Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“PENUMPASAN TERHADAP KELOMPOK KELOMPOK


KRIMINAL BERSENJATA DILIHAT DARI KACA MATA HAM”

Disusun oleh:

Amanda Yosefin Aritonang (200425820)

Angelina Chrysilla (180324234)

Cindy Berliana Salim (200425560)

Eva Rianti Angelina Aritonang (200425791)

Gracia Margareta (200425813)

Gusti Ayu Putu Anggiyani (200425812)

Maria Vania Pramesti (180324235)

Sekar Anindya Jati (200425411)

Theresia Evanggeline (201125784)

Raden Hanif Novio Borgi (200425554)

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2021/2022
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Konflik bersenjata dimulai dari adanya suatu pertentangan kepentingan dengan bangsa lain atau
ketidaksesuaian ideologi antar kelompok di dalam bangsanya sendiri, hal ini dapat dikatakan
sebagai bentuk upaya memperjuangkan kepentingan negara. Kelompok Kriminal Bersenjata di
Papua berawal dari munculnya Organisasi Papua Merdeka pada bulan Desember 1961 bertujuan
untuk menentang penguasaan Indonesia terhadap Irian Jaya (saat ini disebut Papua dan Papua
Barat) serta mereka mengaku bahwa Papua merupakan suatu wilayah kedaulatan yang berdiri
sendiri dan ingin membentuk suatu negara yang merdeka. Hingga saat ini konflik antara KKB
dengan pemerintah masih belum dapat teratasi dan justru aksi mereka semakin memperparah
keamanan warga sipil dan aparat keamanan.

Konflik bersenjata dibagi menjadi dua, yaitu konflik bersenjata internasional dan konflik
bersenjata non-internasional. Konflik KKB yang terjadi di Papua merupakan bentuk dari konflik
bersenjata non-internasional atau dapat diartikan juga sebagai sengketa bersenjata yang terjadi
antara kelompok penyerang yang berperang dengan aparat pertahanan yang sah di suatu negara.
KKB merupakan istilah yang digunakan oleh penegak hukum Indonesia untuk kelompok militan
yang menganggap kelompoknya sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi
Papua Merdeka (TPNB-OPM). Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, dapat dikatakan bahwa KKB masuk dalam kategori organisasi teroris.
Teroris adalah orang yang terlibat dalam merencanakan, menggerakan, dan mengorganisasikan
tindakan terorisme. Terorisme adalah setiap perbuatan yang menggunakan kekerasan atau
ancaman yang menimbulkan suasana terror secara meluas yang dapat menimbulkan korban secara
massal. Selain itu terorisme juga menimbulkan kehancuran terhadap objek vital strategis terhadap
lingkungan hidup, fasilitias publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, dan
keamanan.

Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua tidak henti-hentinya melakukan penyerangan tidak hanya
kepada warga sipil namun juga aparat keamanan. Aksi dari tuntutan OPM agar Papua pisah dari
Indonesia, menimbulkan banyak korban akibat serangan yang membabi buta yang dilakukan oleh
kelompok ini. Pada Januari 2021, Polda Papua mencatat ada 12 orang yang tewas akibat serangan
kelompok tersebut. Aksi KKB ini menanamkan rasa takut dan masyarakat tidak dapat hidup
dengan tenang karena nyawa mereka juga sedang terancam. Kasus ini sangat memilukan,
membayangkan bahwa kita semua tinggal di negara yang sama melihat masyarakat daerah lain
dapat hidup dengan nyaman, sedangkan warga Papua setiap hari harus dihantui oleh rasa takut
akan keselamatan nyawa mereka.

