Dosen pengampu:
1. Dr. Elan, M.pd.
2. Cahyono, M.pd.
Penyusun :
MIRAZEIN GAUTAMI
NPM. 195010041
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan hasil kunjungan ke desa umbul ponggok.
Laporan ini telah saya susun semaksimal mungkin dan tentunya mendapat
bantuan dari berbagai pihak, sehingga saya mampu menyusun makalah ini dengan
tepat waktu. Dengan itu saya sangat berterimakasih kepada banyak pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
susunan bahasa maupun penulisan. Oleh karena itu, saya menerima saran dan
kritik dari pembaca sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini.
Bandung, 17 Maret
2020
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................4
KAJIAN TEORI....................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................20
iii
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................20
3.1. Hasil............................................................................................................20
BAB IV..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
4.1. Simpulan.....................................................................................................22
4.2. Saran...........................................................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................................23
Lampiran..............................................................................................................24
C. Pedoman Dokumentasi.............................................................................31
iv
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL KUNJUNGAN
MIRAZEIN GAUTAMI
NPM. 195010041
Dosen Pengampu
NIPY.
Mengetahui,
Ketua Program Studi PPKn,
v
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jejak pengaturan tentang Desa dapat ditelusuri jauh sebelum Indonesia
merdeka. Kumpulan masyarakat yang terikat pada adat tertentu hidup di Desa-
Desa atau nama lain sesuai dengan karakteristik setempat. Dalam hubungan
organisasi pemerintahan Hindia Belanda, Desa diakui sebagai suatu kesatuan
hukum yang berdasar pada adat. Hakim-hakim Desa diakui secara resmi pada
tahun 1935.
1
pajak kendaraan dan rooiver gooningen. Pada waktu itu ada kekhawatiran
yang dipelopori oleh Soepomo bahwa struktur pemerintahan yang baru akan
menghilangkan keberadaan struktur Pemerintahan Desa yang masih hidup,
sehingga perlu diberi perlindungan dan waktu untuk mempelajari
(menginventarisasi) lagi keberadaan masyarakat Desa (adat). Kemudian tiga
tahun sesudahnya dalam UU No. 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan
Daerah terdapat pengaturan lebih lanjut mengenai daerah otonom, yang
dibagi ke dalam kelompok Daerah Otonom Biasa dan Daerah Otonom
Istimewa. Diatur pula mengenai bentuk dan susunan serta wewenang dan
tugas Pemerintahan Desa sebagai suatu daerah otonom yang berhak mengatur
dan mengurus pemerintahannya sendiri.
Diwarnai dinamika hubungan pusat dan daerah seperti pemberontakan
PRRI/Permesta, lahirlah sejumlah regulasi lain yang mengatur tentang Desa,
antara lain UU No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah, UU No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
dan UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desapraja. Desapraja adalah kesatuan
masyarakat hukum yang tertentu batas-batas daerahnya, berhak mengurus
rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya, dan mempunyai harta benda
sendiri. Aturan ini dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya Daerah
Tingkat III di seluruh wilayah Indonesia.
2
1.2. Tujuan Penulisan
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Hukum Tata Negara
b) J. H. A. Logemann
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi
negara.Negara adalah organisasi jabatan-jabatan.Jabatan merupakan
pengertian yuridis dan fungsi, sedangkan fungsi merupakan pengertian
yang bersifat sosiologis. Karena negara merupakan organisasi yang terdiri
dari fungsi-fungsi dalam hubungannya satu dengan yang lain maupun
dalam keseluruhannya, maka dalam pengertian yuridis, negara merupakan
organisasi jabatan
c) Kusumadi Pudjosewojo
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur bentuk negara
dan bentuk pemerintahan, yang menunjukkan masyarakat hukum yang
atasan maupun yang bawahan, beserta tingkatan-tingkatannya yang
selanjutannya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari
masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat
perlengkapan yang memegang kekuasaan dari masyarakat hukum itu,
beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat
perlengkapan negara itu.
4
2.1.2. Sumber Hukum Tata Negara
a) Sumber Materiil
Seperti yang di ketahui bersama segala sesuatu yang ada di
Indonesia haruslah berasal dan bersumber dari pancasila. Pancasila adalah
sumber hukum materiil bagi semua hukum yang ada di Indonesia. Begitu
juga dengan sumber hukum tata negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
Menjadi Inspirasi sekaligus Bahan (Materi) dalam Menyusun Semua
Peraturan Hukum Tatanegara. Pancasila juga sekaligus sebagai Alat
Penguji Setiap Peraturan Hukum Tatanegara yang Berlaku, Apakah
Bertentangan atau Tidak dengan Nilai-nilai Pancasila seperti yang
tercantum di dalam ketetapan MPR No. III/2000 Pasal 1, 2, 3, Serta UU.
