PENULIS:
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa: Yoedhi Evieyantho, Dian Mentari, Devi
Sulistyawati KP dan P. Bambang Ontoseno
Kepemimpinan Kader: Ubaedillah dan Fitria Nur Hadiati
Komunikasi dan Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat: Andi Rijal Kadir, Dahlan dan
Ubaedillah
Membangun Tim Kerja: Yudhi Kurniawan, Firman Hernawan dan Dahlan
Penyusunan Hukum Desa dan Musyawarah Desa: Dahlan dan Suherman
Managemen Pemberdayaan Masyarakat: Devi Sulistyawati KP dan P. Bambang
Ontoseno
REVIEWER:
Maizir Akhmadin, Ibe Karyanto, Roni Budi Sulistyo,Sutardjo,Yossy Suparyo
EDITOR:
Widyanto Ramadhan, Diah Kusuma Pitasari dan Anastasia Br Depari
Diterbitkan oleh :
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Selatan 12750
Website: akademidesa.kemendesa.go.id
ii
KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Desa PDT dan Transmigrasi Nomor 18 tahun 2019 tentang
Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa merupakan acuan dalam
pendampingan masyarakat desa bagi kementerian/lembaga, tenaga pendamping
profesional, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan pihak ketiga. Pada
pasal 23 ayat 4 KPMD berfungsi membantu desa dalam menumbuhkan dan
mengembangkan serta menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya dan gotong royong .
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga tersusunnya bahan pembelajaran KPMD.
iii
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................................. viii
POKOK BAHASAN 1 KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KPMD) .......................... 1
1. KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ...................................................................... 1
2. MEMBANGUN SOLIDARITAS SOSIAL ......................................................................................... 13
3. ETOS KERJA............................................................................................................................................. 20
4. MENYIAPKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA.................................... 23
5. MENGGERAKKAN PARTISIPATIF MASYARAKAT ................................................................. 28
6. PERKEMBANGAN USAHA TERKAIT PRUDES DAN PRUKADES .................................. 32
POKOK BAHASAN 2 KEPEMIMPINAN KADER ............................................................................... 35
1. MOTIVASI DIRI ......................................................................................................................................... 35
2. KEPEMIMPINAN ...................................................................................................................................... 44
3. PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN.......................................... 51
POKOK BAHASAN 3 KOMUNIKASI DAN FASILITASI PEMBERDAYAAN ........................ 59
1. KOMUNIKASI YANG EFEKTIF .......................................................................................................... 60
2. TEKNIK FASILITASI ............................................................................................................................... 67
3. TEKNIK ADVOKASI DAN MEDIASI................................................................................................. 76
4. MERENCANAKAN PERUBAHAN KEHIDUPAN MASYARAKAT ....................................... 83
5. MENGEMBANGKAN SISTEM KONTROL SOSIAL .................................................................. 87
POKOK BAHASAN 4 MEMBANGUN TIM KERJA DI DESA ....................................................... 93
1. KELEMBAGAAN DESA ......................................................................................................................... 93
2. KERJASAMA DI DESA ........................................................................................................................ 103
3. MEMBANGUN JEJARING ..................................................................................................................111
POKOK BAHASAN 5 PENYUSUNAN HUKUM DESA DAN MUSYAWARAH DESA.. 119
1. BENTUK-BENTUK PERATURANDI DESA ................................................................................ 119
2. MUSYAWARAH DESA ........................................................................................................................ 135
POKOK BAHASAN 6 MANAGEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ......................... 143
1. PENGELOLAN, PEMBANGUNAN, DANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT .............. 145
2. IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA .................................................. 153
3. MENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA ............................. 166
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 29. Bagan Susunan Organisasi Pemerintah Desa ................................................. 95
Gambar 30. Alur pelayanan Lembaga Mediasi Desa Panggungharjo ........................... 102
Gambar 31. Kerjasama....................................................................................................................... 105
Gambar 32. Tata urutan produk hukum menurut UU No. 12 Tahun 2011 ................... 119
Gambar 33. Proses Pembentukan Peraturan PUU ................................................................ 120
Gambar 34. Jenis Produk Hukum Desa ...................................................................................... 121
Gambar 35. Jenis Kewenangan Desa.......................................................................................... 126
Gambar 36. Musyawarah Identifikasi Dan Iventarisari Kewenangan Desa .................. 127
Gambar 37. Kriteria Kewenangan Desa ...................................................................................... 128
Gambar 38. Proses Penetapan Perbup dan Perdes tentang Kewenangan Desa ..... 130
Gambar 39. Urusan Pemerintahan Konkuren Yang Ditugaskan kepada Desa .......... 131
Gambar 40. Pembiayaan Pelaksanaan Penataan Kewenangan Desa .......................... 132
vii
DAFTAR TABEL
viii
POKOK BAHASAN 1
1
Keberadaan KPMD
Didalam Peraturan Mendteri Dalam Negeri No 44 Tahun 2016 tentang
Kewenangan Desa disebutkan, bahwa Kewenangan Desa adalah kewenangan yang
dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul
dan adat istiadat Desa. Asas rekognisi dan subsidiaritas sangat melekat pada
kewenangan yang diberikan kepada desa. Artinya desa mempunyai hak sepenuhnya
untuk mengatur desa nya berdasarkan kewenangan yang dimiliki. Dengan diakuinya
hak – hak desa oleh pemerintah maka desa sudah memiliki kesiapan secara mandiri.
salah satu unsur yang berperan dalam pengawalan implementasi UU desa adalah
kehadiran Pendamping Desa. dalam Permendesa No. 18 Tahun 2019 tentang
Pendampingan Masyarakat Desa disebutkan bahwa salah satu pendamping desa
adalah KPMD.
Pendekatan DOUM akan berhasil jika masyarakat tahu, peduli, mampu dan
mau secara bersama-sama berperan secara aktif untuk melakukan perubahan yang
lebih baik. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka dibutuhkan penggerak
(influencer) atau lebih dikenal dengan istilah kader. Seorang kader harus memahami
potensi dan kebutuhan masyarakat, dan mampu membantu dalam proses
pemecahan masalah.
3
KPMD merupakan kader lokal yang dibentuk melalui proses musyawarah
Desa dan ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Desa. KPMD diharapkan menjadi
ujung tombak dalam proses pembaharuan Desa.
4
f. Membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses berbagai
pelayanan yang dibutuhkan.
Peran KPMD
Pembentukan KPMD
Pembentukan KPMD dapat dilakukan dengan cara :
Ditemukan
Dikembangkan
Pengembangan kapasitas KPMD menjadi tanggungjawab Desa yang
pelaksanaannya dapat dilakukan kerjasama dengan pihak lainnya, baik
pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah Kabupaten/Kota maupun pihak
ketiga.
5
Tim Kerja KPMD
Berkedudukan di Desa.
Bertugas membantu Pemerintah Desa dalam pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa.
Memfasilitasi tumbuh kembangnya Lembaga Kemasyarakatan Desa
Hubungan Kerja KPMD
Hubungan kerja KPMD dengan Kepala Desa, Lembaga Kemasyarakatan
Desa, dan kelompok masyarakat bersifat koordinatif dan fasilitatif, sebagai
berikut :
Tabel 1. Hubungan Kerja KPMD
No Pihak Tugas
Melakukan koordinasi, fasilitasi dan
1. Kepala Desa bantuan teknis manajemen pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat;
Badan Melakukan koordinasi, mediasi dan
2 Permusyawaratan Desa fasilitasi kelompok masyarakat, dan
(BPD) Pemerintah Desa dengan BPD.
Lembaga memfasilitasi proses peran dan fungsi LKD
2. Kemasyarakatan Desa dalam kegiatan pembangunan dan
(LKD) pemberdayaan masyarakat Desa
memberikan pendampingan (fasilitasi)
Kelompok Masyarakat
3. dalam kegiatan-kegiatan pembangunan
(Pokmas)
dan pemberdayaan masyarakat
6
perkembangan jaman, sehingga membutuhkan seseorang yang mampu
mendorong perubahan.
Peranan dan Fungsi Citra Diri
Citra diri dipengaruhi oleh orang lain, lingkungan, pengalaman
masa lalu yang ditanamkan di alam bawah sadar diri sesorang. Peran
dan fungsi citra diri yaitu:
Tabel 2. Peranan dan Fungsi Citra Diri
7
Jendela Johary dan Metoda Cermin. Kedua metoda tersebut dapat
digunakan untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, kesadaran diri
tentang perilaku dan pikiran.
1. Jendela Johary
8
Situasi Tidak Diketahui, keadaan seorang tidak mnegenali dirinya
sendiri dan tidak dikenali orang lain, cenderung introvert, tidak menerima
masukan orang lain.
Metoda Cermin
Cermin dapat digunakan sebagai ilustrasi untuk menemukan citra diri dan
akhirnya jati diri, yaitu:
Cermin datar, akan memberikan gambaran citra diri kita sebagaimana
adanya, dia tidak akan berbohong. Orang-orang yang jujur biasanya
melihat dirinya atau menilai orang lain dengan menggunakan cermin datar.
Inilah yang dinamakan manusia seutuhnya, jati diri kita ketemu bila orang
mau jujur kepada kita.
Cermin cekung, membuat kenyataan yang ada menjadi lebih kecil. Ketika
menilai diri sendiri dengan menggunakan cermin cekung maka orang
tersebut cenderung rendah diri, tetapi kalau menilai orang lain dengan
cermin cekung biasanya orang tersebut cenderung merendahkan orang
lain.
Cermin cembung, memberikan gambaran sesuatu menjadi lebih besar.
Kalau kita melihat diri kita dengan cermin ini biasanya cenderung sombong
dan membesar-besarkan sesuatu. Kalau kita melihat gambaran orang lain
dengan cermin ini maka akan terjadi mengagung-agungkan orang
tersebut.
Untuk itulah diperlukan kejujuran masing-masing sehingga mampu menemukan
jati diri. Bagaimana keterkaitan antar citra diri dan jati diri, bisa terlihat pada
ilustrasi berikut :
Citra Diri
9
Menumbuhkan Percaya Diri
Jika sudah menemukan citra diri dan jati diri sebagai KPMD, maka KPMD
akan mampu menemukenali peran dan fungsi strategisnya sebagai seorang
KPMD. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka KPMD harus :
Mempunyai rasa bangga terhadap Desa. Dengan segala potensi sumber
daya yang ada sehingga mempunyai jiwa memiliki sampai kepada
bagaimana membangun desa tersebut menjadi desa yang mandiri dan
berdaya saing.
Menumbuhkan rasa mencintai pekerjaannya sebagai seorang KPMD.
Mempunyai rasa kepedulian terhadap desa, mempunyai pengaruh positif
seperti menyemangati orang lain yang difasilitasinya.
Menyadari potensi diri sebagai KPMD yang dapat dipercaya dan
mempunyai kemampuan dalam bidang pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
Dengan memiliki tiga hal diatas, maka KPMD akan mampu menumbuhkan
rasa percaya diri dalam menjalankan peran dan fungsinya. Sebagaimana diatur
dalam Permendesa No 18 Tahun 2019 tentang Pedoman Pendampingan Desa,
KPMD berfungsi membantu Desa dalam menumbuhkan dan mengembangkan
serta menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya dan gotong royong. Dalam
melaksanakan fungsinya, KPMD bertugas:
menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembangunan di wilayahnya;
membantu masyarakat mengidentifikasi masalah dan menyampaikan
kebutuhan dalam Musyawarah Desa;
membantu mengembangkan kapasitas masyarakat dalam menangani
masalah yang dihadapi dan mengembangkan potensi secara efektif;
mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan untuk mendengar,
mempertimbangkan dan mengakomodasi kebutuhan masyarakat; dan
membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses berbagai
pelayanan yang dibutuhkan.
Relasi dan Hubungan Kerja dengan Pendamping Desa
Untuk menjalankan fungsi dan tugas KPMD, maka seorang KPMD
harus memahami relasi dan hubungan kerja dalam pendampingan
masyarakat desa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa,
10
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019
tentang Pedoman Pendampingan Masyarakat Desa sesuai Pasal 9,
dilaksanakan oleh:
Tenaga Pendamping Profesional
KPMD
Pihak ketiga
11
Gambar 7. Relasi Hubungan Pelaku Pendampingan Masyarakat Desa
Kesetaraan
Teladan, adil, arif dan bijaksana
Empati
Tanggung jawab
Menghargai pendapat masyarakat
12
MEMBANGUN SOLIDARITAS SOSIAL a.
Pengertian Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial adalah persaaan emosional dan moral yang
terbentuk pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan
rasa saling percaya, kesamaan tujuan cita-cita adanya kesetiakawanan
dan rasa sepenanggungan
Pentingnya Membangun Rasa Solidaritas Sosial
Seorang KPMD harus bisa menumbuhkan solidaritas sosial antar
individu, dan antar kelompok-kelompok masyarakat. Strategi dan bentuk-
bentuk membangun solidaritas sosial yang paling sederhana adalah:
Sikap saling menghargai perbedaan: melibatkan masyarakat marjinal
(miskin, disabilitas) dalam setiap kegiatan pembangunan dan
pemberdayaan desa
Mudah bekerjasama dengan individu dan kelompok lain misalnya
dalam kegiatan gotong royong, kegiatan Posyandu, kegiatan
perencanaan pembangunan dan pemberdayaan desa
Membangun persamaan cita-cita dan tujuan bersama.
c. Manfaat dan Tujuan Solidaritas Pembangunan atau pemberdayaan
desa
Berikut ini manfaat solidaritas diantaranya adalah:
Tidak ada keberpihakan pada kelompok tertentu
Adanya rasa tangggung jawab bersama terhadap tujuan
pembangunan atau pemberdayaan desa
Berkurangnya konflik antar sesama anggota kelompok
Menumbuhkan keharmonisan kelompok.
