Anda di halaman 1dari 27

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

BEST PRACTICES PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT


PADA PEMERINTAH DAERAH1
Junaidi
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya
Email : junaidiakas@yahoo.com
Abstrak
Akhir-akhir ini Pemerintah daerah telah banyak melakukan berbagai upaya
peningkatkan kualitas pelayanan publik. Berbagai cara dan metode dilakukan.
Salah satunya dengan mengaplikasikan berbagai teknologi informasi dalam proses
penyelenggaraan pelayanan publik atau e-government. Sejak terbitnya Instruksi
Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-Government, berbagai Instansi Pemerintah termasuk
pemerintah daerah mulai mengadopsi e-government tersebut dengan berbagai
metode dan tahapan. Dari pengamatan selama ini, Beberapa daerah menunjukkan
kinerja pengembangan e-governmentnya cukup baik, namun beberapa daerah lain
baru memahami penerapan e-government hanyalah sebatas membangun website.
Bahkan website yang ada pun jauh dari kesan informatif. Tulisan ini mencoba
mendiskripsikan dua aspek. Pertama, Potret dari beberapa Pemerintah daerah
baik propinsi maupun kabupaten atau kota yang dianggap berhasil meningkatkan
kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatan teknologi informasi atau egovernment. Pemda tersebut antara lain Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Kabupaten Jembrana, Kota Surabaya, Kabupaten Sragen dan Kota Yogyakarta.
Kedua, Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi Keberhasilan Pemerintah
Daerah dalam Pengembangan e-government. Belajar dari beberapa pemda yang
telah berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pemanfaatn TI, ada
4 faktor dominan yang menjadi pendukung keberhasilannya yaitu Adanya political
will Kepala Daerah, adanya blue print atau master plan pengembangan egovernment, Manajemen perubahan dan adanya Partisipasi Masyarakat.
Kata kunci: pengembangan e-government, best practice, political will

Tulisan ini merupakan penyempurnaan dari makalah penulis yang pernah dipresentasikan
dalam Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 yang diselenggarakan oleh
Laboratorium Administrasi Negara FISIP Untirta, 24-26 Mei 2011
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

51

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

PENDAHULUAN
Saat ini upaya pengembangan egovernment semakin luas dan nyata di
lakukan kalangan birokrasi publik.
Kecenderungan birokrasi publik seperti
departemen, lembaga pemerintah non
departemen,
pemerintah
daerah
propinsi,
kota
dan
kabupaten,
menerapkan
e-government
dalam
sistem tata pemerintahan
sangat
menarik untuk disimak dan dikaji.
Meningkatnya kualitas maupun
kuantitas
instansi
pemerintah
menerapkan e-government dapat dilihat
sebagai bentuk komitmen pemerintah
(pusat atau daerah) dalam upaya
mengantisipasi
perubahan
dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terjadi saat ini serta
untuk mempercepat pembangunan
telematika di Indonesia di masa
mendatang, khususnya pemanfatan
teknologi informasi guna mendukung
reformasi birokrasi dan peningkatan
kualitas pelayanan publik. Kondisi ini
tentu sangat besar pengaruhnya bagi
perbaikan citra birokrasi pemerintah
ditengah maraknya praktek korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang
dilakukan oleh para birokrat serta
pejabat negara. Sebab nilai utama yang
ingin dikejar dari
kehadiran e-

government pada instansi pemerintah


pada dasarnya adalah memaksimalkan
nilai efisiensi, efektivitas, transparansi
dan akuntabilitas.
Sejak terbitnya Instruksi Presiden
Republik Indonesia No.3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional
Pengembangan
EGovernment,
berbagai
Instansi
Pemerintah
termasuk
pemerintah
daerah mulai mengadopsi e-government
tersebut dengan berbagai metode dan
tahapan. Untuk mendukung upaya ini,
pihak
masyarakat
pun
menyelenggarakan
E-Government
Award,
misalnya
pemberian
Penghargaan E-government Award oleh
Majalah Warta Ekonomi yang telah
dilakukan sejak Tahun 2002 (Tabel 1).
Dukungan ini pada dasarnya sebagai
bentuk apresiasi masyarakat terhadap
Pemda yang serius menerapkan egovernment. Dari Pengamatan selama
ini, Beberapa daerah menunjukkan
kinerja
pengembangan
egovernmentnya cukup baik, namun
beberapa daerah lain baru memahami
penerapan e-government hanyalah
sebatas membangun website. Bahkan
website yang ada pun jauh dari kesan
informatif.

Tabel 1 Daftar pemenang warta ekonomi e-government award tahun 20062009


KATEGORI
LEMBAGA/PERI
NGKAT

TAHUN
2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

Juara I

DIY

Jawa
Timur

DKI
Jakarta

DIY

Jawa
Timur

DIY

DIY

DKI
Jakarta

Juara II

Jawa Barat

Jawa
Barat

Jawa
Barat

Jawa
Timur

DIY

Jawa
Timur

Sulawes
i Utara

Jawa
Timur

Kepula
uan
Riau

DI
Yogyak
arta

DKI
Jakarta

Jawa
Barat

Sulawe
si
Utara

Kalima
ntan
Timur

Riau

Propinsi

Juara II

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

52

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Kabupaten / Kota
Kabupa
ten

Kabupa
ten

Kabup
aten

Jembra
na

Sragen

Sragen

Kota
Surabaya

Kota
Malang

Kota
Surabay
a

Kota
Malang

Juara II

Kota Bogor

Kota
Suraba
ya

Kota
Malang

Website terbaik

KotaYogya
karta

Juara I

Juara II

Kabupaten
Jembrana

Kabup
aten
Jomba
ng

Kota
Jogjaka
rta
Kabupa
ten
Bantul
Kabupa
ten
Sleman

Kabupa
ten
Kebum
en
Kota
Bogor
Kabupa
ten
Kutai
Timur

Kota
Tarakan

Kab.
Kutai
Timur
Kota
Denpas
ar

Kabupa
ten
Berau
Kabupa
ten
Garut
Kabupa
ten
Bontan
g

Prop. DIY,

e-Leadership

Kota
Surabaya

Best Of The Best

Kabupaten
Jembrana

Kabupa
ten
Sragen

Sumber: diolah Junaidi dari berbagai sumber, 2011.

Tulisan
ini
mencoba
mendiskripsikan
beberapa
hal.
Pertama,
Potret
dari
beberapa
Pemerintah daerah baik propinsi
maupun kabupaten atau kota yang
dianggap
berhasil
meningkatkan
kualitas pelayanan publik melalui
pemanfaatan teknologi informasi atau
e-government. Pemda tersebut antara
lain
Propinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta, Kabupaten Jembrana, Kota
Surabaya, Kabupaten Sragen dan Kota
Yogyakarta. Kedua, Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Keberhasilan
Pengembangan e-government dalam
mendukung
Peningkatan
Kualitas
Pelayanan Publik
KONSEPSI PENGEMBANGAN EGOVERNMENT
Di
lingkungan
pemerintahan
Tehnologi Informasi atau TI sudah
lama digunakan untuk mendukung tata
laksana pemerintahan. Pemanfataan TI
dimaksud
pada
awalnya
hanya
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

digunakan
sebagai
otomatisasi
manajemen perkantoran. Hal ini terus
berkembang seiring dengan kemajuan
TI, sehingga dikenal Sistem Informasi
Manajemen Pemerintahan yang tidak
hanya melakukan otomatisasi namun
sudah mampu memberikan masukan
bagi eksekutif dalam pembuatan
keputusan. Pada tahap ini berkembang
Jaringan Komputer Lokal (Local Are
Network/LAN) dan basis data (database)
yang dimiliki oleh unit-unit organisasi
pemerintahan. Setidaknya ada dua
kelemahan yang menjadi ciri dari
pemanfatan TI oleh instansi pemerintah
pada masa ini. Pertama, munculnya
pulau-pulau informasi (islands of
information) yang satu dengan lainnya
tidak saling terhubung, meski semuanya
berada pada saetu departemen yang
sama. Dampak negatif dari pulau-pulau
informasi adalah adanya duplikasi data
dan
aplikasi
yang
sebetulnya
merupakan pemborosan belanja negara.
Kedua, fokus perhatian dari Sistem
53

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Informasi Manajemen Pemerintahan


pada waktu itu adalah melihat ke dalam
(inward looking). Hampir sebagian
besar Sistem Informasi yang dibangun
menggunakan alasan untuk memenuhi
kebutuhan instansi. Masih jarang - pada
waktu itu sistem informasi manajemen
pemerintahan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan publik. Sebagai contoh,
ketika muncul ide pembangunan sisten
layanan pengurusan pajak kendaraan
bermotor dalam satu atap (SIMTAP)
alasan yang digunakan bukan untuk
memperbaiki
pelayanan
publik,
melainkan
untuk
meningkatkan
pendapatan pemerintah.
Kondisi di atas berangsur berubah
ketika internet sudah pula masuk ke
lingkungan
pemerintahan.
Proses
administrasi yang pada dasarnya adalah
pengolahan informasi, dilakukan lewat
internet, meninggalkan tradisi hitam di
atas putih alias serba kertas. Lewat
media inilah lahir apa yang disebut e(electronic) government, meniru sektor
swasta yang lebih dulu menerapkan ecommerce (Wibawa, 2000:1).
Ide dasar e-government sebenarnya
adalah pada kebijakan buatlah sekali
saja dimana badan-badan/dinas dan
lembaga
pemerintah
berusaha
menghindari duplikasi usaha, mematuhi
standar-standar
umum
dan
menggunakan infrastruktur yang sama
untuk melayani warga masyarakat tanpa
sekat.
Semangat
yang
ingin
disampaikan
dalam
e-government
adalah transparansi. Diharapkan dengan
transparansi, korupsi dapat dikurangi
(Purbokusumo, 2005 : 82).
Beragam
pengertian
yang
disampaikan baik itu oleh institusi non
pemerintah atau institusi pemerintah
terhadap konsep e-government. United
Nation
Development
Programme
(UNDP) dalam suatu kesempatan
mendefinisikannya
secara
lebih
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

sederhana, yaitu: e-government is the


application of
Information and
Communication Technology (ICT) by
government agencies (dalam Idrajit,
2002:2). Sementara itu, vendor
perangkat lunak terkemuka semacam
SAP memiliki definisi yang cukup unik,
yaitu: e-government is a global reform
movement to promote Internet use by
government agencies and everyone who
deals with them (dalam Idrajit, ibid).
Janed Caldow, Direktur dari Institue
for electronic Government (IBM
Corporation) dari hasil kajiannya
bersama
Kennedy
School
of
Government,
Harvard
University,
memberikan sebuah definisi yang
menarik, yaitu: electronic government
is nothing short of a fundamental
transformation of government and
governance at a scale we have not
withnessed since the beginning of the
industrial era (dalam Idrajit, 2002:3).
Definisi menarik dikemukakan pula
oleh Jim Flazik (US Departement of
Treasury) ketika diwawancarai oleh
Price WaterhousesCoopers, dimana
yang bersangkutan mendefinisikan egovernment yaitu: e-government is
about bringing the government into the
world of the Internet, and works on
internet time (dalam Idrajit, ibid).
Definisi yang lebih lengkap dinyatakan
oleh World Bank atau Bank Dunia
yaitu: electronic government to the use
by government agencies of information
technologies (such as wide area
networks, the internet and mobile
computing) that have the ability to
transform relation with citizens,
businesses, and other arms of
government. The technologies can serve
variety of different ends : better
delivery of government services to
citizens, improve interaction with
business
and
industry,
citizen
empowerment through access to
information,
or
more
efficient
54