Dilihat dari pemberontakan dan penyerangan yang dilakukan oleh KKB ini melanggar Hak Asasi
Manusia, karena mereka menghilangkan sesuatu yang seharusnya diterima oleh masyarakat Papua,
seperti: hak untuk hidup, hak untuk merdeka, dan lain sebagainya. Akibatnya, hingga saat ini
aparat keamanan masih berupaya untuk menangkap semua orang yang terlibat dengan KKB dan
menumpas habis sampai ke akarnya. Namun, tentu saja aparat keamanan dalam menjalankan
tugasnya untuk menangkap dan menghapuskan KKB harus didasari dengan aturan HAM.

Permasalahan KKB

Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB merupakan kelompok kriminal bersenjata dari Papua.
KKB juga disebut sebagai sebuah kelompok teroris yang melakukan beberapa pembunuhan dan
kekerasan terhadap tenaga kesehatan, warga, TNI, dan Polri di Papua. Konflik yang ditimbulkan
oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua menjadi persoalan lama yang seakan tidak
pernah tuntas. Ada banyak permasalahan yang menjadi pemicu, mulai dari gangguan separatis
hingga isu kesejahteraan sosial, salah satu permasalahan yang terjadi adalah akibat adanya
pendulangan liar tailing yang merupakan limbah dari PT Freeport yang dilakukan warga lokal
dan pendatang. Warga mendulang tailing di Kali Kabur. Terdapat 8 ribu sampai 10 ribu
pendulang liar yang dimana pendulung liarnya adalah warga Konflik yang ditimbulkan oleh
KKB kerap terjadi karena mereka menggunakan modus 'hit and run' dan warga disandera untuk
dijadikan tameng. Ada beberapa permasalahan yang menjadi penyebab munculnya kelompok
bersenjata ini. Selain masalah kesejahteraan sosial, beberapa di antaranya membuat kekacauan
untuk menimbulkan separatisme.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Peraturan HAM?
2. Apa tindakan yang diambil oleh aparat keamanan untuk menumpas KKB sesuai dengan aturan
HAM?
3. Bagaimana penegakan HAM dalam permasalahan KKB?
4. Bagaimana HAM diterapkan dalam penumpasan KKB baik bagi pelaku, aparat keamanan, dan
warga sipil?

C. PEMBAHASAN

Hak Asasi Manusia tidak dapat dipisahkan dari pandangan filosofis tentang hakikat manusia yang
melatarbelakanginya. Susunan kodrat manusia adalah raga dan jiwa, sifat kodrat manusia adalah
makhluk individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Peraturan mengenai hak-hak manusia yang tertera dalam UUD 1945 telah disahkan sejak lama.
Moh. Hatta bahkan menekankan hak-hak manusia dalam sidang BPUPKI beliau mengatakan,
“Walaupun yang dibentuk itu negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan beberapa hak
dari warga negara, agar jangan sampai timbul negara kekuasaan atau ‘Machtsstaat’ atau negara
penindas.”1

Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM tertera bahwa pelanggaran Hak
Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara
baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian, membatasi, dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. HAM sebagai hak yang melekat pada diri

1 Prof. Dr. H. Kaelan, M.S., Pendidikan Kewarganegaraan untuk Peguruan Tinggi : Yogyakarta, 2016, halaman 125
manusia dimana hak tersebut sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan hak-hak tersebut harus
dihormati oleh setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Peraturan HAM

HAM bereaksi ketika timbul tindakan yang membuat orang atau sekelompok orang merasa
kehidupannya terancam. Maka, manusia memerlukan perlindungan hukum yang menjamin HAM
tetap melekat pada diri manusia. Dasar perlindungan hukum mengenai HAM di Indonesia terletak
pada:
1) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Alenia 1 “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
• Alenia 2 “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan Makmur.”
• Alenia 3 “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”; “kemanusiaan yang adil dan beradab”; “mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

2) UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia (Pasal 28A hingga Pasal 28J)
3) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
4) UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM

Apa tindakan yang diambil oleh pemerintah dan aparat keamanan untuk menupas Kelompok
Kriminal Bersenjata sesuai dengan aturan HAM?
Negara dan peraturan yang ada tidak berhak untuk mengambil atau memberi hak kepada manusia,
karena pada hakekatnya hak telah melekat dalam diri manusia sejak masih dalam kandungan
hingga wafat, sehingga hukum yang disahkan oleh negara hanya menjadi alat untuk mengatur dan
melindungi warga negaranya. Perlindungan HAM ditetapkan dalam 3 tahap, yaitu: 2
1) Penghormatan HAM
Pemerintah bahkan termasuk individu lainnya tidak berhak untuk mengatur hak-hak apa
saja yang harus dimiliki oleh setiap orang.
2) Perlindungan HAM
Setelah ditetapkannya peraturan untuk mengatur dan melindungi warga negara, kewajiban
pemerintah selanjutnya adalah melaksanakan hukum yang berlaku dengan aksi yang
nyata, seperti mencegah terjadinya hal-hal yang dapat melanggar hukum, memberikan
perlindungan kepada korban, dan memberikan sanksi kepada pelanggar. Terutama dalam
kasus KKB ini pemerintah harus mengambil langkah yang tepat saat menanggulanginya
dan memberikan hak kepada korban berupa perlindungan dan pemulihan.
3) Pemenuhan HAM
Negara terutama pemerintah berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah legislative,
yudikatif, administratif, hukum, dan tindakan-tindakan lain agar terwujudnya Pemenuhan
HAM.

Terdapat 2 istilah tentang “kewajiban” berdasarkan artikel “Pertanggung jawaban Negara dalam
Perspektif Hukum Humaniter dalam Tindakan Agresi”. Pertama, Huala Adolf menerangkan
bahwa “Tanggung jawab negara umumnya diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan
pemulihan kerugian (duty to make reparation), yang timbul dari akibat adanya tindakan (act or
omnission) yang dapat dipersalahkan (wrongful act), karena melanggar kewajiban internasional.”
Dalam pertanggungjawaban negara terdapat dua istilah, yaitu responsibility dan liability, Istilah
ini memiliki hubungan yang erat. Istilah responsibility (tanggung jawab) merujuk kepada
kewajiban (duty), sedangkan liability merujuk kepada konsekuensi dari suatu kesalahan atau
kegagalan dalam melaksanakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan.
Kedua, istilah “kewajiban” diartikan dengan “suatu negara dalam penghormatan terhadap HAM
dibedakan menjadi dua, yaitu kewajiban langsung dan kewajiban progresif.” Kewajiban yang

2Sabita Firgoria Luisa Edon, Nur Azizah Hidayat, Jurnal Kewajiban Pemerintah Indonesia Terhadap Pelanggaran
HAM yang Dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua: Universitas Muhammadiyah Surabaya,
2021, halaman 863.
ditindak secara langsung dari negara terhadap HAM dapat dilihat dalam bentuk yuridis.
Sedangkan, tindakan kewajiban secara progresif merupakan tindakan yang dapat ditanggalkan
apabila kekurangan sumber daya penunjang. Tindakan negara dengan tujuan melaksanakan
kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM merupakan kewajiban langsung.
Sedangkan upaya penyediaan sumber daya yang dinikmati oleh umum demi terpenuhinya
kepentingan HAM merupakan bagian dari kewajiban progresif.3
Dalam kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua,
pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk memberantasnya, seperti:
• Mengirim pasukan TNI AD ke beberapa daerah terjadinya penyerangan, untuk mengawasi
dan menjaga keamanan warga sekitar
• Memblokir akses supply senjata dan lainnya yang mendukung aksi KKB
• Menyergap markas pasukan KKB, dengan maksud menangkap pelaku penyerangan

Namun, di luar dari semua upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ada pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh aparat ketika menghadapi KKB salah satu contohnya, yakni tembak mati yang
dilakukan oleh aparat keamanan saat melakukan penyergapan terhadap 7 anggota KKB.
Penembakan terjadi karena adanya aksi baku tembak yang diawali oleh KKB.

