Anda di halaman 1dari 16

Bahan Bacaan

Filosofi BUM Desa

10
Bahan Bacaan Filosofi BUM Desa

DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan
Pengelolaan dan Pembubaran BUM Desa;
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2017;
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor
22 Tahun 2016 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2017;
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.

1. FILOSOFI BUM DESA


Jika dibuat perbandingan antara ketentuan BUM Desa dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dapat
diketahui ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 lebih
melayani atau cenderung untuk menguraikan (elaborative). Undang-Undang

1
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengatur hanya
dalam satu pasal yaitu pada Pasal 213, bahwa:
a. Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa.
b. Badan usaha milik desa berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
c. Badan usaha milik desa dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan
perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 213 ini bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah
badan hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Adapun Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mengatur lebih terperinci.
Undang-Undang Desa ini mengatur tentang:
a. Pasal 87
(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM
Desa.
(2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan;
(3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
b. Pasal 88
(1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.
(2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Desa Pasal
c. Pasal 89
Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
a. pengembangan usaha; dan
b. pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian
bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial,
dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
d. Pasal 90

2
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM
Desa dengan:
a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di
desa.
Melihat perkembangan saat ini, maka muncul pertanyaan, “Mengapa
Harus BUM Desa?”. Dari pertanyaan tersebut maka ada beberapa hal yang
mendasari mengapa harus BUM Desa, yaitu :
a. berlakunya MEA (Masyarakat Ekonomi Asia);
b. masyarakat sebagai penonton ekonomi, menanggung beban produksi
(belum mampu mengolah hasil produksi);
c. harga pasar dipermainkan broker dan tengkulak;
d. dana desa semakin besar, beberapa desa sudah mulai kebingungan
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur;
e. prioritas penggunaan dana desa untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
Dalam hal regulasi, maka beranjak dari ketentuan peraturan
perundang-undangan tersebut di atas, maka sejatinya logika pendirian
BUM Desa didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan
dan pendiriannya, BUM Desa dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat,
serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif,
transparansi, emansipatif, akuntabel, dan sustainable dengan mekanisme
berbasis anggota dan pengusahaan mandiri. Dari semua itu yang terpenting
adalah bahwa pengelolaan BUM Desa harus dilakukan secara profesional
dan mandiri.
BUM Desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi
sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial
institution). BUM Desa sebagai lembaga sosial berpihak kepada
kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan

3
pelayanan sosial. Tujuan pendirian BUM Desa antara lain dalam rangka
peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes). Sedangkan sebagai lembaga
komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya
lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan usahanya prinsip
efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUM Desa sebagai badan
hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku,
ketentuan tersebut bersifat umum, sedangkan pembangunannya
disesuaikan dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.
Dengan demikian, bentuk BUM Desa dapat beragam di setiap desa di
Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan
sumber daya yang dimiliki masing-masing desa.
Dari regulasi yang ada, dapat disimpulkan ada beberapa langkah
atau tahap dalam mendirikan BUM Desa, yaitu:
a. Sosialisasi BUM Desa kepada masyarakat
Langkah pertama dalam mendirikan BUM Desa adalah melakukan
sosialisasi terkait BUM Desa kepada masyarakat. Sosialisasi ini
diperlukan untuk menjelaskan kepada warga atau masyarakat terkait
apa itu BUM Desa. Langkah ini penting untuk dilakukan sehingga
warga dapat berpartisipasi dari awal pembentukan BUM Desa sehingga,
tidak akan muncul anggapan bahwa BUM Desa ini merupakan “Badan
Usaha Milik Pak Kades”.
b. Pembentukan Tim Persiapan Pembentukan BUM Desa
Langkah kedua dalam mendirikan BUM Desa adalah membentuk Tim
Persiapan Pembentukan BUM Desa (TPP BUM Desa). TPP BUM Desa
terdiri dari berbagai unsur dalam masyarakat desa yaitu perangkat
desa, BPD, PKK, Karang Taruna, dan tokoh-tokoh masyarakat. Tugas
dari TPP BUM Desa ini yaitu melakukan inventarisasi dan pemetaan
potensi usaha, membuat usulan jenis usaha, menyusun draft AD/ART
dan Raperdes pembentukan BUM Desa.
c. Rapat atau Workshop Pemetaan Potensi dan Pemilihan Usaha
Langkah berikutnya adalah TPP BUM Desa melakukan inventarisasi
potensi dengan melakukan pengamatan, wawancara dan diskusi dengan