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

government management. The resulting


benefits can be less corruption,
increased
transparancy,
greater
convenience, revenue growth, and/or
costs reductions"
(dalam Achmad
Djunaedi, 2002:2).
Setelah melihat bagaimana lembagalembaga
non
pemerintah
mendefinisikan e-government, maka
ada baiknya dikaji pula bagaimana
sebuah
pemerintahan
menggambarkannya.
Pemerintah
federal Amerika serikat mendefinisikan
e-Government secara ringkas, padat dan
jelas, yaitu: e-Government refers to the
delivery of government information and
service online through the internet or
other digital means (dalam Idrajit,
ibid). Sementara itu, Nevada, salah satu
negara bagian di Amerika Serikat,
mendefinisikan e-Government sebagai:
(a) online service that eradicate the
traditional barriers that prevent
citizens and businesses from using
govermnent services and replace those
barries with convenient access; (b)
government operations for internal
constituences
that
simplify
the
operational demands of goverrnment
for both agencies and employess (dalam
Idrajit, ibid). Pemerintah New Zealand
melihat
e-government
sebagai
fenomena
sebagai
berikut:
egovernment is a way for government to
use the new technologies to provide
peole with more convenient access to
government information and services,
to improve the quality of the service
and to provide greater opportunities to
participate
in
our
democratic
institutions and processes" (dalam
Idrajit, 2002:4).
Italy mungkin termasuk salah satu
negara yang paling lengkap dan detail
dalam mendefinisikan e-Government,
yaitu: the use of modern ICT in the
modernization of aur administration,
which comprise the following classes of
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

action: (a) computerization, designed to


enhance operational efficienscy within
individual departemens and agencies;
(b) computerization of service to citizen
and firms, oten implying integration
among the services of different
departemens and agencies; dan (c)
provision of ICT access to final users of
government services and information
(dalam Idrajit, ibid).
Dengan kata lain secara umum egovernment sendiri adalah sistem
manajemen informasi dan manajemen
layanan masyarakat berbasis internet
(Purbokusumo,
ibid).
Walaupun
terdapat definisi yang berbeda-beda,
namun dalam definisi di atas terdapat
beberapa
kesamaan
dalam
hal
karakteristik
dari
definisi
EGovernment yaitu: (a) merupakan suatu
mekanisme interaksi baru (modern)
pemerintah, baik terhadap pihak
internal pemerintahan sendiri maupun
dengan pihak eksternal pemerintahan
seperti instansi pemerintah lain,
masyarakat, dan swasta atau kalangan
yang berkepentingan (stakeholders); (b)
melibatkan
penggunaan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
ICT
(terutama internet) sebagai alat; (c)
tujuan adalah untuk meningkatkan
kualitas layanan, efisiensi, efektivitas,
transparansi dan akuntabilitas; (d)
adapun obyeknya adalah Layanan
pemerintah.
Pengembangan e-government dapat
dilakukan dalam beberapa tahap atau
tingkatan. Dalam implementasinya,
dapat dilihat sedemikian beragam tipe
pelayanan yang ditawarkan oleh
pemerintah kepada masyarakatnya
melalui e-government. Salah satu cara
mengkategorikan jenis-jenis pelayanan
tersebut adalah dengan melihatnya dari
dua
aspek
utama:
(a)
aspek
Kompleksitas, yaitu yang menyangkut
seberapa rumit anatomi sebuah aplikasi
e-government yang ingin dibangun dan
55

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

diterapkan; dan (b) aspek manfaat, yaitu


menyangkut hal-hal yang berhubungan
dengan besarnya
manfaat
yang
dirasakan oleh para penggunanya
(Indrajit, 2002:29).

Berdasarkan dua aspek di atas, maka


tingkatan
layanan
e-government
sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di
bawah ini:

Gambar 1 Tingkatan layanan e-government


Tingkatan
(Nilai)

TRANSAKSI : layanan pencarian


informasi,
pembelian produk
dan
pengisian formulir untuk diproses (misal
mengisi dan membayar pajak
INTERAKSI:
layanan
pencarian
dan
pengambilan
informasi berdasar kriteria dari
pengguna (misal direktori medis)
PUBLIKASI: layanan

penyedian
untuk
pengguna
(misal.berita )

informasi

Kompleksitas

Sumber : PIU UK 2000, Fig.4.1 dalam Achmad Djunaedi, 2003. Beberapa


Pemikiran Penerapan E-Government dalam Pemerintahan Daerah
di Indonesia. Hal.4

Gambar di atas menunjukkan ada


tiga tingkatan layanan utama dalam egovernment yaitu : Publish, Interact,
dan Transact (Indrajit, 2003:29-32)
Tingkatan Pertama yaitu Publish.
Jenis ini merupakan implementasi egovernment yang termudah karena
selain proyeknya yang berskala kecil,
kebanyakan aplikasinya tidak perlu
melibatkan sejumlah sumber daya yang
besar dan beragam. Di dalam kelas
publish ini yang terjadi adalah sebuah
komunikasi
satu
arah,
dimana
pemerintah mempublikasikan berbagai
data dan informasi yang dimilikinya
untuk dapat secara lagsung dan bebas
diakses oleh masyarakat dan pihakpihak lain yang berkepentingan melalui
internet. Biasanya kanal akses yang
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

dipergunakan adalah komputer atau


handphone melalui medium internet,
dimana
alat-alat
tersebut
dapat
dipergunakan untuk mengakses home
page (website) departemen atau divisi
terkait, dimana kemudian user dapat
melakukan browsing (melalui link yang
ada) terhadap data atau informasi yang
dibutuhkan.
Tingkatan Kedua yaitu Interact.
Berbeda dengan kelas Publish yang
sifatnya pasif, pada kelas interact telah
terjadi komunikasi dua arah antara
pemerintah dengan mereka yang
berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi
yang biasa dipergunakan. Yang pertama
adalah bentuk portal dimana home page
terkait memberikan fasilitas searching
bagi mereka yang ingin mencari data
56

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

atau informasi secara spesifik (pada


kelas Publish, user hanya dapat
mengikuti link saja). yang kedua adalah
pemerintah menyediakan kanal dimana
masyarakat dapat melakukan diskusi
dengan
unit-unit
tertentu
yang
berkepentingan, baik secara langsung
(seperti chatting, tele-conference, webTV, dan lain sebagainya) maupun tidak
langsung (melalui email, frequent ask
question, newsletter, mailing list, dan
lain sebagainya.
Tingkatan ketiga adalah Transact.
Yang terjadi pada kelas ini adalah
interaksi dua arah seperti pada kelas
interact, hanya saja terjadi sebuah
transaksi yang berhubungan dengan
perpindahan uang dari satu pihak ke
pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat
harus membayar jasa pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah atau mitra
kerjanya). Aplikasi ini jauh lebih rumit

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

dibandingkan dengan dua kelas lainnya


karena harus adanya sistem keamanan
yang baik agar perpindahannuang dapat
dilakukan secara aman dan hak-hak
privacy
berbagai
pihak
yang
bertransaksi terlindungi dengan baik.
Pada intinya electronic government
adalah penggunaan teknologi informasi
yang dapat meningkatkan hubungan
antara pemerintah dan pihak-pihak lain.
Penggunaan teknologi informasi ini
kemudian menghasilkan hubungan
bentuk baru seperti : G2C (Government
to Citizen), GTB (Government to
Business Enterprises), dan G2G
(Government to Government/interagency relationship). Ada juga yang
menambahkan satu lagi bentuk relasi
tersebut yaitu G2E (Government to
Employees ). Adapun bentuk interaksi
antar pelaku seperti pada gambar di
bawah ini :

57

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Gambar 2 Tipe relasi dalam e-government

Antar warga
masyarakat
(C2C)
Warga

Warga

Antar lembaga pemerintah/


Government to Government
(G2G)
Government
to
Costomers
(G2C)

Business to
Customers
(B2C) : terasa
lebih dekat

Pemerintah
Pemerinta

Government
to Business
(G2B)

Bisnis
Business to
business
(B2B): trankasi
antar
bisnis lebih
efisien

Bisnis

G2C, G2B, G2G


lebih akrab,
nyaman, transparan,
dan murah

Sumber :Djunaedi, Achmad, 2003. Beberapa Pemikiran Penerapan EGovernment dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia, hal.2)

Government to Citizens (G2C)


Tipe G2C ini merupakan aplikasi egovernment yang paling umum, yaitu di
mana pemerintah membangun dan
menerapkan
berbagai
portofolio
teknologi informasi dengan tujuan
utama untuk memperbaiki hubungan
interaksi dengan masyarakat (rakyat).
Dengan kata lain, tujuan utama dari
dibangunnya aplikasi e-government
bertipe G2C adalah untuk mendekatkan
pemerintah dengan rakyatnya melalui
kanal-kanal akses yang beragam agar
masyarakat dapat dengan mudah
menjangkau pemerintahnya
untuk
pemenuhan
berbagai
kebutuhan
pelayanan sehari-hari.
Government to Business (G2B)
Salah satu tugas utama dari sebuah
pemerintahan
adalah
membentuk
sebuah lingkungan bisnis yang kondusif
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

agar roda perekonomian sebuah negara


dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam melakukan aktivitas sehariharinya,
entiti
bisnis
semacam
perusahaan
swasta
membutuhkan
banyak sekali data dan informasi yang
dimiliki oleh pemerintah. Di samping
itu, yang bersangkutan juga harus
berinteraksi dengan berbagai lembaga
kenegaraan karena berkaitan dengan
hak dan kewajiban organisasinya
sebagai sebuah entiti berorientasi profit.
Diperlukannya relasi yang baik antara
pemerintah dengan kalangan bisnis
tidak
saja
bertujuan
untuk
memperlancar para praktisi bisnis
dalam menjalankan roda perusahaannya,
namun lebih jauh lagi banyak hal yang
dapat menguntungkan pemerintah jika
terjadi relasi interaksi yang baik dan
efektif dengan industri swasta.