No. 12 Tahun 2012 Pasal 2.
b) Sumber Formil
Sumber Formil hukum di Indonesia yaitu UUD 1945. UUD 1945 Sebagai
Hukum Dasar Tertulis yang Merupakan Bentuk Peraturan Perundang-
undangan Tertinggi yang Menjadi Dasar dan Sumber (Formil) Bagi Semua
Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Ketatanegaraan Indonesia
seperti yang telah tercantum dalam Ketetapan MPR No. III/2000 Pasal 3,
Serta UU. No. 12 Tahun 2011 Pasal 3. Bentuk & Tata Urutan Perundangan
Sebagai Bagian Dari Sumber Formil Htn Indonesia (UU. No. 12 tahun
2011 pasal 7) yaitu antara lain sebagai berikut :
5
o PERDA Kota/Kabupaten
o Peraturan Desa.
c) Konvensi
Sesudah sumber hukum formil dan materiil dari hukum tata negara
Indonesia. Di Indonesia hukum tata negara juga bersumber dari konvensi.
Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan adalah sebuah sumber dari hukum
tata negara Indonesia. Kebiasaan dalam Praktek Ketatanegaraan yang
Dilakukan Berulang-ulang, sehingga memiliki Kekuatan yang Sama
dengan Undang-undang. Karena Diterima dan Dijalankan, Tidak jarang
dapat menggeser Peraturan Hukum Tertulis.
Contoh :
d) Traktat
Traktat atau perjanjian internasional. Perjanjian Internasional
(Bilatral Maupun Multilatral) yang terkait dengan sebuah Hukum
Tatanegara Suatu Negara. Perjanjian Internasional (Bilatral Maupun
Multilatral) yang Terkait dengan Hukum Tatanegara Indonesia. Misalnya
yaitu : Traktat Asean, UDHR PBB.
6
1. Organisasi negara,baik tingkat pusat maupun daerah.
2. Struktur,tugas dan wewenang dari alat perlengkapan negara.
3. Hubungan antar alat perlengkapan negara baik secara vertikal maupun
horizontal.
4. Wilayah negara,sistem pemerintahannya.
5. Kedudukan serta hak-haknya.
6. Hubungan antara warga negara dengan pemerintah dan sebaliknya.
7
Hukum Tata Negara melihat Undang-Undang adalah produk hukum
yang dibentuk oleh alat-alat perlengkapan
Negara yang diberi wewenang melalui prosedur dan tata cara yang
sudah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara. Dengan kata lain Ilmu
Politik melahirkan manusia-manusia Hukum Tata Negara sebaliknya
Hukum Tata Negara merumuskan dasar dari perilaku politik/kekuasaan.
Menurut Barrents, Hukum Tata Negara ibarat sebagai kerangka
manusia, sedangkan Ilmu Politik diibaratkan sebagai daging yang
membalut kerangka tersebut.
c) Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari Hukum Tata
Negara dalam arti luas, sedangkan dalam arti sempit Hukum
Administrasi Negara adalah sisanya setelah dikurangi oleh Hukum Tata
Negara. Hukum Tata Negara adalah hukum yang meliputi hak dan
kewajiban manusia, personifikasi, tanggung jawab, lahir dan hilangnya
hak serta kewajiban tersebut hak-hak organisasi batasan-batasan dan
wewenang.
Hukum Administrasi Negara adalah yang mempelajari jenis bentuk
serta akibat hukum yang dilakukan pejabat dalam melakukan tugasnya.
Menurut Budiman Sinaga, mengenai perbedaan antara Hukum Tata
Negara dengan Hukum Administrasi Negara terdapat banyak pendapat.
Secara sederhana, Hukum Tata Negara membahas negara dalam
keadaan diam sedangkan Hukum Administrasi Negara membahas
negara dalam keadaan bergerak. Pengertian bergerak di sini memang
betul-betul bergerak, misalnya mengenai sebuah Keputusan Tata Usaha
Negara. Keputusan itu harus diserahkan/dikirimkan dari Pejabat Tata
Usaha Negara kepada seseorang.
d) Hukum Internasional
C. Parry dalam bukunya, “Manual of Public International
Law” (dikutip oleh Wade and Phillips) mengatakan bahwa: HI
berkaitan dengan hubungan luar negeri suatu Negara dengan Negara-
negara lain. HTN mengatur hubungan Negara dengan warga negaranya
8
dan pihak-pihak lain di dalam wilayah Negara. Keduanya
memperhatikan mengenai masalah pengaturan nilai-nilai dan proses
hukum kekuasaan besar yang dimiliki oleh Negara modern. Pada
prinsipnya sistem hukum nasional dan HI berlaku pada level berbeda,
tetapi satu cabang penting HTN adalah hukum nasional yang
berhubungan dengan kekuasaan pemerintah untuk mengadakan
perjanjian internasional- traktat dengan Negara-negara lain yang
menimbulkan kewajiban-kewajiban internasional baru.