Penegakan HAM dalam permasalahan KKB


Eksistensi KKB di Papua dengan semua aksi kebrutalannya selama ini pasti menimbulkan rasa
takut yang tak berkesudahan bagi warga setempat. Tidak salah jika warga Papua meradang dan
mengekspresikan kecemburuan mereka terhadap saudara-saudaranya sebangsa-Setanah air di
wilayah lain yang boleh menikmati dinamika kehidupan normal tanpa rasa takut oleh serangan
dadakan dari KKB. Kalau dinamika kehidupan di wilayah atau kota lain bisa berlangsung normal
dan kondusif karena mendapatkan perlindungan maksimal dari negara, mengapa juga warga Papua
tidak boleh mendapatkan perlindungan maksimal dari negara? Kehadiran negara memberi
perlindungan maksimal bagi warga Papua sama sekali tidak melanggar hak asasi manusia (HAM).

3Sabita Firgoria Luisa Edon, Nur Azizah Hidayat, Jurnal Kewajiban Pemerintah Indonesia Terhadap Pelanggaran
HAM yang Dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua: Universitas Muhammadiyah Surabaya,
2021, halaman 864.
HAM itu universal. Ini prinsip dasar. Manusia, siapa pun dia, terlahir dengan hak dan martabat
yang sama, termasuk dalam memperoleh pengakuan akan hak-hak asasinya. Ketika ada pihak yang
mengaku sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan penegakan HAM tetapi memihak, patut
diduga yang bersangkutan tidak memahami seutuhnya prinsip dasar dari HAM. Penegakan HAM
harus berkeadilan, berlaku sama untuk semua orang, bukan hanya untuk satu pihak tapi tak berlaku
bagi pihak lain. Ketika keutuhan prinsip dasar HAM itu ditarik dan ditempatkan ke dalam
persoalan di Papua yang akhir-akhir ini marak dengan pembunuhan dan teror terhadap warga sipil
setempat, jelas bahwa di sana ada pelanggaran HAM. Pelakunya adalah KKB. Korbannya
masyarakat sipil Papua. Jika kemudian Negara berinisiatif menindak tegas para pelanggar HAM
di Papua, apakah tindakan tegas negara layak disebut pelanggaran HAM? Tindakan tegas oleh
Negara bukan pengabaian HAM, melainkan bertujuan melindungi dan menjaga keselamatan
rakyat. Memangnya KKB yang membunuhi rakyat tak berdosa itu peduli HAM? Faktanya, sudah
terlalu banyak kebiadaban yang dipertontonkan KKB di Papua. Terbaru, dalam rentang waktu
sepekan di bulan April 2021, tiga warga sipil Papua tewas di ujung bedil KKB. Kamis pagi 8 April
2021, KKB melakukan penembakan terhadap masyarakat sipil Kampung Julukoma, Distrik
Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Agar korban jiwa di kalangan masyarakat Papua tidak lagi
berjatuhan, negara harus bertindak tegas terukur. Soal kapan tindakan tegas terukur itu
dilancarkan, itu menjadi wewenang pimpinan nasional. Tetapi, cepat atau lambat, tindakan tegas
terukur itu harus digelar untuk menghentikan pembunuhan dan teror kepada warga sipil di Papua.
Ketika negara bertindak tegas dan anggota KKB menyerah, mereka harus dihadapkan ke proses
hukum untuk mempertanggungjawabkan aksi kekerasan bersenjata yang mereka lakukan selama
ini. Sebaliknya, jika tindakan tegas negara direspons dengan serangan bersenjata yang mematikan
oleh KKB, tidak salah juga jika prajurit TNI-Polri juga melancarkan serangan balasan atas nama
bela negara dan melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Sikap minimalis negara sebagai
cerminan toleransi terhadap rangkaian aksi tidak berperikemanusiaan KKB di Papua tidak boleh
berlanjut. Demi tegaknya hak asasi dan keadilan sosial bagi warga Papua, negara harus hadir dan
menggunakan kekuatan yang diperlukan untuk mengeliminasi semua potensi ancaman terhadap
warga Papua.
Bagaimana HAM diterapkan dalam penumpasan KKB baik bagi pelaku, aparat keamanan, dan
warga sipil?