58

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Government to Government (G2G)


Di era globalisasi ini terlihat jelas
adanya kebutuhan bagi negara-negar
untuk saling berkomunikasi secara
intens dari hari ke hari. Kebutuhan
untuk
berinteraksi
antar
satu
pemerintah dengan pemerintah setiap
harinya tidak hanya berkisar pada halhal yang berbau diplomasi semata,
namun lebih jauh lagi untuk
memperlancar kerjasama antar negra
dan kerjasama antar entiti-entiti negara
(masyarakat, industri, perusahaan, dan
lain-lain) dalam melakukan hal hal
yang berkaitan dengan administrasi
perdagangan, proses-proses politik,
mekanisme hubungan sosial dan
budaya, dan lain sebagainya.
Electronic government ini dapat
diimplementasikan dalam berbagai cara.
Menurut
Setiayadi
(2003:10)
contohnya-contohnya antara lain: (a)
penyedian
sumber
informasi,
khususnya informasi yang sering dicari
oleh masyarakat. Informasi ini dapat
diperoleh langsung dari tempat kantor
pemerintahan, dari kios info (info
kiosk), ataupun dari internet (yang
dapat diakses oleh masyarakat dimana
pun dia berada). Informasi ini dapat
berupa informasi potensi daerah
sehingga
calon
investor
dapat
mengetahui potensi tersebut. Informasiinformasi tentang berapa pendapatan
daerah, komoditas unggulan daerah,
jumlah perguruan tinggi di daerah, dan
kondisi kualitas sumber daya manusia
di daerah dapat diperoleh masyarakat
secara cepat melalui web site daerah.
Tersedianya informasi seperti itu akan
menjadi penentu keberhasilkan dalam
persaingan di era globalisasi informasi;
(b) penyediaan mekanisme akses
melaui kios informasi yang tersedia di
kantor pemerintahan dan juga di tempat
umum. Usaha penyedian akses ini
dilakukan untuk menjamin kesetaraan
kesempatan
untuk
mendapatkan
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

informasi; (c) e-procurement dimana


pemerintah daat melakukan tender
secara on-line dan transparan .
Adanya Electronic government ini
akan membawa banyak manfaat,
Menurut Inpres Nomor 3 Tahun 2003
tentang kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government ( dalam
Setiadi, 2003) bahwa manfaat egovernment antara lain :
1. Pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat.
Informasi
dapat
disediakan 24 jam sehari, 7 hari
dalam seminggu, tanpa harus
menunggu dibukanya
kantor.
Informasi dapat dicari dari kantor,
rumah, atau dari mana saja tanpa
harus secara fisik datang ka kantor
pemerintahan.
2. Peningkatan hubungan antara
pemerintah, pelaku bisnis, dan
masyarakat
umum.
Adanya
keterbukaan (transparansi) maka
diharapkan
hubungan
antara
berbagai pihak menjadi lebih baik.
Keterbukaan ini menghilangkan
saling curiga dan kekesalan dari
semua pihak.
3. Pemberdayaan masyarakat melalui
informasi yang mudah diperoleh.
Dengan adanya informasi yang
mencukupi,
masyarakat
akan
belajar untuk dapat mementukan
pilihannya. Sebagai contoh, datadata tentang persekolahan (jumlah
kelas, daya tampung murid,
passing grade, dan sebagainya)
dapat ditampilkan secara online
dan digunakan oleh orang tua
untuk memilihkan sekolah yang
pas untuk anaknya.
4. Pelaksanaan pemerintahan yang
lebih efisien. Sebagai contoh,
koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui email atau
bahkan video conferencing. Bagi
Indonesia yang luas areanya sangat
besar, hal ini sangat membantu.
59

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

5.

Tanya jawab, koordinasi, diskusi


antara pimpinan daerah dapat
dilakukan tanpa kesemuanya harus
berada pada lokasi fisik yang sama.
Tidak lagi semua harus terbang ke
jakarta untuk pertemuan yang
hanya berlangsung satu atau dua
jam. Di samping itu, dengan
menggunakan teknologi on line,
banyak
proses
yang
dapat
dilakukan dalam format digital, al
ini akan banyak mengurangi
penggunaan kertas (paperwork),
sehingga proses akan menjadi
lebih
efisen
dan
hemat
((Purbokusumo, 2005 : 83).
Membantu
mengintegrasikan
pengetahuan
(knowledge),
informasi dan aktivitas dalam
proses pemerintahan; mengurangi
biaya-biaya operasi atau pungutan
liar; meningkatkan tranparansi
kepada publik; dan peningkatan
kinerja melalui koordinasi dengan
instansi terkait dan penggunaan
data bersama (data sharing) yang
lebih mudah, murah dan cepat
( Jogiyanto, 2003:4).

Di samping itu, kehadiran egovernment


dalam
sistem
tata
pemerintahan dalam berbagai tingkat
pada dasarnya adalah solusi bagi
masalah-masalah pemerintahan seperti
adanya kelambanan dalam pelayanan
publik akibat adanya hirarkhi yang
pangang dan prosedur yang kompleks;
kualitas kebijakan yang buruk yang
diakibatkan oleh informasi tidak
tersedia
pada
saat
dibutuhkan,
manajemen informasi yang buruk serta
alur informasi hanya bersifat vertikal
dan tidak horizontal; KKN dan
kebocoran yang tinggi
akibat
efektivitas pengawasan dan monitoring
yang rendah; dan adanya investasi dari
luar yang rendah sebagai akibat dari
tidak
tersedianya
data
potensi
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

sumberdaya dan pasar tidak tersedia


serta biaya investasi yang tinggi.
Adanya e-government
ini
menurut Dwiyanto (2003) akan
memberikan manfaat yaitu :
1. E-government menyederhanakan
hirarkhi dan memperbaiki kualitas
informasi sehingga hubungan
antara bawahan menjadi terbuka
dan langsung, kualitas dan
kecepatan informasi menjadi lebih
baik, pengambilan keputusan bisa
memanfaatkan informasi secara
optimal, dan respon pemerintah
menjadi lebih baik dan tepat.
2. E-government
memperbaiki
kualitas kebijakan dan legitimasi
pemerintah meningkat, sehingga
kebijakan pemerintah menjadi
information-based dan efektif.
3. E-government
membantu
mengorganisir data, menganalisis,
dan memperbaharui data secara
lebih mudah sehingga informasi
mengenai potensi daerah bisa
diperoleh dengan mudah.
4. E-government
membuat
transparansi dan akuntabilitas
pemerintah dan pelayanan menjadi
takterhindarkan
5. E-government
mempercepat
terwujudnya good governance
Suksesnya
pelaksanaan
egovernment di suatu pemerintah
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
yang bersifat teknis maupun non teknis.
Garnham (2000) memperkirakan faktor
non teknis seperti adanya visi, misi,
sasaran, dan strategi yang dinyatakan
dengan jelas dan dilaksanakan dengan
dukungan penuh dari pimpinan nasional
lebih dominan dalam mempengaruhi
keberhasilan e-government dari pada
faktor teknis (dalam Setiadi, tanpa
tahun, hal.8). Hal ini dapat dimaklumi,
karena pada dasarnya dalam faktorfaktor teknis dihubungkan dengan alat
60

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

yang bersifat statis, sementara dalam


faktor nen teknis berkaitan dengan
manusia yang memiliki berbagai
karakter dan latar belakang kepentingan
yang berbeda.
Bila visi, definisi dan leadership
sudah dimiliki, faktor berikut yang
menentukan
dalam
suksesnya
implementasi e-government adalah
kesepakatan mengenai sasaran yang
ingin dicapai dengan e-government.
Secara bijak Amartya Sen, ekonom
pemenang hadiah nobel ekonomi,
mengingatkan
bahwa
teknologi
hanyalah alat (means) bukan tujuan
(ends). Kesalahan dalam menetapkan
tujuan membawa kita terjebak pada
keberhasilan semu. Dengan pola Pikir
Sen ini, kita harus berani mengatakan
bahwa tujuan kita membangun egovernment buka agar semua instansi
pemerintah
terotomatisasi,
atau
terintegrasi satu dengan lainnya melalui
Internet, atau agar terbangun sistem
pelayan publik secara online, namun
lebih besar dari itu, yakni sebagai
sarana
untuk
menyejahterakan
masyarakat. Kejelasan sasaran dan
pemahaman serta konsistensi semua
pelaku terhadap tercapainya sasaran
inilah yang perlu disepakati sejak awal
suatu
pemerintah
merencanakan
membangun e-government. Jika tidak,
yang akan terbentuk adalah aplikasiaplikasi telematika yang dibangun
tanpa mengindahkan harmonisasi dan
sinergi dengan elemen pemerintah
lainnya.
Selain itu, faktor keberhasilan
lainnya
adalah
adanya
strategi
implementasi yang jelas. Strategi ini di
sini diibaratkan sebagai beberapa ekor
kuda penarik sebuah kereta. Bila tidak
ada kuda yang bergerak, maka kereta
akan tetap tingal diam, sebaliknya bila
kuda-kuda tersebut dibiarkan bergerak
liar, maka laju kereta tidak terkendali
da penumpang dalam keadaan bahya.
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

Kemampuan menentukan strategi dan


sekaligus mengendalikan sumber daya
ketika
menjalankan
e-government
menjadi faktor pendukung suskes
tidaknya implementasi e-government.
Beberapa strategi tersebut yaitu (1)
Strategi Integrasi Proses dan Teknologi,
(2) Strategi yang berkaitan dengan
Pembangunan Ekonomi, (3) Strategi
yang
berkaitan
dengan
upaya
Demokratisasi, (4) Strategi yang
berkaitan dengan upaya membangun
komunitas, (5) Strategi yang berkaitan
dengan upaya membangun koordinasi
intra dan antar-instansi pemerintah, (6)
Strategi yang berkaitan dengan
perlunya tersedia kebijakan pendukung,
(7) Strategi yang berkaitan dengan
upaya penyediaan infrastruktur Internet
dan aplikasi e-government (lebih
lengkap lihat Setiadi , Ibid, hal.11-13).
Sementara itu, menurut hasil kajian
dan riset dari Harvard JFK School of
Government,
untuk
menerapkan
konsep-konsep digitalisasi pada sektor
publik, ada tiga elemen sukses yang
harus dimiliki dan diperhatikan
sungguh-sungguh.
Masing-masing
elemen sukses tersebut adalah Support,
Capacity,
dan
Value
(Indrajit,
2003:15).
POTRET PENGEMBANGAN EGOVERNMENT DI BEBERAPA
DAERAH
Pengembangan e-government pada
beberapa daerah ternyata dilakukan
dengan berbagai
format yang
bervariasi. Kalau dilihat dari aspek
yang dinilai pada setiap event
pemberian penghargaan E-government
Award, ternyata aspek keunggulan dari
aplikasi yang dikembangkan menjadi
indikator penilaian yang sangat
dominan. Hampir setiap daerah yang
dikaji menunjukkan bahwa Pemda DIY,
Kota Surabaya, Kabupaten Jembrana,
Kota Yogyakarta dan Kabupaten
61