Selain itu, ada juga teori Selbsi-limitation theorie, yang
diperkenalkan oleh penganut paham monism, terutama yang terkenal :
George Jellineck dan Zorn berpendapat bahwa Hukum Internasional itu
tidak lain daripada HTN yang mengatur hubungan luar suatu Negara.
HI bukan suatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan mengikat
di luar kemauan Negara.
Kedua pandangan di atas menunjukan bahwa HTN dan HI
memiliki hubungan yang saling membutuhkan dimana HTN memiliki
fungsi-fungsi yang bermanfaat bagi penerapan HI. HI pun memiliki
fungsi-fungsi penting bagi penerapan HTN.
9
berdasarkan asa tonomi dan juga pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dengan system dan juga prinsip NKRI sebagaimana yang
dimaksud dalam UUD RI Tahun 1945.
10
Di dalam UU ini dicantumkan ketentuan bahwa segala urusan
rumah tangga daerah diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan apabila
terdapat urusan yang belum diatur oleh pemerintah pusat atau pemerintah
yang lebih tinggi wewenangnya dapat diatur oleh pemerintah daerah.
Ketentuan ini merupakan awal dari berlakunya otonomi daerah.
11
pemerintahan. Tujuan pelaksanaan otonomi daerah juga turut disebutkan
di dalam UU ini.
12
rumah tangganya sendiri, memilih siapa pemimpinnya, dan memilik harta
benda sendiri.
Selain itu, UU ini juga mengatur salah satu aspek dalam asas
desentralisasi yaitu penambahan penyerahan urusan kepada daerah
ditetapkan melalui peraturan pemerintah.
13
nasional dan melaksanakan administrasi desa yang semakin meluas dan
efektif.
14
tidak lepas dari adanya pengaruh dari perubahan aturan mengenai
pemilihan kepala daerah.
15
Perangkat Desa (Sekretaris Desa, Kebayan, Lado, Modin, Patengan, Ketua
BUMDes dan Kamituo) dan Badan Permusyawaratan Desa. Kepala desa dipilih
oleh penduduk desa secara langsung.
Salah satu poin yang paling krusial dalam pembahasan RUU Desa, adalah terkait
alokasi anggaran untuk desa, di dalam penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang
Keuangan Desa. Jumlah alokasi anggaran yang langsung ke desa, ditetapkan
sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah. Kemudian
dipertimbangkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, kesulitan
geografi. Hal ini dalam rangka meningkatkan masyarakat desa karena
diperkirakan setiap desa akan mendapatkan dana sekitar 1.4 miliar berdasarkan
perhitungan dalam penjelasan UU desa yaitu, 10 persen dari dan transfer daerah
menurut APBN untuk perangkat desa sebesar Rp. 59, 2 triliun, ditambah dengan
dana dari APBD sebesar 10 persen sekitar Rp. 45,4 triliun. Total dana untuk desa
adalah Rp. 104, 6 triliun yang akan dibagi ke 72 ribu desa se Indonesia.
16
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Status
Latar Belakang
a. bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan
diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga
dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan
dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera;
c. bahwa Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan perlu diatur tersendiri dengan undang-undang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Desa;
Dasar Hukum
17
Landasan hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, dan
Pasal 22D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
18
memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia;
melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,
terbuka, serta bertanggung jawab;
meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial
sebagai bagian dari ketahanan nasional;
memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan
memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
19
BAB III
20
Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), Pokdakan, Unit Pengelola
Lingkungan (UPL), dan Unit Pengelola Sosial (UPS).
Kepala Desa
Sekertariat Desa
Kadus 1 Kadus 2
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Ponggok adalah desa yang terletak di kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa
Tengah, Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 1.488 jiwa di tahun
2017. Desa ini dulunya miskin, sekarang Desa Ponggok menjadi Desa yang
makmur. Pemerintah sejak 2015 telah mengalokasikan sebagian kecil
anggarannya untuk program desa. Dimana program tersebut bertujuan untuk
membangun desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Desa Ponggok sekarang dikenal dengan desa Wisata karna Desa ini telah
dikembangkan menjadi Desa Wisata Air. Salah satunya adalah Umbul
Ponggok.
