Anda di halaman 1dari 17

ANGGARAN DASAR

BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)


DESA PEJARAKAN, KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG
BAB I
PENDIRIAN, NAMA, TEMPAT / KEDUDUKAN DAN
DAERAH KERJA
Pasal 1

Pemerintah Desa Pejarakan mendirikan Badan Usaha Milik Desa dalam upaya
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa sesuai dengan kebutuhan dan
potensi Desa

Lembaga ini bernama Badan Usaha Milik Desa “NUGRAHA TATA SEMAYA“

BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” berkedudukan di

Desa : Pejarakan
Kecamatan : Gerokgak
Kabupaten/Kota: Buleleng

Daerah kerja BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” berada di Desa Pejarakan,


Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

BAB II
VISI DAN MISI
Pasal 2

Visi BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” mewujudkan kesejahtraan masyarakat


Desa Pejarakan melalui pengembangan usaha ekonomi dan pelayanan
social, DENGAN MOTO MARI BERSAMA MEMBANGUN DESA.

Misi BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA”

- Pengembangan usaha ekonomi melalui usaha simpan pinjam dan usaha sector riil.
- Pembangunan layanan social melalui system jaminan social bagi rumah tangga miskin.
- Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung perekonomian
perdesaan.
- Mengembangkan jaringan kerjasama ekonomi dengan berbagai pihak.
- Mengelola dana program yang masuk ke Desa bersifat dana bergulir terutama dalam
rangka pengentasan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi perdesaan.
BAB III
BENTUK DAN FUNGSI
Pasal 3
BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” berbentuk Badan Usaha Milik Desa yang
dilegalisasi melalui Peraturan Desa.

BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” berfungsi sebagai lembaga ekonomi Desa


yang mengembangkan usaha dalam rangka mewujudkan kesejahtraan
masyarakat khususnya rumah tangga miskin Desa Pejarakan

BAB IV
STATUS KEPEMILIKAN
Pasal 4

BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” adalah Badan Usaha Milik Desa yang
dimiliki oleh pemerintah Desa dan masyarakat dengan komposisi kepemilikan
mayoritas oleh pemerintah Desa.

Yang dimaksud dengan masyarakat pada awal pendirian BUMDes “NUGRAHA


TATA SEMAYA” adalah Masayarakat Desa Pejarakan.

Dalam perkembangannya, masyarakat dapat berperan dalam kepemilikan


BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” melalui penyertaan modal. Seperti
yang dimaksud dalam bagian ayat a maksimal 40 %.

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 5

Struktur organisasi BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” terdiri dari Badan


Pengurus ,badan Pengelola dan badan Pengawas.

Badan Pengurus terdiri dari seorang ketua dan dua orang anggota.

Pemilihan pengurus untuk pertama kali dilaksanakan melalui testing dan


ditetapkan dengan peraturan Desa.

Yang dapat dipilih menjadi pengurus BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA”


adalah mereka yang memenuhi syarat–syarat sebagai berikut :

a. Memiliki sikap jujur, aktif trampil dan berdedikasi terhadap BUMDes “NUGRAHA
TATA SEMAYA”
b. Mempunyai wawasan yang cukup untuk dapat mengelola dan mengembangkan
BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA”

Pengurus sekurang – kurangnya terdiri seorang ketua, seorang sekretaris dan


seorang bendahara.
Pengurus BUMDes “ NUGRAHA TATA SEMAYA” dapat diganti apabila :

a. Meninggal Dunia
b. Mengundurkan diri
c. Terbukti melakukan penyimpangan pengelola BUMDes “NUGRAHA TATA
SEMAYA”
d. Tidak mampu memimpin organisasi dan tidak mampu mengembangkan BUMDes
sesuai dengan target atau tujuan yang ingin dicapai.

Untuk mengisi pengurus yang kosong sebelum habis masa baktinya, mekanisme
pemilihannya dilakukan melalui Musdes.

Masa bakti pengurus BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” sampai berumur 56


Tahun.

Pengurus BUMDes akan dievaluasi setiap tahun untuk mengukur kinerjanya


apakah Rencana kerja yang dibuat tercapai atau tidak.

BAB VI
KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS
Pasal 6
1. Pengurus mempunyai kewajiban :
a. Bertanggung jawab dalam pengelolaan dan usaha BUMDes “NUGRAHA TATA
SEMAYA”
b. Menyelenggarakan pembukuan keuangan, inventaris dan pencatatan – pencatatan lain
yang dianggap perlu secara tertib dan teratur.
c. Membuat rencana kerja, anggaran pendapatan dan pengeluaran BUMDes “NUGRAHA
TATA SEMAYA” setiap tahun dan rencana kerja ini harus dievaluasi setiap tiga bulan
sekali.
d. Memberi pelayanan kepada anggota.
e. Memberi pembinaan administrasi dan manajemen usaha anggota
f. Menyelenggarakan Musdes Pertanggungjawaban setiap akhir tahun.
2. Pengurus mempunyai hak :
a. Mengambil keputusan yang dipandang tepat dalam pengelolaan BUMDes dalam rangka
mencapai tujuan.
b. Memperoleh honor tetap setiap bulan disesuaikan dengan besarnya pendapatan
BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” 20 % dari pendapatan perbulan atau sesuai
standar upah minimum kabupaten Buleleng.
c. Pengurus mendapat bagian Sisa Hasil Usaha ( SHU ) tahunan yang besarnya sudah
ditentukan dalam anggaran Dasar.
d. Memperoleh tunjangan hari raya setiap tahun sekali yang besarnya maksimum 1 kali
gaji satu bulan.
Pasal 7
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS
Ketua

· Memimpin organisasi BUMDes


· Melakukan pengendalian kegiatan BUMDes
· Bertindak atas nama lembaga untuk mengadakan perjajian kerjasama dengan pihak
ketiga dalam pengembangan usaha atau lain – lain kegiatan yang dipandang perlu
dilaksanakan.
· Melaporkan kepada keuangan BUMDes setiap bulan kepada Sektap.
· Melaporkan keadaan keuangan BUMDes setiap triwulan melalui Mudes.
· Melaporkan keadaan keuangan BUMDes akhir tahun melalui Mudes
Pertanggungjawaban.

Sekretaris

· Melaksanakan tugas kesekretarisan untuk mendukung kegiatan ketua.


· Melaksanakan administrasi umum kegiatan operasional BUMDes.
· Melaksanakan administrasi pembukuan keuangan BUMDes.
· Bersama ketua meneliti kebenaran dari berkas – berkas pengajuan permohonan
pinjaman pengecekan di lapangan. ( Dalam hal BUMDes Simpan Pinjam ).
· Bersama ketua dan bendahara membahas dan memutuskan permohonan pinjaman yang
layak direalisasi. ( Dalam hal BUMDes simpan pinjam ) dan juga pengecekan
kebenaran saldo tabungan dan deposito ( Kegiatan ini dapat dilakukan setiap saat sesuai
dengan kebutuhan ).

Bendahara

· Menerima, menyimpan dan membayar uang berdasarkan bukti – bukti yang sah.
· Membantu ketua dalam mebahas dan memutuskan permohonan pinjaman yang layak
direalisasikan (dalam hal BUMDes Simpan Pinjam)
· Melaporkan posisi keuangan kepada ketua secara sistematis, dapat
dipertanggungjawabkan dan menujukan kondisi keuangan dan kelayakan BUMDes
yang sesungguhnya.
· Mengeluarkan uang berdasarkan bukti – bukti yang sah
· Mengatur likwiditas sesuai dengan keperluan.
· Menyetorkan uang ke Bank setelah mendapat persetujuan dari Ketua.
BAB VII
PENGAWAS
Pasal 8
1) BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” dapat membentuk / memilih pengawas dengan
melalui mekanisme Musdes.
2) Pengawas sekurang – kurangnya terdiri dari 2 ( dua ) orang yang berasal dari tokoh
masyarakat, unsur perangkat desa maupun BPD.
3) Pengawas mendapat bagian SHU tahunan yang besarnya sudah ditentukan dalam
anggaran dasar.
Pasal 9
OPERASIONAL
1) Biaya – biaya yang timbul akibat kegiatan dan operasional BUMDes “NUGRAHA TATA
SEMAYA” diambil dari hasil pendapatan yang diperoleh BUMDes pada setiap bulannya.
2) Pendapatan setiap bulan yang diperoleh BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA”
pengeluarannya diatur sebagai berikut :
a. Untuk Biaya Operasional ( Honor, Alat tulis kantor, Rumah Tangga Kantor, jasa
simpan pinjam, dll )
3) Pendapatan sebagaimana disebut diatas adalah pendapatan dari pengelola yang diperoleh
BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA” termasuk pendapatan administrasi, jasa
pendapatan bunga dari bank dan pendapatan lain – lainnya.
BAB VIII
FORUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 10
Forum pengambilan keputusan terdiri dari :

Musyawarah Anggota, sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi, forum ini


dapat memilih dan memberhentikan pengurus BUMDes maupun menetapkan
pembubaran BUMDes.