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Sragen memiliki program yang unggul


dimana program tersebut tidak dimiliki
oleh pemda lain. Namun demikian
keunggulan tersebut memiliki arah
yang sama yaitu bagaimana kualitas
pelayanan publik semakin cepat, murah,
transparan maupun akuntabel.
Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Pengembangan TI di Pemerintah
Propinsi DIY telah dimulai sejak tahun
2002
yang
diawali
dengan
pembangunan
situs
www.pemdadiy.go.id
dan
diikuti
dengan
penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan
e-government
dan
pembangunan infrastruktur interkoneksi
antar instansi Pemerintah Propinsi DIY
dengan menggunakan kabel hibrid fiber
optic coaxia l(HFC) serta pengadaan
perangkat keras pendukungnya seperti
komputer server, personal komputer,
dan lain sebagainya. Kemudian pada
tahun berikutnya mulai dilakukan
pengembangan perangkat lunak untuk
mendukung para birokrat dalam
melaksanakan
tugas
sehari-hari.
Mengingat kegiatan pengembangan eGovernment demikian banyaknya dan
tidak akan selesai dalam jangka waktu
yang pendek dan dalam rangka
memenangkan persaingan baik antar
pemerintah daerah maupun antar
wilayah di luar negari diperlukan
terobosan-terobosan, maka pada tahun
anggaran 2005 Pemerintah Propinsi
DIY
mulai
memutuskan
untuk
menemukenali bidang-bidang yang
mempunyai
potensi
untuk
dikembangkan dengan memanfaatkan
jaringan internet/intranet dengan apa
yang
disebut
dengan
Digital
Government
Services
(DGS).
Pengembangan DGS ini diyakini akan
mempercepat
tercapainya
visi
pemerintah daerah yaitu Mantapnya
Pemerintah Daerah yang katalistik dan
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

mendukung terbentuknya masyarakat


kompetitif,
karena
dengan
pengembangan DGS diyakini dapat
mewujudkan pelayanan prima kepada
seluruh masyarakat serta merupakan
bagian upaya menuju terwujudnya
Jogja Cyber Province. Jogja Cyber
Province adalah model propinsi yang
melakukan transformasi layanan yang
berorientasi
kepada
pelanggan
(masyarakat) dengan berbasis pada
proses
bisnis,
informasi
dan
pengetahuan yang memanfaatkan TIK
sebagai akselerator (Warta Ekonomi
dan Dian Rakyat, 2010:44).
Ada enam bidang Layanan
Unggulan DGS yaitu Pendidikan,
Pariwisata,
Perindustrian
dan
Perdagangan,
Pertanian,
Perikanan/Kelautan dan Perhubungan).
Enam bidang tersebut telah ditunjuk
sebagai pilot project bidang unggulan
DGS 2006-2008. Dalam tiap bidang
dipilih inisiatif strategis dengan tujuan
yang terkait dengan peningkatan daya
saing dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk memberi gambaran tentang
inisiatif tersebut, di bawah ini diberikan
masing-masing satu contoh inisiatif
strategis di Bidang Pendidikan dan
Bidang
Perindustrian-Perdagangan.
Dua inisiatif strategis ini
telah
diimplementasikan sejak Tahun 2006.
Pertama,
Layanan
Unggulan
Bidang
Pendidikan.
Pemerintah
menyediakan layanan pembelajaran
melalui pemanfaatan ICT (baik on-line
maupun offline). Layanan unggulan
DIY Learning Gateway
atau
Gerbang Pembelajaran memberikan
fasilitas kepada masyarakat untuk
mendapat
kesempatan
menikmati
pendidikan yang baik, memberikan
fasilitas bagi para guru untuk
mengembangkan
profesinya
serta
memberikan fasilitas kepada semua
insan pendidikan (orang tua/wali murid,
dewan pendidikan, praktisi, dan
62

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

sebagainya)
untuk
saling
berkomunikasi
dan
berkontribusi
terhadap
peningkatan
kualitas
pendidikan
di
DIY.
Gerbang
Pembelajaran
ini
diintegrasikan
dengan DIY Regional Library
Network yang sudah dikembangkan
dan akan diintegrasikan dengan
national and international learning
exchange.
Kedua, Layanan Unggulan Bidang
Perindustrian
dan
Perdagangan.
Pemerintah memberdayakan UKMK
(Usaha Kecil Menengah dan Koperasi)
dengan bertindak sebagai mediator atau
konsultan bisnis yang menggerakan
sendi-sendi
bidang
industri,
perdagangan dan jasa di DIY. Fungsi
mediator ini direpresentasikan melalui
layanan DIY Small and Medium
Business Development Center, yang
diharapkan mampu menarik dunia
usaha (investor, pembeli, distributor,
retailer, dan lain-lain) serta mampu
mendorong UKMK agar cepat tanggap
terhadap dinamika bisnis.
Tahun 2008 pengembangan DGS
diorientasikan pada Bidang Kesehatan
dan Bidang Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. DGS bidang kesehatan
yang dihasilkan saat ini bersifat
informatif kepada masyarakat dan
layanan interaktif untuk layanan
registrasi online tenaga kesehatan.
Layanan unggulan bidang kesehatan
dapat dipahami bahwa Dinkes Propinsi
DIY berperan sebagai pusat informasi
kesehatan (Health Information Center);
sebagai penyedia informasi yang
terpercaya (reliable) dan capable untuk
memetakan
kondisi
kesehatan
masyarakat;
melakukan
analisa
kesehatan berdasarkan data yang
komprehensif dari semua unit-unit
kesehatan; melakukan pemantauan dan
pengendalian
masalah
kesehatan
melalui Health Monitoring System dan
Konsultan kesehatan bagi masyarakat,
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

baik secara online (web) maupun


offline.
Beberapa aplikasi yang berhasil
dibangun sebagai program unggulan
berbasis TI antara lain aplikasi
pendidikan berbasis online dan
integrasi sitem pemerintahan sektoral
yang terdiri dari bidang transportasi,
pariwisata, tenaga kerja, dan kesehatan,
dengan membangun sistem informasi
terpadu (Warta Ekonomi dan Dian
Rakyat,
2010:45). Untuk dapat
mencapai sustainable development,
maka
Pemprop
Yogyakarta
mengantisipasi dengan menyiapkan
blue
print
pengembangan
egovernment.
Aplikasi yang dikembangkan lewat
program DGS banyak menyentuh
masyarakat, misalnya Plaza Informasi
yang menerima kunjungan masyarakat
untuk mendapatkan informasi. Selain
itu, dengan mengguakan sistem jemput
bola, pemprop juga membuat Mobile
Community
Access Point (MCAP)
yang mengunjungi masyarakat untuk
memberikan informasi.
Kota Surabaya
Terobosan yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surabaya dalam
manajemen pelayanan publik adalah
aplikasi E-Procurement, suatu sistem
pengadaan barang dan jasa publik yang
dikelola secara elektronik berbasis web.
Pertimbangan
yang
mendasari
kebijakan ini adalah kurang efisiennya
sistem pengadaan barang dan jasa
secara manual seperti yang selama ini
terjadi di banyak daerah. Selain tidak
efisien, praktik pengadaan barang dan
jasa secara manual ternyata penuh
dengan ekses korupsi, kolusi antara
rekanan dan pejabat pemerintah,
sehingga kualitas barang dan jasa yang
diperoleh tidak sepadan dengan biaya
yang telah dikeluarkan.

63

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Pengadaan barang dan jasa melalui


lelang secara on line di kota Surabaya
mula-mula dilakukan dengan dibukanya
situs
web
dengan
nama
www.lelangserentak.com pada tahun
2003. Sarana awal e-government
Pemerintah Kota Surabaya untuk lelang
publik
tersebut
dibuka
dengan
keinginan yang kuat untuk menciptakan
sistem lelang yang efisien, transparan,
akurat, tepat waktu, dan menghemat
anggaran publik. Seiring dengan
perkembangan minat warga Surabaya
yang meningkat dalam penggunaan
fasilitas internet, situs ini ternyata
mendapat tanggapan yang sangat positif
dari warga masyarakat, terutama para
pengusaha atau rekanan swasta yang
selama ini kesulitan untuk mendapat
akses
ke
jalur-jalur
birokrasi
Pemerintah Kota Surabaya yang
terkadang rumit dan tidak transparan.
Pada saat yang sama, para pejabat
Pemkot Surabaya juga melihat bahwa
biaya yang harus dialokasikan untuk
pengembangan sistem ini sebenarnya
cukup murah sedangkan keuntungan
dari segi efisiensi biaya sangat besar.
Maka selanjutnya Pemkot Surabaya
punya
komitmen
untuk
menyempurnakan
sistem
lelang
serentak tersebut dengan membuka
situs yang lebih formal dengan nama
www.surabaya-eproc.or.id pada tahun
2004. Kebijakan pelaksanaan eprocurement tersebut tertuang dalam
Peraturan Walikota Surabaya nomor 50
tahun 2004 jo nomor 30 tahun 2006
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang/Jasa
secara
elektronik (e-Procurement). Sistem
internal yang terdapat di jajaran Pemkot
Surabaya itu selanjutnya disebut
Surabaya
e-Procurement
System
(SePS) yang mengaitkan database
tentang kebutuhan pengadaan barang
dan jasa dengan banyak asosiasi
rekanan atau pengusaha bisnis kecil
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

secara on line. Sejak dilaksanakannya


e-procurement, lebih banyak lagi
transaksi pengadaan barang dan jasa
dapat dilaksanakan oleh Pemkot
Surabaya melalui media elektronik.
Pada tahun 2005, misalnya, tercatat
bahwa ada sekitar 3.000 badan usaha
telah menjadi anggota dari sistem eprocurement Pemkot Surabaya dengan
total nilai lelang barang/jasa yang
mencapai hampir Rp 300 milyar
(Kumorotomo, 2008:10)
Perkembangan terbaru dari eprocurement di Pemkot Surabaya
adalah ditingkatkannya
keamanan
transfer data sehingga mendapat
pengakuan berupa sertifikat ISO
27001:2005
tentang
Security
Management
System.
Mulai
pertengahan tahun 2007, pihak Pemkot
juga meluncurkan layanan berupa
Smart Office Zone. Layanan ini berupa
fasilitas hotspot untuk mengakses
internet yang disediakan untuk kawasan
250.000 meter persegi di sekitar
kompleks perkantoran dan Taman
Surya di balai kota Pemkot Surabaya.
Integrasi dari layanan pengadaan
barang dan jasa juga dilakukan dengan
kantor unit pelayanan terpadu yang
memiliki Sistem Manajemen Satu Atap
(SIMTAP). Dari segi software, sudah
dilakukan pengembangan sebanyak
lima kali dengan basis program open
source Linux Debian. Versi terakhir
dari e-procurement sudah dilengkapi
dengan Public Key Infrastructure.
Stabilitas dari akses ke www.surabayaeproc.or.id juga dijamin dengan sistem
back up yang menggunakan colocation
di Jakarta. Tentu saja fasilitas
keamanan yang lain bagi setiap
transaksi, seperti password, user name,
enkripsi dan sistem private key juga
telah dibuat sesuai standar.
Secara
kelembagaan,
untuk
memberikan meningkatkan efektivitas
pengelolaan e-procurement, maka sejak
64