Tujuan Solidaritas sosial
Terjalinnya rasa kebersamaan baik antar individu maupun antar
kelompok
Munculnya rasa kepedulian terhadap sesama
Mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan sekitar
Syarat Terbentuknya Solidaritas Sosial
Dua faktor yang menjadi syarat terbentuknya solidaritas sosial yaitu:
1. Penegasan Kelompok. Solidaritas sosial terbentuk karena adanya
kelompok sosial. Tiap-tiap anggota kelompok sosial memiliki ciri-ciri
kepribadian anggota yang berbeda. Hal inilah yang mempengaruhi
13
penegasan wilayah kerja masing-masing. Penegasan ini akan
menimbulkan hubungan timbal balik antara anggota kelompok
sehingga terdapat hubungan yang khas dalam kelompok sosial.
Kuatnya hubungan kelompok ini menjadikan interaksi yang sama
dalam kelompok internal bahkan hubungan kelompok ini menjadikan
pola yang berbeda dengan kelompok luar.
In Group dan Out Group. Sikap perasaan in group berkenaan
dengan seluk beluk usaha, orang-orang yang dipahami, dan
pengalaman anggota pada interaksi kelompoknya. Sedangkan out
group adalah usaha dan orang-orang yang tidak termasuk dalam in
group. Sikap perasaan terhadap in group adalah sikap terhadap
orang dalam sedangkan sikap perasaan out group adalah sikap
perasaan terhadap orang luar group.
Penerapan Solidaritas dalam Kehidupan Bermasyarakat
Menumbuhkan Empati
KPMD sebaiknya memiliki rasa empati dan mendorong masyarakat
untuk berempati pada sesamanya dalam lingkungan di desa. Contoh
sikap menumbuhkan empati, yaitu:
Menjadi jembatan informan pertama ke Kepala Desa
Ketika salah satu warga mengalami kerusakan rumah yang cukup
parah bahkan hingga rubuh, seorang KPMD dapat menggerakkan
empati warga lain untuk gotong royong membantu untuk
membangunkan kembali didukung dana bantuan dari desa.
KPMD bekerjasama dengan karang taruna membuat kegiatan lebih
produktif
Kondisi para pemuda desa yang ketagihan gadget hingga apatis
dengan kondisi lingkungan sekitar terlebih para orang tua masih
bekerja keras di sawah dan ladang. Kehadiran KPMD melalui karang
taruna dapat menggerakkan pemuda dengan mengadakan kegiatan
menarik sesuai minat dan potensi lokal seperti pertandingan
olahraga, pentas kesenian lokal, mempromosikan produk lokal desa
melalui media sosial atau kegiatan inovatif lain yang dapat
memanfaatkan gadget agar lebih produktif.
KPMD menjalin kerjasama dengan lembaga ekternal terkait dengan
segala potensi yang ada. Tingginya angka pengangguran dan
14
urbanisasi dapat mendorong KPMD untuk menjembatani informasi
dari internal dan eksternal desa, mulai dari berdiskusi dengan para
pemuda yang masih memiliki kepedulia, aparatur desa, tokoh
masyarakat hingga Kepala Desa untuk bekerjasama memaksimalkan
potensi desa yang dapat dijadikan sumber penghasilan dan
pergerakan ekonomi desa, misalnya potensi pertanian menjadi
produk lahan, potensi wisata yang menarik pengunjung hingga
mengenalkan desa ke media social
15
kesepakatan yang saling menguntungkan kearah pembangunan desa
atau pihak lainnya.
Memberikan informasi secara lengkap antar kelompok sehingga tidak
ada yang ditutupi demi kebaikan bersama
Mengkondisikan kepercayaan antar kelompok agar tidak mengalami
perubahan atau prasangka
Membangun komitmen dan kerjasama antar pihak secara partisipatif,
memperhatikan kepentingan semua pihak atas dasar kesepakatan
bersama
Kecamatan Panca Tengah dengan potensi pertanian kelapa yang luas di Desa
Cikawung, Desa Cibongas dan Desa Tonjong, di Kabupaten Tasikmalaya yang
merupakan wilayah kerja Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat (BBPLM)
Jakarta, mampu memproduksi gula kelapa rata-rata 10 ribu/minggu dan mendapat
tawaran bekerjasama dengan perusahaan kecap skala nasional untuk menyuplai
bahan baku kecap dari gula kelapa.
Kehadiran KPMD dapat menjadi penyambung berbagai pihak agar kelompok pengolah
gula kelapa makin memahami penggunaan zat-zat
16
Gambar 8. Perindustrian Pengolahan Gula
17
Pendampingan yang ada di Desa Singasari, Kabupaten Bogor.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pertahanan
(Unhan) menggandeng Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat (BBPLM) Jakarta
untuk mengembangkan desa mandiri energi. Tahapan yang dilakukan adalah melakukan
identifikasi kelompok sasaran yang ada di Desa Singasari Kecamatan Jonggol, Kabupaten
Bogor.
Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan wawancara, questioner dan observasi
lapangan. Setelah itu dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk menjaring aspirasi
masyarakat desa terhadap potensi yang ada di desanya. Tim FGD terdiri dari Bapak Yanif Dwi
Kuntjoro selaku dosen di Unhan, Husnul khotimah, mahasiswa bimbingan Unhan serta Dian
Mentari Alam sebagai perwakilan dari BBPLM Jakarta. Lalu melakukan inventarisasi
kebutuhan pendampingan yang diinginkan oleh masyarakat dalam hal ini PSM berfungsi
sebagai edukasi masyarakat terhadap potensi yang dapat dikembangkan ke depannya.
Langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan pendampingan. Adapun kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi akan pentingnya desa mandiri energi,
penyuluhan pembuatan Biogas, Pelatihan pembuatan biogas menggunakan reactor biogas
yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor.
Adapun lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap keberlanjutan program
ini Bumdes Singasari Mandiri. Program ini dimonitoring dan dievaluasi oleh Husnul sebagai
mahasiswa bimbingan Unhan dan Dian selaku perwakilan dari BBPLM yang melakukan
monev serta mengunjungi bumdes sebulan sekali, dan ada konsultasi via media komunikasi
Hp jika ada hal yang perlu dibahas.
Saat ini pihak pengelola dalam hal ini Bumdes Singasari Mandiri mampunyai program
untuk menukarkan gas hasil biogas dengan kotoran sapi ditambah dengan sejumlah uang,
18
Gambar 10. Instalasi Biogas dan Kantong Penyimpan Biogas
19
ETOS KERJA
Memahami Etos Kerja
KPMD dapat menerapkan „Simbol Niat” untuk meyakinkan diri sebagai
kader, merancang visi misi pribadi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Merenungkan niat sebagai KPMD
Menggambarkan SIMBOL yang sesuai diri sebagai KPMD, misalnya
rantai yang berarti saling bekerjasama dan menjadi jembatan
penyambung, matahari atau pelita sebagai penerang dalam kondisi
ketidakberdayaan desa, atau pohon berakar kuat yang menjadi
pengayom, peneduh dan tempat diskusi yang nyaman pada setiap
masalah masyarakat
Menulis slogan atau semboyan sebanyak 1-3 kata
Menulis apa yang dipikirkan dari niat menjadi kalimat untuk Visi Pribadi
sebanyak 2-7 kata (awali dengan apa, mengapa dan bagaimana)
Menulis apa yang dipikirkan dan mengucapkannya
Memikirkan dan menulis misi pribadi sebanyak 5-10 kata dan ucapkan
Menulis kalimat pendek sebagai contoh tindakan nyata sebagai KPMD
KPMD yang memiliki niat tulis, memiliki visi misi dan aksi nyata melaksanakan
pemberdayaan di masyarakat menunjukkan etos kerja yang baik. KPMD yang
bekerja bukan dari kesadaran hatinya, tidak memiliki niat dan harapan dari
20
kegiatannya tentunya tidak akan terarah dan hanya mengikuti alur keseharian
tanpa target-target pencapaian.
Langkah-Langkah Implementasi Etos Kerja
Langkah-langkah implementasi atau aplikasi digambarkan pada bagan berikut:
21
Gambar 14. Delapan etos kerja profesional yang dimiliki seorang KPMD
22
MENYIAPKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pengertian Kaderisasi
Kaderisasi memiliki pengertian untuk mengajak anggota agar
menyadari dalam suatu proses pendampingan dengan adanya intervensi dari
luar, proses pendampingan suatu saat akan berakhir dan harus digantikan oleh
pendamping yang datang dari internal kelompok tersebut. Kader mempunyai
makna yaitu orang yang diharapkan dapat memegang peranan penting di
dalam sebuah organisasi. Pengkaderan merupakan proses, cara, perbuatan
mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader Kaderisasi juga
menciptakan beberapa kader yang mendukung sesuai dengan yang
diinginkan, bukan hanya paksaan semata.
Kaderisasi bertujuan untuk menciptakan kader yang tidak hanya hebat,
tetapi harus berjiwa pemimpin, bermental kuat, kreatif, inovatif, mampu
mengontrol emosi, mampu memfasilitasi, dapat diteladani bagi anggota
lainnya, dan memberikan solusi alam setiap permasalahan.
Kader-kader penggerak di Desa dibentuk melalui penugasan
Pemerintah Desa untuk memfasilitasi masyarakat desa menjadi desa mandiri
berlandaskan regoknisi dan subsidiaritas. Proses pendampingan desa
mengutamakan kesadaran politik untuk terlibat aktif dalam setiap urusan dan
kegiatan di desa secara sukarela. Kaderisasi dalam masyarakat desa memiliki
peranan penting untuk pemberdayaan berkelanjutan, mempersiapkan seluruh
warga desa untuk aktif dalam setiap kegiatan di desa dan memaksimalkan
kekuatan yang ada di desa untuk kemandirian desa.
23
keterampilan dan sikap yang terasah selama berorganisasi dan hidup
bermasyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki kader
pemberdayaan masyarakat yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat,
diantaranya:
Memahami karakter dan perilaku beragam individu di masyarakat
Aktif berorganisasi sosial dan bekerjasama
Mampu mengidentifikasi potensi masalah dan kebutuhan yang ada
di masyarakat
Mampu berkomunikasi, bernegosiasi, dan bekerja dalam kelompok
untuk memecahkan masalah dan menggagas program
Melibatkan Kader dalam Kegiatan Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan yang dapat melibatkan kader diantaranya:
Kegiatan di bidang pemerintahan desa,
Kader dilibatkan dalam musyawarah desa membahas program-program
di desa, pengorganisasian pembangunan desa mulai dari mengelola,
merencanakan, menganggarkan, pengelolaan keuangan, administrasi
dan sistem informasi di desa, koordinasi dalam pelaksanann program dan
meningkatkan kualitas kinerja di Pemerintahan Desa.
Kegiatan di bidang kelembagaan
Kader dilibatkan dalam lembaga kemasyarakatan dan kegiatan organisasi
bermasyarakat seperti penyelenggaraan kegiatan dan kegiatan
peningkatan kapasitas lainnya untuk memfasilitasi masyarakat agar
menyadari posisinya untuk aktif dan bergerak sukarela dalam setiap
kegiatan di desanya.
Jembatan yang baik antara warga dengan lembaga desa
serta pemerintah desa
Pendamping yang tepat untuk kaderisasi, bekerjasama dengan lembaga
kemasyarakatan lokal yang memiliki jaringan luas.
24
Kiprah KPMD Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan di desa
Indra Noviar adalah alumni Pelatihan KPMD Angkatan XVIII oleh BBPLM Jakarta
yang dilaksanakan pada tanggal 27 s/d 31 Agustus 2018 di Kecamatan Cikarang Timur,
Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Indra yang bertempat tinggal di Kampung
Cikarang, Desa Jaya Mulya, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi dilibatkan dalam
kegiatan seperti menyusun rencanan APBDes, menginventaris data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring, evaluasi program dan penyusunan laboran.
Kegiatan lain yang telah melibatkan KPMD dalam sosialisasi bahaya HIV/AIDS
yang bersinergi dengan karang taruna seperti yang dilakukan oleh Ahmad Riyan Sadjali di
Kampung CangkringDesa Jaya Laksana, Kecamatan Cabang Bungin, Kabupaten Bekasi
25
desa yang dominatif dan dalam pola kemitraan yang terus menerus
dilakukan secara intens.
Proses regenerasi kader dapat dilakukan oleh kader tersebut dengan
mengajak, mempengaruhi dan melibatkan orang lain dalam setiap kegiatan
pemberdayaan yang dilakukannya di desa. Hal ini akan mendorong dan
memotivasi orang lain untuk tertarik menjadi KPMD, merasakan manfaatnya
dan mampu mengubah kondisi sekelompok orang dari tidak berdaya
menjadi berdayaguna sesuai target capaiannya. Proses kegiatan yang
selalu melibatkan kader pemberdayaan akan memotivasi kader dan anggota
masyarakat lain untuk aktif dalam kegiatan di masyarakat, baik kegiatan fisik
dan penyampaian aspirasi dalam musyawarah desa.