Musyawarah Anggota Khusus, adalah forum penyelesaian terhadap


penyelewengan dan hal – hal lain yang dapat merugikan lembaga BUMDes.

Rapat Anggota Tahunan, sebagi forum laporan pertanggung jawaban pengurus


dan penyusunan rencana strategis pengembangan BUMDes.

Rapat pengurus, sebagi forum pengambilan keputusan untuk menentukan


kebijakan operasional pengelolaan dan pengembangan lembaga maupun
usaha.

BAB IX
PERMODALAN
Pasal 11

Penyertaan modal, dari anggota perorangan maupun secara berkelompok dan


atau lembaga lain yang diberi jasa sesuai dengan kesepakatan antara
BUMDes dengan pihak yang bersangkutan.

Pemupukan Modal Kerja yang disisihkan dari sisa hasil usaha.

Hibah atau bantuan dari pihak manapun yang tidak mengikat.

Modal BUMDes dapat juga diperoleh dari :

- Pemerintah Desa
- Pemerintah Kabupaten
- Pemerintah Provinsi
- Pinjaman
- Simpanan Masyarakat
BAB X
KEGIATAN USAHA
Pasal 12

Memberikan pinjaman modal usaha kepada masyarakat desa, terutama


masyarakat miskin yang berpotensi untuk mengembangkan usaha dan dinilai
layak untuk diberikan pinjaman. ( Dalam hal BUMDes simpan pinjam )

Menerima tabungan, deposito atau penyertaan modal dari anggota, masyarakat


desa atau pihak lain sesuai dengan perjanjian yang disepakati

Menerima dan mendayagunakan modal sendiri maupun bekerjasama dengan


pihak lain.

Menerima dan mendayagunakan modal sendiri maupun dana bantuan dari pihak
lain dalam rangka penanggulangan kemiskinan, peningkatan pendapatan dan
kesejahtraan masyarakat desa, khususnya anggota BUMDes.

Melakukan usaha ekonomi sesuai potensi yang ada.

Pasal 13
KENTENTUAN PINJAMAN

Pinjaman BUMDes hanya dipergunakan membiayai kegiatan usaha ekonomi


produktif yang dinilai layak. Pemberian pinjaman diberikan secara
berkelompok melalui pokmas UEP dengan system tanggung renteng dan
secara perorangan.

Permohonan pinjaman masing – masing Pokmas UEP/perorangan dinilai


kelayakan usaha dan kelayakan pinjamannya oleh BUMDes.

Pokmas UEP / Perorangan yang permohonan pinjamannya dinyatakan layak


selanjutnya menandatangani akad pinjaman / akad kredit.

Plafon pinjaman yang diberikan BUMDes disesuaikan dengan likwiditas yang ada
atau sesuai dengan akumulasi permodalan BUMDes. Sebagi acuan
besarnya akumulasi Pinjaman yang diberikan maksimal 80 % dari simpanan
pihak ketiga.
Pokmas UEP maupun anggota perorangan yang memiliki pinjaman pada
BUMDes “wajib setiap bulannya menyetorkan anggsuran pokok+bunganya
pada BUMDes.

Pokmas UEP maupun anggota perorangan yang melakukan transaksi pinjaman


baru dengan BUMDes wajib.

· Memberikan administrasi pinjaman sebesar 1% dari plafon kredit.

Jasa / bunga pinjaman di tentukanoleh pengurus setelah memperhitungkan biaya


resiko, tingkat keuntungan.

Apabila terjadi tunggakan angsuran maupun kemacetan pinjaman bagi pokmas,


akan dikenakan ketentuan tanggung renteng, demi menjamin pengembalian
pinjaman dana BUMDes sesuai dengan prosedur dan ketentuan sebagai
mana diatur dalam peraturan organisasi.

Bagi peminjam perorangan yang menunggak angsuran atau macet


pengembalian pinjamannya kepada BUMDes maka jaminannya akan disita
sesuai dengan prosedur yang yang berlaku.

