Anda di halaman 1dari 7

Definisi Delik Adat

Delik adat merupakan tindakan melanggar hukum. Tapi tidak semua


pelanggaran hukum merupakan perbuatan pidana ( delik ). Perbuatan yang
dapat dipidana hanyalah pelanggaran hukum yang diancam dengan suatu
pidana oleh Undang-Undang.

Menurut Van Vollenhoven, delik Adat adalah perbuatan yang tidak boleh
dilakukan walaupun dalam kenyataannya peristiwa atau perbuatan itu hanya
merupakan kesalahan yang kecil saja.
Subjek Delik Adat

Apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, maka petugas hukum ( kepala adat
dan sebagainya ) mengambil tindakan konkrit ( reaksi adat ) guna
membetulkan hukum yang dilanggar itu. Misalnya, tidak melunasi hutang
dapat dipulihkan dengan penghukuman debitur untuk melunasi hutangnya.
Lahirnya Hukum Delik Adat

Berdasarkan teori beslissingen teer (ajaran keputusan) bahwa suatu


peraturan mengenai tingkah laku manusia akan bersifat hukum manakala
diputuskan & dipertahan-kan oleh petugas hukum. Karena manusia itu
melakukan sebuah tindakan yang dianggap salah, maka dibuatlah hukuman
bagi orang yang melakukan tindakan itu. Maka dari pada itulah lahirnya
sebuah delik (Pelanggaran) adat adalah bersamaan dengan lahirnya hukum
adat.
Hukum delik adat bersifat tidak statis (dinamis) artinya suatu perbuatan yang
tadinya bukan delik pada suatu waktu dapat dianggap delik oleh hakim
(kepala adat) karena menentang tata tertib masyarakat sehingga perlu ada
reaksi (upaya) adat untuk memulihkan kembali. Maka daripada itulah hukum
delik adat akan timbul.
Aliran Pikiran Tradisional

Alam pikiran tradisional Indonesia bersifat kosmis, meliputi segala-galanya


sebagai kesatuan ( totaliter ). Aliran pikiran kosmis merupakan latar belakang
hukum pelanggaran adat. Yang paling penting bagi masyarakat adalah adanya
keseimbangan, keselarasan, keserasian antara dunia lahir dan gaib.
Perbedaan Delik Adat

Sistem Hukum Adat:


Istilah teoretisnya Hukum pelanggaran adat/hukum delik adat
Tidak membedakan lap pidana & perdata
Hanya mengenal satu prosedur penuntutan oleh petugas adat (kepala
adat/perskutuan)

Sistem Hukum Barat:


Istilah teoretisnya hukum pidana
Ada pembedaan lap pidana & perdata
Mengenal beberapa prosedur penuntutan.
Petugas Hukum Untuk Delik Adat

Menurut Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1951 yang mempertahankan


ketentuan-ketentuan dalam Ordonansi tanggal 9 Maret 1935 Ataatblad No.102
tahun 1955, Statblad No. 102/1945 maka hakim perdamaian desa diakui
berwenang memeriksa segala perkara adat, termasuk juga perkara delik adat.
Delik-delik adat yang juga merupakan delik menurut KUH Pidana, rakyat desa
lambat laun telah menerima dan menganggap sebagai suatu yang wajar bila
yang bersalah itu diadili serta dijatuhi hukuman oleh hakim pengadilan Negeri
dengan pidana yang ditentukan oleh KUH Pidana.
Sifat Pelanggaran Hukum Adat

Hukum adat tidak mengadakan pemisahan antara pelanggaran (perkosaan)


hukum yang mewajibkan tuntutan memperbaiki kembali hukum di dalam
lapangan hukum pidana (di muka hakim pidana) dan pelanggaran hukum yang
hanya dapat dituntut di lapangan hukum perdata (di muka hakim perdata).
Berhubungan dengan itu di dalam sistem hukum adat tidak ada perbedaan
acara (prosedur) dalam hal penuntutan acara perdata (sipil) dan penuntutan
acara perdata (sipil) dan penuntutan secara kriminal

Anda mungkin juga menyukai