26
Memfasilitasi pembentukan pusat kemasyarakatan (community center) dengan
melibatkan KPMD sebagai ruang publik untuk aktivitas bersama dalam rangka
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;
Memfasilitasi pendayagunaan sarana/prasarana milik desa seperti balai desa,
gedung olahraga, gedung pertemuan, lapangan olahraga, taman, dan lain-lain
untuk dijadikan sebagai tempat/lokasi diselenggarakannya kegiatan-kegiatan
pusat kemasyarakatan dengan melibatkan KPMD;
Memfasilitasi unsur-unsur masyarakat seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pendidikan, dan sebagainya untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan-kegiatan pusat kemasyarakatan yang diorganisir oleh KPMD;
Memfasilitasi terbentuknya forum mitra desa dengan KPMD sebagai motor
penggerak di mana mitra desa tersebut terdiri dari para penggiat
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa untuk sukarela terlibat
dalam kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;
Memfasilitasi forum mitra desa bersama-sama dengan KPMD untuk membentuk
pusat kemasyarakatan di kecamatan dan kabupaten/kota;
Memfasilitasi forum mitra desa bersama-sama dengan KPMD untuk membuat
kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti penerapan ilmu
keagamaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni tertentu untuk
menunjang pengembangan konsep pembangunan nasional, wilayah dan/atau
daerah;
Memfasilitasi kegiatan kemitraan dan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah
dengan melibatkan KPMD; danKegiatan-kegaitan lain yang strategis dalam
rangka pengembangan pusat kemasyarakatan sesuai dengan kondisi lokal
desa dengan melibatkan KPMD
27
MENGGERAKKAN PARTISIPASI MASYARAKAT
Fasilitasi Pusat-Pusat Komunitas Masyarakat
Selama ini, peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang
sempit, artinya masyarakat hanya dipandang sebaga tenaga kasar untuk
mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat
terbatas pada implementasi atau penerapan program, masyarakat tidak
dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima
keputusan yang telah diambil pihak luar (supradesa). Akhirnya partisipasi menjadi
bentuk yang pasif dan tidak memiliki kesadaran kritis.
Di sinilah tugas seorang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
untuk merubah paradigma lama tersebut, seorang KPMD harus mampu mendorong
untuk melakukan partisipasi aktif artinya peran keterlibatan masyarakat mulai dari
tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmaut dan evaluasi.
Partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai sadar akan situasi dan masalah
yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah masyarakat.
KPMD dapat memfasilitasi pembentukan pusat-pusat komunitas masyarakat
serta berperan aktif di lembaga tersebut. Beberapa contoh lembaga yang dapat
diinisiasi pembentukannya serta terlibat aktif didalamnya antara lain Pusat
Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Desa (PK2PD) dan Pusat Pelatihan
Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S).
KPMD dapat juga menginisiasi pembentukan komunitas seperti Pusat
Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) di Kecamatan Cikembar,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan P4S adalah menyampaikan
informasi pertanian, menyelenggarakan pelatihan, magang, serta aktivitas
pembelajaran pertanian lainnya. P4S dikelola oleh petani-petani sukses baik secara
perseorangan maupun kelompok. Proses pembelajaran dilakukan di kelas didukung
oleh praktek langsung yang dipandu petani berpengalaman. P4S merupakan
organisasi penyuluhan dari petani untuk petani (farmer-to-farmer extension) yang
tumbuh dari upaya swadaya masyarakat untuk mengatasi kurangnya dukungan
media massa dan melemahnya lembaga penyuluhan dalam menyediakan informasi
bagi petani.
28
Aktivasi Ruang Publik sebagai Wadah Penggerakan Masyarakat
Ruang publik adalah adalah areal atau tempat dimana suatu masyarakat
atau komunitas dapat berkumpul untuk meraih tujuan yang sama, sharing
permasalah baik permasalah pribadi maupun kelompok. Areal ini dapat berupa
ruang dalam dunia nyata (Real Space) ataupun dunia maya (Virtual Space). Real
space dapat berupa halaman rumah, kebun, sawah, kandang ternak, ataupun
dipinggir sungai. Sedangkan virtual space dapat berupa grup-grup facebook dan
whatsapp.
KPMD dapat memanfaatkan ruang publik seperti taman dan gedung untuk
membahas suatu topik demi kepentingan kelompok maupun masyarakat desa atau
pun penyelesaian suatu permasalahan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan
berupa Focus Group Discussion (FGD), penyuluhan maupun pelatihan teknis
tertentu. Forum Diskusi Online (FDO) oleh masyarakat desa dan petani
dikembangkan sebagai sarana komunikasi antar individu dan membentuk
komunitas belajar masyarakat desa. Interaksi online berfungsi memberikan sarana
pertukaran pengetahuan, pemecahan masalah, serta informasi dari narasumber.
Materi diskusi tersebut dapat memperluas wawasan untuk menjaga kualitas barang
dan efektifitas usaha. FDO juga bermanfaat meningkatkan daya sanding dalam
aktivitas pemasaran antar peserta. FDO membantu memperluas pemasaran
secara online dan membantu mewujudkan hubungan saling menguntungkan antar
peserta.
Menggunakan Media Komunikasi Up To Date
KPMD dapat menggunakan aplikasi percakapan dapat digunakan sebagai
media komunikasi personal maupun kelompok. WhatApp, facebook dan aplikasi
lain menyediakan fitur grup untuk menghimpun para pengguna dalam satu forum
diskusi. Semua pengguna yang tergabung dapat membaca teks yang dikirim
peserta lain. Tema forum diskusi sangatlah bervariasi. Di Indonesia muncul
kesadaran mendayagunakan grup percakapan untuk diseminasi informasi di
berbagai bidang kehidupan. Forum diskusi online (FDO) ini sangat efektif dalam
menyebarkan informasi karena menggunakan saluran personal yaitu smartphone.
Dorongan bagi peserta untuk menerapkan informasi yang berasal dari FDO lebih
kuat dibandingkan informasi yang berasal dari media konvensional. Hal tersebut
dipicu tekanan dan harapan dari peserta lain dalam kelompok diskusi. WhatsApp
saat ini dilengkapi fasilitas panggilan suara dan video, berkirim dokumen dan foto,
29
serta grup percakapan yang mampu menampung 256 orang. WhatsApp dapat
digunakan pada perangkat keras smartphone maupun desktop.
Kearifan Lokal
Kearifan dipahami sebagai suatu pemahaman kolektif, pengetahuan dan
kebijaksanaan yang mempengaruhi suatu keputusan penyelesaian atau
penangguhan suatu masalah kehidupan. Jadi kearifan local adalah suatu sistem
yang mengintegrasikan pengetahuan, budaya dan kelembagaan serta praktek
mengelola sumber daya alam. Kearifan local harus bersifat komunal secara
kepemilikan dan tidak invidual sehingga kearifan local merupakan suatu tatanan
nilai yang dinamis responsive terhadap perkembangan dan perubahan dimensi
waktu. Praktek kearifan lokal di wilayah kerja BBPLM Jakarta di Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak..
Tabel 3. Dasa sila masyarakat baduy sebagai kearifan lokal masyarakat Baduy
30
Masyarakat baduy juga mempunyai atiran-aturan yang harus diikuti tidak saja bagi
masyarakat baduy itu sendiri melainkan juga untuk masyarakat luar yang datang
berkunjung ke Baduy. Aturan-aturan tersebut antara lain adalah:
Tidak diperbolehkan merubah jalur air, seperti pada drainase dan irigasi
Tidak diperbolehkan merubah landskap, lahan dan tanah seperti menggali tanah
untuk membuat sumur, meratakan tanah untuk permukiman dan mencangkul
tanah untuk berladang dan berkebun
Tidak diperbolehkan melakukan intervensi dan masuk ke hutan larangan untuk
menebang pohon, membuka lading dan mengambil hasil hutan lainnya
Tidak diperbolehkan melakukan penebangan yang tidak berdasar dan pada
sembarangan jenis tanaman misalnya pohon buah-buahan dan jenis-jenis
tertentu
Tidak diperbolehkan menggunakan teknologi yang mengandung zat kimia
misalnya menggunakan pupuk dan obat-obatan pemberantas hama penyakit,
mandi menggunakan sabun, menggosok gigi menggunakan pasta dan lain-
lain.
31
PENGEMBANGAN USAHA TERKAIT PRUDES DAN PRUKADES
Pengembangan Potensi di Desa
Pengembangan potensi lokal desa masih bertumpu pada sektor pertanian.
Gerak ekonomi bukan sekadar menyelenggarakan produksi, namun memastikan
proses penciptaan nilai tambah (pengolahan), pengemasan, distribusi, penjualan,
dan lain sebagainya bisa dilakukan dengan serempak. Pengembangan potensi desa
tersebut tentunya berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan sesuai dengan
beberapa potensi yang dominan di desa tersebut dan pengembangan usaha dari
komoditi tersebut.
Tabel 4. Pengembangan Potensi Hasil dari Identfikasi
32
Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk
berkembang karena keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif terjadi
misalnya karena kecukupan ketersediaan sumberdaya, seperti bahan baku
lokal, keterampilan sumberdaya lokal, teknologi produksi lokal serta sarana
dan prasarana lokal lainnya.
Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat
dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping
memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi.
Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja,
profitabilitas dan lain-lain.
Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif,
karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain.
Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya
yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok,
pembeli, serta daya saingnya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru
maupun barang substitusi.
33
ekonominya yang kecil. Posisi tawar yang tinggi hanya bisa dijalankan bila
ukuran ekonominya besar sehingga bisa langsung menyentuh ujung
distribusi (bahkan konsumen langsung). Syaratnya: pelaku mesti bergabung
membangun tindakan kolektif.
Kawasan perdesaan akan menjadi penegak yang menghalangi kompetisi
antardesa sehingga di antara mereka akan saling memangsa (predator).
Tanpa disadari gelombang pembangunan desa membuat desa-desa
konsentrasi ke dalam (inward-looking) sehingga kehilangan perspektif
kerjasama untuk meraih tujuan pembangunan yang optimal. Praktik yang
terjadi justru persaingan yang tidak sehat, sehingga kemajuan desa yang
satu diraih dengan jalan mematikan desa tetangga.
Proses pengembangan prukades merupakan proses multi stake holder
dan pembangunan kolaboratif, sehingga perlu ditumbuhkan kesadaran kolektif
untuk seluruh stake holder kunci agar mempunyai rasa memiliki dan tanggung
jawab. Fasilitasi yang dapat dilakukan oleh seorang KPMD:
Membantu melakukan identifikasi potensi unggulan yang terdapat di desa,
maupun produk unggulan kawasan perdesaan dengan 9 (Sembilan) kriteria
yaitu ketersediaan bahan baku, ketersediaan SDM, ketersediaan sarana-
prasarana, pasar jangka pendek dan jangka panjang, ketersediaan pasar
domestic dan ekspor, keterlibatan masyarakat, kesesuaian dengan
regulasi, aspek lingkungan dan lamanya masyarakat dalam melakukan
usaha tersebut.
Membahas dengan kepala desa, tokoh masyarakat dan pelaku usaha
untuk memunculkan komoditi calon prukades
Melakukan pemilihan prukades dari usulan usaha sebelumnya Serta
melakukan verifikasi lapangan
Melakukan pengembangan prukades dengan inisiasi melakukan kerjasama
dengan perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian, masyarakat
maupun pemerintah daerah setempat
***
34
POKOK BAHASAN 2
KEPEMIMPINAN KADER
1. MOTIVASI DIRI
Motivasi mempunyai peranan penting pada diri individu baik di strata pimpinan
maupun anggotanya karena merupakan salah satu faktor yang diandalkan dalam
pencapaian tujuan. Bagi seorang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa motivasi
ini sangat penting untuk mendorong diri mereka sendiri dan masyarakat dalam
mencapai tujuan pembangunan desa.
Perhatikan Vidio Motivasi diri pada link berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=r4prU4ZCpos&list=PLaIynhfvv0ki12rzWdBFEdhG
4dDYCJ6sm&index=10
35
Pengertian dan Hakekat Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motivasi ada di setiap individu untuk mencapai suatu tujuan yang akan
dicapai. Motif dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Motif Biogenetik
yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan
hidupnya. Misal, lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan, istirahat, mengambil nafas.
2. Motif Sosiogenetis
yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat
orang tersebut berada.
3. Motif Teologis,
dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga
ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya.
Sedangkan hakikat motivasi artinya ialah dasar atau intisari dari sebuah
motivasi, untuk apa hal itu dilakukan dan berasal dari mana dasarnya, yang mana
hal itu dipandang dari segi psikologi atau yang dapat dirasakan secara pribadi dan
secara langsung oleh seseorang serta bersikap subjektif.
Hakikat motivasi yang pertama ialah mengenai faktor kebutuhan sehari hari,
yakni kebutuhan akan hidup yang jika diuraikan lebih luas lagi memiliki cakupan yang
lebih sempit seperti uang, makanan, hubungan sosial, kasih sayang, dan sebagainya
yang semua itu merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup di dunia ini.
36
Gambar 17 : Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
b. Jenis Motivasi
Setiap manusia memiliki tujuan dalam hidupnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, manusia memiliki motivasi untuk bertindak, baik yang berasal dari dalam
dirinya sendiri (intrinsik) maupun motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik).