4.2. Saran
Kepada pihak Pemerintah Desa, diharapkan untuk terus merencanakan
pengembangan Desa Ponggok menjadi Desa yang memiliki masyarakat
sejahtera baik sosial maupun ekonomi melalui bidang-bidang kepariwisataan
yang ada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
22
Daftar Pustaka
23
Lampiran
Desa Ponggok awalnya merupakan desa yang unik karena ada sebuah
mata air yang sangat jernih yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat desa
Ponggok khususnya dan masyarakat desa lain yang pada umumnya. Cerita
punya cerita oleh para leluhur / pinisepuh dulu mata air atau yang sering kita
sebut umbul, bahwa umbul tersebut diperkirakan akan menjadi sebuah telaga
yang sangat besar dan bisa menggenangi pemukiman penduduk sekitarnya,
karena mempercayai ada sebuah firasat munculnya sepasang ikan yang
menyerupai gereh pethek. Guna mengantisipasi agar umbul air tidak
membesar oleh nenek moyang kemudian menanggap ledhek yang diiringi oleh
gamelan komplit dengan niyogonya yang kemudian waranggono beserta
gamelannya hilang dan secara tiba-tiba datang seekor burung pungguk yang
sangat besar hinggap di plogrok/pojok pohon gayam.Dengan bahasa isyarat
burung pungguk tersebut bisa menunjukan salah satu alat gamelan yang
menyerupai gong masih utuh terpelihara dengan baik. Karena jasa burung
yang berada di plogrok masyarakat sekitar tertuju di plogrok untuk melihat
keberadaan burung pungguk yang terkesan ajaib itu.
Untuk mengingat peristiwa tersebut kemudian oleh para pinisepuh desa ini
dinamakan Kampung Ponggok. Sampai sekarang pun mata air yang disebut
Umbul Ponggok digunakan untuk mandi bahkan dipercayai oleh masyarakat
luas merupakan sumber mata air yang suci bisa membawa berkah khususnya
di waktu menjelang puasa, ada sebuah tradisi Padusan Umbul Ponggok yang
sampai sekarang di era modern tradisi padusan Umbul Ponggok masih ada dan
selalu dikunjungi banyak orang. Bahkan pada masa penjajahan Belanda, desa
ini dijadikan sebuah kota kewedanan karena lokasi yang sangat strategis dan
berpotensi maka dibangun sebuah pabrik gula yang dikelilingi bangunan loji
yang besar dan sangat megah menghadap timur bersebelahan dengan umbul
yang ditandai Prasasti Bunga Tanjung, yang sampai saat ini juga masih utuh
24
untuk hiasan di depan SD Negeri Ponggok. Tempat kantor telepon dan rel
jalan lori pengangkut tebu melintasi areal sawah-sawah dengan perkembangan
terakhir pabrik gula di Ponggok digunakan sebagai gudang sedang pabriknya
berada diwilayah kecamatan karanganom. Pemerintah Desa Ponggok
terbentuk setelah adanya ukur tanah yang meliputi dukuh Ponggok, Jeblogan,
Kiringan dan Umbulsari yang dijabat oleh seorang Kepala Desa I bernama
Amat Sumangun dan dilanjutkan Kepala Desa II bernama R. Karto Hudoyo.
Sehabis G30 S PKI Kepala Desa III dijabat Bp. Jinu Sastro Mulyono sampai
tahun 1988 dilanjutkan Kepala Desa IV Bp. H. Sunarta dari tahun 1990 s/d
2007 yang masa berakhirnya 12 Januari 2007, diadakan pemilihan kepala desa
kembali yang akhirnya pejabat Kepala Desa V sekarang Bp. Junaedhi
Mulyono,SH beliau akan menjabat sampai tahun 2019.
25
mineralnya, sedang posisi lahan yang di bor oleh PT. TIV berdekatan dengan
Umbul Sigedang maka Merk AQUA membubuhkan nama Sigedang. Dari
pelepasan tanah Desa Ponggok dibeli oleh PT. TIV ( AQUA ) Desa Ponggok
mendapatan penggantian lahan seluas 7,8150 Ha.