4
berbagai komponen masyarakat. Untuk mendaftar potensi apa saja
yang bisa dikelola oleh BUM Desa. Selanjutnya dari potensi-potensi
yang ada tersebut dipilih satu prioritas yang akan di jalankan di tahun
pertama. Mengapa dimulai dari satu jenis usaha dulu? Karena memulai
usaha memerlukan banyak konsentrasi dan energi. Fokus pada satu
jenis usaha, akan memudahkan pengelola BUM Desa.
d. Sosialisasi Pemetaan Potensi dan Pemilihan Usaha pada Masyarakat
Langkah selanjutnya yaitu menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Berdasarkan jenis usaha yang dipilih. Ada beberapa hal
yang perlu diputuskan untuk dimasukkan kedalam anggaran dasar,
seperti nama BUM Desa, tujuan, ruang lingkup usaha, pembagian hasil
usaha dan hal-hal pokok lainnya.
e. Penyusunan AD/ART dan Raperdes
Pada langkah ini Inti dari AD/ART merupakan bahan penyusun
Raperdes pembentukan BUM Desa. Perlu kecermatan agar isi dari
Raperdes Pembentukan BUM Desa sinkron dengan AD/ART yang telah
disusun.
f. Sosialisasi Draft AD/ART dan Raperdes
Raperdes dan AD/ART yang telah disusun perlu disosialisasikan ke
forum yang lebih luas. Perangkat desa, BPD, tokoh-tokoh masyarakat
perlu diundang untuk mencermati dan memberi masukan mengenai isi
dari AD/ART, terutama hal-hal yang cukup sensitif seperti pembagian
hasil usaha. Hal ini dilakukan untuk menghindari masalah dan salah
persepsi di kemudian hari. Narasumber dari Pemerintah Kabupaten
juga bisa diundang untuk memberikan telaah terhadap aspek legal
formal.
g. Persiapan Pelaksanaan Musyawarah Desa
Apabila sudah ditampung semua masukan terhadap draft Raperdes dan
AD/ART, serta masukan-masukan dan revisi sudah diakomodir, maka
Sekretaris Desa segera mengagendakan dan mempersiapkan hal-hal
yang dibutuhkan untuk Musyawarah Desa (Musdes) pembentukan BUM
Desa.

5
h. Musyawarah Desa Pembentukan BUM Desa
Puncak pendirian BUM Desa adalah Musyawarah Desa. Apabila
tahapan-tahapan awal tersebut sudah dilakukan dengan benar, maka
kemungkinan besar Musyawarah Desa akan berjalan dengan lancar.
Dengan disahkan Perdes pembentukan BUM Desa dan AD/ART BUM
Desa maka BUM Desa resmi berdiri dan siap beroperasi.
Tujuan akhirnya, BUM Desa sebagai instrumen modal sosial yang
diharapkan menjadi jembatan yang menghubungkan desa dengan lingkup
perekonomian diluarnya sehingga menjadi penguat ekonomi di perdesaan.
Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dan taktis
guna mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunan desain
lembaga tersebut ke dalam suatu perencanaan. Disamping itu, perlu
memperhatikan potensi lokalistik serta dukungan kebijakan (good will) dari
pemerintahan di atasnya untuk mengeliminir rendahnya surplus kegiatan
ekonomi desa yang disebabkan kemungkinan tidak berkembangnya sektor
ekonomi di wilayah pedesaan. Sehingga integrasi sistem dan struktur
pertanian dalam arti luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu akan
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tata kelola lembaga.
Pendirian badan usaha harus disertai dengan upaya penguatan
kapasitas dan didukung oleh kebijakan daerah (kabupaten) yang
memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para
pemodal besar. Mengingat badan usaha ini merupakan lembaga ekonomi
baru yang beroperasi di perdesaan dan masih membutuhkan landasan yang
kuat untuk tumbuh dan berkembang. Pembangun landasan bagi pendirian
BUM Desa adalah Pemerintah. BUM Desa dalam operasionalisasinya
idealnya juga ditopang oleh lembaga moneter desa (unit pembiayaan)
sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit maupun
simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan yang
memadai, maka pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan
distribusi aset kepada rakyat secara luas akan mampu menanggulangi
berbagai permasalahan ekonomi di perdesaan.