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang terbentuk dalam diri saat
melakukan sesuatu tanpa adanya penghargaan dari lingkungan. Seseorang
menikmati suatu aktivitas tertentu atau memandangnya sebagai sebuah
kesempatan untuk mengeksplorasi, belajar atau mengaktualisasikan potensi diri
yang dimiliki.
Individu yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan memiliki tujuan
untuk menjadi orang yang lebih sukses. Permasalahannya adalah kemauan itu
akan muncul bila itu adalah kegiatan yang disukainya. Bila itu bukanlah yang
disukainya, maka dorongan itu akan sulit sekali muncul sehingga membuat
individu malas melaksanakannya.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar
individu, baik karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Motivasi
ekstrinsik terjadi ketika seorang individu yang terlibat dalam perilaku bukan
karena mereka menikmatinya atau karena hal tersebut menyenangkan, tetapi
37
karena untuk mendapatkan sesuatu sebagai balasan atau menghindari sesuatu
yang tidak menyenangkan.
c. Teknik Motivasi
Teknik motivasi yang baik haruslah mengedepankan nilai-nilai yang positif.
Oleh karena itu, setiap kader perlu memahami hakikat motivasi, faktor-faktor yang
berpengaruh dalam motivasi, teknik motivasi, dan tidak kalah pentingnya mengenali
karakteristik kelompok individu yang perlu dimotivasi. Ada beberapa teknik motivasi,
seperti terlihat dalam tabel berikut :
38
NO TEKNIK MOTIVASI KETERANGAN
Terdapat tiga jenis kelompok masyarakat, yakni kelompok merpati, kelompok pedati,
dan kelompok sejati.
Kalau kelompok merpati,…. waktu ada bantuan dana dari pemerintah baru muncul.
Jumlahnya pun bisa banyak sekali. Ketika bantuan dihentikan, kelompok-kelompok itu
lambat laun menghilang kembali.
Selanjutnya, tipe kelompok pedati. Artinya, kelompok itu harus terus didorong, jika
perlu dipecut. Jika tidak, maka kelompok ini akan mandek, tidak ada kegiatan lagi.
Lalu, tipe yang paling baik adalah kelompok sejati. Ada atau tidak bantuan pemerintah,
kelompok akan tetap hidup, tetap berjalan dan terus berkembang melaksanakan usaha
dan kegiatan yang bermanfaat bagi kelompok dan masyarakat sekitarnya….
39
TOOLBOX 2 :
IBU SUPRIYATI DAN IBU LENI
KADER PENGGERAK KEGIATAN KEBUN GIZI
DI DESA DABONG KEC. KUBU KABUPATEN KUBU RAYA -
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penyelesaian masalah gizi memang cukup rumit. Masalah gizi tak sekadar
berhubungan dengan kesehatan, namun berkaitan juga dengan masalah ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan, dan lingkungan. Tak heran angka anak-anak kekurangan
gizi di Indonesia masih tinggi, bahkan situasi yang sama masih dialami oleh
masyarakat kategori usia non anak-anak. Buah dan sayur berfungsi membantu
meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan, dan mencegah pelbagai
penyakit. Rendahnya ketahanan pangan dan daya beli masyarakat, salah satu
penyebab masalah ini. Para Kader Posyandu dan Kelompok Wanita Tani yang ada di
Desa Dabong, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya melalui program Generasi
Sehat Cerdas (GSC) menjawab persoalan di atas dengan membuat kebun
percontohan, yaitu Kebun Gizi dan Tanaman Obat Keluarga (Toga).
Nama Inovasi : Kebun Sayur dan Tanaman Obat Keluarga
Pengelola : Kader Posyandi dan Kelompok Wanita Tani Desa Dabong
Alamat : Desa Dabong, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat
40
Bagi masyarakat Desa Dabong yang terletak di wilayah pesisir, kegiatan menanam
sayur tentu bukan perkara yang gambang. Pasang surut air laut kadang naik hingga
ke pekarangan rumah sehingga air menggenangi seluruh pekarangan. Namun,
situasi itu tidak membuat para pelaku desa, yang dimotori Leni Marlina dan Supriyati,
patah semangat. Mereka berinovasi dengan mengembangkan kebun gizi dan toga
dengan media tanam di polybag.
Inovasi di atas cukup berhasil. Kebun percontohan yang berlokasi di pekarangan
rumah Ibu Leni dianggap cukup berhasil. Hasil kebun, berupa sayur-mayur segar
dan organik, dapat mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk meningkatkan asupan
gizi keluarga.
Bagi Program GSC, kegiatan ini masuk dalam program peningkatan gizi masyarakat
berbasis lingkungan dan kesehatan. Pengembangan kebun dan toga dapat
meningkatkan pola konsumsi sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat,
terutama perempuan hamil dan balita. Akhirnya pada 2016, kegiatan Kebun Gizi dan
Toga dianggarkan kembali. Bedanya, media tanam yang digunakan bukan lagi
polybag, tapi diganti dengan media pipa paralon (hidroponik). Pola tanam hidroponik
disarankan menjadi pilihan karena pola tanam ini lebih efisien dalam penggunaan air.
Pola tanam hidroponik cocok diterapkan di daerah yang memiliki pasokan air sangat
terbatas, seperti Desa Dabong. Selain itu, sayuran yang dihasilkan pun lebih terjamin
kesehatannya karena memiliki nutrisi yang lengkap. Kebun Gizi dan Toga yang
digagas melalui program GSC yang ada di Desa Dabong yang berisikan berbagai
tanaman sayuran dan apotik hidup nantinya tanaman dan sayuran ini dapat
dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari menjadi suplai vitamin dan aneka
makanan pemenuhan gizi warga Posyandu.
Selanjutnya untuk keberlangsungan kegiatan di Posyandu, sebagian hasil kebun
tersebut dijual sehingga ada perputaran modal. Saat ini yang sudah ditanam adalah
jahe, kunyit, kencur, kangkung, cabe, sawi dan brokoli. Selain itu untuk
memanfaatkan lahan pekarangan Pustu akan ditanam pohon buah-buahan (mangga,
lengkeng, sawo, jeruk dan belimbing) selain buahnya bisa dinikmati 4 atau 5 tahun
kedepan, menanam tanaman produktif juga merupakan salah satu usaha
penghijauan kembali, disini kita menamakannya Gerakan Tabung Pohon. Menanam
satu pohon lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sebagai tanaman selingan diantara tanaman buah-buahan tersebut akan ditanami
ubi rambat dan ubi kayu. Hasil dari tanaman ini kelak diharapkan selain menjadi
suplay sebagai cadangan makanan tambahan di Posyandu, sebagian hasilnya bisa
41
dijual, begitu seterusnya sehingga kedepannya baik Pustu maupun Posyandu sudah
memiliki aset berupa tabung pohon buah-buahan.
Saat ini bibit tanaman buah-buahan tersebut belum dipindahkan masih dalam media
polybag karena kesibukan pelaku yang notabene sebagai petani, sehingga setelah
panen baru bibit tanaman buah-buahan tersebut ditanam di pekarangan Pustu yang
ada di desa. Banyak sekali manfaat yang di dapat dari program GSC, ibu-ibu menjadi
memiliki kegiatan positif. Selain itu, kami pun dapat memanfaatkan pekarangan
sehingga menjadi lebih hijau,” ujar Ibu Supriyati dan Ibu Leni selaku KPMD yang
merupakan penggerak kegiatan kebun gizi ini.
Mereka merasa senang dapat membantu sesama warga desa melalui program yang
sudah berjalan. Bisa bertemu dengan banyak orang terutama sesama KPMD dari
desa lain, dapat bertukar pengalaman dan ilmu mengenai kesehatan juga didapat
melalui kegiatan di Posyandu sebagai Kader. Mereka berharap, program ini dapat
berjalan terus sehingga semakin banyak warga yang terbantukan terutama dari
keluarga RTM (Rumah Tangga Miskin).
Tim GSC Kubu Raya, Kalimantan Barat
https://inovasidesa.kemendesa.go.id/kiat-desa-dabong-atasi-perempuan-hamil-dan-
balita-dari-bahaya-kekurangan-gizi/
42
TOOLBOX 3 :
CANDRA BUDI
TOKOH PEMUDA DESA SUKSES DARI KAMPAR - RIAU
Desa Koto Mesjid di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, terkenal dengan
keindahannya, yaitu Puncak Kompe, sebuah tempat wisata yang mirip dengan Raja
Ampat Papua. Desa Koto Mesjid juga dikelilingi oleh destinasi wisata yang lain,
antara lain Ulu Kasok, Cubodak Hill, Puncak Tuah, Kelok Indah. Desa ini memiliki
produk unggulan berupa ikan patin dengan jumlah produksi 15 ton perhari.
Candra Budi, seorang kader dan penggiat wisata Desa Koto Mesjid, bersama-
sama dengan warga desa membuat sebuah destinasi wisata edukasi untuk
mendukung destinasi wisata alam yang sudah ada. Candra Budi memprakarsai
kegiatan FGD (diskusi kelompok terarah) dengan pendamping desa, TA, tokoh
masyarakat dan pemerintah desa untuk membahas tentang wisata edukasi.
Salah satu paket wisata edukasi yang ditawarkan adalah menangkap dan
memancing ikan, dilanjut dengan proses pengolahan ikan, hingga menyediakan
guest house untuk wisatawan. Diadakan pertemuan mingguan dan bulanan dengan
warga desa yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan tamu seperti
cara melayani tamu, produk yang diminta oleh tamu, jumlah dan asal tamu yang
datang serta usia tamu yang datang. Jumlah wisata yang berkunjung pada tahun
2019 sebanyak 29.882 orang.
Untuk melihat Video Desa Wisata Koto Mesjid Kampung Patin Bisa dilihat
pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=b6gpFjidTxs atau dapat
gunakan QR Code berikut:
43
2. KEPEMIMPINAN
Ingin membaca dan belajar kepemimpinan? Melalui internet kita menemukan
sekitar 10.000 buku yang menulis tentang masalah kepemimpinan. Lebih dari itu
tampaknya ada banyak pemahaman yang berbeda mengenai kepemimpinan dari
orang-orang yang memakai istilah tersebut, yang mengakibatkan munculnya
berbagai tafsir, gambaran, rumusan dan jargon kepemimpinan.
Salah satu sasaran dalam penyusunan modul kepemimpinan ini adalah untuk
menyaring semua informasi mengenai kepemimpinan, untuk mendapatkan
intisarinya, untuk menyediakan serangkaian ringkasan atau penjelasan-penjelasan
singkat mengenai elemen-elemen utama dalam memimpin, khususnya bagi
kepemimpinan kader pemberdayaan masyarakat desa.
Dalam modul Kepemimpinan Kader ini, hanya membahas: Pengertian
Kepemimpinan dan Pemimpin, Tipe dan Jenis Kepemimpinan, Gaya kepemimpinan
serta sikap seorang KPMD dalam memilih dan menjalankan kepemimpinan yang
sesuai di tengah-tengah masyarakat desa dampingannya.
44
Gambar 20. Video Semangat Pujon
https://www.youtube.com/watch?v=E3VykI66yss
45
formal untuk menjalankan tugas organisasi formal
kewajibannya
4. Memiliki atasan/ superiors 4. Tidak memiliki atasan
1. Keturunan
2. Kekayaan
3. Taraf pendidikan
4. Pengalaman hidup
5. Sifat karismatik dan ciri-ciri
herediter
6. Jasa-jasa kepada masyarakat
Kelebihan Kekurangan
Cepat dalam pengambilan Anggota kelompok tidak bisa berpikir
keputusan kreatif dan akan mudah bosan
Tidak perlu diskusi, rapat dan Tidak akan ada perubahan pada
perdebatan kelompok tersebut karena
pemimpinnya sulit untuk menerima
perubahan dan usulan dari
anggotanya
Menumbuhkan sikap disiplin Pemimpin dianggap terlalu angkuh
anggota atau sombong karena selalu berfikir
ke depan dan menganggap orang
lain tidak memiliki kemampuan atau
pengetahuan seperti dirinya
2) Afiliatif
Kepemimpinan yang afiliatif adalah seorang pemimpin yang memberikan
jalan bagi anggotanya untuk bertindak. Seorang pemimpin mengedepankan
kebahagiaan dari anggotanya. Setiap anggotanya memiliki kesempatan yang
sama dalam memberikan ide-ide untuk kemajuan dari organisasi. Pemimpin
sangat disenangi oleh anggotanya karena dalam organisasi memiliki sifat
terbuka.
47
Tabel 9. Kelebihan Dan Kekurangan Jenis Kepemimpinan Afiliatif
Kelebihan Kekurangan
Terjadi harmonisasi antara pemimpin Anggotanya akan merasa
dan anggotanya karena adanya ketergantungan kepada pemimpinnya
keterbukaan
Dalam mencapai tujuan organisasinya Pemimpin akan dianggap remeh
dapat saling bekerja sama dengan kepemimpinannya karena selalu
baik terbuka dengan masalah yang
dihadapi dan meminta pendapat dari
bawahannya
Anggotanya merasa senang karena
pemimpin memprioritaskan semua
kegiatan dan tujuannya pada
anggotanya
3) Demokratis
Kepemimpinan jenis ini mengedepankan pendapat dari anggota untuk
mengambil keputusan sehingga setiap masalah diselesaikan dengan cara
musyawarah dan mufakat. Jika tidak tercapai kata mufakat, pemimpin akan
mengambil keputusan sesuai dengan suara terbanyak dari anggota.