Bagi pokmas UEP / Peroranagn yang dinilai telah melaksanakan kewajiban


angsuran pinjamannya ke BUMDes secara tertib akan diberikan fee ( imbal
jasa ) berdasarkan ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
BUMDes.

Untuk menjamin kelancaran pinjaman / kredit yang diberikan kepada anggota


Pokmas / Perorangan maka setiap pinjaman atau kredit yang diberikan harus
menyerahkan jaminan.

Bagi pokmas / perorangan yang pinjamannya atau kreditnya macet maka akan
mendapatkan sangsi berupa tidak mendapatkan pelayanan administrasi di
Kantor Perbekel Pejarakan.

Ketentuan lebih rinci mengenai syarat – syarat pinjaman / kredit sesuai dengan
surat permohonan pinjaman / kredit dan surat perjanjian pinjaman / kredit.

Pasal 14
KETENTUAN SIMPANAN
a. Ketentuan simpanan baik tabungan maupun deposito sesuai dengan ketentuan umum
yang berlaku di perbankan dan untuk lebih rincinya sesuai dengan syrata –syarat yang ada
dalam pormulir permohonan / bellyet deposito dan syarat – syarat pormulir permohonan /
buku tabungan.
b. Suku bunga yang berlaku baik untuk deposito maupaun tabungan sesuai dengan suku
bunga yang berlaku di perbankan atau sesui dengan kemampuan BUMDes.
Pasal 15

Dana BUMDes dapat digunakan untuk mengembangkan usaha yang nilai


prospektif dan tidak merugikan lembaga BUMDes.

Status dana yang digunakan oleh BUMDes untuk pengembangan usaha


ditetapkan sebagai dana pinjaman yang harus dikembalikan dalam bentuk
setoran keuntungan secara terjamin oleh pengelola unit usaha BUMDes dan
atau berdasarkan perjanjian kerjasama dengan pihak lain.

Bentuk usaha yang dikembangkan BUMDes antara lain dalam bentuk : (i)
Usaha Simpan Pinjam, (ii) Pengelola unit usaha sendiri, (iii) Kemitraan bagi
hasil.

Unit usaha yang dikelola sendiri oleh BUMDes berbentuk, unit pengelola sarana
air bersih, Unit pengelolaan pasar, dan yang lainnya yang akan
dikembangkan di kemudian hari sesuai dengan potensi yang ada.

Usaha kemitraan BUMDes adalah : Kemitraan menampung dan memasarkan


hasil panen petani.

BAB XI
PEMBUKUAN
Pasal 16

Pembukuan kegiatan operasional usaha dilakukan dengan menggunakan system


Pembukuan keuangan standar ( akuntansi ) seperti neraca, rugi / laba, buku
bantu , buku kas , daftar inventaris, dan lain – lainnya sehingga mudah
mengetahui perkembangan kondisi keuangan maupun kesehatan BUMDes.

Tahun pembukuan dimulai tanggal 1 Januari – 31 Desember.

BAB XII
SISA HASIL USAHA
Pasal 17

Sisa Hasil Usaha ( SHU ) adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi
dikurangi dengan pengeluaran biaya kewajiban pada pihak lain, serta
penyusutan atas barang – barang inventarisadalam satu tahun buku.

Tahun buku BUMDes “NUGRAHA TATA SEMAYA “ adalah tahun tender.

Pembagian SHU dibagi berdasarkan proporsi :

v 50% untuk cadangan umum


v 15% untuk dana pengurus dan pengawas
v 5% untuk dana pendidikan, pembinanan dan pelatihan
v 25% untuk dana pembangunan desa
v 5% untuk dana sosial
Demikian Anggaran Dasar ini dibuat dengan sesunguhnya. Apabila kekeliruan akan
dilaksanakan peninjauan kembali berdasarkan ketentuan yang disepakati.