6
Oleh karena itu, meski setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan
Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), namun penting disadari bahwa BUM
Desa didirikan atas prakarsa masyarakat dan didasarkan pada potensi
yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sumberdaya lokal dan
terdapat permintaan pasar. Dengan kata lain, pendirian BUM Desa bukan
merupakan paket instruksional yang datang dari pemerintah, pemerintah
provinsi, atau pemerintah kabupaten. Jika yang berlaku demikian
dikhawatirkan BUM Desa akan berjalan tidak sebagaimana yang
diamanatkan di dalam Undang-Undang. Tugas dan peran pemerintah
adalah melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa
melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti
penting BUM Desa bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan
dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri. Pemerintah
memfasilitasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dan pemenuhan
lainnya yang dapat memperlancar pendirian BUM Desa. Selanjutnya
mekanisme operasionalisasi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat
desa. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar
dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua
fungsi yakni bersifat sosial dan komersial dengan tetap berpegang teguh
pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati. Maka
persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi,
pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa (pemerintah desa,
BPD, tokoh masyarakat dan kelembagaan masyarakat di perdesaan).
Melalui cara demikian diharapkan keberadaan BUM Desa mampu
mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di perdesaan. Peran pemerintah
desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan
pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), sebagai bagian dari upaya
pengembangan komunitas (Development Based Community) desa yang lebih
berdaya.

7
2. HUBUNGAN BUM DESA DENGAN PEMERINTAH DESA
Untuk mengetahui hubungan kelembagaan BUM Desa dengan
Pemerintah Desa, kita harus mengetahui definisi yang sebenarnya menurut
Undang-Undang Desa, diantaranya:
a. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Desa.
c. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
d. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam
penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat
Desa, dan unsur pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan
kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur
kewilayahan.
e. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Pemimpin Pemerintah Desa adalah Kepala Desa yang bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan desa, pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Berdasarkan Permendesa Nomor 4 Tahun 2015 tentang pembentukan BUM
Desa, dimana Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan
Desa tentang Pendirian BUM Desa dan pendirian BUM Desa tersebut
dengan mempertimbangkan: inisiatif Pemerintah Desa dan masyarakat
Desa, potensi usaha ekonomi Desa, sumberdaya alam di Desa, sumberdaya

8
manusia yang mampu mengelola BUM Desa dan penyertaan modal dari
Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan Desa yang
diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.
Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa. Adapun
pokok bahasan yang dibicarakan dalam Musyawarah Desa tersebut
meliputi: pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial
budaya masyarakat, organisasi pengelola BUM Desa, modal usaha BUM
Desa dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.
Hasil kesepakatan Musyawarah Desa tersebut menjadi pedoman bagi
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan
Peraturan Desa tentang Pendirian BUM Desa. BUM Desa
dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa dan warga desa, yang meletakkan
kekuasaan tertinggi pada musyawarah desa. Sedangkan koperasi adalah
kelembagaan ekonomi yang didirikan oleh beberapa orang yang mempunyai
tujuan sama, kekuasaan tertinggi pada rapat anggota. Sehingga antara
BUM Desa dengan Koperasi dan Perseroan Terbatas (PT) sangatlah berbeda.
Adapun aspek-aspek yang membedakan antara BUM Desa dengan
Koperasi dan Perseroan Terbatas (PT) adalah dalam hal :
a. Kepemilikan;
b. Status Badan Hukum;
c. Area Pelayanan;
d. Orientasi pelayanan;
e. Peran/fungsi;
f. Pendiri;
g. Pertanggungjawaban;
h. Sumber dana dan aset; dan
i. Keanggotaan
Dalam hal hubungan kelembagaan antara BUM Desa dengan
Pemerintahan Desa, yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa :

9
a. Penasihat BUM Desa adalah dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa
b. Pelaksana Operasional adalah masyarakat Desa dengan pendidikan
minimal setingkat SMU/MA/SMK/sederajat yang mempunyai jiwa
wirausaha dan berdomisili dan menetap di Desa minimal 2 tahun.
Serta syarat lain berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian
terhadap usaha ekonomi Desa; dan
c. Pengawas adalah harus mewakili kepentingan masyarakat dengan
susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,
merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota dan Anggota.
Dalam hal pertanggungjawaban BUM Desa, Pelaksana Operasional
melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUM Desa kepada Penasihat
yang secara ex-officio dijabat oleh Kepala Desa. Selanjutnya BPD
melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina
pengelolaan BUM Desa. Dan Pemerintah Desa mempertanggung-jawabkan
tugas pembinaan terhadap BUM Desa kepada BPD yang disampaikan
melalui Musyawarah Desa.

3. PENGANGGARAN BUM DESA MELALUI DANA DESA


Penganggaran modal BUM Desa melalui mekanisme Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa yang biasa disebut dengan APB Desa yang
merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa ini merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan
Desa. Dalam penganggaran BUM Desa, tentunya tidak terlepas dari
kegiatan Musyawarah Desa dan persetujuan masyarakat desa, termuat
dalam RPJM Desa dan RKP Desa dan ada mata anggaran di APB Des.
Dalam pelaksanaan APB Des, tentunya kita akan banyak berbicara
tentang keuangan Desa dan pengelolaan keuangan Desa. Keuangan Desa
dan Pengelolaan Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

10
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Sedangkan
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung-
jawaban keuangan desa.
Dalam hal penganggaran modal BUM Desa, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa secara
eksplisit menyebutkan tentang Penyertaan Modal Desa yang diatur dalam
Pasal 19 yang berbunyi bahwa pengeluaran pembiayaan terdiri dari
pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal Desa.
BUMDesa merupakan salah satu program prioritas Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Hal ini diperkuat
dengan diundangkannya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2017. Pada tahun 2018 BUM
Desa masih menjadi program prioritas yang sudah diatur pada Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 19
Tahun 2017.
Dalam penganggaran BUM Desa, tahapan yang paling tidak harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Adanya Peraturan Desa tentang Kewenangan Desa
b. Termuat dalam Dokumen RPJM Desa
c. Termuat dalam Dokumen RKP Desa
d. Penyertaan Modal di APB Desa
e. Pencairan dari RKUN ke RKUD
f. Pencairan dari RKUD ke RKD
g. Kelengkapan Dokumen Dana Desa
h. Transper dari RKD ke rekening BUM Desa

4. TITIK KRITIS BUM DESA


Berikut ini ada beberapa titik kritis BUM Desa yang dapat menjadi
perhatian kita bersama:

11
a. Identifikasi Potensi dan Pemilihan Jenis Usaha;
b. Mekanisme pembentukan BUM Desa dan penyusunan legal formal;
c. Mekanisme dan Administrasi Penyertaan Modal dari Desa;
d. Pemilihan Pengelola BUM Desa dan pembentukan struktur;
e. Pola Komunikasi, Koordinasi dan Tata Kelola BUM Desa dengan
Pemerintah Desa;
f. Perencanaan Strategis dan Penyusunan Rencana Kegiatan dan
Anggaran Tahunan;
g. Pencatatan Transaksi dan Pelaporan Keuangan BUM Desa;
h. Evaluasi Kinerja dan Audit Keuangan;
i. Sistem Remunerasi Pengelola BUM Desa dan Pembagian Sisa Hasil
Usaha/Deviden;
j. Pengembangan BUM Desa melalui BUM Desa Bersama, Holding BUM
Desa dan Kerjasama Pihak Ketiga.
Mengapa baru sedikit desa-desa yang memiliki BUM Desa? Salah
satu hasil survei menunjukkan ada ketakutan dari Pemerintah Desa bahwa
BUM Desa yang mereka dirikan akan bernasib sama dengan KUD atau
usaha-usaha ekonomi Inisiatif pemerintah lainnya, yaitu tinggal papan
nama. Untuk menghindari hal tersebut maka pihak desa perlu cermat
dalam memetakan potensi dan memilih jenis usaha.
Berdasarkan hasil observasi terhadap BUM Desa yang telah sukses,
mereka fokus pada satu usaha dan usaha mereka berbasis potensi lokal,
sinergis dan memiliki keunikan atau keunggulan. Setiap desa pasti
memiliki potensi, apabila ada desa yang merasa tidak memiliki potensi
maka mereka perlu mengganti kacamata. Kacamata yang digunakan adalah
perspektif konsumen/orang luar. Menarik atau tidak, kita harus lihat dari
kacamata orang luar, apabila ada setiap hari melihat air terjun yang indah,
maka selanjutnya air terjun itu nampak biasa saja. Bagi yang tidak pernah
ke desa, kehidupan desa itu luar biasa. Bagi yang belum pernah makan
thiwul, thiwul itu istimewa. Pada sisi yang lain, banyak desa yang terlalu
optimis, sehingga melihat segala sesuatu sebagai potensi. Tetapi apakah
semua potensi bisa jadi peluang bisnis?

12
Kunci dari itu semua adalah fokus dulu pada satu potensi yang
memiliki peluang terbesar. Minimal peluang untuk tidak bangkrut yang
paling besar, yaitu ketika pembeli sudah ada atau sudah siap. Misalnya
usaha pengumpulan sampah, ketika problem itu memang ada dan calon
costumer sudah siap. Pasar desa, desa wisata, penjualan alat-bahan
pertanian dan jenis usaha lain, aturannya sama. Mulailah bertanya dari
“Siapa pembeli/calon pembeli kita?” Lalu dilanjut dengan seberapa besar
nilai yang bisa kita jual selama setahun? Cukupkah keuntungan menutup
biaya operasional BUM Desa?
Kunci yang kedua adalah berbasis potensi lokal. Apabila ada desa
yang ingin jadi produsen lele, tetapi di desa itu tidak ada ahlinya, bakal
tidak berkelanjutan. Basisnya adalah kebutuhan dan potensi, bukan
keinginan apalagi gengsi. Mulai dari apa yang bisa kita olah dan
menghasilkan. Selama hasilnya tersebut bisa dijual dan menutup biaya
operasional, itu lebih baik daripada suatu ide yang nampak bagus tetapi
kita belum pernah uji atau lakukan sebelumnya. Menciptakan sesuatu
yang baru (creating value) lebih sulit daripada mengelola yang sudah ada
(managing value).
Kunci berikutnya adalah sinergis, artinya jangan sampai usaha yang
kita pilih menyaingi apalagi merebut aktivitas-aktivitas ekonomi yang sudah
dijalankan oleh warga desa. Apabila ini yang terjadi maka akan timbul
konflik baru antara BUM Desa dengan masyarakat. Pada gilirannya BUM
Desa akan kalah, dan kalaupun menang tidak ada yang pantas
dibanggakan dari membangun BUM Desa diatas bangkai usaha rakyat.
Kunci terakhir adalah usaha itu memiliki konsep yang jelas. Ada keunikan
dan keunggulan yang mau ditonjolkan. Keunikan dan keunggulan ini bisa
jadi belum kita miliki saat ini, tetapi akan kita upayakan terus dari waktu
ke waktu.
Dalam hal mekanisme pembentukan BUM Desa dan penyusunan
legal formal, maka setelah melakukan langkah pemetaan potensi dan
pemilihan jenis usaha, maka langkah selanjutnya adalah mewadahi

13
kesepakatan tersebut dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
dan Rancangan Peraturan Desa (Raperdes) BUM Desa.
Selain itu, Anggaran Dasar (AD) adalah dasar dan peraturan yang
mengikat pemilik, pengawas dan pengelola BUM Desa dalam semua
kegiatan dan program yang akan dilakukan. Anggaran Dasar ini akan
berperan sebagai sumber aturan-aturan yang akan disusun selanjutnya di
BUM Desa. Anggaran Rumah Tangga (ART) berfungsi sebagai penjabaran
atau penjelasan yang lebih rinci dari Anggaran Dasar. Secara umum ART
akan menjelaskan mekanisme pelaksanaan dari Anggaran Dasar.
Hal-hal yang perlu diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BUM Desa antara lain :
a. AD/ART bersifat mengikat bagi setiap komponen organisasi pengelola
BUM Desa.
b. AD/ART paling sedikit memuat Nama dan Kedudukan; Azas dan
Tujuan; Kegiatan dan Jenis Usaha; Organisasi dan Tata Kerja
Pengelola; Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Pengelola;
Permodalan; Penghasilan dan Penghargaan; Sistem Pertanggungjawaban
dan Pelaporan; Hak dan Kewajiban Pengelola; Bagi Hasil dan Rugi; dan
Sistem Pengawasan Internal.
Nama Badan usaha Milik Desa (BUM Desa) disesuaikan dengan
kesepakatan warga desa. Tanggal pendirian BUM Desa disesuaikan dengan
tanggal Musyawarah Desa pendirian BUM Desa. Kedudukan dan Wilayah
kerja BUM Desa adalah di desa yang bersangkutan. Azas pendirian BUM
Desa adalah Pancasila dan berlandaskan Undangundang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Visi dan Misi BUM Desa disesuaikan
dengan Visi Misi Desa dan filosofi serta tujuan pendirian BUM Desa
menurut Undang-Undang Desa dan peraturan terkait lainnya.
Pada pasal selanjutnya juga dijelaskan mengenai logo BUM Desa dan
penjelasannya. Jenis usaha yang dimasukkan dalam Anggaran Dasar
adalah jenis-jenis usaha yang akan dijalankan oleh BUM Desa. Jenis-jenis
usaha yang tertulis di Anggaran Dasar ini tidak harus langsung dijalankan
pasca didirikan, tetapi bisa dipilih dimulai dari usaha yang paling bisa

14
dijalankan dan risikonya kecil terlebih dahulu, baru pada tahun kedua,
ketiga dan seterusnya bisa ditambah lagi jenis usaha yang lain.
Rancangan Peraturan Desa pembentukan BUM Desa memuat hal-hal
yang kurang lebih sama dengan hal-hal yang telah dibahas di anggaran
dasar diatas. Sesuai dengan kewenangan lokal skala desa, maka masing-
masing desa dapat membentuk BUM Desa. Penyebutan istilah-istilah dan
kriteria-kriteria dalam Perdes Pembentukan BUM Desa, harus konsisten
dengan tata aturan yang berlaku, dalam hal ini adalah Undang-Undang
Desa beserta peraturan pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. Perdes ini
masih mengatur hal-hal secara umum. Hal-hal secara teknis akan
dijabarkan dalam Perdes khusus, Keputusan Kepala Desa, AD/ART dan
bentuk peraturan lainnya.
Ada beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan, dicermati dan
dibahas secara seksama dalam penyusunan Perdes Pembentukan BUM
Desa:
a. Konsistensi penyebutan istilah dan kriteria-kriteria yang digunakan
dalam Perdes, disesuaikan dengan Undang-Undang Desa, Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Menteri serta petunjuk pelaksanaan lainnya.
b. Apakah BUM Desa mengarah ke bentuk Perseroan Terbatas atau
Koperasi? Sehingga istilahnya bisa konsisten merujuk ke PT atau
Koperasi.
c. Pembagian keuntungan, bonus dan hal-hal lain terkait dengan imbalan
finansial, perlu disosialisasikan, dicermati dan dibahas.

15

Anda mungkin juga menyukai