Kelebihan Kekurangan
Terjadinya keterbukaan antara Tidak dapat mengambil keputusan
anggota dan pemimpin dengan cepat, tepat dan terjadi kontra
antar anggota
Anggota organisasi dapat turut Apabila anggota tidak sepaham atau
menyelesaikan masalah yang ada memiliki cara pandang yang berbeda
sehingga pemimpin tidak terlalu dengan pemimpin, pada saat
terbebani pengambilan keputusan tidak terjadi titik
temu dan hanya saling berdebat satu
sama lain
Masalah yang dihadapi akan Pengambilan keputusan juga tidak
ditanggung bersama selalu sesuai karena suara terbanyak
belum tentu keputusan yang terbaik
48
4) Coaching
Jenis kepemimpinan ini menuntut kesempurnaan dari anggotanya.
Pemimpin ini menuntut anggotanya untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan dan bakat yang dimiliki masing-masing anggota. Pemimpin
berpendapat bahwa dengan berkembangnya anggota maka akan
berkembang pula organisasi yang dipimpinnya
Kelebihan Kekurangan
Pemimpin mengenali semua Seorang pemimpin memerlukan waktu
anggota yang ada dalam yang lama untuk mengembangkan
organisasinya anggotanya satu-persatu
Dapat menggali kemampuan Anggota yang malas akan merasa
terpendam dan juga memperbaiki tertekan karena selalu dituntut untuk
kelemahan-kelemahan dari anggota melakukan hal-hal tertentu
c. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi
anggotanya agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi. Terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan, yaitu sebagai
berikut :
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika sebagian besar kekuasaan atau wewenang
mutlak berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya
ditetapkan sendiri oleh pemimpin, anggota tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan.
Gaya Kepemimpinan Partisipasi
Kepemimpinan partisipasi adalah kepemimpinan yang dilakukan dengan cara
persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan
partisipasi para anggota. Pemimpin memotivasi anggota agar merasa ikut
memiliki organisasi. Anggota harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
49
Gaya Kepemimpinan Delegasi
Kepemimpinan delegasi apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenangnya kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian,
bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau
leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara
bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya
diserahkan kepada bawahan.
TOOLBOX 5 :
STUDI KASUS
Pak Tono baru saja diangkat menjadi Kepala Desa Muktisari. Dia merasa percaya diri
akan dapat memimpin Desa Muktisari menjadi berkembang, maju, dan mandiri. Pak Tono
berupaya menjalankan tugasnya sebaik mungkin terutama dia fokuskan pada hal-hal yang
bersifat administratif.
Namun baru 2 bulan memimpin dia mulai menghadapi permasalahan yang terus
berdatangan. Mulai dari komplain warga masyarakat, kurangnya dukungan aparat yang
dinilai tidak berkualitas, sarana yang tidak memadai serta komunikasi dengan staf desa yang
belum berjalan baik. Setiap kali dia menerapkan kebijakan selalu saja ditanggapi dingin oleh
staf.
Setelah 6 bulan, belum juga dirasakan perkembangan yang berarti. Komplain-
komplain dari masyarakat masih terus berdatangan mengenai berbagai aspek yang ada di
desanya dan menyampaikan tuntutan yang begitu tinggi terhadap Kepala Desa. Komunikasi
dengan staf pun belum dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan kasus di atas cobalah Anda analisa apa yang menjadi kelemahan
kepemimpinan Pak Tono. Apa saran yang bisa Anda berikan agar dia sebagai Kepala Desa
dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif ?
50
3. PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a. Pengertian masalah
Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir
setiap hari manusia dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan
keluarnya. Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan, gangguan,
ketidak puasan atau kesenjangan. Apabila ada ketidaksesuaian dalam suatu situasi
antara keadaan yang sebenarnya dengan tujuan, dan dalam situasi tersebut
mengandung suatu perintang bagi seseorang dalam mencapai tujuan, maka akan
menimbulkan permasalahan.
51
Judul Artikel: Tips Memecahkan Masalah Bagi Seorang Pemimpin
Bagi seorang pemimpin, masalah adalah sebuah anak tangga yang harus
dilalui agar bisa mencapai puncak kualitas karakter kepemimpinan. Dengan
menjadikan masalah seperti anak tangga, maka seorang pemimpin seharusnya tahu
dan mengerti mana masalah yang harus diselesaikan secepatnya dan mana masalah
yang baik untuk dibiarkan. Wah, kok masalah dibiarkan? Iya, ada masalah-masalah
tertentu yang terkadang harus dibiarkan, bahkan seorang pemimpin yang handal akan
membuat masalahnya sendiri demi kepentingan tertentu. Jika yang muncul itu adalah
masalah yang berdampak buruk, maka segeralah selesaikan. Jangan menunda waktu
untuk menyelesaikan masalah yang sudah diketahui bisa mengancam organisasi.
Sebab, masalah yang berdampak buruk, jika dibiarkan, maka dengan cepat akan
menjadi masalah besar yang sulit diselesaikan.
Kali ini saya tidak akan menulis tentang bagaimana menyelesaikan masalah,
karena menyelesaikan masalah A berbeda dengan menyelesaikan masalah B. Tapi
saya akan memberikan tips untuk memecahkan masalah. Memecahkan masalah
artinya cara untuk mengetahui, mempelajari masalah agar bisa diselesaikan.
Cari penyebab terjadinya masalah. Mungkin anda sudah mengetahui hal ini,
tapi lebih dari yang anda ketahui, penyebab suatu masalah itu tidak dengan
mudah bisa anda ketahui. Cara mencari penyebab masalah yaitu dengan
mengumpulkan informasi. Benar atau salah informasi itu dirangkum dulu,
dipelajari, dan temukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang mendukung data
anda. Informasi berupa data yang anda peroleh bisa anda analisis secara
mendalam.
Cari siapa saja yang terlibat dalam masalah. Nah, untuk hal ini karena lebih
subjektif, maka anda harus mempelajari orang-orang disekitar anda maupun
orang luar yang terlibat dalam masalah organisasi. Hal ini tidak mudah, sebab
membutuhkan data yang lebih lengkap lagi tentang apa yang menjadi motif
orang-orang yang terlibat, siapa yang ada dibalik keterlibatan mereka, adakah
orang yang sengaja dibentuk untuk membuat suatu masalah, dan lainnya.
Bersikap santai tapi serius. Bagi anda yang terlibat masalah dan selalu panik,
disitulah kelemahan anda sebagai pemimpin. Panik, over-reaksi, dan cuek
adalah sifat yang membuat anda menjadi target utama dari pembuat masalah.
Maka itu, tetap santai dan serius dalam menangani masalah, kalau perlu harus
tegas, agar si pembuat masalah bisa kepanikan jika mengetahui posisinya
sedang rumit.
Jangan sampai pekerjaan lain terganggu. Ini dia hal yang paling penting.
Ketika masalah organisasi terjadi, jagalah agar pekerjaan lain yang juga
penting terganggu dan akhirnya menjadi masalah baru.
Manfaatkan orang-orang disekitar anda. Artinya disini adalah, memanfaatkan
orang-orang yang mungkin bisa membantu anda untuk menyelesaikan
masalah. Jadikan mereka bagian dari kepemimpinan anda, jamin mereka
dengan apa yang mereka butuhkan, jaga mereka agar tetap loyal. Hal ini akan
mempengaruhi dalam proses penyelesaian masalah.
Itu saja tips dari saya untuk seorang pemimpin yang terkendala masalah.
Berbagai bentuk masalah itu hanya anda yang bisa selesaikan, sebab anda menjadi
seorang pemimpin itu karena satu masalah besar, yaitu organisasi membutuhkan
pemimpin berkualitas. Sumber:
https://www.studimanajemen.com/2013/10/tips-memecahkan-masalah-bagi-
seorang.html
52
Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang
muncul di sebuah organisasi. Metode – metode tersebut antara lain :
1) Bertukar Pikiran
Metode bertukar pikiran adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam
sebuah kelompok untuk menghasilkan gagasan, pikiran atau ide yang baru
dengan melontarkan suatu masalah.
Metode bertukar pikiran mirip dengan metode diskusi, dimana tujuannya adalah
menghimpun gagasan dan pendapat informasi, pengetahuan, pengalaman, dari
semua peserta. Pada metode diskusi gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi atau tidak disepakati) oleh peserta lain, namun
pada metode bertukar pikiran pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Selama
proses berlangsung tidak boleh ada kritik terhadap gagasan yang dilontarkan oleh
setiap anggota.
2) Bertanya Mengapa beberapa kali
Metode ini mengharuskan kita untuk mempertanyakan penyebab dari
penyebab suatu masalah. Ketika kita menghadapi suatu masalah, cobalah
bertanya Mengapa untuk mencari sumber penyebabnya, jawabannya merupakan
dasar untuk pertanyaan mengapa berikutnya. Ketika mendapat jawaban dari
pertanyaan mengapa yang pertama, jangan berhenti sampai disitu, ajukan
kembali pertanyaan mengapa pada jawaban pertama tadi, teruslah bertanya
mengapa sampai tidak bisa mengidentifikasi penyebab lainnya, yaitu sampai
menemukan sumber pokok masalahnya.
Analisa menggunakan teknik 5 “mengapa” harus didasari oleh pemahanan
mendalam tentang proses dan kondisi yang terjadi di lapangan, dan hal ini akan
sangat efektif bila jawaban datang dari orang-orang yang memiliki pengalaman
tentang masalah atau proses yang sedang di periksa.
Contoh :
Mengapa 1 : Mengapa terjadi konflik di Desa kita ?
Karena terjadi kesalahpahaman antar dua kubu warga yang berbeda
Mengapa 2 : Mengapa terjadi kesalahpahaman antara dua kubu warga?
Karena ada dua prioritas mendesak yang harus segera ditangani di Desa ini
Mengapa 3 : Mengapa terdapat dua prioritas mendesak di Desa ini?
Karena terdapat permasalahan di dua bidang yang berbeda dan mendesak yakni
bidang kesehatan dan pendidikan
53
Mengapa 4 : Mengapa terdapat masalah di bidang kesehatan dan pendidikan
Karena Desa ini butuh Posyandu untuk bidang kesehatan dan Desa ini butuh
taman baca bagi warga desa untuk bidang pendidikan
Mengapa 5 : Mengapa Posyandu dan taman baca sangat
dibutuhkan Karena keduanya belum ada di Desa ini
Dari Pertanyaan-pertanyaan “5 mengapa” tersebut, didapatkan bahwa
Posyandu dan Taman Baca di Desa tersebut belum tersedia. Oleh karena itu,
diperlukan tindakan untuk memecahkan masalah tersebut.
54
Metode Urgency, Seriousness, Growth (USG)
Metode USG merupakan salah satu metode skoring untuk menyusun
urutan prioritas masalah yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-
masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Langkah skoring
dengan metode USG adalah membuat daftar akar masalah, membuat tabel
matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1 – 5 dan nilai yang tertinggi
sebagai prioritas masalah. Urgency berarti seberapa mendesak masalah
tersebut harus dibahas, dihubungkan dengan waktu yang tersedia.
Seriousness adalah seberapa serius masalah perlu dibahas dan dihubungkan
dengan akibat yang timbul. Growth berarti seberapa kemungkinan isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah akan makin memburuk
jika dibiarkan.
5 Sangat penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak penting
1 Sangat tidak penting
NO MASALAH U S G TOTAL
1 Masalah A 5 3 3 11
2 Masalah B 4 4 4 12
3 Masalah C 3 5 5 13
56
Gambar 24. Tahapan Proses Pemecahan Masalah Dan Pengambilan Keputusan
57
TOOLBOX 6 :
STUDI KASUS
Anda berada dalam sebuah desa yang belum memiliki pengelolaan air bersih yang baik.
Kebutuhan air bersih di desa Anda sangat tinggi, namun sumber air bersih terdekat
berada di desa tetangga. Anda sebagai KPMD ditunjuk oleh Kepala Desa untuk
menangani permasalahan air bersih tersebut. Bagaimana langkah-langkah yang anda
lakukan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan?
***
58
POKOK BAHASAN 3
Komunikasi Interpersonal:suatu proses penyampaian pesan atau ide diantara dua orang atau
lebih menurut cara tertentu dengan harapan timbul suatu pengertian bersama tentang arti,
maksud, dan kegunaan pesan sehingga menghasilkan respon yang diharapkan (Suprihatin
Guharja).
59
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
a. Konsep dan Unsur-unsur komunikasi
Perlu kiranya di ingat bahwa komunikasi menuntut adanya
partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat. Aktivitas
komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang terkait
dalam hal ini pemberi pesan/informasi dan penerima pesan/informasi
terlibat dalam proses komunikasitersebut.Komunikasi menembus faktor
waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat
dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yangsama.