Anggaran Rumah Tangga


Badan Usaha Milik Desa
Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng
Bab1
Kewajiban dan Hak Pengawas
Pasal 1
1) Pengawas mempunyai kewajiban :
a. Memberikan masukan / saran dalam rangka meningkatkan kinerja pengurus BUMDes
Nugraha Tata Semaya.
b. Membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh pengurus BUMDes
c. Menciptakan BUMDes tetap sehat dan berkembang.
2) Pengawas mempunyai hak :
a. Menerima laporan perkembangan keuangan dari BUMDes
b. Memperoleh imformasi dari BUMDes terkait dengan program – program yang
masuk
c. Mendapatkan gaji dari BUMDes yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan
BUMDes.
d. Mendapatkan Dana Sisa Hasil Usaha akhir tahun.
BAB II
Pengelola Usaha BUMDes
Pasal 1
Usaha Simpan Pinjam
1) Usaha simpan pinjam BUMDes diberikan hanya untuk usaha yang produktif.
2) Sistim pengelola usaha simpan pinjam BUMDes setiap bulan semua anggota / Pokmas
membayar angsuran uang pokok + jasa kepada BUMDes dengan menggunakan buku
yang disediakan.
3) Sistem pelaporan usaha simpan pinjam BUMDes setiap bulanya memberikan laporan
perkembangan simpan pinjam kepada Perbekel, Pengawas dan Setkap Kabupaten.
4) Dalam perkembangannya BUMDes bisa memberikan pinjaman kepada perorangan tanpa
harus melalui Pokmas.
5) Pokmas atau perorangan yang akan mengajukan pinjaman harus datang ke kantor
BUMDes pada jam yang telah ditentukan.
6) Pokmas atau perorangan yang akan mengajukan pinjaman harus mengisi surat
permohonan pinjaman, rencana usaha anggota, rencana angsuran anggota dan
menyerahkan anggunan/jaminan.
7) Pinjaman yang diterima oleh pokmas/perorangan harus di monitoring oleh pengurus
pokmas agar kelancaran pembayaran angsuran pokok maupun bunganya.
8) Pinjaman yang diterima oleh pokmas /perseorangan setelah jatuh tempo dapat
diperpanjang atau pengakadan kembali jika dipandang perlu oleh pengurus BUMDes
9) Anggota atau pokmas yang meninggal dunia tidak akan menerima penghapusan piutang
dari BUMDes.
10) Jika pinjaman yang diterima oleh Pomas/perorangan mengalami kemacetan ( Kredit
macet ) maka akan mendapatkan sanksi administrasi ( tidak mendapatkan pelayanan
aministrasi di kantor Perbekel ) dan sanksi dari desa Pakraman Pejarakan seperti tidak
mendapatkan pelayanan dari sulinggih sampai pinjamannya lunas atau jaminan yang
diserahkan akan disita atau dilelang.
Pasal 2
Usaha Swakelola

Usaha swakelola Saprodi

a. Dalam pengelolaan Usaha Sektor Riil swakelola Saprodi BUMDes dan


menyelenggarakan pencatatan administrasi terpisah dengan usaha simpan pinjam .
b. Pendapatan yang masuk ke BUMDes adalah pendapatan bersih Usaha Sektor RIil
Swakelola Saprodi setiap bulan
c. Secara periodic usaha Sektor riil Swakelola Saprodi memberikan laporan keuangan
dan perkembangan usahanya kepada BUMDes.

Usaha Swakelola Unit Pengelola sarana ( UPS ) Air Bersih

a. Dalam pengelolaan UPS air bersih menyelenggarakan pencatatan administrasi


terpisah dengan usaha simpan pinjam.
b. Pendapatan yang masuk ke UPS adalah Pendapatan bersih usaha sektor air bersih
c. Secara periodik usaha sector UPS memberikan laporan keuangan dan perkembangan
usahanya kepada BUMDes.
d. Ketentuan lebih terperinci mengenai pengelolaan UPS ada pada Anggaran Dasa dan
Anggaran Rumah Tangga UPS itu sendiri ( Terlampir )

Usaha Swakelola Pasar

a. Dalam pengelolaan Pasar menyelenggarakan pencatatan administrasi terpisah dengan


usaha simpan pinjam
b. Pendapatan yang masuk ke pasar adalah pendapatan bersih usaha sektor usaha pasar
setiap bulan.
c. Secara periodik usaha sektor usaha pasar memberikan laporan keuangan dan
perkembangan usahanya kepada BUMDes.
d. Ketentuan lebih terperinci mengenai pengelolaan usaha pasar ada pada ketentuan
pengelolaan pasar itu sendiri ( terlampir ).
DITETAPKAN : di Pejarakan
PADA TANGGAL :
PEMERINYAH KABUPATEN : Buleleng
DESA : Pejarakan
( I MADE SUMITA )
Dicatatkan pada Lembaran Desa Nomor :
Pada tanggal :
Pencatat
( I GEDE KARDIN YUDIASA )
Nip. 196912252009061003
Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa
Badan Usaha
Oleh Ahmad Sofyan 15 September 2015

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut BUMDes) bertujuan


sebagai lokomotif pembangunan ekonomi lokal tingkat desa. Pembangunan ekonomi
lokal desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi, kapasitas desa, dan penyertaan
modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa dengan
tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Dasar
pembentukan Bumdes sebagai lokomotif pembangunan di desa lebih dilatarbelakangi
pada prakarsa pemerintah dan masyarakat desa dengan berdasarkan pada prinsip
kooperatif, partisipatif, dan emansipatif dari masyarakat desa.