Bp. Junaedhi Mulyono,SH. Dengan visi dan misinya sebagai Kepala Desa
terpilih sekarang, sebagian implementasi visi dan misinya sudah terlaksana
yaitu dengan adanya pembangunan sarana-prasarana dan perubahan wajah
desa sudah terlihat perkembangannya yang sangat signifikan sekali. Dalam
periode sebelumnya sarana dan prasarana umum sudah terselesaikan maka
ditahun 2014 sampai 2019.Periode kepemimpinan kedua menitik beratkan
pada program penataan lingkungan, kesehatan, rumah tangga dan penataan
potensi desa sebagai tujuan wisata untuk menambah kesejahteraan
masyarakat, dengan mengacu pada master plan Desa Ponggok tahun 2013 s/d
2025. Yang menitik beratkan dalam Investasi Pariwisata dengan merevitalisasi
objek-objek wisata di Desa Ponggok, berikut dengan strategi perencanaan
kawasan wisata dan penyusunan rencana paket desa wisata yang bertujuan
untuk penataan lingkungan dan kelestarian sumber air yang ada di desa
Ponggok. Hal tersebut merupakan salah satu perencanaan dalam implementasi
visi dan misi Desa Ponggok yang juga tertuang dalam perencanaan
pembangunan desa yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
serta sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Desa Ponggok. Dengan slogan
26
Ponggok Pasti Bisa, Desa Ponggok senantiasa bertekad meraih cita-cita dan
kemakmuran bersama.
2. Letak Geografis Desa
Kecamatan suatu wilayah yang membagi habis wilayah
administrasi. Kabupaten Blitar terbagi menjadi 22 Kecamatan.
Kecamatan Ponggok secara administrasi terbagi menjadi 15 Desa
(tidak ada Kelurahan). Kecamatan Ponggok secara Geografis mempunyai
luas 103,83 km2 terdiri dari 15 desa. Dengan jumlah penduduk 101,126
jiwa, terdiri dari laki laki : 51.483 jiwa dan perempuan : 49.643 jiwa.
Kepadatan penduduk : 974 jiwa/km2, jumlah keluarga 31.096
dengan jumlah rumah tangga sebesar : 28.039 rumah tangga.
Adapun tinggi rata rata 162 m diatas permukan laut (DPL). Curah.
Hujan rata rata 102mm/tahun.
Batas Batas Kecamatan Ponggok :
Sebelah Utara : Kabupaten Kediri
Sebelah Selatan : Kec. Srengat Kab. Blitar
Sebelah Barat : Kec. Udan Awu Kab. Kediri
Sebalah Timur : Kec. Nglegok dan Kec. Sanan Kulon Kab.
Blitar
Nama nama Desa Geografis Topografi, Ketinggian dan Letaknya :
27
anyar
Kebon Bukan pesisir Dataran 168 DPL Diluar kawasan hutan
duren
Dadap Bukan pesisir Dataran 160 DPL Diluar kawasan hutan
langu
Langon Bukan pesisir Dataran 170 DPL Diluar kawasan hutan
Kecamatan Bukan pesisir Dataran 162 DPL Diluar kawasan hutan
VISI
Mewujudkan Desa Ponggok yang mandiri dan berkelanjutan yang memiliki
Sumber Daya Manusia cerdas dan berkepribadian, struktur ekonomi yang
berdaya saing, merata dan berkeadila, lingkungan hidup yang terjaga dengan
penerapan tata kelola pemerintahan yang baik.
MISI
1. Membangun kualitas Sumber Daya Manusia yang cerdas dan berintegritas
2. Membangun struktur ekonomi desa yang tangguh dan berdaya saing
3. Membuka akses ekonomi desa untuk pemerataan kesejahteraan dan
keadilan bagi warga desa
4. Meningkatkan kualotas lingkungan permukiman yang nyaman huni dan
bermartabat
5. Melestarikan sumber mata air dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat, konservasi dan edukasi
6. Peningkatan kualitas infrastruktur, sarana dan prasarana desa
7. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dan akses partisipasi
warga mulai dari perencanaan, implementasi dan pengawasan program-
program desa
8. Mengembangkan seni, tradisi, budaya dan kearifan lokal dalam aspek
membangun kohesi kehidupan masyarakat desa.
9. Mewujudkan desa yang berwawasan pengurangan resiko bencana dengan
mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat
28
10. Membangun kolaborasi strategis berbasis potensi dengan pemerintah,
dunia usaha, LSM dan desa-desa lainnya
11. Menguatkan lembaga keagamaan dalam rangka membangun
spiritualitas dan berperan dalam aspek sosial ekonomi umat
29
B. Lampiran 2 Hasil Wawancara
1. Apa saja program yang dilaksanakan di Desa ponggok ini?
Jawaban :
a. Beasiswa 1 rumah 1 sarjana
b. Rehab rumah, sanitasi, air bersih, penataan permukiman
c. Perlindungan kesehatan (pemdes menanggung BPJS kesehatan)
d. Perlindungan sosial untuk LANSIA
30
C. Pedoman Dokumentasi
a. Jumlah warga desa
31
c. Struktur organisasi desa
32
33