61
2) Teknik Dalam Melakukan Komunikasi Efektif
Dalam melakukan komunikasi efektif perlu diterapkan
berbagai teknik dan langkah- langkah sebagai berikut:
Berikan kesan bahwa anda antusias berbicara dengan mereka
Ajukan pertanyaan tentang minat dan kehidupan mereka
Beradaptasi dengan bahasa tubuh dan perasaan mereka
Tunjukkan rasa persetujuan: Katakan apa yang anda kagumi
tentang mereka dan mengapa
Dengarkan dengan penuh perhatian semua yang mereka
katakan
Beri mereka kontak mata yang lama
Ungkapkan diri anda sebanyak mungkin
Berikan kesan bahwa anda berdua berada di tim yang sama
Berikan mereka senyuman terbaik
Menawarkan saran yang bermanfaat
Beri mereka motivasi
Tampil dengan tingkat energi yang sedikit lebih tinggi dibanding
orang lain
Sebut nama mereka dengan cara yang menyenangkan telinga
mereka
Tawarkan untuk menjalani hubungan selangkah lebih maju.
62
Pemalas
Arogan
Petarung yanglicik
Kurang bagus dalam pergaulan
63
Gambar 26. Komunikasi dimedia Sosial
Kemampuan Lobby
Lobi merupakan teknik komunikasi efektif yang bertujuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk tujuan tertentu. Merupakan
langkah awal dalam melakukan proses negosiasi tetapi tidak selalu
lobi diakhiri dengan proses negosiasi.Sebelum melakukan lobi,
sebaiknya menggumpulkan dan menganalisa informasi yang
kemudian dimanfaatkan untuk menentukan strategi lobi. Harus
diingat bahwa penentuan strategi lobi didesain secara khusus untuk
setiap target lobi. Selanjutnya, dilakukan pengembangan desain lobi
yang mencakup kontak, pemilihan tempat, format isi dan aktivitas
follow up yang harus dilaksanakan untuk mendukung kelancaran
jalannya lobi.
Karakteristik Lobi
Karakteristik lobi dirincikan sebagai berikut :
Bersifat tidak resmi atau informal, dapat dilakukan diluar forum
atau perundingan yang secara resmidisepakati.
64
Bentuk dapat beragam berupa obrolan yang dimulai dengan
tegur sapa atau dengan surat ( lisan maupun tertulis).
Waktu dan tempat dapat kapan dan dimana saja sebatas dalam
kondisi wajar atau suasana memungkinkan.
Pelaku atau aktor atau pihak yang melakukan lobi dapat
beragam dan siapa saja yakni pihak yangberkepentingan,
Bila dibutuhkan dapat melibatkan pihak ketiga untukperantara
Arah pendekatan dapat bersifat satu arah pihak yang melobi
harus aktif mendekati pihak yang dilobi.
Target yang di ingin di capai Pelobi ( Lobbyst)
Dalam menghadapi situasi saat ini, di mana kecepatan dan
ketepatan menjadi kata kunci kesuksesan, kejelian untuk dapat
menangkap momen yang tepat untuk melakukan lobi menjadi
semakin penting.Lobi tidak hanya dilakukan apabila program sudah
direncanakan tapi dapat juga terjadi dalam suasana kebetulan,
yaitu apabila kita melihat munculnya kesempatan lobi dalam suatu
acara atau aktivitas tertentu.
c) Etika dalam Melakukan Lobi
Seringkali dalam lobi tersimpan juga unsur negosiasi atau lobi
berperan sebagai langkah awal dari negosiasi. Kekuatan negosiasi
terletak pada fokusnya, yaitu yang bertumpu pada pencapaian
kesepakatan yang saling menguntungkan. Kekuatan inti negosiator
ulung adalah kemampuannya untuk memotivasi pihak lain atau
yang diajak berunding untuk menerima tujuan negosiasi.
Keterampilan bernegosiasi terletak pada kemampuan untuk
memunculkan kekuatan persuasi.
d) Target Kunci
Target kunci merupakan sasaranutama seorang kader di dalam
melakukan komunikasi dan pendekatan guna mendukung kegiatan-
kegiatan atau program yang telah direnacanakan oleh kader.
Sehingga diharapkan ketika melaksanakan suatu program kegiatan
mendapat dukungan oleh si target kunci baik dengan kekuasaanya,
ketokohannya maupun bantuan materinya sehingga kader harus
mengklasifikasikan target-target tersebut ke dalam beberapa jenis,
yaitu :
65
Target Premier, target premier adalah mereka yang ikut andil
didalam pelaksanakan program kegiatan yang kader
rencanakan. Sehingga seorang kader tidak bekerja seorang diri
di dalam melaksanakan tugasnya sebagai Kader Pemberdayaan
MasyarakatDesa.
Target Sekunder, target sekunder adalah mereka yang tidak
terlibat langsung di dalam program kegiatan yang dilaksanakan
olehkader.
Target Utama, target utama adalah mereka yang bisa memiliki
pengaruh positif atau negatif terhadap program kegiatan yang
telah disusun oleh kader.
Setelah melakukan pengklasifikasian, selanjutnya memetakan posisi
“si target” yang akan dilakukan pendekatan agar kader tahu dimana
posisi dari target-target tersebut. Apakah si target berada di posisi :
Promot
ers
Power/
Apathet Defende
Kekuasa
ics rs
an
Latens
66
TEKNIK FASILITASI
a. Pengertian
Fasilitasi merupakan suatu kegiatan yang menjelaskan pemahaman,
tindakan, keputusan yang di lakukan oleh seseorang bersama satu
kelompok untuk mempermudah proses yang di lakukan. Tujuan Fasilitasi
dalam pemberdayaan masyarakat :
Upaya mempermudah penggalian potensi, masalah, gagasan dalam
rangka pemecahan masalah olehmasyarakat
Terciptanya tatanan masyarakat mandiri dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki.
67
perubahan perilaku baik pengetahuan keterampilan dan sikap menjadi
penting untuk menentukan proses (metodologi) dan hasil dari suatu
pembelajaran. Peran mediator dilakukan ketika terjadi ketegangan dan
konflik antar kelompok yang berlawanan. Peran mediasi akan dilakukan
oleh fasilitator untuk menjembatani perbedaan dan mengoptimalisasikan
berbagai sumber daya yang mendukung terciptanya perdamaian.
Fasilitator sebagai penggerak lebih berperan sebagai pihak yang
memberikan dorongan atau motivasi kerja kepada kelompok untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
68
menentukan sendiri kebutuhan dan memecahkan masalah yang
dihadapinya . Masyarakat diposisikan sebagai subjek sekaligus objek
dari proses penyelesaian masalah. Fasilitator berperan memberikan
kesempatan yang luas agar masyarakat secara mandiri menentukan
keputusan. Hindari dominasi fasilitator dalam mengambil solusi,
melainkan sebagai penyeimbang dan pengarah saja, agar solusi yang
diambul efektif. Apabila dalam implementasi program terjadi berbagai
masalah, sebaiknya fasilitator selalu melibatkan masyarakat melalui
musyawarah serta koordinasi dengan pihak terkait. Posisikan diri
sebagai pihak yang mempermudah masyarakat menemukan sendiri
jawabanya.
69
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, fasilitasi dilakukan untuk
membantu individu, kelompok atau organisasi agar menggunakan daya
nalar dalam mencapai tujuan. Fasilitasi merupakan suatu proses
membangun masyarakat kritis dan rasional atau dengan menggunakan
tesis Paulo Freire bahwa pemberdayaan adalah strategi pembebasan
dari keterbelengguan. Masyarakat memahami berbagai fenomena
hidup dengan mengajak masyarkat untuk “berfikir”: menggunakan daya
nalar dan kreativitas untuk memecahkan masalah dan menyusun
perencanaan ke depan. Mengajak masyarakat berfikir tentang potensi,
kebutuhan dan masalah yang dihadapinya merupakan agenda penting
dalam kegiatan fasilitasi. Ajaklah masyarakat untuk melakukan
pemetaan konsep, situasi dan kondisi secara kritis menggunakan
informasi dan sumber lain kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan
atau kegiatan nyata.
Memberikan kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu kunci keberhasilan fasilitasi dan
menjadi indikator penting dalam proses pemberdayaan. Sebuah
tatanan masyarakat madani (civil society) dibangun diatas pilar
transparansi, dimana masyarakat dengan mudah mengakses dan
memutuskan berbagai kebijakan menyangkut nasib hidupnya.
Tranparansi pelaku pembangunan dan distribusi kewenangan antar
pemerintah, legislatif, dan grassroot harus jelas dan terbuka.
70
pertumbuhan dan rasa percaya diri bahwa masyarakat mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
71
masyarakat sendiri akan lebih optimal dan memiliki nilai strategis dalam
proses pemberdayaan.
72
2) Teknik Mendengarkan
Dalam kaitannya dengan proses fasilitasi seorang fasilitator pun harus
menguasai keterampilan mendengarkan yang tajam.
Berikut ini adalah beberapa macam teknik mendengarkan yang sebaiknya
dikuasai fasilitator.
Membahasakan kembali (menanggapi jawaban yang berbelit dan
membingungkan untuk menenangkan peserta bahwa apa yang
disampaikan dipahami yanglain).
Menarik keluar gagasan yang belum dikatakan karena masyarakat
megalami kesulitan untukmengatakannya.
Memantulkan, menyadarkan bahwa fasilitator tidak memihak dan
memahami jawabannya. Cocok untuk memfasilitasi curahpendapat.
Mengumpulkan gagasan, teknik untuk mendapatkan gagasan secara
cepat dan bukan untuk mendiskusikannya.
Mengurutkan, teknik untuk mengurutkan antrian bicara.
Mengembalikan ke jalurnya, bila diskusi melebar.
Menguatkan, mengajak orang untuk terlibat dalam diskusi tanpa
merasatertekan.
Menyeimbangkan, menunjukan bahwa dalam diskusi orang boleh
mengatakan apapaun tanpa rasa takut untuk pendapatnya tidak
diterima.
Membuka ruang untuk peserta yang tidak aktif/tidak terlibat.
Diam sejenak, berhenti berbicara beberapa detik.
Menemukan kesamaan beberapa pemikiran dasar.
Teknik Mendampingi
Bentuk kegiatan pendampingan, antara lain:
Bersilaturrahim : dengan tokoh kunci ( Tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh pemuda, pimpinan adat dan orang-orang yang memiliki
pengaruh dimasyarakat).
Menumbuhkan rasa saling percaya : menghindarkan rasa saling curiga.
Belajar bersama dalam suasana kehidupan nyata: ditujukan agar
dapat mengamati, mendalami serta dapat menangkap nuangsa dan
kepekaan dalam kehidupan rumah tangga danmasyarakat.
73
Membangun simpati, empati dan kerjasama : bergaul/bersilaturrahim
dengan masyarakat, ngobrol dan berdiskusi tentang penghidupan,
keinginan/cita-cita dan harapan.
Menciptakan dan menjaga hubungan yang baik; bergaul dimasyarakat
Menghadiri pertemuan-pertemuan kampung : seperti pengajian,
pernikahan,khitanan,kedukaan, serta event-event tertentu di masyarakat.
Belajar bersama masyarakat, membangun kelembagaan : seperti
membentuk aturan main/ kesepakataan bersama. Ditujukan untuk
mengembangkan kerjasama menciptakan ketertiban, membantu
menyelesaikan persoalan/masalah secara bersama., wahana mengawasi
dan mengendalikan berbagai kegiatan.
74
Pada pembelajaran ini, bisa digambarkan contoh studi kasus untuk
simulasi/bermain peran (role play), sebagai berikut :
Amati dan cermati serta rumuskan langkah-langkah fasilitasi dalam pengembangan kawasan
wisata pada video tersebut.
75
TEKNIK ADVOKASI DAN MEDIASI
a. Pengertian
Advokasi adalah usaha sistematik dan terorganisir, untuk suatu
perubahan secara bertahap-maju. Advokasi memang bukan revolusi,
bahkan advokasi adalah suatu usaha perubahan sosial melalui media
1
perjuangan dengan menggunakan sistem yang ada . Secara umum,
tujuan advokasi yaitu untuk menyelesaikan sengketa antar orang
maupun antar kelompok. Sehingga kegiatan advokasi sangat berkaitan
dengan hukum. Advokasi ini bisa muncul di berbagai tingkatan mulai dari
lokal, nasional hingga internasional yang tentunya dengan beragam isu
yang berkaitan dengan advokasi juga bertujuan penting untuk
memperjuangkan solusi dari masalah yang sedang terjadi. Kesadaran
masyarakat mengenai advokasi dan serangkaian hukum di dalamnya
bisa membantu mengatasi masalah serius yang ada di lingkungan
masyarakat.
77
2) Pemetaan Sasaran Advokasi
Sasaran advokasi melalui peraturan desa yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa khususnya para pengambil keputusan
dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, mitra di
kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media masa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya
berpotensi mendukung tetapi juga bisa menentang atau
berlawanan/merugikan upaya pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa.
Merancang Strategi Advokasi
Aspek-aspek Strategi Advokasi
Menentukan target yang jelas; Dalam hal ini menentukan peraturan
desa apa yang akan disusun atau yang akan diubah.
Menentukan prioritas; Hal ini penting mengingat tidak semua peraturan
bisa diubah atau disusun dalam waktu yangcepat.
Realistis; Artinya bahwa kita tidak mungkin dapat mengubah seluruh
peraturan. Olehnya itu harus ditentukan pada sisi-sisi yang mana
peraturan itu harus dirubah. Misalnya pada substansinya, pada
pelaksanaanya atau hanya pada pengawasannya.
Batas dan alokasi waktu yang jelas akan menuntun kita dalam
melakukan tahap-tahap kegiatan advokasi, kapan dimulai dan kapan
akan selesai.