Di dalam buku Panduan BUMDes yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan


Nasional tahun 2007 dijelaskan secara terperinci bahwa ada beberapa tahapan dalam
proses pendirian BUMDes. Selain itu juga dijelaskan mengenai cara dan syarat
pendirian BUMDes yang terdiri atas:

1. Pendirian BUMDes berdasar pada Perda Kabupaten


2. Diatur berdasarkan Perdes
3. Satu Desa, hanya terdapat satu BUMDes
4. Pemkab memfasilitasi pendirian BUMDes
5. BUMDes dapat didirikan dalam bentuk Usaha Bersama (UB) atau bentuk lainnya, tetapi
bukan Koperasi, PT, Badan Usaha Milik Daerah, CV, UD atau lembaga keuangan (BPR)

Dalam Peraturan Menteri Desa No.4/2015 pasal 5 juga menjelaskan mengenai proses
pendirian BUMDes yang secara berbunyi “Pendirian BUM Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah
Desa”. Musyawarah Desa yang dimaksud pada pasal tersebut membahas beberapa hal
yang berkait dengan proses pendirian desa. Inti pokok bahasannya adalah :

1. pendirian BUM Desa sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat;
2. organisasi pengelola BUM Desa;
3. modal usaha BUM Desa; dan
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa
Empat inti pokok bahasan inilah yang kemudian menjadi dasar pedoman bagi
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk menetapkan Peraturan
Desa tentang Pendirian BUM Desa.

Selanjutnya mengenai pengelolaan BUMDes, Permendesa No. 4/2015 mengatur


secara jelas dan detail mengenai pengelolaan teknis pelaksanaan BUMDes disertai
dengan peran dan fungsi dari masing-masing perangkat BUMDes. Memang isi
permendesa No.4/2015 ini berlaku umum, artinya tetap saja dalam pelaksanaan di
daerah harus ada penyesuaian yang kemudian diatur oleh Peraturan Bupati/walikota
sesuai dengan keadaan alam, lingkungan, dan budaya setempat.

Pengelolaan BUMDes harus dikelola secara profesional dan mandiri sehingga


diperlukan orang-orang yang memiliki kompetensi untuk mengelolanya. Perekrutan
pegawai ataupun manajer dan selevel harus disesuaikan dengan standar yang sudah
ditetapkan dalam AD/ART BUMDes. Contohnya bagi pemegang jabatan manajer
setidak-tidaknya memiliki pengalaman kerja di lembaga yang bertujuan mencari
keuntungan. Latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya adalah SMU atau
sederajat. Bagi pemegang jabatan Bagian Keuangan, Bendahara dan Sekretaris
diutamakan berasal dari sekolah kejuruan(SMK/SMEA) atau D III bidang akuntansi
dan sekretaris. Latar belakang pendidikan bagi pemegang jabatan ini penting agar
dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Sedangkan
untuk karyawan, diutamakan memiliki latar belakang minimal SMP. Ini disebabkan
mereka harus mampu menyusun laporan aktivitas BUMDes yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Seperti pada contoh karyawan di Unit Jasa Perdagangan, mereka harus
menyusun laporan barang-barang yang terjual dan sisa barang di toko atau di gundang
setiap periode tertentu (3 bulanan atau 6 bulan sekali). Sebagai panduan kerja perlu
disusun adanya job desk/deskripsi tanggungjawab dan wewenang pada masing-
masing lini organisasi.

Sebagai sebuah lembaga yang juga diwajibkan mendapat profit, tentunya ada
mekanisme yang harus ditaati oleh pengelola BUMDes dalam melakukan kerjasama
dengan pihak lain. Misalnya Kegiatan yang bersifat lintas desa perlu dilakukan
koordinasi dan kerjasama antar Pemerintah Desa dalam pemanfaatkan sumber-sumber
ekonomi, misalnya sumber air bagi air minum dll. Dalam melakukan Kerjasama
dengan Pihak Ketiga oleh Pengelola harus dengan konsultasi dan persetujuan Dewan
Komisaris BUMDes. Dalam kegiatan harian pengelola harus mengacu pada tata
aturan yang sudah disepakati bersama sebagaimana yang telah tertuang dalam
AD/ART BUMDes, serta sesuai prinsip-prinsip tata kelola BUMDes.