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

2008 telah dibentuk Kantor Unit


Layanan Pengadaan (ULP) yang
bertugas mengadakan pelelangan dari
seluruh Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkot
Surabaya.
Program lain yang menjadi
unggulan pemerintah Kota Surabaya
adalah
Government Resources
Management System (GRMS) (Warta
Ekonomi dan Rakyat, 2010:32). GRMS
adalah sistem pengelolaan sumber daya
pemerintahan yang terintegrasi dari
aktivitas birokrasi dari hulu sampai hilir
(dalam
konteks
belanja)
yang
dikembangkan
dalam
rangka
menjunjang pengelolaan keuangan
daerah.
Sistem
GRMS
yang
dikembangkan terdiri dari e-Budgeting,
e-Project Planning, e-Procurement, eDelivery;
e-Controlling
dan
ePerformance.
Aplikasi lain yang dikembangkan
oleh Pemkot Surabaya adalah Gessy
(Gateway for Short Message System).
Sistem SMS Gateway ini memiliki
kegunaan mengirim pesan secara
massal, mengambil data dari database,
membuat autoresponder SMS, dan
membuat interface berbasis web. Salah
satu manfaatnya adalah warga Kota
Surabaya
dapat
dengan
mudah
mendapatkan informasi mengenai data
kependudukannya di wilayah Surabaya
cukup dengan mengirim SMS. Gessy
juga dapat menyajikan data jumlah
penduduk
Kota Surabaya lengkap
dengan
gendernya
atau
untuk
mengetahui jumlah penduduk usia
produktif. Pemkot Surabaya juga
memanfaatkan sistem SMS Gateway
sebagai sarana pengaduan proyek fisik.
Terobosan lain yang kini tengah
dilakukan Pemkot Surabaya adalah
menambah sidik jari dalam Kartu
Identitas Penduduk (KTP). Terobosan
ini
sebagai
tambahan
identitas
seseorang di samping KTP Nasional.
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

Ke depan, Pemkot seudah menyiapkan


konsep pengembangan sistem integrasi
dalam pemanfaatan KTP di samping
sebagai identitas diri dapat juga
dimanfaatkan sebagai integrasi untuk
intervensi program pemerintah dan
penggali potensi. Misalnya melalui
KTP yang telah terintegrasi, akan dapat
terdeteksi identitas pe nerima bantuan
bagi keluarga miskin. Pada sektor
pendidikan, dapat dimanfaatkan juga
sebagai validasi pembayaran biaya
sekolah
dan
penerima
bantuan
beasiswa.
Kabupaten Jembrana
Pengembangan e-government yang
optimal perlu didukung dengan
perencanaan yang baik. Dengan adanya
perencanaan yang baik, penerapan
teknologi informasi diharapkan akan
dapat didorong untuk memaksimalkan
capaian tugas-tugas pemerintahan,
sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan
nantinya tidak semata-mata hanya
sebagai pengeluaran saja, tetapi dapat
menjadi salah satu bentuk investasi
yang menguntungkan. Inilah yang
mendorong Pemerintah Kabupaten
Jembrana menyusun Rencana Induk
Pengembangan
e-Government.
Penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan e-Government dimulai
tahun 2004 untuk masa berlaku 20042008. Selanjutnya disusun kembali
Rencana Induk Pengembangan eGovernment Tahun 2009-2013. Akibat
terencananya program pengembangan
e-government di Jembrana, banyak
prestasi yang kini diraih Pemkab
Jembrana.
Dalam pemilihan E-Government
Award yang diadakan oleh majalah
Warta Ekonomi tahun 2009, kabupaten
Jembrana berhasil mempertahankan
gelar juara tahun 2008 dalam penerapan
E-government untuk tingkat kabupaten.
Keunggulan
Jembrana
adalah
65

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

penerapan kartu J-Card (Jembrana


Card). Setiap warga Jembrana yang
memiliki J-Card dapat pergi ke rumah
sakit dan menunjukkan kartunya. Kartu
akan ditempelkan ke mesin pembaca
(card reader). Untuk otorisasi, si pasien
cukup menempelkan tangannya. Di
layar komputer akan terpampang
riwayat medis si pasien dan pengobatan
yang pernah diterimanya. Setelah
diobati, si pasien boleh pulang dan
cukup mengucapkan terima kasih.
Jembrana Card (J-card) juga
ternyata berfungsi ganda. Selain kartu
berobat, kartu ini juga sekaligus
menjadi KTP dan ATM. Dengan
penggunaan J-card sebagai KTP,
pemerintah daerah bisa mengetahui
jumlah, penyebaran dan tingkat
ekonomi penduduknya. Menurut data,
sudah 60% dari 263.000 warga
Jembrana yang memiliki kartu J-card.
Kendala yang masih dihadapi adalah
keterbatasan kemampuan pemerintah
daerah untuk memproduksi kartu per
hari.
Manfaat penting lain implementasi
J-Card adalah untuk pelaksanaan evoting atau pemilu dengan sistem
elektronik. Dengan sistem e-voting,
calon pemilih cukup membawa J-Card.
Dengan
J-Card
tersebut
warga
kemudian mendaftar, lalu menuju bilik
suara yang suah berisi monitor touch
screen. Di bilik suara, warga cukup
menyentuh gambar calon dipilihnya,
yang sudah tertera pada layar monitor.
Jadi, warga Jembrana tidak lagi
mencoblos atau mencontreng tanda
gambar di kertas sebagaimana dalam
pemilu nasional.
Dalam pelaksanaan pemilihan
kepala desa dengan sistem e-voting,
rata-rata waktu yang dibutuhkan
pemilih untuk memberikan suaranya
hanya 25,83 detik. Tingkat keakuratan
data hasil pemilihan bisa dipastikan
akan lebih tinggi karena bebas dari
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

kesalahan perhitungan manual dan


kemungkinan manipulasi data seperti
yang sering kita dengar pada pemilu
tingkat nasional. Selain itu cara ini juga
lebih
irit
karena
tidak
lagi
menggunakan kertas yang sekali pakai
tak bisa digunakan lagi.
Pemkab Jembrana pernah mencoba
membuat
simulasi
dan
membandingkannya
dengan
pengalaman mereka saat menggelar
Pilpres 2009 di lima kecamatan di
sana. Hasilnya adalah pada Pilpres
2009
di
lima
kecamatan
itu
membutuhkan 373 TPS dengan ratarata pemilih 548 orang per TPS. Jika
dibandingkan dengan e-voting, hasil
simulasi di lima kecamatan itu
menunjukkan
mereka
hanya
membutuhkan 254 TPS (32 % lebih
sedikit) dan rata-rata pemilih 806 orang
per TPS atau 47 % lebih banyak (Warta
Ekonomi dan Dian Rakyat,2010: 21-22)
Menurut Koswara, Kabupaten
Jembrana merupakan salah satu
pemerintah daerah yang berhasil
menggunakan open source software
untuk
membangun
sistem
eGovernmentnya. Pada 2007 Pemkab
Jembarana
membangun
J-Net
(Jimbarwana Networking). J-Net yaitu
jaringan
yang
mengintegrasikan
Kecamatan,
desa-desa,
sekolah,
puskesmas dan lain-lain se-Kabupaten
Jembrana, dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan menuju ketata
Pemerintahan yang baik (Good
Governance), peningkatan kualitas
pendidikan atau E-Learning, dan
pemasyarakatan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi kepada
kalangan masyarakat atau e-people.
J-Net dibangun untuk :
1. Meningkatkan
efektifitas
pelaksanaan
pemerintahan
di
daerah baik DPRD maupun
Eksekutif
melalui
komunikasi
timbal balik secara lebih cepat
66

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

2. Meningkatkan kwalitas pelayanan


masyarakat melalui komputerisasi
administrasi
pemerintahan
di
tingkat Kecamatan, Desa dan
Kelurahan, ada 31 Jenis Surat
Keterangan;
3. Meningkatkn
kesejahteraan
masyarakat pada semua lapisan
melalui akses jaringan internet yang
dapat
menjadi
perangsang
tumbuhnya simpul simpul ekonomi
baru di pelosok desa;
4. Meningkatkan kualitas intelektual
anak didik melalui akses internet
atau jaringan pendidikan nasional
yang
memungkinkan
bagi
pembelajaran elektronik; untuk
menggunakan perangkat lunak legal
sesuai dengan Undang-undang No.
19 Tahun 2002 tentang Hak atas
Kekayaan
Intelektual
dalam
mendukung
administrasi
Pemerintahan Kabupaten Jembrana;
5. Meniadakan kesenjangan digital di
lingkungan
pemerintahan
Kabupaten Jembrana.
J-NET sangat membantu dalam
menyediakan sumberdaya manusia di
lingkungan Kecamatan, Desa dan
Kelurahan di Kabupaten Jembrana yang
mampu
mengoperasikan
dan
mempergunakan
aplikasi-aplikasi
berbasis open source yang telah
disediakan dalam rangka peningkatan
kwalitas
pelayanan
terhadap
masyarakat serta Penggunaan aplikasi
open sources
dalam pemerintahan
kabupaten Jembrana.
Perangkat lunak open source yang
digunakan adalah untuk kebutuhan :
1. Sistem operasi OSS dengan aplikasi
open office untuk pengolahan kata,
tabulasi dan presentasi;
2. Telepon VOIP atau Voice Over
Internet Protocol sehingga biaya
komunikasi relatif murah;

