Anda di halaman 1dari 1

BUMDes Bangkrut Jadi Tanggung Jawab Siapa?

BUM Desa mempunyai mekanisme pertanggungjawaban terkait dengan pelaksanaan BUM


Desa. Berdasarkan permendes No. 4 Tahun 2015 di antara bentuk pertanggungjawaban
kelembagaan adalah:

1. Pelaksana operasional melaporkan pertanggngjawaban pelaksanaan BUM Desa kepada


penasehat yang secara ex officio dijabat oleh kepala desa.
2. Badan permusyawarah desa melakukan pengawasan terhadap kinerja oemerintah desa
dala membina pengelolaan BUM Desa.
3. Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap BUM Desa
kepada Badan Permusyawarah Desa yang disampaikan melalui musyawarah desa.

Pengelola badan usaha milik desa (BUM Desa) ditekan untuk lebih berhati-hati dalam
mengelola usahanya. Penyertaan modal BUM Desa bersumber dari uang negara. Lalu, jika
BUM Desa mengalami kerugian atau pailit maka yang akan bertanggng jawab siapa? BUM
Desa yang mengalami kebangkrutan atau pailit merupakan tanggungjawab pengelola dan pihak
desa. BUM Desa yang mengalami kebangkrutan atau pailit menandakan bahwa sebua
organisasi atau struktur organisasi dalam pelaksanaan tidak berjalan dengan baik dan kuat.

Hal-hal yang menyebabkan pengelola BUM Desa tidak berjalan dengan baik :

1. Pemerintah Desa tidak mampu melakukan evaluator kinerja BUM Desa.


2. Pemerintah Desa tidak mampu mengendalikan pelaksanaan kegiatan BM Desa.
3. Pemerintah Desa tidak mampu melindungi usaha desa terhadap nilai-nilai yang dapat
menurunkan kinerja BUM Desa.
4. Pengelola BUM Desa yang tidak sesuai kapasitas bidang usaha.
5. Pengelola BUM Desa yang mementingkan kepentingan pribadi bukan melayani
kebutuhan umum masyarakat.

Pasal 27 Permendesa No. 4 tahun 2015 yang menyatakan BUM Desa merugi atau pailit
bahwa:

1. Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa.


2. Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang
dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa.
3. Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan
kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan mengenai kepailitan.

Dari pasal tersebut diatas dapat dipahami ada dua Badan Usaha, yaitu

1. BUMDes, dimana kerugian dan kepailitan bisa dinyatakan oleh Musyawarah Desa.
2. Unit Usaha dalam hal ini bisa PT, koperasi dan yayasan maka tunduk pada Undang
Undang Kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai