Anda di halaman 1dari 8

A.

Fidei Commis

Pengertian secara harafiah Fidei Commis, Fidei berarti Kepercayaan dan
Commis berarti Kewajiban. Dalam Kitab Undang-Udang Hukum Perdata Fidei
commis diatur dalam Pasal 879 ayat 1 dan 2, yang mengatur, bahwa :
Pasal 879
(1) Pengangkatan waris atau pemberian hibah wasiat dengan lompat tangan, atau
sebagai fideicommis adalah terlarang.
(2) Oleh karena itu, pun bagi si yang diangkat atau yang menerima hibah, batal dan
tak berhargalah setiap ketetapan, dengan mana masing-masing mereka
diwajibkan menyimpan barang-barang warisan atau hibahnya, untuk kemudian
menyerahkannya baik seluruhnya mauoun untuk sebagian, kepada orang ke tiga.
Menurut pendapat J. Satrio dalam buku Hukum Waris (hal. 210), Pasal 879
KUHPerdata dengan tegas melarang pengangkatan waris atau hibah wasiat lompat
tangan, dengan sanksi, bahwa pemberian yang demikian adalah batal bagi yang
diangkat atau si penerima hibah (lihat Pasal 879 ayat [2] KUHPer).
Dari rumusan Pasal 879 ayat (2) KUHPer, J. Satrio merumuskan definisi fidei
commis atau pewarisan secara lompat tangan sebagai: suatu ketetapan dalam surat
wasiat, dimana ditentukan bahwa orang yang menerima harta si pewaris, atau
sebagian daripadanya termasuk para penerima hak daripada mereka, berkewajiban
untuk menyimpan yang mereka terima, dan sesudah suatu jangka waktu tertentu atau
pada waktu matinya si penerima, menyampaikan/menyerahkannya kepada seorang
ketiga.
1
Sedangkan menurut Prof Subekti, fidei commis adalah pemberian warisan
kepada seorang waris dengan ketentuan, ia wajib menyimpan warisan itu dan setelah
lewat suatu waktu atau apabila si pewaris itu sendiri telah meninggal, warisan itu
harus diserahkan kepada orang lain yang sudah ditetapkan di testment.
2

Pada fidei commis terdapat tiga pihak, dijelaskan oleh J. Satrio (hal. 211)
bahwa ketiga pihak tersebut adalah:
1. Pewaris


1
Arif Indra Setyadi, Pengangkatan Waris atau Pemberian Hibah Wasiat dengan Lompat
Tangan (Fidei commis), artikel diakses pada tanggal 6-11-2012 dari
http://notariatundip2011.blogspot.com/2012/03/pengangkatan-waris-atau-pemberian-hibah.html.

2
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermesu, 2001), hal. 112.
Pewaris adalah orang yang memiliki atau memegang atau menguasai atau yang
meninggalkan harta untuk diteruskan kepada ahli waris atau pihak ketiga,
termasuk didalamnya adalah beban-beban,hibah dan wasiat kepada pihak ketiga.
2. Pemikul Beban (bezwaarde )
Yang dimaksud dengan Pemikul Beban atau bezwaarde adalah orang yang
pertama-tama ditunjuk sebagai ahli waris/legetaris, dengan tugas/kewajiban
menyimpan barang dari pewaris dan menyampaikannya kepada pihak ketiga
3. Penunggu (verwachter)
Yang dimaksud dengan Penunggu atau verwachter adalah orang yang akan
menerima harta dari pewaris melalui bezwaarde/pemikul beban.
Menurut pendapat Mulyadi, SH, MS dalam buku Hukum Waris Dengan
Adanya Surat Wasiat pada halaman 23 Fidei Commis yaitu pemberian wasiat
pengangkatan waris atau legaat dengan lompat tangan adalah dilarang dan batal
apabila ada penetapan dari si Pewaris, bahwa seseorang ahli waris dibebani kewajiban
untuk menyimpan harta warisan atau barang tertentu dari harta warisan itu, dan
kemudian untuk menyerahkan barang-barang itu kepada pihak ketiga.
Fidei Commis dilarang oleh pasal 879 KUH Perdata, dengan alasan, bahwa
dirasakan sebagai keberatan besar, sebagai akibat fideicommis ini, akan ada barang-
barang yang mungkin dalam waktu yang agak lama sama sekali tak dapat
diperdagangkan.
Pada dasarnya Fidel commis dilarang, namun dalam beberapa hal diperbolehkan,
seperti:
1. Fidel commis de residuo; seorang ketiga yang meninggal dunia sebelumnya,
diberikan untuk anaknya yang sah sudah atau belum dilahirkan telah dikaruniai
dengan seluruh atau sebagaian berupa harta waris yang tidak terjual atau tidak
dihabiskan dari seorang ahli waris atau seseorang penerima hibah atau wasiat
tersebut. Pasal 881 KUH Perdata.
Pada Pasal 990 KUH Perdata mengatur bahwa setiap Fidei commis de residuo ini,
ahli waris atau penerima hibah diwajibkan untuk membuat pertelaan dan
perincian atas barang-barang warisan, tetapi tidak perlu ada jaminan oleh pihak
yang dibebani, agar barang-barang itu diurus dengan sebaik-baiknya.
2. Fidel commis kepada cucu dan keturunan saudara-saudara
Kedua orang tua diperbolehkan dengan surat wasiat menghibah wasiatkan seluruh
atau sebagian harta kekayaan mereka, yang mana berhaklah mereka
menggunakannya dengan bebas, kepada salah seorang anak mereka atau lebih
dengan perintah akan menyerahkan barang-barang itu kepada sekalian nak
masing-masing, baik yang sudah ada maupun yang akan dilahirkan. (Pasal 973
ayat [1] KUH Perdata)
Fidel commis kepada cucu dan keturunan saudara-saudara diatur dalam Pasal 973
sampai dengan Pasal 988 KUH Perdata.
3


