Anda di halaman 1dari 14

Hak Hak kebendaan dalam KUHP dan UUPA

Hak - Hak Kebendaan dan Asas - Asas Kebandaan

1.1 Latar Belakang


Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak perorangan yang
diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :
1. Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa saja, dan orang lain
harus menghormati hak tersebut, sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi (relatief),
karena hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni yang ada dalam suatu perjanjian
saja.
2. Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup, atau bahkan bisa
berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hokum perorangan berlangsung
relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah selesai dilakukan.
3. Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yang lainnya, sedangkan dalam hak
perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan obyek perjanjian, sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu
sering dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum perorangan
bersifat terbuka.

Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :


A. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .
Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak kebendaan yang
termasuk dalam kategori ini adalah ;Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak
Pakai ; Hak Mendiami.
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi: Hak bezit atas
tanah ; Hak eigendom atas tanah, Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas
tanah, Hak pakai atas tanah
Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :
1. Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
2. Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
3. Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
4. Hak guna ruang angkasa
5. Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social

B. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan


1. Hak Gadai (pandrechts)
2. Hipotik
3. Credietverban
4. Privilege (piutang yang di istimewakan).
5. Fiducia

1.2 Rumusan Masalah


- Apa pengertian dari hak kebendaan?
- Apa perbedaan gadai dan hipotik ?
- Apa saja Asas Kebendaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hak kebendaan
Setiap benda memberikan kepada subjek hukum yang memiliki hubungan hukum dengan
benda tersebut yaitu hak – hak kebendaan. Hak – hak kebendaan yang diberikan dalam kitab
Undang – Undang Hukum Perdata, adalah yang disebutkan dalam pasal 528 Kitab UU HUkum
Perdata yang berbunyi sebagai berikut :
Atas sesuatu kbendaan, seorang dapat mempunyai, baik suatu keadaan berkuasa, baik hak
waris, hak pakai hasil, hak pengabdian tanah, hak gadai, atau hipotik.
Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa hak kebendaan yang dapat diperoleh atas suatu
benda adalah :
1. Keadaan berkuasa atau bezit atas benda
2. Hak milik atas benda
3. Hak pakai hasil
4. Hak waris atas suatu benda
5. Hak pengabdian tanah
6. Hak gadai
7. Hipotek

Hak – hak yang terdapat pada pasal 528 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata tersebut berbeda
dengan pasal 508 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata mengenai hak – hak yang termasuk
dalam benda tidak bergerak yang tidak berwujud. Dan pasal 511 Kitab Undang – undang Hukum
Perdata mengenai hak – hak yang termasuk dalam benda bergerak yang tidak berwujud.

Pasal 508
Yang juga merupakan kebendaan tidak bergerak adalah hak – hak sebagai berikut :
1. Hak pakai hasil dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak
2. Hak pengabdian tanah
3. Hak numpang karang
4. Hak usaha
5. Bunga tanah, baik berupa uang, maupun berupa barang
6. Bunga sepersepuluhan
7. Pajak pecan atau pasar yang diakui oleh pemerintah dan hak – hak istimewa yang melekat
padanya
8. Gagasan guna menuntut pengembalian atau penyerahan kebendaan tidak bergerak.
Pasal 511

Yang dianggap sebagai kebandaan bergerak karerna ditentukan undang – undang adalah :
1. Hak pakai hasil dan hak pakai atas kebendaan bergerak
2. Hak atas bunga – bunga yang dijanjikan, baik bunga yang diabadikan, muapun bunga cagak
hidup.
3. Perikatan – perikatan dan tuntutan – tuntutan mengenai jumlah – jumlah uang yang dapat
ditagih atau yang mengenai kebendaan bergerak
4. Sero – sero atau andil – andil dalam persekutuan perdangangan uang, persekutuan dagang
atau persekutuan perusahaan, sekalipun benda – benda persekutuan yang bersangkutan dan
perusahaan itu merupakn kebendaan tidak bergerak. Sero – sero atau andil – andil itu
dianggap merupakan kebendaan bergerak, akan tetapi hanya terhadap para pesertanya
selama persekutuan berjalan
5. Andil dalam perutangan atas beban Negara Indonesia. Baik andil – andil karena pendaftaran
dalma buku besar maupun sertifikat – sertifikat, surat – surat pengakuan utang, obligasi atau
srat – surat lain yang berharga, beserta kupon – kupon atau surat tanda bunga yang termasuk
di dalamnya.
6. Sero – sero atau kupon obligasi dalam perutangan lain, termasuk juga perutangan yang
dilakukan Negara – Negara asing.

Semua hak – hak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 508 Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata mengenai hak – hak yang termasuk dalam benda tidak bergerak yang tidak berwujud dan
Pasal 511 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata mengenai hak – hak yang termasuk dalam
benda bergerak yang tidak berwujud tersebut dapat dikuasai dengan hak – hak kebendaan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 528 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata tersebut.