Manusia terlahir dengan memiliki hak dan martabat yang sama dalam memperoleh pengakuan
akan hak-hak asasi nya. Penegakan HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status
sosialnya. Dalam kasus Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB, mereka melakukan
pelanggaran HAM berat seperti meneror, menyerang, hingga membunuh nyawa orang lain demi
kepentingan individu atau kelompok tertentu agar keinginnya tercapai. Negara tentu harus
menindak tegas para pelanggar HAM ini, namun tindakan tegas oleh Negara bukan dengan cara
mengabaikan HAM nya, melainkan bertujuan melindungi dan menjaga keselamatan rakyat. KKB
harus ditumpas, namun tetap sesuai dengan etika, dan jangan melanggar HAM. Dalam
melaksanakan aksi penumpasan tersebut harus sesuai aturan dan koridor aturan HAM, serta
dilakukan dengan taktis, terencana, dan tetap dalam koridor yang berlaku. Berbagai aksi yang
dilancarkan KKB memang dianggap keterlaluan dan mengancam keamanan negara sehingga harus
ditumpas, namun jangan membabi-buta agar tidak mencoreng nama Negara di mata dunia. HAM
yang dimaksudkan disini berarti agar aparat keamanan seperti POLRI dan TNI tidak melanggar
aturan HAM ketika ingin menumpas dan menertibkan pelaku KKB seperti tidak menggunakan
tindakan kekerasan yang nantinya bisa berdampak pada masyarakat atau korban yang tidak
bersalah. Sebagai contoh adalah konflik di Papua, ketika aparat keamanan sedang kontak senjata
dengan KKB di Papua, diketahui 3 warga sipil diketahui tewas akibat serangan kontak senjata
tersebut. Selain itu, 2 warga ditembak mati oleh aparat dengan mengklain bahwa aparat sulit
membedakan antara warga biasa yang sedang melintas dengan pelaku KKB di Papua. Dampak
dari adanya genjatan senjata dianggap tidak etis dan sangat merugikan, bahkan menjadi bukti nyata
dari terjadinya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan ketika sedang
menjalankan tugas. Pemerintah dapat menggunakan Pendekatan Kolaboratif yang mengisyaratkan
kerja sama, interaksi dan kesepakatan bersama. Hal ini memacu Negara untuk kembali
mengidentifikasi persoalan yang menjadi penyebab konflik, mengidentifikasi akar persoalan
tersebut membutuhkan penyelesaian secara kolaboratif, komprehensif dan holistic. Pemerintah
mengambil pendekatan tersebut, khususnya melalui cara-cara dialog yang damai dan bermartabat
dalam menyelesaikan persoalan KKB, bukan menggunakan pendekatan keamanan yang
militeristik.
D. PENUTUP