Satu hal yang penting dalam pengelolaan BUMDes yakni dalam proses pengelolaan
BUMDes amat dibutuhkan suatu pengelolaan dan pelaporan yang transparan bagi
pemerintah dan masyarakat. Artinya dasar pengelolaan harus serba transparan dan
terbuka sehingga ada mekanisme chek and balance baik oleh pemerintahan desa
maupun masyarakat. Untuk langkah ke depan, sangat diperlukan sebuah penyusunan
Rencana-rencana pengembangan usaha. Contoh mudah, Untuk penjualan produk-
produk yang dipengaruhi oleh musim seperti penjualan pakaian, sandal, sepatu dan
sejenisnya penting untuk selalu memperhatikan perubahan mode, sebab jika tidak
dilakukan besar kemungkinan produknya tidak diminati oleh pasar. Untuk itu
diperlukan inovasi baru atau selalu mewaspadai perubahan dan perkembangan yang
terjadi di masyarakat.

Semoga kedepannya BUMDes bisa semakin eksist dan berkembang, sehingga dapat
mencapai sasaran utamanya yakni kemajuan dan kemakmuran masyarakat desa yang
utuh.

http://www.keuangandesa.com/2015/09/pendirian-dan-pengelolaan-badan-usaha-milik-desa/

Langkah Persiapan Pendirian Badan Usaha


Milik Desa
Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan untuk
mendorong atau menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat,
baik yang berkembang menurut adat istiadat dan budaya setempat, maupun kegiatan
perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh masyarakat melalui program atau
proyek Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sebagai sebuah usaha desa, pembentukan
BUMDes diharapkan mampu memaksimalkan potensi masyarakat desa dari aspek
ekonomi, sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Secara spesifik, pendirian
BUMDes untuk menyerap tenaga kerja desa, meningkatkan kreativitas dan membuka
peluang usaha ekonomi produktif mereka yang berpenghasilan rendah. Sasaran
pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui BUMDes bertujuan untuk melayani
masyarakat desa dalam mengembangkan usaha produktif. Tujuan lainnya adalah
untuk menyediakan media beragam usaha dalam menunjang perekonomian
masyarakat desa sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat.

Untuk mendirikan BUMDes, ada tahapan-tahapan yang dilakukan oleh perangkat


desa, terutama kepala desa yang kelak akan menjadi Komisaris BUMDes. Pendirian
BUMDes harus dilakukan melalui inisiatif desa yang dirumuskan secara partisipatif
oleh seluruh komponen masyarakat desa. BUMDes berdiri dapat juga hasil inisiatif
Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk intervensi pembangunan pedesaan untuk
mendukung pembangunan daerah. Berdasarkan pengamatan penulis, secara umum
ada tiga tahapan yang dilalui oleh proses pembentukan BUMDes yang ideal. Tahapan-
tahapan tersebut adalah:

Tahap I: Membangun kesepakatan antara masyarakat desa dan pemerintah desa


untuk pendirian BUMDes yang dilakukan melalui musyawarah desa. Kepala Desa
mengusulkan kepada BPD agar mengadakan musyawarah desa dengan mengundang
Panitia pembentukan BUMDes, anggota BPD dan pemuka masyarakat serta lembaga
kemasyarakatan yang ada di desa. Tujuan dalam pertemuan musyawarah desa untuk
merumuskan:

1. Nama, kedudukan, dan wilayah kerja BUMDes;


2. Maksud dan tujuan pendirian BUMDes;
3. Bentuk badan hukum BUMDes;
4. Sumber permodalan BUMDes;
5. Unit-Unit usaha BUMDes;
6. Struktur organisasi BUMDes;
7. Pengawasan BUMDes;
8. Pertanggungjawaban BUMDes; dan
9. Membentuk Panitia Ad-hoc perumusan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes
(jika diperlukan).