Hak kebendaan itu mempunyai sifat mutlak[1], oleh karenanya bagi setiap orang mempunyai
hak untuk berhak mendapatkan hak dari benda, penguasaan tertentu yang dipertahankan
terhadap setiap orang. Terkadang hak kebendaan ini berhadapan dengan hak – hak pribadi (hak
perseorangan). hak kebendaan mempunyai banyak hak, hak kebendaan tersebut mengikuti benda
yang bersangkutan, di dalam tangan siapapun benda itu berada.

2.1.1 Ciri-ciri / Sifat-sifat dari Hak Kebendaan:


1. Hak Kebendaan merupakan hak yang mutlak.
2. Hak kebendaan itu mempunyai zaakgevolg atau droit de suit (hak yang mengikuti).
3. Mana hak kebendaan yang lebih dulu terjadi, itu tingkatannya adalah lebih tinggi
daripada yang terjadi kemudian.
4. Memunyai droit de preference (hak terlebih dahulu)
5. Dapat diajukan Gugatan Kebendaan terhadap siapa saja yang mengganggu hak
kebendaan seseorang.
6. Kemungkinan untuk memindahkan itu juga berlainan.

2.2 Macam Hak Kebendaan


2.2.1 Hak Menguasai (Bezit)
Hak menguasai atau memgang kedudukan berkuasa atau bezit dapaty ditemukan dalam
rumusan pasal 529 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata yang berbunyi :
Yang dinamakan kedudukan berkuasa ialah, keudukan seseorang yang menguasai suatu
kebendaan, baik dengan diri sendiri, maupun dengan perantaraan orang lain, dan yang
mempertahankan atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu.

Kedudukan berkuasa tersebut kewenangan untuk mempertahankan atau menikmati benda


yang dikuasai seperti seorang atau bertindak sebagai pemilik.
Unsur bezit ada dua, yaitu :
1. unsur keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda (corpus) ;
2. unsur kemauan orang tersebut untuk memilikinya (animus).
Karena pada umumnya orang yang tidak waras tidak mempunyai unsur animus, maka
bezitter (orang yang mempunyai bezit) biasanya bukan orang gila / orang yang tidak waras. Yang
dapat mempunyai hak bezit adalah orang yang dewasa, sehat pikiran, berkehendak bebas / tidak
dibawah paksaan.

Pengertian bezit yang dengan iktikad baik adalah penguasaan karena penguasaan atas
benda tersebut terjadi tanpa diiketahui cacat cela dalam benda tersebut (Ps.531 BWI). Bezit harus
dibedakan dengan detentie, yakni keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda berdasarkan
suatu hubungan hukum tertentu dengan pemilik yang sah dari benda tersebut, misalnya hubungan
sewa menyewa, tidak harus menimbulkan kemauan bagi si penyewa untuk memiliki. Pada diri
seorang detentor tersebut, dianggap bahwa kemauan untuk memiliki benda yang dikuasai itu tidak
ada. Menurut ketentuan Ps 538 BWI, “ Penguasaan atas suatu benda diperoleh dengan cara
menempatkan benda itu dalam kekuasaan dengan maksud mempertahankannya untuk diri
sendiri”.

2.2.2 Hak Milik


Apa yang dimaksud dengan hak milik itu diatur dalam pasal 570 KUH Perdata. Pasal ini juga
mengatur mengenai pembatasan – pembatasan terhadap penggunaan hak milik, yang berbunyi:
Yang termasuk barang tak bergerak karena tujuan adalah:
1. pada pabrik barang hasil pabrik, penggilingan, penempaan besi dan barang tak bergerak
semacam itu, apitan besi, ketel kukusan, tempat api, jambangan, tong dan perkakas-
perkakas sebagainya yang termasuk bagian pabrik, sekalipun barang itu tidak terpaku;
2. pada perumahan: cermin, lukisan dan perhiasan lainnya bila dilekatkan pada papan atau
pasangan batu yang merupakan bagian dinding, pagar atau plesteran suatu ruangan,
sekalipun barang itu tidak terpaku;
3. dalam pertanahan: lungkang atau tumbuhan pupuk yang dipergunakan untuk merabuk
tanah; kawanan burung merpati; sarang burung yang biasa dimakan, selama belum
dikumpulkan; ikan yang ada di dalam kolam;
4. runtuhan bahan bangunan yang dirombak, bila dipergunakan untuk pembangunan kembali;
dan pada umumnya semua barang yang oleh pemiliknya dihubungkan dengan barang tak
bergerak guna dipakai selamanya.