• Kesimpulan
Penumpasan KKB merupakan hal yang wajib bagi negara, karena berdampak pada
terancamnya keamanan negara. Namun, kebanyakan aksi penumpasan KKB oleh Negara
malah memeperkeruh suasana kedua belah pihak yang akhirnya mempengaruhi keamanan
warga sipil dan aparat keamanan. Seperti contohnya konflik bersenjata KKB di Papua.
KKB di Papua tidak berhenti melakukan penyerangan kepada warga sipil dan aparat
keamanan sebagai bentuk aksi dari tujuannya yaitu "Papua Merdeka". Aksi dari tuntutan
Organisasi Papua Merdeka menimbulkan banyak korban akibat serangan yang membabi-
buta yang dilakukan oleh KKB ini, akibatnya banyak warga yang merasa tidak nyaman,
tenang dan khawatir karena merasa nyawanya selalu terancam. Aksi yang dilakukan KKB
di Papua ini merupakan contoh dari pelanggaran HAM karena menghilangkan rasa nyaman
bahkan sampai menghilangkan nyawa banyak orang. Contoh pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh KBB di Papua adalah pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 39
tahun 1999 tentang HAM di dalam pasal 9 ayat 2 yang berbunyi "Setiap orang berhak hidup
tenteram, aman, damai, bagahia, sejahtera lahir dan batin".
Aparat Keamanan seperti TNI atau Polri yang berpartisipasi dalam aksi penumpasan KKB
sudah diberi arahan agar melakukan aksi penumpasan KKB dengan memegang prinsip
tidak melanggar HAM, dan sesuai dengan etika serta protokol hukum yang berlaku, bukan
dengan tindakan membabi-buta yang nantinya akan merugikan Negara seperti akan
memperkeruh keadaan, adanya korban yang tidak bersalah (masyarakat) dan akan
mencoreng nama Negara dimata Internasional. Namun faktanya, masih ada aparat
keamanan yang melanggar HAM ketika menghadapi KKB seperti melakukan aksi tembak
mati saat melakukan penyergapan terhadap 7 anggota KKB, dan menembak mati 2 warga
lokal karena salah membedakan antara warga biasa dengan pelaku KKB.
• Saran
1. Karena masih adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan, dan
bertambah keruhnya konflik akibat kontak senjata antara kedua belah pihak, lebih baik
apabila Pemerintah dapat menggunakan Pendekatan Kolaboratif yang mengisyaratkan
kerja sama, interaksi dan kesepakatan bersama. Hal ini memacu Negara untuk kembali
mengidentifikasi persoalan yang menjadi penyebab konflik, mengidentifikasi akar
persoalan tersebut membutuhkan penyelesaian secara kolaboratif, komprehensif dan
holistic. Pemerintah mengambil pendekatan tersebut, khususnya melalui cara-cara dialog
yang damai dan bermartabat dalam menyelesaikan persoalan KKB, bukan menggunakan
pendekatan keamanan yang militeristik.
2. Mendorong penegak hukum mengerahkan pasukan elitnya untuk menindak Kelompok
Kriminal Bersenjata (KKB).
3. Pemerintah perlu menguatkan peran intelijen untuk mengungkap dan memutus mata
rantai organisasi separatis serta tentunya mampu menghentikan alur pasokan senjata.
4. Pemerintah perlu mengedepankan pendekatan dialog dan membangunan rasa saling
percaya di antara semua pihak harus dilakukan. Hal tersebut merupakan solusi terbaik
bagi pemenuhan cita-cita perdamaian, kemanusiaan, serta kesejahteraan.
5. Pemerintah perlu melakukan pendekatan khusus untuk mengatasi konflik yang terjadi,
salah satunya dengan melakukan pendekatan keamanan dan peningkatan kesejahteraan
sosial, pendidikan, dan kesehatan masyarakat.
E. DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-3721126/konflik-kkb-di-papua-gangguan-separatis-hingga-isu-
kesejahteraan-sosial

https://www.popmama.com/community/groups/life/random-chat/apa-itu-kkb

https://www.mpr.go.id/berita/KKB-Papua-dan%C2%A0Tegaknya-HAM-yang-Berkeadilan

https://www.republika.co.id/berita/qsb2zi396/legislator-kkb-harus-ditumpas-namun-dalam-
koridor-ham

https://regional.kompas.com/read/2021/06/04/204516378/3-warga-tewas-tertembak-saat-terjadi-
kontak-senjata-antara-kkb-dan-aparat

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200415091254-20-493652/dua-warga-tertembak-
aparat-klaim-sulit-bedakan-dengan-kkb/

Anda mungkin juga menyukai