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

3. Video meeting untuk kebutuhan


pertemuan pertemuan di kapupaten
Jembrana;
4. Akses Intranet Pemkab Jembrana
untuk
a. Sistem Perkantoran Elektronik
menggunakan Kantaya atau
Kantor Maya berbasis open
source hasil pengembangan
BPPT;
b. Sistem Informasi Manajemen
Pemda (Simda) meliputi bidang
Pertanian,
Perkebunan,
Peternakan, Perikanan darat &
laut, Pengaduan masyarakat
dgn SMS melalui SMS center,
Sistem Pelaporan Kecamatan,
Kelurahan & Desa;
c. Kurikulum
Administrasi
Pendidikan Maya (Kasipena);
5. Akses ke Internet
Kota Yogyakarta
Pengembangan SI UPIK (Sistem
Informasi dalam Unit Pelayanan
Informasi dan Keluhan) merupakan
salah satu terobosan dalam sistem
manajemen pelayanan yang dilakukan
oleh Pemerintah Kota Jogjakarta.
Gagasan untuk mengembangkan sistem
ini bermula dari perhatian Walikota
Jogja, Herry Zudianto, yang melihat
pentingnya masukan, keluhan atau
kritikan terhadap kinerja pemerintah.
UPIK dibentuk dengan dilandasi tiga
persoalan, yaitu: 1) Tidak semua warga
masyarakat
mengetahui
saluran
pengaduan yang dapat dipergunakan
secara mudah, 2) Adanya hambatan
waktu bertemu antara rakyat dengan
pejabat atau penguasa, dan 3) Adanya
rasa takut dan sungkan untuk
mengadukan
keluhan
diantara
masyarakat. Maka UPIK diharapkan
akan bisa menampung sejumlah
aspirasi, keluhan, saran, kritik atau
sekadar informasi yang bisa segera
ditanggapi sesuai masukan dari warga
67

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

masyarakat sebagai pengguna layanan


publik. Terbentuknya UPIK yang
berada di bawah kantor BID (Badan
Informasi
Daerah)
merupakan
terobosan yang memang didorong oleh
tuntutan masyarakat daerah di kota
Jogja (Kumorotomo, 2008:5).
Kebijakan untuk membentuk UPIK
digariskan melalui Keputusan Walikota
Jogja No.86 tahun 2003 yang
ditetapkan pada tanggal 14 November
2003. Kedudukan, tugas pokok dan
fungsi satuan ini adalah sebagai
penerima keluhan masyarakat atas
pelayanan
administratif
maupun
kebijakan
yang
diambil
oleh
pemerintah kota. Proses pembentukan
unit ini dimulai dari ditetapkannya PT
Exindo sebagai pemenang tender untuk
pengadaan sistem dan pelatihan SDM
untuk
mengoperasikan
sistem
komunikasi antara warga masyarakat
dan pemerintah daerah berbasis
elektronik. Mula-mula, PT Exindo
menawarkan pengembangan sarana
aduan dengan teknologi yang sudah
banyak dipakai oleh masyarakat, yaitu
dengan pengiriman SMS (Short
Message Services) melalui sarana
telepon seluler, dengan telepon secara
langsung, dan dengan pengiriman email (electronic mail) melalui jaringan
internet. Untuk pelaksanaan pengadaan
software, monitoring dan evaluasi
program, pemerintah kota Jogja juga
dibantu oleh Swisscontact, sebuah
rekanan swasta di bidang pengadaan
software. Untuk sistem manajemen,
terutama monitoring dalam organisasi
dan etika pelayanan, juga terdapat
bantuan konsultan PKPEK, sebuah
LSM yang selama ini bergerak di
bidang advokasi industri kecil dan
pelayanan publik.
Peluncuran
dan
sosialisasi
pemanfaatan UPIK dimulai sejak
tanggal 29 Februari 2004. Payung
kelembagaan dari sarana pengaduan ini
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

mula-mula dipercayakan kepada Kantor


Humas. Berikut ini adalah alamat situs
web dan nomor-nomor yang dapat
diakses dengan sistem UPIK : Datang
langsung : Kantor BID atau operator
UPIK , Telepon kabel (fixed line) :
0274-555242 , Telepon seluler (SMS) :
081-227-80001 atau 2740, Situs web :
www.upik.jogja.go.id,
E-mail
:
upik@jogja.go.id.
Ternyata animo masyarakat untuk
menyampaikan keluhan dan aduan
melalui
SMS
demikian
besar.
Masyarakat
yang
sudah
biasa
menggunakan hotline service ke Pemda
kota Jogja akhirnya tidak asing lagi
dengan nomor telepon kabel, ponsel,
maupun alamat situs di atas.
Dari data statistik penyampaian
keluhan yang masuk ke pengelola
UPIK, aduan yang disampaikan melalui
SMS dan e-mail ternyata menempati
urutan yang tertinggi. Aduan melalui
SMS mengalami fluktuasi, tetapi aduan
melalui e-mail menunjukkan kenaikan
dari tahun ke tahun. Banyaknya aduan
melalui surat, fax, dan telepon kabel
ternyata justru menunjukkan penurunan.
Ini menunjukkan bahwa animo
masyarakat Jogja untuk menggunakan
perangkat komunikasi elektronik yang
lebih
efisien
terus
mengalami
peningkatan. Dari empat kategori pesan
melalui SMS (keluhan, pertanyaan,
informasi, usul/saran), juga diketahui
bahwa 80% respon langsung dapat
diterima oleh warga masyarakat.
Menyangkut usulan warga yang
berkaitan
dengan
pembangunan
(misalnya
pengaspalan
jalan,
pembuatan talud sungai, pengadaan
truk sampah, dsb) yang membutuhkan
anggaran relatif besar, pemerintah kota
Jogja terkadang memang harus
menganggarkan untuk tahun yang akan
datang atau berkoordinasi dengan
daerah lain sehingga perwujudan usulan
tersebut tidak mungkin bisa seketika.
68

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Namun satu hal yang pasti ialah bahwa


usulan semacam itu akan digunakan
sebagai masukan dalam penyusunan
anggaran untuk jangka menengah atau

jangka panjang. Dari data statistik


UPIK, Tabel 2 menunjukkan distribusi
aduan yang disampaikan oleh warga
yang direkap setiap bulan.

Tabel 2. Distribusi aduan warga melalui UPIK

No.
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

September
2007

Mei 2007
Dinas Dituju

Jumlah

Dinas Dituju

Jumlah

Kimpraswil
Humas & Info
Pendidikan
Perijinan
Lain-lain
Ketertiban
Naker/Kepegawaian
Sosial
Perhubungan
Pariwisata

15
12
9
7
5
3
3
3
2
2

Humas & Info


Naker/Kepegawaian
Kimpraswil
Adum/pemerintahan
Perijinan
Perindag
Pendidikan
BKKBC
Lain-lain
Perhubungan

11
10
10
7
6
4
3
2
2
1

62

56

Sumber : Laporan UPIK 2007 dalam Kumorotomo (2008:6)

UPIK merupakan sebuah upaya


pengembangan e-government yang
telah masuk kategori interaktif.
Informasi melalui media elektronik
tidak hanya bersifat sepihak, dari
pemerintah ke masyarakat, tetapi sudah
bersifat
timbal-balik
dengan
mengutamakan
informasi
dari
masyarakat
ke
pemerintah.
Perkembangan ini memang tidak
mudah karena
menuntut
aparat
pemerintah
daerah
untuk
lebih
responsif dan peka terhadap semua
aduan dari masyarakat. Tentu saja
tanggapan yang ideal dari aparat
pemerintah bukan sekadar jawaban
yang segera tetapi juga tindakan riil
yang
sesuai
dengan
kehendak
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

masyarakat. Namun perkembangan ini


tentu akan membawa manfaat yang
besar bagi kinerja lembaga pemerintah.
Dari
sebuah
penelitian
(Yulia
Rustiyaningsih, 2008), berikut ini
adalah manfaat yang dapat dipetik dari
responsivitas Pemda kota Jogja dengan
sarana UPIK:
1. Meningkatnya kemampuan Pemda
untuk
mengenali
kebutuhan
masyarakat
2. Kemudahan
dalam
menyusun
agenda dan skala prioritas
3. Pengembangan program sesuai
aspirasi dan kebutuhan masyarakat
4. Meningkatnya tanggungjawab atas
layanan yang diberikan

69

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

5. Meningkatnya komitmen aparat


dalam melayani masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari
efektivitas komunikasi dengan bantuan
sistem UPIK tampaknya sederhana.
Namun apabila dilihat secara sungguhsungguh, dapat dipahami bahwa
keseriusan untuk menanggapi aduan
masyarakat akan mengandung implikasi
sangat penting. Sebagai contoh,
kemudahan dalam menyusun agenda
dan skala prioritas sebenarnya akan
sangat
terbantu
aparat
Pemda
menindaklanjuti aduan ke UPIK secara
serius. Pemerintah Kota Jogyakarta
telah menetapkan bahwa laporan UPIK
yang dikirimkan tembusannya ke Tim
Tindak Lanjut difungsikan sebagai
laporan bulanan kepada Walikota dan
sekaligus sebagai masukan kepada
Bappeda. Walikota sendiri sudah
memberikan instruksi bahwa laporan
khusus yang menyangkut adanya
indikasi KKN (Kolusi, Korupsi,
Nepotisme) oleh aparat Pemda supaya
langsung ditujukan kepadanya secara
langsung. Apabila pola tindak-lanjut
semacam ini dilaksanakan secara
konsisten, tentu masalah korupsi dalam
birokrasi publik dapat ditekan dan citra
Pemda yang selama ini dipandang tidak
responsif akan dapat dikikis.
Contoh
lainnya,
dalam
hal
tanggungjawab atas layanan yang
diberikan,
sistem
UPIK
jelas
membuktikan peran teknologi informasi
dalam peningkatan tanggungjawab
Pemda dan kinerja pelayanan Pemda
sendiri. Sejalan dengan difungsikannya
UPIK sebagai sarana interaktif, Pemda
kota
juga
melaksanakan
penyempurnaan mekanisme perijinan.
Kini Pemda kota Jogja telah memiliki
Dinas Perijinan yang memungkinkan
setiap warga dapat mengurus berbagai
surat
perijinan
di
satu
atap.
Pembentukan satuan ini sebagai sebuah
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

Dinas memang di satu sisi bertentangan


dengan PP No.41 tahun 2007 tentang
Struktur Organisasi dan Tatakerja
Pemerintah Daerah. Kenyataan ini
memang pernah menjadi sumber
kekhawatiran
diantara
sebagian
perumus kebijakan di kota Jogja.
Namun karena di sisi lain pembentukan
Dinas Perijinan telah menghasilkan
manfaat yang besar dalam efisiensi
pelayanan, keberadaan dinas ini tetap
dipertahankan dan bahkan dilengkapi
dengan perangkat teknologi informasi
yang semakin bagus. Tidak dapat
dipungkiri bahwa keberhasilan UPIK
sebagai wahana interaksi antara warga
dan Pemda kota Jogja sangat didukung
oleh komitmen pejabat Walikota.
Komitmen walikota yang lebih suka
dipanggil sebagai kepala pelayan
ketimbang penguasa di Kota Jogja
merupakan salah satu jaminan bagi
berfungsinya UPIK bagi umpan-balik
perumusan
kebijakan
pemerintah
daerah (Kumorotomo, 2008:8)
Kabupaten Sragen
Upaya pengembangan Jaringan
infrastruktur di Kabupaten Sragen telah
dilakukan sejak 2002 yaitu dimulainya
koneksi jaringan computer dan integrasi
sistem pada kompleks perkantoran
SETDA yang terpusat di PDE; Tahun
2003
dimulai
koneksi
antar
Dinas/Satker di luar SETDA dan 8 titik
Kecamatan hingga pada Tahun
2005/2006 semua Dinas/Satker dan 20
Kecamatan terkoneksi jaringan Online;
sejak Tahun 2007 telah dibangun
Jaringan pada semua Desa seKabupaten Sragen yang meliputi 208
Desa/Kelurahan (Darmawan, 2011: 70);
Development
System/Aplikasi,
Pengolahan Data dan Maintenance
seluruhnya
dilaksanakan
oleh
TimTeknis PDE Sragen.
Kabupaten Sragen merupakan salah
satu daerah percontohan dalam
70