Pemilik dianggap telah menghubungkan barang-barang itu dengan barang tak bergerak guna
dipakai untuk selamanya, bila barang-barang itu dilekatkan padanya dengan penggalian, pekerjaan
perkayuan dan pemasangan batu semen, atau bila barang-barang itu tidak dapat dilepaskan tanpa
membongkar atau merusak barang itu atau bagian dan barang tak bergerak di mana barang-
barang itu dilekatkan.

Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa hak milik adalah hak yang paling utama., jika
dibandingkan dengan hak – hak kebendaan yang lain. Karena hak milik itu dapat dinikmati dengan
sepenuhnya dan menguasainya dengan sebebas – bebasnya.

2.2.2.1 Ciri – Ciri Hak Milik


Yang menjadi ciri – ciri hak milik adalah sebagai berikut[2]:
1. Hak milik itu selalu merupakan hak induk terhadap hak – hak kebendaan yang lain.
Sedangkan hak – hak kebendaan yang lainnya yang bersifat terbatas itu berkedudukan
sebagai hak anak terhadap hak milik.
2. Hak milik itu ditinjau dari kuantitetnya merupakan hak yang selengkap – lengkapnya.
3. Hak milik itu tetap sifatnya. Artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang lain.
Sedang hak kebendaan yang lain dapat lenyap jika menghadapi hak milik.
4. Hak milik itu mengandung inti dari semua hak kebendaan yang lain. Sedang hak kebendaan
yang lain itu hanya merupakan bagian saja dari hak milik.

2.2.3 Hak Gadai (Pand)


Definisi gadai termuat pada pasal 1150 KUH Perdata yang berbunyi, Gadai adalah suatu hak
yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau
oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang memberi wewenang kepada kreditur
untuk mengambil pelunasan piutangnya dan barang itu dengan mendahalui kreditur-kreditur lain;
dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai
pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang
itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan.

2.2.6.1 Sifat – sifat daripada Gadai


Gadai bersifat accessoi, yang merupakan tambahan saja dari perjanjian yang pokok yang
berupa penjanjian pinjaman uang, untuk menjaga agar orang yang berhutang itu tidak lalai
membayar kembali hutangnya.
Hak gadai tidak dapat dibagi – bagi, artinya sebagian hak gadai itu tidak menjadi hapus
dengan dibayarnya sebagian dari hutang. Gadai tetrap meletak atas seluruh bendanya.
Yang dapat digadaikan berupa :
1. Benda bergerak yang berwujud
2. Benda bergerak yang tidak berwujud, yaitu berupa berbagai hak untuk mendapatkan
pembayaran uang, yang berwujud surat – surat piutang.

2.2.4 Hipotik
Hak hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda tak bergerak, untuk mengambil
penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perutangan. Mempunyai sifat zaaksgevolg yaitu
hak hipotik itu senantiasa mengikuti bendanya dalam tangan siapapun benda itu berada. Hipotik
itu tidak dapat dibagi – bagi dan meletak di atas seluruh benda yang menjadi obyeknya.
Perbedaan gadai (pand) dengan hipotik, yaitu :
1. Pada gadai untuk jaminan adalah barang – barang bergerak, sedang hipotik ialah barang
– barang yang tidak bergerak.
2. Pada gadai disyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah dalam tangan si
pemengang gadai, sedang hipotik syarat seperti itu tidak ada. Pemberian hipotik tetap
dapat menguasai bendanya.
3. Mengenai wewenag untuk menjual bendanya atas kekuasaan sendiri, hak yang demikian
pada gadai memang sudah diberikan oleh undang – undang, sedang pada hipotik hak
yang demikian harus diperjanjikan lebih dahulu.
4. Pada hipotik disyaratkan bahwa orang yang menghipotik itu harus mempunyai kekuasaan
atas bendanya, sedangkan pada gadai cukup asal orang yang mengadaikan itu cakap
bertindak.

2.2.5 Hak Usaha


Pengertian hak usaha tertulis dalam pasal 720 KUHPerdata:
Hak guna usaha adalah hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya barang tak bergerak
milik orang lain, dengan kewajiban membayar upeti tahunan kepada pemilik tanah,
sebagai pengakuan tentang pemilikannya, baik berupa uang maupun berupa hasil atau
pendapatan. Atas hak lahirnya hak guna usaha harus diumumkan dengan cara seperti yang
ditentukan dalam Pasal 620.
Pasal 724:
“ia berhak menyerahkan hak usahanya kepada orang lain, membabaninya dengan hipotik
dan membebani tanah usahanya dengan pengabdian untuk waktu selama usahanya.”

Dapat diketahui bahwa hak usaha dapat memberikan hak kepada pemegang haknya untuk
mengalihkan maupun membebaninya dengan hak – hak lain, antara lain dengan hipotik dan
pengabdian pekarangan selama masa berlakunya hak usaha tersebut.