Dukungan logistik, dukungan sumber daya manusia dan dana sangat
dibutuhkan dalam melakukan kegiatan advokasi.
Analisis ancaman dan peluang.
Kendala-kendala dalam Melakukan Advokasi
Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya masyarakat atau kelompok
masyarakat untuk memainkan peran advokasi akan menghadapi empat
kendala pokok, sebagai berikut:
Konflik nilai antara etika danestetika.
Konflik antara etika danekonomi.
Kondisi masyarakat sipil yang tidak terintegrasi secara baik.
Kondisi demokrasi dalam kehidupan ketatatanegaraan kita yang belum
mapan.
78
3) Bentuk-bentuk Kegiatan dalam rangka Strategi Advokasi
Bentuk-bentuk kegiatan yang merupakan bagian dari strategi
advokasi
diantaranya : lobi, negoisasi, mediasi, tawar menawar, kolaborasi
dan sebagainya. Upaya advokasi muncul ketika masyarakat menjadi
objek dari sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak mau
menerima atau merasa keberatan dengana danya kebijakan tersebut.
Alasannya sangat beragam, misalnya merasa kepentingan atau
kebutuhannya tidak terakomodir dalam kebijakan tersebut.
Perubahan kebijakan yang diinginkan masyarakat secara aplikatif dapat
berupa :
Usulan agar kebijakan yang telah dibuat dicabut ataudihentikan.
Usulan agar kebijakan yang telah dibuat diganti dengan kebijakan yang
sudah direvisi.
Mengusulkan hal-hal yang perlu dirubah dalam kebijakantersebut
Mengusulkan konsep tandingan untuk kebijakan yang telah dibuat
tersebut.
Dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan teknik advokasi di
masyarakat, dimungkinkan dilakukan simulasidiskusi kasus yang nyata dalam
kehidupan dimasyarakat desa. Misalnya :
79
MAUMERE, ARAHDESA.COM - Desa Hebing Kecamatan Mapitara merupakan desa pertama di
Kabupaten Sikka yang berhasil merumuskan Peraturan Desa (Perdes) Mata Air.
Upaya ini merupakan lanjutan dari Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dilakukan oleh kader
Wahana Tani Mandiri (WTM) atas potensi mata air di sumber mata air Egon Ilimedo.
Demikian disampaikan Koordinator Program WTM, Herry Naif beberapa waktu lalu.
Menurut Herry, perdes mata air yang dirumuskan di Desa Hebing sangat penting demi menjaga
keberlangsungan sumber mata air di Gunung Egon.
“Perdes mata air ini untuk mengakomodir usaha penyelamatan ekologi di Gunung Egon. Selama ini
mata air di sana menjadi sumber yang menghidupkan masyarakat 4 desa di kecamatan Mapitara.
Karena itu, perumusan perdes mata air sifatnya penting bahkan mendesak,” papar Herry.
Dijelaskan Herry, proses perumusan perdes mata air tersebut melibatkan beberapa unsur terkait
diantaranya aparatur Desa Hebing, tenaga pendidik, kader WTM dan Konsultan hukum.
“Awalnya kami mereview dan mengidentifikasi masalah ekologi yang terjadi seperti longsor,
kebakaran hutan, banjir, gagal panen, penurunan debit air. Dari masalah itu, kami mulai rumuskan
perdes tersebut,” terang Herry.
Sementara itu, Konsultan Hukum, Yohanes S. Kleden mengungkapkan proses perumusan perdes
mata air dilakukan dengan metode advokasi artinya tim perumus diberi ruang untuk menemukan
sendiri masalah yang ada di tengah masyarakat. Dari permasalahan yang ada, lanjutnya, tim
perumus akan diarahkan untuk menemukan solusinya.
Lebih dari itu, Sun, sapaan Yohanes Kleden, menjelaskan metode lain yang digunakan dalam
perumusan perdes tersebut adalah metode analisis ROCCIPI.
Dijelaskan Sun, ROCCIPI adalah singkatan dari beberapa kata yakni R: Role (aturan), O: Opportunity
(peluang), C: Capacity (kapasitas), C: Communication (komunikasi), I: Interest (kepentingan), P:
Process (proses), dan I: Ideology (sikap atau nilai).
Menurutnya dengan menggunakan metode ansalisis ini, tim perumus dapat saling belajar sehingga
memudahkan mereka untuk menyusun perdes-perdes lainnya di waktu mendatang.
“Sejatinya proses perumusan perdes yang kami buat adalah bagaimana menemukan masalah dan
mencari solusi secara bersama. Dengan metode ini saya yakin perangkat desa dilatih untuk
menyusun perdes yang lain di kemudian hari,” ujar salah satu staf Lembaga Bantuan Hukum ini.
Lebih dari itu, Sun mengakui pentingnya kehadiran perdes mata air karena geografis wilayah desa
Hebing yang berada dalam kawasan hutan lindung sehingga dasar hukum untuk menerapkan
aturan harus jelas.
“Sekarang desa sudah otonom untuk menerapkan aturan mel alui perdes. Yang menjadi kendala
adalah soal kompetensi dan kemauan perangkat desa untuk memanfaatkan ruang yang sudah
tersebut. Karena itu, kami hadir untuk damping mereka. Nanti hasilya akan dikonsultasikan ke
bagian pemdes dan bagian hukum setda Sikka untuk disahkan,” tukas Sun.
Kepala Desa Hebing, Polikarpus Gege mengatakan dirinya dan masyarakat desa Hebing terbantu
dengan adanya perdes mata air tersebut. Menurutnya perdes mata air sudah menjadi legitimasi
jelas untuk menerapkan aturan tentang perlindungan atas mata air yang ada di Desa Hebing.
“Di sini ada 12 mata air, yang 8 stabil tapi yang 4 sudah mulai turun debit airnya. Kalau sudah ada
perdes mata air maka kami pemdes bisa tegakan aturan supaya mata air yang ada terus terjaga. Ini
kan untuk kebutuhan masyarakat. Jadi sekarang kami sudah tidak takut atau segan untuk larang
orang tebang hutan atau buat kegiatan yang bisa buat mata air kering,” tegas Polikarpus Gege
sebagaimana dilansir dari laman seputararah-ntt.com. Editor: Farida Denura
Sumber:
http://www.arahdesa.com/wartadesa/read/8/desa_hebing_di_kecamatan_mapitara__desa_pertama_di
_sikka_yang_rumuskan_perdes_mata_air
80
Desa Cenrana di Kabupaten Maros, wilayahnya merupakan dataran tinggi yang,
sangat baik untuk lahan pertanian dan perkebunan. Sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah petani palawija dan sayur mayur. Di dukung
oleh akses transportasi jalan yang telah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten,
sehingga memudahkan masyarakat dalam hal pemasaran hasil pertanian dan
perkebunan, sehingga kesejahteraan masyarakat mulai menngkat. Belakangan
ini, masyarakat mengembangkn usaha di bidang lain, yaitu peternakan sapi.
Melihat prospek pasar yang bagus karena akses transportasi dan jarak ke kota
kabupaten yang sangat mendukung.
Permasalahan yang timbul adalah, hewan ternak masyarakat dipelihara
tidak sesuai dengan sistem berternak yang seharusnya, yaitu” menggunakan
kandang”. Hewan ternak dibiarkan berkeliaran, sehingga memasuki area
perkebunan masyarakat lainnya. Bahkan sering hewan tersebut berkeliaran di
jalan raya, sehingga mengganggu pengguna jalan lainnya.
Pemerintah Desa membuat Peraturan Desa, tentang Penertiban Hewan
Ternak. Namun Perdes ini di protes oleh sebagian besar masyarakat, khususnya
pemilik hewan ternak yang sering berkeliaran tersebut. Disisi lain Peraturan ini
sangat perlu dan dibutuhkan oleh masyarakat lainnya.
Sebagai seorang fasilitator, Hal yang harus dilakukan adalah :
“ Mengadvokasi kebijakan pemerintah desa tentang Peraturan Desa yang
mengatur penertiban hewan ternak di wilayah Desa Cenrana”
Mediasi
Mediasi merupakan proses negosiasi penyelesaian masalah dimana
suatu pihak luar, tidak berpihak, netral tidak bekerja bersama para pihak
yang bersengketa untuk membantu mereka guna mencapai suatu
kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan. Tujuan tersebut tidak lain
adalah agar para pihak mampu menghentikan luapan emosi yang
ditimbulkan oleh suatu sengketa yang mungkin dapat berlanjut menjadi
satu hal yang berdampak negatif bagi kehidupan mereka di masa yang
akan datang, seperti halnya jika mereka menyerahkan penyelesaian
penyelesaian sengketa mereka pada jalurlitigasi.
Seorang mediator tidak hanya sekedar membantu para pihak untuk
menyelesaian sengketa mereka tetapi lebih dari itu dengan
mengidentifikasi kepentingan- kepentingan para pihak dengan berorientasi
pada masa yang akan datang seorang mediator dapat saling bertukar
pikiran yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang pada akhirnya
membuat mereka merasa bahwa mereka telah menemukan standard
keadilan personal.
81
Contoh kasus
82
MERENCANAKAN PERUBAHAN MASYARAKAT
Komunikator, fasilitator atau pendamping pemberdayaan masyarakat yang
salah satu bidang tugasnya adalah yang akan merencanakan perubahan
masyarakat, maka sebaiknya memperhatikan beberapa hal penting seperti
mengetahui terlebih dahulu kondisi dan budaya masyarakat. Pendamping,
komunikator atau fasilitator perlu melakukan identifikasi tentang kepentingan
dan kebutuhan masyarakat, melakukan penilaian terhadap realitas sosial
dimasyarakat dan lingkungannya secara cepat, serta mampu melakukan
analisis untuk menemukan solusi untuk perbaikan kualitas kehidupan
masyarakat.
Mengenali siapa dan bagaimana kondisi budaya serta realitas sosial masyarakat dan
lingkungannya, akan memudahkan dalam melakukan perencanaan perubahan kehidupan
masyarakat, sebagaimana tugas dan tanggungjawab sebagai komunikator dan fasilitator
pendampingan pemberdayaan masyarakat di desa.
84
diri mereka sendiri
Seperti apa karakter dan karakteristik masyarakat, khususnya dalam
menyikapi intervensi sosial
85
jalan. Kesadaran diri adalah tentang mengetahui dan mengendalikan emosi.
Ini adalah tentang pemahaman pola berpikir dan mengetahui pola pikir yang
digunakan dalam peristiwa-peristiwa tertentu.
Kebutuhan adalah semua barang ataupun jasa yang dibutuhkan
manusia demi menunjang segala aktivitas dalam kehidupan sehari-sehari
manusia tersebut.
86
Adanya perasaan takut gagal dan Kurang motivasi diri dantertutup
Hambatan eksternal adalah berasal dari lingkungan baik lingkungan
keluarga maupun lingkungan sosial dimana kita berada. Hambatan
yang berasal dari lingkungan kerja misalnya:
Tidak mendapatkan kesempatan
Kualitas makanan yang dikonsumsi
Atasan yang tidak memberikan kesempatan untuk pemberdayaan dirinya
Teman maupun staf yang tidak mendukung
Tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan lain sebagainya.
MENGEMBANGKAN SISTEM KONTROL SOSIAL
Mengembangkan sistem kontrol sosial adalah salah satu fungsi dari
komunikator dan fasilitator pendampingan pemberdayaan masyarakat,
untuk maksud tersebut, maka sebaiknya memperhatikan beberapa hal
penting seperti mengetahui dan memahami terlebih dahulu kondisi dan
budaya masyarakat, realitas sosial di masyarakat, norma dan nilai tradisi
kearifan lokal. Komunikator atau fasilitaor selain melakukan identifikasi
tentang norma dan nilai tradisi kearifan lokal juga harus memiliki
keterampilan untuk merumuskan sistem kontrol sosial melakukan supervisi
terhadap kontrol sosial dalam rangka pengembangan sistem kontrol sosial
Mengenali siapa dan bagaimana kondisi budaya serta realitas sosial masyarakat dan
lingkungannya, serta memahami teknik dan cara serta langkah-langkah yang sesuai, akan
memudahkan dalam melakukan pengembangan sistem kontrol sosial di masyarakat, sebagaimana
tugas dan tanggungjawab sebagai komunikator dan fasilitator pemberdayaan masyarakat
dimasyarakat.
87
4) Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh
kedua belah pihak.
Dengan kata lain, jika semua individu maupun masyarakat berprilaku
sesuai dengan norma di masyarakat berarti kontrol sosial sudah
dilaksanakan secara efektif.
Sifat-sifat kontrol sosial dapat dibedakan seperti berikut :
Preventif : Kontrol sosial bersifat preventif adalah pengendalian
sosial yang dilakukan sebelum terjadi penyimpangan terhadap norma
sosial yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain tindakan
preventif merupakan tindakan pencegahan.
Contoh :
1). Seorang ibu melarang anak lelakinya merokok karena merokok
dapat merusak kesehatan
2). Polisi menegur pemakai jalan raya yang melanggar rambu-rambu
lalu lintas.
Kuratif : Kontrol sosial bersifat kuratif yang artinya adalah
pengendalian yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial.
Contoh:
Seorang guru menegur dan menasehati siswanya karena ketahuan
menyontek pada saat ulangan.
Represif : Kontrol sosial bersifat represif adalah pengendalian sosial
yang bertujuan mengembalikan keserasian yang pernah terganggu
karena terjadinya suatu pelanggaran. Pengendalian ini dilakukan
setelah seseorang melakukan penyimpangan.
