Anda di halaman 1dari 16

Hukum Perdata Internasional

Materi

PRINSIP KEWARGANEGARAAN INDONESIA,


KEBENDAAN DAN PERKAWINAN

Dr. Sri Walny Rahayu, S.H, M.Hum


Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
sriwalnyrahayu1@gmail.com
©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 1
PEMAKNAAN PRINSIP KEWARGANEGARAAN
DALAM HPI INDONESIA

ASAS KEWARGANEGARAAN MENURUT HPI INDONESIA

UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Asas Ius Soli


Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara tempat kelahiran. Bagi negara Indonesia penentuan yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang tersebut.

©Sri Walny Rahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 2


ASAS KEWARGANEGARAAN DALAM SISTEM HUKUM
INDONESIA
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Asas Ius Sanguinis


Adalah penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau
pertalian darah. Artinya penentuan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, bukan berdasarkan
negara tempat tinggalnya.

Asas Kewarganegaraan Tunggal


Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 3


ASAS KEWARGANEGARAAN
MENURUT HPI INDONESIA

UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Asas Kewaganegaraan Ganda Terbatas


Adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak
mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride ataupun
tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda
yang diberikan kepada anak-anak dalam undang-undang ini
merupakan suatu pengecualian.

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 4


PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)
Negara Republik Indonesia memberi
kesempatan kepada orang asing (bukan warga
negara) untuk menjadi warga negara. Dalam
hal permohonan kewarganegaraan atau
naturalisasi

Naturalisasi Biasa
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Naturalisasi Istimewa (Luar Biasa)


9 March 2021 5
©Sri Walny Rahayu-HPI_FH USK
AKIBAT PEWARGANEGARAAN

Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran


dan anakanaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan

Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan seperti orang asing.

Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat


perkawinan sah tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan
itu.

Anak yang belum berumur 18 Tahun dan belum kawin yang mempunyai
hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu
memperoleh kewarganegaraan RI turut memperoleh kewarganegaraan RI.

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 6


AKIBAT PEWARGANEGARAAN

Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran


dan anakanaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan

Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa
memandang kedudukan hukum ayahnya baik sah maupun tidak
sebelum usia 18 Tahun memiliki kewarganegaran ganda. Setelah 18
Tahun diharuskan memilih kewaranegaraan.

Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas
kedudukan orang tuanya atau tidak diketahui orang tuanya
merupakan kewarganegaraan RI.

Anak dibawah usia 5 Tahun telah ditetapkan secara sah sebagai


anak WNA berdasarkan pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 7


PEMAKNAAN KEBENDAAN DALAM
PERKAWINAN BERDASARKAN HPI
ASAS-ASAS HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL DALAM PERKAWINAN

Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PERKAWINAN


didefinisikan sebagai :

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria


dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

©Sri Walny Rahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 8


ASAS-ASAS HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL DALAM PERKAWINAN

Ikatan semacam itu berlangsung antara pria dengan wanita yang


masing-masing dari mereka tunduk pada sistem hukum nasionalnya
yang berbeda. Hal ini memunculkan persoalan-persoalan HPI dalam
bidang hukum keluarga yang meliputi :

Masalah Validitas Perkawinan,


Kekuasaan Orang Tua,
Status Anak, Dan
Juga Masalah Megenai Kebendaan Atau Harta Ketika
Perkawinan Itu Berakhir.

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 9


ASAS-ASAS HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL DALAM PERKAWINAN

DALAM HPI PERSOALAN POKOKNYA


ADALAH SISTEM HUKUM MANAKAH YANG
HARUS DIBERLAKUKAN TERHADAP
PERSOALAN-PERSOALAN DI ATAS

©Sri Walny Rahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 10


PENGERTIAN PERKAWINAN CAMPURAN
Secara teoritis dalam HPI dikenal dua pandangan utama yang
berusuaha membatasi pengertian “perkawinan campuran

Perkawinan yang berlangsung antara pihak yang berbeda domicile-


nya sehingga terhadap masing-masing pihak berlaku kaidah hukum
yang berbeda.

Pernikahan antara pihak yang berbeda kewarganegaraannya.

©Sri Walny Rahayu- 9 March 2021 11


HPI_FH USK
AKIBAT PERKAWINAN CAMPURAN
Beberapa asas yang berkembang dalam HPI mengenai akibat
perkawinan, mengakibatkan perkawinan tunduk pada

Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan (Lex Loci Celebrationis)

Sistem hukum dari tempat suami-istri bersama-sama menjadi warga negara


setelah perkawinan

Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama setelah
perkawinan atau tempat suami-istri ber-domicile setelah perkawinan

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 12


ASAS-ASAS HPI TENTANG
HUKUM BENDA
Kesulitan selalu timbul apabila pembahasan tentang benda dan hak-hak
kebendaan dalam HPI sehubungan dengan benda tetap (imoveables),
benda bergerak (movable) serta benda tak berwujud (intangibles)
karena setiap sistem hukum menetapkan kriteria serta klarifikasi
tentang benda yang berbeda-beda

pertanyaan yang penting dalam HPI adalah berdasarkan hukum mana


klasifikasi jenis benda itu harus dilakukan. Dalam kaitan ini, teori HPI
mengenal 2 (dua) asas utama yang menetapkan bahwa klasifikasi
berdasarkan :

Hukum dari tempat gugatan atas benda itu diajukan


(lex fori)

Hukum dari tempat benda berada/terletak (lex situs)


©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 13
STATUS BENDA TETAP

Asas umum yang diterima dalam HPI


menetapkan bahwa status benda tetap
ditetapkan berdasarkan lex situs atau
hukum dari tempat benda
berada/terletak. Asas ini juga dimuat
dalam Pasal 17 Algemene Bepalingen van
wetgeving voor Indonesia (AB).

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 14


STATUS BENDA BERGERAK
Beberapa asas HPI yang menyangkut penentuan status
benda bergerak, menetapkan berdasarkan :

 Hukum dari tempat pemegang hak atas benda tersebut


berkewarganegaraan

 Hukum dari tempat pemegang hak atas benda tersebut

 Hukum dari tempat benda terletak

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 15


STATUS BENDA BERGERAK
Benda yang dikategorikan ke dalam “benda tidak berwujud”
biasanya meliputi utang-piutang, HKI, Hak Pakai.
Asas HPI yang relevan dengan usaha penentuan status benda
tak berwujud, di antaranya, menetapkan bahwa yang
diberlakukan adalah sistem dari tempat :

 Kreditor atau pemegang hak atas benda itu berkewarganegaraan

 Pembuat perjanjian utang piutang (khusus untuk perjanjian


utang piutang)

 Sistem hukum dipilih oleh para pihak dalam perjanjian yang


menyangkut benda-benda tersebut

©Sri WalnyRahayu-HPI_FH USK 9 March 2021 16

Anda mungkin juga menyukai