2.2.6 Bunga Tanah


Pasal 737:
Bunga tanah adalah beban utang yang harus dibayar, baik dengan uang maupun dengan
hasil bumi yaitu beban yang diikatkan pada tanah oleh pemiliknya, atau diperjanjikan
untuk kepentingan diri sendiri atau pihak ketiga ketika benda itu dijual kepada orang lain
atau dihibahkan. Alas hak yang melahirkannya harus diumumkan
Dari pasal tersebut diketahui bahwa bunga tanah adalah juga suatu bentuk hak kebendaan
yang lahir dari hak milik atas benda tidak bergerak.

2.2.7 Hak Pakai dan Hak Mendiami


Pasal 818 dijelaskan pengertian hak pakai dan hak mendiami, yang benbunyi :
Hak pakai dan hak mendiami adalah keduanya hak kebendaan yang diperoleh dan berakhir
dengan cara yang sama seperti Hak Pakai Hasil.
Penyamaan hak pakai dan hak mendiami dengan hak pakai hasil, dengan ketentuan:
1. Hak pakai dan hak mendiami dapat lahir dari suatu peristiwa perdata.
2. Kebendaan yang habis karena pemakaian tidak dapat dijadikan objek hak pakai.dalam hal telah
diperjanjikan pemberian hak pakai atas benda yang dapat habis karena pemakaian, maka
dianggaplah pemberian hak pakai tersebut sebagai suatu hak pakai hasil, dan terhadapnya
berlakulah ketentuan hak pakai hasil atas benda yang dapat habis karena pemakaiannya.
3. Kecuali ditentukan lain, seorang pemakai tidak diperbolehkan untuk menyerahkan atau
menyewakan haknya tersebut kepada orang lain.
Ketentuan lain diatur dalam pasal 823 dan pasal 827 KUH Perdata, yaitu :
Pasal 823 : “Pemakai tidak diperbolehkan menyerahkan atau menyewakan haknya kepada orang
lain. “
Pasal 827 : “Hak mendiami tak boleh diserahkan atau disewakan kepada orang lain.”
Hak pakai ini sebetulnya sama dengan hak mendiami, hanya kalau hak mengenai rumah
kediaman ini disebut dengan hak mendiami. Hak pakai ini hanya diperuntukkan terbatas pada diri
si pemakai dan keluarganya (keluarga dlam rumah tangga)[3].

Dengan demikian secara umum, dari penjelasan yang diberikan di atas dapat ditarik
kesimpulan sederhana, bahwa :
1. Hak kebendaan adalah hak yang diberikan oleh undang – undang. Orang tidak boleh atau tidak
dapat menciptakan hak – hak kebendaan lain, selain yang telah ditentukan oleh undang – undang
2. Hak kebendaan yang bersumber pada hukum kebendaan bersifat memaksa tidaklah dapat
dikesampingkan oleh siapapun juga. Hak kebendaan mengikat semua orang.
3. Hak kebandaan adalah suatu droit de suite, yang berarti hak kebendaan senantiasa mengikuti
bendanya ke manapun benda tersebut beralih atau dialihkan.
4. Hak kebendaan yang paling luas adalah hak milik
5. Hak milik yang dimiliki oleh seseorang atas kebendaan tertentu memberikan kepadanya hak
untuk memberikan hak – hak kebendaan lain diatasnya, baik yang bersifat umum, maupun yang
bersifat terbatas (Jura in re aliena).
6. Terhadap benda bergerak hak menguasai atau pemegang kedudukan memiliki hak yang sama
dengan seseorang pemegang hak milik (Pasal 1977 ayat (1)Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata)
7. Terhadap kebendaan bergerak, pemberian hak kebendaan (baik yang umum maupun yang
terbatas) dalam bentuk jura ini re aliena harus dilakukan dengan penyerahan kebendaan yang
bergerak
8. Terhadap benda tidak bergerak, seseorang pemegang kedudukan berkuasa hanya memperoleh
hak untuk menikmati benda tidak bergerak tersebutsemata – mata (hak kebendaan secara
terbatas), hingga ia dimungkinkan untuk, melalui daluwarsa menjadi pemilik dari benda tersebut.
9. Bagi kebendaan tidak bergarak, pemberian hak kebendaan (baik secara umum maupun yang
terbatas) dalam bentuk jura ini aliena harus dilakukan dengan pendaftaran dan pengumuman
akan pemberian hak tersebut.
10. Hak – hak kebendaan yang bersifat umum, yang merupakan pemberian hak lebih lanjut dan hak
milik tersebut memungkinkan pemegang hak kebendaannya untuk menikmati, menyerahkan, atau
mengalihkan dan membebani kembali hak kebendaan tersebut dengan hak kebendaan yang
bersifat terbatas (hak pakai hasil), hak numpang karang menurut undnag – undang, hak usaha
menurut undang – undang.
11. Hak – hak kebendaan yang bersifat terbatas tersebut, hanya memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menikmati (hak pakai), atau hanya untuk memperoleh pelunasan sebagai atau
dalam rangka jaminan utang (gadai dan hipotek)
12. Dalam hal pemegang hak kebendaan lebih lanjut (jura in re liena)tersebut adalah juga pemengang
hak kebendaan terhadap mana hak jura ini re liena tersebut itu diberikan, maka demi hukum hak
jura in re aliena hapus demi hukum (asas percampuran)misalnya hak numpang karang atas
sebidang tanah jatuh ke tangan pemengang hak milik dari bidang tanah yang diberikan hak
numpang karang, maka demi hukum hak numpang karang hapus.
13. Pemberian hak kebendaan adalah bersifta menyeluruh, untuk seluruh bagian dari benda tersebut
yang merupakan satu kesatuan, termasuk kebendaan yang berdasarkan asas pemelekatan menjadi
satu dengan kebendaan tersebut
14. Dalam hal kebendaan yang diberikan hak kebendaan kemudian dapat dipisahkan, maka hak
kebendaan tersebut demi hukum mengikuti semua bagian dari kebendaan yang telah dipisahkan
tersebut
15. Khusus terhadap hak kebendaan terbatas yang diberikan sebagai jaminan utang (gadai dan
hipotek), maka hak kebendaan tersebut memiliki sifat droit de preference yang berarti
memberikan hak kepada pemegangnya untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari kreditor
lainnyadari penjualan bend ayang dijaminkan secara kebendaan tersebut, untuk seluruh nilai
piutangnya

Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :


1. Bendanya Lenyap / musnah, Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut
lenyap,
2. Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang bersangkutan
dipindah tangankan kepada orang lain.
3. Karena Pelepasan Hak
4. Karena Kadaluwarsa
Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun (karena ada alas hak), sedangkan
untuk benda bergerak 3 tahun.
5. Karena Pencabutan Hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda tertentu, dengan
memenuhi syarat : harus didasarkan suatu undang undangdilakukan dan untuk kepentingan umum
(dengan ganti rugi yang layak ).

2.3 Asas – Asas Hukun Kebendaan


Asas – asas hukum benda berasal dari kata asas dan hukum benda. Asas berarti pokok, dasar,
prinsip. Sedangkan hukum benda yaitu hubungan hukum antara subyek hukum dengan objek
hukum (benda). Jadi yang dimaksud dari asas hukum benda yaitu dasar – dasar atau pokok – pokok
hubungan antara subyak hukum dengan objek hukum (benda).
2.3.1 Asas Totaliteit
Asas pada bagian yang tidak tersendiri atau baru ini menyatakan bahwa kepemilikan oleh
individu atas suatu kebendaan berarti kepemilikan menyeluruh atas setiap bagian kebendaan
tersebut. Misalnya, seseorang tidak mungkin memiliki bagian dari suatu kebandaan, jika ia sendiri
tidak memilki title hak milik atas kebendaan tersebut secara utuh[4].
Menurut Sri Soedewi bahwa asas totaliteit adalah hak kebendaan selalu meletak atas
keseluruh objeknya. Maksudnya: jika suatu hak atas benda sudah terlebur dalam hak benda yang
lain, maka hak benda yang pertama tadi lenyap[5].
Contoh : pemilik batu yang sudah dijadikan dinding rumah, hilang hak milik atas batu itu,
sebab batu itu tidak lagi hak tersendiri.
Seperti yang dijelaskan dalam pasal 607, 602 dan 1567 KUH Perdata yang berbunyi :
Pasal 607 KUH Perdata, adanya hak milik bersama atas barang yang baru.
Pasal 602 KUH Perdata, lenyapnya hak itu oleh karena usaha pemilik hak itu sendiri yaitu
terleburnya hak tadi dalam hak lain.
Pasal 1567 KUH Perdata, pada waktu terleburnya hak sudah ada perhubungan hukum antara
kedua pemilik yang bersangkutan.

2.3.2 Asas onsplitsbaarheid


Asas Onsplitsbaarheid atau asas tidak dapat dipisahkan. Asas ini merupakan konsekuensi
hukum dari asas totalieit, dimana dikatakan bahwa seseorang tidak dimungkinkan melepaskan
hanya sebagian hak miliknya atas suatu kebendaan yang utuh. Meskipun seorang pemilik diberikan
kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat terbatas
(jura in re aliena), namun pembebanan yang dilakukan itupun hanya dapat dibebankan terhadap
keseluruhan kebendaan yang menjadi miliknya tersebut. Jadi, jura in re aliena tidak mungkion
dapat diberikan untuk sebagian dari benda, melainkan harus untuk seluruh benda tersebut sebagai
satu kesatuan.