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

implementasi
e-Government
di
Indonesia. Menurut Prasojo (2008)
beberapa program yang telah berhasil
dilakukan antara lain Pemerintah
Kabupaten
Sragen
melaksanakan
berbagai program seperti pembangunan
jaringan pemerintahan secara online
dengan
perangkat
wireless,
pengoperasian sampai ke tingkat
desa/kelurahan
dalam
rangka
memperlancar hubungan komunikasi di
lingkungan pemerintah kabupaten;
pembangunan data kependudukan sipil
secara elektronik dengan menggunakan
single identity number, serta dengan
mengembangkan mekanisme pemilihan
kepala desa secara elektronik.
Penerapan
e-government
di
Kabupaten Sragen didukung adanya eLeadership yang kuat, inovasi dan
upaya terus menerus dilakukan untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan
melalui
teknologi
informasi.
Perkembangan
pesat
teknologi
informasi di Kabupaten ini terlihat dari
maraknya dunia virtual di lingkungan
masyarakat melalui aplikasi remote
Jaringan Global se Kabupaten Sragen
(NAGIOS), siaganya Internet dan
intranet online 24 jam di semua satker,
dan Website Kabupaten Sragen yang
interaktif.
Simangunsong (2010) berpendapat
bahwa
Kabupaten
Sragen
mengembangkan One Stop Service
(OSS). OSS Center adalah sebuah
institusi yang memberikan dukungan
pengembangan satuan kerja layanan
perijinan terpadu atau lebih dikenal
dengan istilah One Stop Services
disingkat OSS. OSS Center mendukung
terwujudnya inovasi layanan perijinan
terpadu
didaerah
yang
pada
kenyataannya
masih
memiliki
keterbatasan untuk mengembangkan
pelayanan perijinan terpadu secara
prima.

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

Sedangkan manfaat nyata dari OSS


ini adalah OSS diharapkan mampu
melayani seluruh perijinan yang
dibutuhkan oleh investor dan dunia
usaha di daerah masing-masing, mulai
dari ijin mendirikan bangunan (IMB),
ijingangguan (HO), ijin usaha (SIUP,
TDP, TDI, IUT, IUI, TDG, dll) atau ijin
per sektor seperti ijin usaha restora, ijin
pendirian salon dan OSS Center akan
memberikan berbagai informasi dan
pelatihan tentang sistem, metode, dan
cara untuk mengembangkan layanan
perijinan dan investasidi Indonesia
yang dapat diakses secara langsung di
kantor OSS Center atau melalui
telepon, email, dan website (www.osscenter.net). OSS Center juga akan
menghubungkan
pemerintah
kota/kabupaten dan OSS di seluruh
Indonesia dengan lembaga pendamping
atau lembaga-lembaga lain yang dapat
memberikan bantuan teknis untuk
pengembangan OSS.
Saat ini Kabupaten Sragen sudah
menerapkan
e-government
secara
penuh. Hasilnya, Pemkab Sragen
memiliki beberapa jenis layanan publik
unggulan yang terintegrasi.
Pertama, website resmi Pemkab
Sragen sejak 2002. Lewat website
www.sragenkab.go.id, masyarakat bisa
memperoleh
informasi
lengkap
mengenai profil dan potensi kabupaten
yang terdiri dari 20 kecamatan dan 208
desa/kelurahan ini, termasuk harga
sembako dan sarana interaktif aparat
dan masyarakat.
Kedua,
Sistem
Informasi
Manajemen Kependudukan sejak 2003.
Layanan ini memungkinkan pembuatan
KTP hanya butuh waktu lima menit,
tanpa ada pungutan liar dan prosedur
yang berbelit.
Ketiga,
Sistem
Informasi
Manajemen Perizinan sejak 2005.
Sistem ini bisa melacak (tracking)
dokumen perizinan secara online.
71

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Adanya e-government memungkinkan


Pemkab Sragen memberikan layanan
perizinan terpadu di kantor pelayanan
satu atap kepada kalangan dunia usaha.
Keempat,
Sistem
Informasi
Kepegawaian
(Simpeg), berfungsi
sebagai Aplikasi Kepegawaian, Kartu
Pegawai, Gaji Berkala, dan lain-lain.
Kelima, Billing System, merupakan
aplikasi di lingkungan Rumah Sakit
meliputi Rekam medis, data pasien,
Jasa Medis, dan lain-lain.
Keenam, Mapatda, merupakan
aplikasi di Dipenda seperti PAD,
Retribusi, PBB, dan lain-lain.
Ketujuh,
Sistem
Informasi
Pemerintahan Daerah Kantaya (Kantor
Maya) sejak 2004. Sistem online ini
mempermudah pekerjaan pegawai
Pemkab Sragen dan koordinasi antar
organisasi pemerintahan di sana.
Misalnya, untuk pelaporan dan
pengawasan di setiap unit kerja,
kecamatan
dan
BUMD,
sarana
pengiriman data, informasi dan
pengawasan proyek di setiap unit kerja,
informasi agenda kerja di setiap satuan
kerja, pengiriman surat dinas atau
undangan kedinasan ke setiap unit
kerja, dan untuk forum diskusi serta
interaksi antar pegawai. Sistem
informasi pemerintahan ini terhubung
secara elektronik dengan Departemen
Perdagangan dan Departemen Dalam
Negeri. Ini menjadikan Kabupaten
Sragen sebagai proyek uji coba
Departemen
Perdagangan
dalam

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

pemberian perizinan usaha perdagangan


secara elektronik (e-licensing).
Kabupaten Sragen juga telah
mengembangkan Pusat Data dan
Informasi (Sragen Multimedia Centre).
Adanya Pengembangan Pusat Data,
Informasi dan Promosi melalui Multi
Media Centre ini, masyarakat dapat
memperoleh da memanfaatkan layanan
publik
seperti
Website
www.sragenkab.go.id,
Geographic
Information System (Pemetaan Wilayah
Digital), Infrastruktur (Pendidikan,
Kesehatan,
Transportasi),
Kepegawaian/Penggajian,
Produk
Unggulan Daerah (Kerajinan, Industri,
UKM, Agribisnis), Potensi Pariwisata,
Info
Perdagangan/Harga
Pasar
(SIPAW), Info Pertanahan (BPN
online), Info Perijinan (BPT online),
dan Laboratorium e-Government.
Hasil Kajian terhadap 5 pemerintah
daerah
di
atas
dalam
upaya
meningkatan kualitas pelayanan publik
melalui
pemanfaatan
teknologi
informasi
atau
e-government
memberikan satu benang merang
bahwa program yang dibuat, disusun
dan diimplementasikan setiap daerah
ternyata memiliki keunikan masingmasing
sehingga
memunculkan
program unggulan. Dari program
unggulan inilah daerah tersebut
memperoleh banyak manfaat khususnya
apresiasi yang tinggi dari masyarakat
dan pemerintah melalui pemberian
penghargaan E-government Award dan
sejenis
(Lihat
Tabel
3)

72

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Tabel 3 Program unggulan, aplikasi e-government yang dikembangkan dan


penghargaan yang telah diperoleh
Pemerintah
Daerah

Program Unggulan, Aplikasi E-government yang dikembangkan dan


Penghargaan Yang telah diperoleh

Propinsi
Yogyakarta

Program Unggulan : Jogja Cyber Province (JCP), MCAP, Plaza


Informasi
Aplikasi E-gov yang dikembangkan : pendidikan berbasis online dan
integrasi sitem pemerintahan sektoral yang terdiri dari bidang
transportasi, pariwisata, tenaga kerja, dan kesehatan, dengan membangun
sistem informasi terpadu
Penghargaan : Warta Ekonomi E-Government Award Tahun 2009,
2007, 2006, 2005, 2004, 2003

Pemkot
Yogya

Pemkot
Surabaya

Program Unggulan : sistem Informasi UPIK


Aplikasi E-gov yang dikembangkan : Sistem Informasi UPIK,
Perijinan terpadu, PSB Online
Penghargaan : Website terbaik 2009, Warta Ekonomi E-Gov Award
Tahun 2005
Program Unggulan : e-procument, SIAK, GRMS, Gessy
Aplikasi E-gov yang dikembangkan : e-Procurement, e-Budgeting,
KTP Online,
Penghargaan : Terbaik e-leadership Tahun 2009, Warta Ekonomi E-Gov
Award Tahun 2009, 2008, 2007, Pemenang Khusus Open Source Award
2010 dalam membangun komitmen

Kabupaten
Jembrana

Program Unggulan dan Aplikasi E-gov yang dikembangkan : J-Card


(Jembrana Card), J-Net (Jimbarwana Networking), e-Voting, Kantaya,
SIAK
Pengharagaan : Warta Ekonomi E-Gov Award Tahun 2009 dan 2008,
Warta Ekonomi e-Government Award 2008 Best Of The Best, Piagam
Penghargaan E-Voting Piagam, Aplikasi Unggulan Jembrana Smart
Card, Juara I Indonesia Open Source Award 2010

Kabupaten
Sragen

Program Unggulan : e-Leadership, E-Voting, Kantaya


Aplikasi E-gov yang dikembangkan : 13 aplikasi sistem diantaranya
Kantaya (Kantor Maya),Simduk, Simpeg, Billing System, Simpatada,
SIM Perijinan, Simduk, Simkasda, Simbada, Sim RSU, Sim Perusda,
SIM BPR/BKK, Sim GIS, Sim Pertanahan BPN, SIM pendidikan dan
SMS Centre.
Penghargaan : Wara ekonomi 2006, Best of The Best Warta Ekonomi
Award Tahun 2007, The Best E-Government Award Tahun 2008, Best
Of The Best E-Government Award Se-Indonesia Tahun 2008, Juara II
Indonesia Open Source Award 2010

Sumber: diolah Junaidi dari berbagai sumber, 2011.

