu sudah menjadi kewajiban
yang harus ditaati. Serta etika dan akhlak harus dipegang dalam setiap orang
dalam menjalankan profesinya.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
8
4 5.Daftar Rujukan
5
6 http://jurnalhukum.blogspot.com/2006/09/mahkamahkonstitusi-ri.html, diakses pada tanggal 24 Desember
2015 jam 15.30 WIB
7
8 http://www.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526473
/3-Prinsip-Kode-Etik-Hakim-yang-Dilanggar-Akil, diakses
tanggal 28 Desember jam 15.45 WIB
9
10
http://www.mahkamahkonstitusi.go
.id/index.php?page=web.ProfilMK&id=3, diakses pada
tanggal 2 Januari 16.30 WIB
11
12
http://www.mahkamahkonstitusi.go
.id/public/content/pmk/PMK_PMK2.pdf, diakses 3 januari
2015 jam 17.00 WIB
13
14 http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/pdf/PMK_PMK_09.
pdf, diakses 3 januari 2015 jam 17.30