2.3.3 Asas Prioriteit


Semua hak kebendaan memberi wewenang yang sejenis dengan wewenang yang sejenis
dengan wewenang – wewenang dari eigendom, sekalipun luasnya berbeda – beda. Hak kebendaan
terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang (prioritas) antara satu hak dengan hak
lainnya. Misalnya : atas sebuah rumah dibebani hipotik kemudian diberikan dengan hak memungut
hasil, maka di sini orang yang mempunyai hak memungut hasil atas rumah itu yang haknya itu baru
timbul kemudian setelah adanya hipotik atas rumah harus mengalah. Dan orang yang mempunyai
hak hipotik dapat memberlakukan barangnya itu sebagai hak milik yang tak dibebani apa – apa[6].

2.3.4 Asas Vermenging


Asas Vermenging atau asas percampuran. Asas ini merupakan juga asas kelanjutan dari
pemberian jura in re aliena, dimana dikatakan bahwa pemengang hak milik atas kebendaan yang
diberikan hak kebendaan terbatas (jura in re aliena) tidak mungkin menjadi pemengang hak
kebendaan terbatas (jura in re aliena) tersebut. Jika hak kebendaan tersebut jatuh ke tangan
pemengang hak milik kebendaan tersebut, maka hak kebendaan yang bersifat terbatas tersebut
demi hukum hapus[7].
Dapat dimpulkan bahwa hak kebendaan yang terbatas, jadi selainnya hak milik hanya mungkin
atas benda orang lain. Tidak dapat orang itu untuk kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai
(menerima gadai), hak memungut hasil atas barangnya sendiri. Jadi jika orang yang mempunyai
hak memungut hasil atas tanah kemudian membeli tanah itu maka hak memungut hasil itu
menjadi lenyap.

2.3.5 Asas Publiciteit


Asas ini berlaku untuk benda tidak bergerak yang diberikan hak kebendaan. Mengenai
benda – benda yang tidak bergerak mengenai penyerahan dan pembebanannya berlaku asas
publiciteit, yaitu dengan pendaftaran di dalam register umum. Sedang mengenai benda yang
bergerak cukup dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum.

2.3.6 Asas individualiteit


Objek dari hak kebendaan selalu adalah barang yang individual yaitu barang yang dapat
ditentukan. Artinya orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang merupakan
kesatuan: rumah, mebel, hewan. Tidak dapat atas barang yang ditentukan menurut jenis dan
jumlahnya.

2.3.7 Adanya sifat penjanjian dalam setiap pengadaan atau pembentukan hak kebendaan.
Asas ini mengingatkan kita kembali bahwa pada dasarnya dalam setiap hukum perjanjian
terkandung pula asas kebendaan dan dalam setiap hak kebendaan melekat pula sifat hukum
perjanjian ini menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas (jura
in re aliena), sebagaimana dimungkinkan oleh undang – undang.

2.3.8 Asas Hukum Pemaksa


Merupakan hukum pemaksa artinya berlakunya aturan – aturan itu tidak dapat disimpangi
oleh para pihak, atas sesuatu benda itu hanya dapat didakan hak kebendaan sebagaimana yang
telah disebutkan. Hukum benda merupakan dwigendrecht (hukum pemaksa)[8].

2.3.9 Asas Dapat Dipindahkan


Kecuali hak pakai dan hak mendiami semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan. Hak milik
atas kebendaan dapat dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibat
hukumnya. Yang berhak tidak dapat memindah tangankan sebagian daripada wewenang yang
termasuk suatu hak kebendaan yang ada padanya , misalnya pemilik. Contoh : hak sewa, seakan –
akan pemilik melepaskan sebagian hak miliknya , tetapi itu hanya kelihatannya saja. Hak miliknya
tetap utuh.
HK. PERDATA : HAK KEBENDAAN (UU Agraria)

HK. PERDATA : HAK KEBENDAAN

HAK KEBENDAAN
Hak kebendaan adalah hak mutlak atas suatu benda. Hak kebendaan memberikan kekuasaan atas
suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap tiap orang yang melanggar hak itu.

Hak – hak kebendaan yang berlaku menurut UU No 5 Tahun 1960 (Undang–Undang Pokok Agraria)
terdapat dalam Pasal 16 , yaitu :
(1) Hak atas tanah berupa :
 Hak milik
 Hak Guna Usaha ( HGU )
 Hak Pakai
 Hak Sewa
 Hak Guna Bangunan ( HGB )
 Hak membuka tanah
 Hak memungut hasil hutan
 Hak – hak yang bersifat sementara

(2) Hak atas air dan ruang angkasa berupa :


 Hak Guna Air
 Hak pemeliharaan dan penangkapan ikan
 Hak guna ruang angkasa
 Hak Milik ( Pasal 20 UUPA )
 Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Hak milik dapat dijadikan
jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.