Secara umum, tujuan dari pertemuan Tahap I ini adalah untuk mendesain struktur
organisasi. BUMDes merupakan sebuah organisasi, maka diperlukan adanya struktur
organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus tercakup di
dalam organisasi tersebut, termasuk di dalamnya mengenai bentuk hubungan kerja
(instruksi, konsultatif dan pertanggunganjawab) antar personel atau pengelola
BUMDes.

Tahap II: Pengaturan organisasi BUMDes yang mengacu kepada rumusan


musyawarah desa pada Tahap I oleh Panitia Ad-hoc, dengan menyusun dan pengajuan
pengesahan terhadap hal-hal berikut:

1. Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes yang mengacu pada Peraturan Daerah
dan ketentuan hukum lainnya yang berlaku;
2. Pengesahan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes;
3. Anggaran Dasar BUMDes;
4. Struktur Organisasi dan aturan kelembagaan BUMDes;
5. Tugas dan fungsi pengelola BUMDes;
6. Aturan kerjasama dengan pihak lain; dan
7. Rencana usaha dan pengembangan usaha BUMDes.

Pada Tahap II 聽 ini, hal-hal yang dibahas sekaligus untuk memperjelas kepada semua
anggota BUMDes dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahami aturan
kerja organisasi. Maka disusunlah AD/ART BUMDes yang menjadi rujukan
pengelola dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola BUMDes. Melalui penetapan
sistem koordinasi yang baik memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha
dan lintas desa berjalan efektif. Penyusunan deskripsi tugas dan wewenang bagi setiap
pengelola BUMDes diperlukan untuk memperjelas peran dari masing-masing orang.
Maka tugas, tanggungjawab dan wewenang pemegang jabatan tidak mungkin
terduplikasi, yang berimplikasi pada setiap jabatan atau pekerjaan yang terdapat
dalam BUMDes diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.

Tahap III: Pengembangan dan Pengelolaan BUMDes dengan aktivitas yang lebih
operasional, yaitu:

1. Merumuskan dan menetapkan sistem penggajian dan pengupahan pengelola BUMDes;


2. Pemilihan pengurus dan pengelola BUMDes;
3. Menyusun sistem informasi pengelolaan BUMDes;
4. Menyusun sistem administrasi dan pembukuan BUMDes; dan
5. Penyusunan rencana kerja BUMDes.

Pada tahap ini termasuk di dalamnya penyusunan bentuk aturan kerjasama dengan
pihak ketiga, yakni kerja sama dengan pihak ketiga apakah menyangkut transaksi jual
beli atau simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas dan saling
menguntungkan. Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak ketiga diatur secara
bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes. Selain itu juga dibahas mengenai
menyusun rencana usaha (bussiness plan), yaitu penyusunan rencana usaha penting
untuk dibuat dalam periode satu sampai dengan tiga tahun. Penyusunan rencana usaha
juga disusun bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes. Berbekal rencana usaha
inilah para pengelola BUMDes memiliki pedoman yang jelas apa yang harus
dikerjakan dan dihasilkan dalam upaya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Selain itu, kinerja pengelola BUMDes menjadi lebih terukur.

Hal penting lainnya pada Tahap III adalah proses rekruitmen dan penentuan sistem
penggajian dan pengupahan. Untuk menetapkan orang-orang yang akan menjadi
pengelola BUMDes dilakukan secara musyawarah dengan berdasar pada kriteria
tertentu. Kriteria tersebut bertujuan agar pemegang jabatan di BUMDes mampu
menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Persyaratan atau kriteria untuk pemegang
jabatan BUMDes disusun oleh Dewan Komisaris, yang selanjutnya dibawa ke dalam
forum musyawarah desa untuk disosialisasikan dan ditawarkan kepada masyarakat.
Setelah disetujui masyarakat melalui musyawarah desa, proses selanjutnya adalah
melakukan seleksi terhadap pelamar pengelola BUMDes, memilih, serta menetapkan
orang-orang yang paling sesuai dengan kriteria yang disepakati.

Pengelola BUMDes berhak atas insentif jika mampu mencapai target yang ditetapkan
selama periode tertentu. Yang perlu diingat adalah besar kecilnya jumlah insentif yang
diberikan kepada pengelola BUMDes, juga didasarkan pada tingkat keuntungan yang
mungkin dapat dicapai. Pemberian insentif atau imbalan kepada pengelola BUMDes
harus disampaikan sejak awal agar para pengelola memiliki tanggungjawab dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan ikatan bagi
setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta.

Anda mungkin juga menyukai