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

73

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

PENUTUP: FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN
PENGEMBANGAN
PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK MELALUI
E-GOVERMENT
Belajar dari keberhasilan beberapa
Pemda di atas, maka paling tidak ada 4
faktor
dominan
yang
menjadi
pendukung keberhasilannya yaitu :
Adanya political will Kepala Daerah
Political will dan Komitmen dari
kepala daerah sebagai pimpian tertinggi
birokasi di daerah untuk melaksanakan
program. Di mulai dengan membangun
kesamaan visi, misi dan tujuan dengan
aparat birokrasi, kepercayaan dan
keterlibatan
birokrasi
dalam
pelaksanaan
program
sangat
menentukan. Artinya komitmen politik
kepala daerah saja tidak cukup tanpa
dukungan dan motivasi aparat biokrasi
untuk melaksanakan program tersebut.
Apalagi jika terdapat sejumlah orang
dalam
internal
birokrasi
yang
kontraproduktif terhadap gagasan dan
pelaksanaan program.
Belajar
dari
Kota
Surabaya
menerapkan aplikasi e-procurement,
program ini lahir berkat kemauan yang
keras dari Walikota Surabaya Bambang
Dwi Hartono. Meskipun awalnya
mendapat tentangan yang keras dari
sejumlah kalangan, termasuk sebagian
pimpinan
di
pemerintah
pusat,
Bambang Dwi Hartono jalan terus. Kini
aplikasi yang dikembangkan Kota
Surabaya itu ditiru oleh banyak
lembaga pemerintahan daerah lainnya.
Adanya blue print atau master plan
pengembangan e-government.
Kaitan antara tata kelola proyek egovernment dengan perencanaan. Ini
setidaknya tercermin dari blue print
Jurnal Administrasi Negara (JAN)

atau master plan pengembangan egovernment. Artinya proyek-proyek egovernment yang dikembangkan tidak
asal-asalan, tapi memang sesuai
tahapan dan merujuk pada master
plannya. Propinsi DIY punya Pergub
Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Blueprint Jogja Cyber Province, Kota
Surabaya Perwako Nomor 30 Tahun
2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Pemerintah
dengan
Sistem
Eprocurement, Kota Yogyakarta punya
Perwako Nomor 78 Tahun 2007 tentang
e-Government. Dengan adanya blue
print tersebut berbagai program
pengembangan e-gevernment dilakukan
secara lebih terarah, dapat diukur
tingkat keberhasilannya
sehingga
program tersebut sustainability lebih
terjamin.
Manajemen Perubahan
Memang tidak mudah melakukan
perubahan, sebab acapkali upaya
perbaikan yang dibuat bukannnya
mendapat dukungan tapi malah
memperoleh perlawanan baik dari luar
maupun dalam organisasi. Belajar dari
cara Bupati Jembrana I Gede Winasa
dalam
menerapkan
manajemen
perubahan, ia terpaksa menerapkan
tangan besinya. Bupati menuntut agar
setiap
karyawan
di
Kabupaten
Jembrana mampu mengoperasikan
komputer. Jika tidak ia meminta
karyawannya mundur.
Sementara dalam implementasi eProcurement di Kota Surabaya
misalnya
dilakukan
melalui
pemaksaan
agar
semua
unit
organisasi menggunakan aplikasi ini
untuk urusan pemerintahan. Pemaksaan
dalam tanda kutip ini juga mencakup
perlindungan dari top management jika
jajaran middle management di internal
pemkot ternyata saling bergesekan
atau digesek dengan sengaja dari luar
74

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

organisasi karena adanya benturan


kepentingan diluar pemkot. Kejadian
semacam ini memang banyak terjadi di
lingkungan Pemkot Surabaya, terutama
pada awal implementasi e-Procurement
sering terjadi pada level middle
management.
Adanya Partisipasi Masyarakat.
Kepemimpinan yang kuat telah
memberikan iklim yang baik untuk
membangkitkan kesadaran bersama
akan arti penting dukungan semua
pihak
yang
terlibat
dengan
implementasi e-Government. Tahap
awal implementasi bukan tanpa
hambatan. Belajar dari Kabupaten
Sragen menerapkan E-government,
ketika 2003 awal dibukanya KPT
(Kantor Pelayanan Terpadu), yang

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

sejak 2006 berubah menjadi Badan


Pelayanan Terpadu 2006,
telah
memunculkan sinisme dari banyak
pihak (Anwaruddin, 2008).
Pelibatan semua pihak dalam
implementasi
e-Government
dari
berbagai tingkatan, mulai kabupaten
sampai desa, merupakan modal awal
keberhasilan. KPT telah mengubah
paradigma
pelayanan publik di
Kabupaten Sragen. Hubungan antar
lembaga pun menyesuaikan. KPT
sebagai sebuah one-stop service telah
berhasil menyatukan komitmen semua
dinas terkait dalam memudahkan dan
meningkatkan kualitas layanan publik.
Intinya impelementasi e-government
mesti
meningkatkan
peran
dan
partisipasi masyarakat dalam berbagai
bidang.

75

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

DAFTAR PUSTAKA
Anwaruddin, Awang (2008). Best Practices Keberhasilan e-leadership. Diakses
pada
29
April
2011
dari
http://www.e-capacitybuilding.info/ecb5/index.php?option=com_content&task=view&id=46&Ite
mid=53.
Darmawan, Ikhsan. 2011. E-government : Studi Pendahuluan di Kabupaten
Sragen. Proseding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 LAB-ANE
FISIP Untirta, Serang Banten, 24-25 Mei 2011.
Djunaedi, Achmad. (2006). Pengalaman Pengembangan Digital Government
Services di Pemerintah Propinsi DIY, Prosiding Konferensi Nasional
Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia, ITB, Mei 2006,
Bandung.
-----------------------, 2003. Beberapa Pemikiran Penerapan e-Government dalam
Pemerintahan Daerah di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar
Nasional E-Government dan Workshop Linux, diselenggarakan oleh FMIPA
UGM, Yogyakarta, 30 Okober 2002.
Dwiyanto, Agus. Revitalisasi Pemerintahan Melalui E-Government. Makalah
disampaikan pada Lokakarya Nasional Strategi dan Tahapan Implementasi
E-Government Untuk Pemda, yang diselenggarakan oleh Gama Technocamp
UGM, Yogyakarta, 9 - 11 Oktober 2003.
Erizal, Roswiani, Ani (2009). Pemanfaatan Model Strategic Alignment untuk
Penentuan Layanan Unggulan Digital Government Service Bidang
Kesehatan Pada Pemerintah Daerah Propinsi DIY,Makalah Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Juni 2009, Yogyakarta. Diakses
pada
5
Juni
2010
dari
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1215/1012
Erizal. (2008). Digital Government Service Bidang Kesehatan, Executive
Summary.Diakses
pada
10
Mei
2011
dari
http://www.pilarsolusi.com/files/Executive_Summary_DGS_Bid_Kesehatan
.pdf
HM, Jogiyanto. Kesuksesan Penerapan E-Government, Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Peluang dan Tantangan e-Government di Era Otonomi
Daerah, Yang diselenggarakan oleh Dalam Rangka Dies Natalis 48 FE
UGM, Yogyakarta, 18 September 2003.
Indrajit, Richardus Eko, 2002. Electronic Government, Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Tehnologi Digital.
Yogyakarta : Andi.
Kumorotomo, Wahyudi. (2008). Pengembangan E-government untuk Peningkatan
Transparansi Pelayanan Publik : Studi Kasus UPIK di Pemkot Jogyakarta
dan E-procurement di Pemkot Surabaya. Makalah KAN Juni 2008 , UGM,
Jogjakarta.
Diakses
pada
4
Agustus
2009
darihttp://kumoro.staff.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/2008/06/pengembanga
n-e-government dalam-peningkatan-transparansi-pelayanan-publik.pdf
Koswara, Engkos. E-government berbasis Open Source dan Kisah Keberhasilan
Jembrana, Diakses pada 29 April 2011 dari http://www.untan.ac.id/?p=223

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

76

Volume II, Nomor 1, Juni 2011

Purbokusuma, Yuyun, 2005, Desentralisasi dan Perbaikan Pelayanan Publik,


Dalam : Purwanto, Erwan Agus, Kumorotomo, Wahyudi (eds), Birokrasi
Publik dalam Sistem Politik Semi Parlementer, Yogyakarta : Gava Media.
Prasojo, Eko.,Kurniawan, Teguh. (2008). Reformasi Birokrasi dan Good
Governance : Kasus Best Practices dari sejumlah Daerah di Indonesia.
Diakses
pada
29
April
2011
dari
http://staff.ui.ac.id/internal/0900300014/publikasi/ReformasiBirokrasi_dan_
GoodGovernance_EP_TK_reviseed.pdf
Setiyadi, Mas Wigrantoro Roes, E-Government sebagai Suatu Investasi :
Mengukur Resiko-keuntungan dan kegagalan-Kenerhasilan Implementasi EGovernment di Pemda. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional
Strategi dan tahapan Implementasi E-Government Untuk Pemda, yang
diselenggarakan oleh Gama Technocamp UGM, Yogyakarta, 9 - 11 Oktober
2003.
Sinurat, Herry.(2008). Inovasi Reformasi Pengadaan Barang/Jasa di Kota
Surabaya. Diakses pada 6 Juni 2010 dari http://www.usdrpindonesia.org/files/downloadContent/183.pdf.
Sulianto, Budi. (2007). Penerapan Egovernment di Kabupaten Sragen. Diakses
pada
10
Mei
2011
darihttp://fit.uii.ac.id/media/egovernmentkabupatensragen.pdf.
Simangunsong, Jumadi. (2010). Pengembangan E-government di Indonesia,
Jurusan
MTI
Fikom
UI,
Diakses
10
Mei
2011
dari
http://jumadifran.files.wordpress.com/2010/09/pengembangan-egovernment-di-indoensia2.pdf
Warta Ekonomi dan Dian Rakyat. (2010). Warta Ekonomi E-Government Award
2009, Jawara-jawara Pengaplikasi E-government, Jakarta : Warta Ekonomi
dan Dian Rakyat
Wibawa, Samodra, 2000. Memperkenalkan Elekcronik Government di Kota-Kota
Indonesia, (http://www.geocites.com/adeniha/egov.htm, diakses 28 Pebruari
2005).
Pergub Nomor 42 Tahun 2006 tentang Blueprint Jogja Cyber Province Pemerintah
Propinsi DIY
Peraturan Bupati No.11 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi
dan Komunikasi atau E-government di Kabupaten Sragen.
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 Tahun 2007 tentang e-Government
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah dengan Sistem Eprocurement
www.pemda-diy.go.id
www.sragenkab.go.id
www.surabaya.go.id
www.jogjakota.go.id
www.jembranakab.go.id

Jurnal Administrasi Negara (JAN)

77

Anda mungkin juga menyukai