Hak milik dapat terhapus apabila :


 Tanahnya jatuh kepada Negara
 Karena pencabutan hak berdasarkan kepentingan umum
 Penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya
 Karena ditelantarkan
 Tanahnya musnah
 Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak milik karena
pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan dan warganegara
Indonesia yang kehilangan kewarganegaraannya.

Hak Guna Usaha ( Pasal 28 UUPA )


Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara,
dalam jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.

Yang mempunyai Hak Guna Usaha, yaitu :


 Warga-negara Indonesia
 Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
 Orang atau Badan Hukum yang memiliki Hak Guna Usaha dan tidak lagi memenuhi syarat-
syarat tertentu.

Hak Guna Usaha hapus karena :


 Jangka waktunya berakhir
 Tidak memenuhi syarat tertentu
 Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir
 Dicabut untuk kepentingan umum
 Ditelantarkan
 Tanahnya musnah
 Tidak melakukan pendaftaran apabila hak tersebut dialihkan.

Hak Pakai ( Pasal 41 UUPA )


Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain.
Yang dapat mempunyai hak pakai ialah :
a. Warga-negara Indonesia;
b. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
d. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

D. Hak Sewa untuk Bangunan ( Pasal 44 UUPA )


Hak sewa adalah hak menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bagunan, dengan
membayar uang sewa kepada pemiliknya.

Hak kebendaan menurut KUH Perdata dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
 Hak kebendaan yang sifatnya memberikan kenikmatan atas suatu benda ( zakelijk
genotsrecht ), dan
 Hak kebendaan yang sifatnya memberikan jaminan atas perlunasan utang.

Hak Kebendaan yang Sifatnya Memberikan Kenikmatan ( zakelijk genotsrecht )

Hak kebendaan yang sifatnya memberikan kenikmatan atas benda miliknya sendiri, contohnya
hak milik atas benda bergerak, hak bezit atas benda tak bergerak, dan hak yang memberikan
kenikmatan atas benda milik orang lain, misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak
dan hak pakai atas benda bergerak.

Benda bergerak ( Pasal 509 KUHPer ) :


Menurut sifatnya : Sapi, perahu – perahu
Menurut tujuannya : Gilingan – Gilingan, Sero-sero dan andil-andil.
Menurut UU : Hak-hak atas benda bergerak, yaitu :
 Hak pakai atas kebendaan bergerak
 Hak atas bunga-bunga yang dijanjikan
 Perikatan dan tuntutan mengenai jumlah uang yang ditagih

Benda tak bergerak (Pasal 506 KUHPer ) :


Menurut Sifatnya : - Tanah dan yang melekat diatasnya
Pohon – pohon dan akarnya
Menurut Tujuannya : - Mesin – mesin pabrik
 Cermin dan lukisan pada dinding
Menurut UU : Hak – Hak atas benda tak bergerak

Hak – Hak atas benda tak bergerak, yaitu :


 Hak pakai hasil atas kebendaan tak bergerak
 Hak pengabdian tanah
 Hak numpang karang
 Hak usaha

- Bunga tanah ( uang atau barang )


- Bunga sepersepuluh
- Pajak pasar dan hak istimewa yang melekat
- Gugatan guna menuntut pengembalian atau penyerahan benda tak bergerak

Hak Kebendaan yang Sifatnya Memberikan Jaminan atas Perlunasan Utang


Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang ( hak jaminan ) adalah hak jaminan yang
melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan kepadanya untuk melakukan eksekusi
kepada benda yang dijadikan jaminan, jika debitor melakukan wanprestasi terhadap suatu prestasi
( perjanjian ).

Hak jaminan tidak dapat berdiri sendiri karena hak jaminan merupakan perjanjianyang bersifat
tambahan ( accesoir ) dari perjanjia pokoknya, yakni perjanjian utang-piutang ( perjanjian kredit ).

Perjanjian utang piutang dalam KUH Perdata tidak diatur secara terpinci, namun tersirat dalam
Pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjam pengganti, yakni dikatakan bahwa bagi mereka
yang meminjam harus mengembalikan dengan bentuk dan kualitas yang sama.

Ketentuan dalam menberikan jaminan :


Benda Bentuk Jaminan
Bergerak Gadai ( Pand )
Tidak Bergerak Hipotik ( selain tanah )
Tanah Hak Tanggungan
Selain Tanah Fidusia

2.1 Macam – Macam Perlunasan Utang


2.1.1 Perlunasan Utang dengan Jaminan Umum
Perlunasan utang dengan jaminan umum didasarkan pada Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata.
Benda yang dijadikan perlunasan jaminan umum apabila telah memenuhi persyaratan, antara lain :
Benda tersebut bersifat ekonomis ( dapat dinilai dengan uang ).
Benda tersebut dapat dipindahtangankan haknya kepada pihak lain.