B. Legitieme Portie
Menurut Prof. Subekti, Legitieme Portie adalah suatu bagian tertentu dari
harta peninggalan yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang meninggalkan
warisan. Sedangkan menurut Pasal 913 KUHper, bagian mutlak atau legitieme portie
adalah suatu bagian dari harta peninggalan yang harus diberikan kepada para ahli
waris dari garis lurus menurut undang-undang, terhadap bagian mana si pewaris yang
meninggal tak diperbolehkan menetapkan sesautu, baik selaku pemberian antara yang
masih hidup maupun selaku wasiat.
4
Pengaturan mengenai legitieme portie ini oleh
undang-undang dipandang sebagai suatu pembatasan kemerdekaan seseorang untuk
membuat wasiat atau testament menurut kehendaknya sendiri. Karena itu pasal-pasal
legitieme portie dimasukkan dalam bagian mengenai hak mewarisi menurut wasiat
(testaimenteir erfecht).
5

Bagian Legitieme Portie
Pasal 914 KUHPerdata, ahli waris yang mempunyai Legitieme Portie anak sah.
1. Apabila pewaris hanya meninggalkan 1 (satu) orang anak sah dalam garis
kebawah, maka legitieme portie itu terdiri dari 1/2 (seperdua) dari harta
peninggalan yang akan diterima anak itu pada pewarisan karena kematian.
2. Apabila yang meninggal meninggalkan 2 (dua) orang anak, maka legitieme
portie untuk tiap-tiap anak yakni 2/3 (duapertiga) bagian dari apa yang akan
diterima setiap anak pada pewarisan karena kematian. Dalam hal orang yang


3
Arif Indra Setyadi, Pengangkatan Waris atau Pemberian Hibah Wasiat dengan Lompat
Tangan (Fidei commis), diakses pada tanggal 6-11-2012 dari
http://notariatundip2011.blogspot.com/2012/03/pengangkatan-waris-atau-pemberian-hibah.html.

4
Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999), hal.
277.

5
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, hal. 114.
meninggal dunia meninggalkan 3 (tiga) orang anak atau lebih, maka legitieme
portie itu 3/4 (tigaperempat) bagian dari apa yang sedianya akan diterima tiap
anak pada pewarisan karena kematian. Sebutan anak-anak dimaksudkan juga
untuk keturunan-keturunan mereka dalam derajat seberapa pun, akan tetapi
mereka ini hanya dihitung sebagai pengganti anak yang mereka wakili dalam
mewarisi warisan si pewaris.

Pasal 915 KUHPerdata, Legitieme Portie orangtua.
Pada garis ke atas legitieme portie selalu sebesar separuh dari apa yang menurut
undang-undang menjadi bagian tiap-tiap keluarga sedarah pada pewarisan karena
kematian.
Pasal 916 KUHPerdata, Legitieme Portie anak luar kawin.
Legitieme portie anak yang lahir di luar perkawinan tetapi telah diakui dengan sah,
yakni 1/2 (seperdua) dari bagian yang diatur oleh undang-undang akan diberikan
kepada anak di luar kawin itu pada pewarisan karena kematian.
6

C. Pembagian Waris
Pembagian Waris, menurut KUHperdata.
Dalam pewarisan keluarga disusun dalam kelompok yang disebut golongan
ahli waris. Golongan ini terdiri dari 4 golongan. Golongan ini diukur menurut jauh-
dekatnya hubungan darah dengan pewaris dimana golongan terdekat menutup
golongan yang lebih jauh.
Golongan Ahli waris Bagian Keterangan BW
Golongan 1 Istri/Suami 1/2 Bersama anak Pasal 852
Anak 1/2 Apabila tunggal
Pasal 914 2/3 2 orang anak
3/4 3 orang anak atau
lebih