2.1.2 Perlunasan Utang dengan Jaminan Khusus


Jaminan khusus ini merupakan hak khusus bagi jaminan tertentu bagi pemegang gadai, hipotik,
hak tanggungan, dan fidusia.

Benda-benda yang dijadikan jaminan ini, yaitu :


 Benda tersebut bersifat ekonomis
 Benda tersebut dapat dipindahtangankan haknya kepada pihak lain

Tanah yang dijadikan jaminan ditunjuk oleh Undang-undang


Tanah-tanah tersebut sudah terdaftar dalam daftar umum (bersertifikat) berdasarkan PP No 29
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Gadai ( Pasal 1150 – 1160 KUH Perdata )


Gadai adalah hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya
oleh debitor untuk menjamin suatu utang.

Sifat – Sifat gadai :


 Merupakan jaminan untuk benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
 Gadai besifat accesoir, artinya merupakan perjanjian tambahan dari perjanjian pokok.
 Adanya sifat kebendaan.
 Syarat inbezitztelling, artinya benda gadai harus keluar dari kekuasaan pemberi gadai atau
benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada pemegang gadai.

Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.


Hak preferensi, yaitu hak untuk didahulukan (Pasal 1130 jo Pasal 1150 KUHPerdata).
Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai tidak akan menjadi hapus dengan
dibayarnya sebagian dari utang.

Hak – Hak Pemegang Gadai :


Berhak menjual benda gadai atas kekuasaannya sendiri.
Berhak mendapat ganti rugi yang berupa biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan
benda gadai.
Berhak untuk menahan benda gadai ( hak retensi ) sampai ada pelunasan utang dari debitur.
Mempunyai hak preferensi, yaitu hak untuk didahulukan dari kreditur – kreditur yang lain.
Berhak menjual benda gadai dengan perantara hakim, jika debitor menuntut di muka hakim
supaya barang gadai dijual untuk melunasi hutang dan bunganya.
Atas ijin hakim tetap menguasai benda gadai.
Kewajiban Pemegang Gadai (Pasal 1157 – 1159 KUH Perdata ) :
Pemegang gadai bertanggungjawab atas hilangnya atau merosotnya harga barang yang digadaikan,
jika itu terjadi atas kelalaiannya.
Berkewajiban memberitahukan pemberi gadai jika barang gadai dijual.
Bertanggungjawab terhadap hasil penjualan barang gadai.
Kewajiban untuk mengembalikan benda gadai jika debitor melunasi utangnya.
Kewajiban untuk memelihara benda gadai.
Hapusnya Gadai :
Hapusnya perjanjian pokok ( perjanjian utang-piutang sudah dilunasi ).
Karena musnahnya benda gadai.
Karena pelaksanaan eksekusi.
Karena pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela.
Karena pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai.
Karena penyalahgunaan benda gadai.
Hipotik ( Pasal 1162 – 1232 KUH Perdata )
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian dari
padanya bagi pelunasan suatu perutangan (verbintenis).

Sifat – Sifat Hipotik :


Accesoir
Zaakgevolg ( droit de suite ), yaitu hak hipotik senantiasa mengikuti bedanya dalam tagihan tangan
siapapun benda tersebut berada. Diatur dalam Pasal 1163 ayat (2) KUH Perdata.
Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (droit de preference), berdasarkan Pasal
1133 – 1134 ayat (2) KUH Perdata.
Objeknya benda-benda tetap.

Benda Bentuk Jaminan Benda Bentuk Jaminan


Bergerak Gadai ( Pand )

Tidak Bergerak Hipotik ( selain tanah ) Tidak Bergerak Hipotik ( selain tanah )
Tanah Hak Tanggungan Tanah Hak Tanggungan

Hak Tanggungan ( diatur dalam UUHT )


Hak tanggungan adalah hak jaminan atas tanah yang dibebankan berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan utang dan memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
Objek Hak Tanggungan ( Pasal 4 UU No 4/1996 ) :
Hak milik
Hak Guna Usaha ( HGU )
Hak Guna Bangunan ( HGB )
Rumah susun berikut tanah, hak bersama serta hak milik atas satuan rumah susun
Hak pakai atas tanah Negara
Fidusia ( UU No 42 Tahun 1999 )
Fidusia adalah perjanjian accesor antara debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik
secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor.

Objek Jaminan Fidusia ( UUJF ) :


Benda yang dapat dimiliki dan dialihkan
Benda terdaftar dan tidak terdaftar
Benda bergerak dan tidak bergerak
Benda yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.
Hapusnya Jaminan Fidusia ( Pasal 25 UUJF ):
Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia
Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitor
Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Anda mungkin juga menyukai