6
TanyaHukum, Ketentuan Hukum Waris Dalam KUHPerdata, artiikel akses pada tanggal 20-
11-2012 dari http://www.tanyahukum.com/keluarga-dan-waris/122/ketentuan-hukum-waris-dalam-
kuhperdata/.
Golongan 2 Ayah dan Ibu 1/3 Apabila ada 1
saudara
Pasal 854

1/4 Apabila ada lebih
dari 1 saudara
Saudara Setelah dikurangi bagian dari
orang tua
Ayah 1/2 Apabila ada 1
saudara



Pasal 855
1/3 Apabila ada 2
saudara
1/4 Apabila ada lebih
dari 2 saudara
Ibu Besar bagiannya sama seperti
Ayah
Golongan 3 Garis Ayah
lurus ke atas
1/2 Apabila bapak dan
ibu telah tidak ada
Pasal 858
Garis Ibu lurus
ke atas
1/2
Golongan 4 Seorang waris
terdekat pada
tiap garis

Pasal 858 ayat 2
Anak luar
kawin
dari bagian ahli waris
menurut undang-undang
Pasal 873 dan 916

Pembagian waris, menurut KHI
Pasal 174
(1) Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:
a. Menurut hubungan darah:
- Golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki,
paman dan kakek.
- Golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara
perempuan, dan nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda, atau janda.
(2) Apabila ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya: anak,
ayah, ibu, janda atau duda.

No Ahli waris Bagian Keterangan KHI
1. Anak perempuan 1/2 Apabila tunggal
Pasal 176 2/3 2 orang atau lebih
2:1 Bersama anak laki-
laki
2. Ayah 1/3 Apabila pewaris tidak
meninggalkan
keturunan



Pasal 177 1/6 Apabila pewaris
meninggalkan
keturunan
3. Ibu 1/3 Apabila pewaris tidak
meninggalkan
keturunan



Pasal 178 ayat 2 1/6 Apabila pewaris
meninggalkan
keturunan
4. Duda 1/2 Apabila pewaris tidak
meninggalkan
keturunan



Pasal 179 1/4 Apabila pewaris
meninggalkan
keturunan
5. Janda 1/4 Apabila pewaris tidak
meninggalkan
keturunan



Pasal 180 1/8 Apabila pewaris
meninggalkan
keturunan
6. Saudara laki-laki 1/6 Apabila tunggal
dan perempuan
seibu

Pasal 181
1/8 Apabila 2 orang atau
lebih
7. Saudara
perempuan
kandung se-ayah
1/2 Apabila tidak adah
ayah dan anak

Pasal 182
7

2/3 Apabla 2 orang atau
lebih

D. Harta Peninggalan Yang Tidak Terurus.
Berdasarkan KUHperdata dalam Buku Kedua-Benda pada BAB XVIII
Mengenai Harta Peninggalan Yang Tidak Terurus.
Pasal 1126.
Bila pada waktu terbukanya suatu warisan tidak ada orang yang muncul menuntut
haknya atas warisan itu, atau bila ahli waris yang dikenal menolak warisan itu, maka
harta peninggalan itu dianggap tidak terurus.
Pasal 1127.
Balai Harta Peninggalan, menurut hukum wajib mengurus setiap harta peninggalan
tak terurus yang terbuka dalam daerahnya, tanpa memperhatikan apakah harta itu
cukup atau tidak untuk melunasi utang pewarisnya. Balai itu, pada waktu mulai
melaksanakan pengurusan, wajib memberitahukan hal itu kepada jawatan Kejaksaan
pada Pengadilan Negeri. Dalam hal ada perselisihan tentang terurus tidaknya suatu
harta peninggalan. Pengadilan itu atas permohonan orang yang berkepentingan atau
atas saran jawatan Kejaksaan, setelah minta nasihat, Balai Harta Peninggalan akan
mengambil keputusan tanpa persidangan.
Pasal 1128.
Balai Harta Peninggalan setelah mengadakan penyegelan yang dianggap perlu, wajib
untuk mengadakan pemerincian harta peninggalan itu, dan mengurusnya serta
membereskannya.
Balai itu wajib untuk melacak para ahli waris, dengan cara memasang panggilan
melalui surat kabar resmi, atau dengan cara lain yang lebih tepat. Balai itu harus


7
Abdul Manan dan Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 105-108.
bertindak dalam Pengadilan mengenai tuntutan-tuntutan hukum yang telah diajukan
terhadap harta peninggalan itu, dan menjalankan serta melanjutkan hak-hak dari orang
yang telah meninggal itu, dan memberikan perhitungan mengenai pengurusannya
kepada orang yang seharusnya melakukan perhitungan itu.
Pasal 1129.
Bila setelah lampaunya waktu tiga tahun terhitung dari saat terbukanya warisan itu,
tidak ada ahli waris yang muncul, maka perhitungan penutupnya harus dibuat untuk
negara, yang berwenang untuk menguasai barang-barang peninggalan itu untuk
sementara.
8



8
Artikel diakses pada 20-11-2012 dari
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/perdata/peinggalan/.htm.

Anda mungkin juga menyukai