Contoh :
Seorang guru memberikan tambahan pekerjaan rumah dua kali lipat
saat mengetahui siswanya tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang
ditugaskan kepadanya.
88
Menciptakan dan menegakkan sistem hukum
89
d) Merumuskan Sistem Kontrol Sosial
Langkah selanjutnya adalah merumuskan sistem kontrol sosial
dengan melihat dan mengamati serta meneliti dengan cara
mengidentifikasi perilaku sosial masyarakat baik itu yang membangun
ataupun yang merugikan bagi para anggota di dalamnya. Cara ini
dilakukan agar mempermudah didalam merumuskan sistem kontrol
sosial seperti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Langkah
awal didalam merumuskan sistem kontrol sosial adalah perlunya kita
mengetahui perilaku sosial yang merugikan masyarakat, seperti
membuang sampah rumah tangga ke dalam sungai dan sebagainya.
90
dengan bentuk kontrol internal seperti norma dan nilai- nilai budaya,
dalam ilmu sosial menganggap sanksi sebagai bentuk kontroleksternal.
Untuk itu, penerapan sanksi secara adil perlu dirumuskan dan
disepakati oleh seluruh anggota masyarakat seperti sanksi apa yang
harus diberikan jika ada anggota masyarakat yang melakukan
penyimpangan, lalu kriteria anggota masyarakat yang pantas menerima
sanksi positif (reward) ataupun sanksi negatif (punishment) dan
bagaimana serta seperti apa penerapan sanksi secara adil itu diterapkan
dimasyarakat.
2) Memperbaiki (improvement)
Tahap evaluasi memungkinkan kita mengetahui hal-hal apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan di kegiatan masa lalu. Melalui hal
ini, kita dapat melakukan perbaikan yang bertujuan untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik ke depannya.
91
Tahap memperbaiki dalam pelaksanaan sistem kontrol sosial
mencakup :
xBersama-sama mencari cara untuk mengatasi kekurangan-
kekurangan atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sistem
kontrol sosial dimasyarakat
Bersama-sama mencari jalan mempertahankan yang sudah baik,
bahkan meningkatkan dan mengembangkannya agar lebih baik lagi.
Membimbing (assistance)
Pihak-pihak yang berwenang di dalam pelaksanaan sistem kontrol
sosial memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan dan bimbingan
dan penyuluhan kepada masyarakat. Berdasarkan jenis kegiatan ini,
pihak-pihak yang berwenang (termasuk Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa) bertugas untuk :
Menyediakan waktu dan tenaganya untuk membantu
mengadakan perbaikan- perbaikan di dalam pelaksanaan sistem
kontrolsocial
Mengikhtiarkan sumber-sumber, baik sumber-sumber material
maupun personil demi kelncaran pelaksanaan sistem kontrol
sosial menuju kea rahperbaikan
Memberi bimbingan dan penyuluhan (ke arah perbaikan kondisi
sosialmasyarakat.
Bekerja sama (cooperation)
Proses mengembangkan sistem kontrol sosial tidak bisa dilakukan
hanya oleh satu pihak. Untuk itu diperlukan kerjasama antara seluruh
elemen dan unsur masyarakat sehingga pengembangan dari hasil
pelaksanaan sistem kontrol sosial dapat berjalan dengan baik
seshingga tatanan kehidupan bermasyarakat kearah kemandirian
dapat terwujud.
92
POKOK BAHASAN 4
1. KELEMBAGAAN DESA
Lembaga atau institusi adalah wadah untuk mengemban tugas dan fungsi tertentu
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu keberadaan lembaga desa
merupakan wadah untuk mengemban tugas dan fungsi Pemerintahan Desa. Tujuan
penyelenggaraan pemerintah Desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga tugas pemerintah desa adalah memberikan pelayanan (Service)
dan pemberdayaan (empowerment), serta pembangunan (development) yang
seluruhnya ditujukan bagi kepentingan masyarakat.
Istilah lembaga identik dengan organisasi dimana dalam suatu organisasi terdapat
struktur organisasi yang jelas. Di dalam kehidupan organisasi senantiasa terjadi
hubungan kerja antar unit-unit kerja dalam organisasi itu. Bahkan terjadi pula
hubungan kerja dengan organisasi-organisasi lainnya.
Kelembagaan Desa pada dasarnya adalah forum warga. Ada banyak jenis Forum
Warga di desa. Forum Warga adalah forum di level desa yang menjadi wadah warga
desa membicarakan kepentingan dan masalah-masalah di level desa. Ada dua jenis
Forum Warga di desa, yaitu yang dilembagakan dan yang tidak dilembagakan. Forum
Warga yang dilembagakan, misalnya RT, RW, Karang Taruna, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Posyandu. Forum yang tidak dilembagakan
memang tidak dibuat secara khusus tetapi dapat menjadi wadah bagi warga untuk
bertemu dan berdiskusi. Dalam mendorong terpenuhinya hak-hak warga, Forum
Warga dapat menjadi wadah kekuatan warga untuk mengembangkan demokrasi
dalam rangka mewujudkan hak-hak warga dan tercapainya kesejahteraan desa.
93
Sebelum lebih jauh membahas tentang Forum Warga, mari kita identifikasi dahulu
lembaga apa saja yang ada di desa. Di dalam Undang-Undang Desa diatur tentang
kelembagaan desa/desa adat, yang terdiri atas Pemerintah Desa/Desa Adat dan
Badan Permusyawaratan Desa/Desa Adat, Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan
Lembaga Adat.
a. Pemerintah Desa
94
Unsur kewilayahan (para Kepala Dusun)
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja (SOT) Pemerintahan Desa yang telah diterbitkan sebagai
tindak lanjut dari undang-undang desa. Susunan tata kerja pemerintahan desa sesuai
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015, antara lain:
1) Kepala Desa
95
Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karangtaruna.
Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya
Sekretaris Desa
Sekretaris desa dipimpin oleh seorang sekretaris desa dan dibantu oleh
staf sekretaris. Sekretaris desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan, yaitu
urusan tata usaha dan umum, urusan keuangan, urusan perencanaan, dan
paling sedikit 2 (dua) urusan, yaitu urusan umum dan perencanaan serta
urusan keuangan. Masing-masing urusan dipimpin oleh kepala urusan (Kaur).
Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat dan kepala urusan
bertugas membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi
pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Selanjutnya, untuk
melaksanakan tugas kepala urusan mempunyai fungsi sebagai berikut:
Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi
surat menyurat, arsip, danekspedisi.
Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat
desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan
umum.
Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi
keuangan, administrasi sumbersumber pendapatan dan pengeluaran,
verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala
Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desalainnya.
Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta
penyusunanlaporan
3) Kepala urusan
96
Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti melaksanakan
urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip,
dan ekspedisi, dan penataan administrasi perangkat desa, penyediaan
prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian
aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayananumum.
Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan
keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-
sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan,
dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan
lembaga pemerintahan desalainnya.
Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan
perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja
desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan
monitoring dan evaluasi program, serta penyusunanlaporan.
4) Pelaksana Teknis
97
5) Pelaksana Kewilayahan
98
Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
Melakukan pengawasan kinerja kepala
99
untuk mendaftarkan diri sebagai anggota yang akan menjadi bagian dari lembaga
kemasyarakatan desa yang akandidirikan.
Diantara misi besar UU Desa adalah penguatan organisasi dan institusi desa
termasuk lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat desa. Lembaga Adat
desa adalah Lembaga Kemasyarakatan desa baik yang sengaja dibentuk maupun
yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat
atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak
atas harta kekayaan di dalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang
untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan
yang berkaitan dengan adat istiadat dan hukum adat yang berlaku.
LAD bertugas membantu Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat sebagai wujud
pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat Desa. Dalam melaksanakan tugas,
LAD berfungsi:
Melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat hukum adat
termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan unsur kekerabatanlainnya.
Melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta dan/atau
kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan warga, kelestarian
lingkungan hidup dan mengatasi kemiskinan didesa.
Mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan keputusan dalam
musyawarah desa.
Mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa pemilikan
waris, tanah dan konflik dalam interaksimanusia.
Pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian, ketentraman dan
ketertiban masyarakatdesa.
Mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan, pendidikan masyarakat,
seni dan budaya, lingkungan, danlainnya.
100
Mengembangkan kerja sama dengan LADlainnya.
Rujukan belajar:
Peran dan fungsi LKD dan LAD secara umum yaitu membantu Pemerintah
Desa dan sebagai mitra dalam memberdayakan masyarakat desa, tugas lembaga
kemasyarakatan meliputi menyusun rencana pembangunan secara partisipatif.
Adapun hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa
berdasarkan Permendagri 18 Tahun 2018 sebagai berikut:
Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Pemerintah Desa bersifatkemitraan.
Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Badan Permusyawaratan Desa bersifat
konsultatif.
Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di
Desa bersifat koordinatif.
Ciri pemerintahan demokratis adalah adanya partisipasi warga. Secara
sederhana partisipasi dapat diartikan sebagai peran serta warga/masyarakat dalam
menentukan kebijakan yang mempengaruhi kehidupannya. Kenapa warga harus
berperan serta? Sebab dalam negara demokrasi warga adalah pemegang
kedaulatan tertinggi. Berdasarkan sifatnya,ada dua polaperan serta masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan, yaitu: (a) yang bersifat konsultatif dan (b)
yang bersifat kemitraan.
Dalam peran serta masyarakat dengan pola konsultatif antara pihak pejabat
pemerintah dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan, anggota
masyarakat memiliki hak untuk didengar pendapatnya dan diberitahu. Namun
keputusan terakhir tetap berada di tangan pejabat pembuat keputusan. Sementara
pada peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pejabat pemerintah sebagai
pembuat keputusan dan anggota masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar
kedudukannya.
Mereka bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah, dan membahas keputusan. Masih banyak yang memandang peran serta
masyarakat semata-mata sebagai penyampaian informasi, penyuluhan, dan bahkan
sekadar alat untuk “mengambil hati” warga oleh pihak pengambil keputusan. Padahal
partisipasi yang bebas, aktif dan bermakna bisa mempengaruhi hasil akhir
101
dari suatu proses pengambilan keputusan. Partisipasi bukan sekadar terlibat
namun partisipasi memiliki tujuan, yakni mempengaruhi kebijakan publik.
LMD (Lembaga Mediasi Desa) merupakan lembaga desa yang bekerja sama
dengan lembaga bantuan hukum yang ada di Desa Panggungharjo yaitu LBH
(Lembaga Bantuan Hukum) BUMI ADIL. Lembaga Mediasi Desa dibentuk pada tahun
2014 oleh Pemerintah Desa Panggungharjo, dengan tujuan untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang tertib aman dan damai sekaligus dalam rangka
melakukan pembinaan kepada masyarakat.
102
Gambar 30. Alur pelayanan Lembaga Mediasi Desa Panggungharjo
2. KERJASAMA DIDESA
Pengertian Kerjasama
103
Jangka waktu kerjasama tim yang dibentuk kedua pihak dibatasi oleh waktu
dengan maksud ada kesepakatan kedua belah pihak kapan kerjasama tesebut
berakhir setelah tujuan yang dikehendakitercapai.
Latar Belakang Terbentuknya Kerjasama
104
Pemerintah yang berfungsi untuk memberikan penguatan kelembagaan
sosial ekonomi kepada desa dan jaminan keamanan dan legal kepada
pengusaha/swasta.
Membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kerjasama mempunyai arah
sebagai berikut:
Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar,
seperti pangan, energi, kesehatan, pendidikan, air bersih,dsb.
Untuk membangun dan menumbuhkan semangat kolektivitas,
kegotongroyongan dan kepercayaan dari kelompok-kelompok sosial di
masyarakatdesa.
Desa mempunyai perencanaan pembangunan desa dan strategi
pemberdayaan masyarakat desa yang mencakup: potensi, rencana
strategis, perencanaan ruang, perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan
dan strategi aksi yang menjadi dasar dalam mengembangkan kerjasama
antar desa maupun dengan pihakketiga.
Agar desa mempunyai badan kerjasama antar desa yang dihasilkan melalui
musyawarahdesa.
Agar berkembang aktivitas ekonomi berbasis pedesaan yang mampu
bersaing dalam pasar lokal, regional dan global serta dapat diandalkan
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secaraberkelanjutan
Adapun prinsip-prinsip dalam membangun jaringan sosial dan kerjasama,
sebagai berikut:
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa harus meyakini, mengakui dan
menghargai bahwa setiap individu/lembaga memiliki potensi yang
merupakan modal dasar dalam merealisasikan visi pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakatdesa.
Modal dasar tersebut perlu dikembangkan dan ditingkatkan mutunya, serta
dipadukan lewat proses dialog dan musyawarah dalam wadah jaringan.
Musyawarah dan dialog adalah roh dari pendampingandesa.
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa meyakini potensi jaringan sosial
yang peduli terhadap masalah pedesaan, memiliki fungsi penting dan
strategis, sehingga selalu menjadi pusat perhatian pendampingdesa.
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa harus senangtiasa menciptakan
peluang dengan mengembangkan sistem dan mekanisme agar potensi
jaringan sosial yang terbentuk senangtiasa terlibat dalam proses
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakatdesa.
105
Gambar 31. Kerja sama
106
FaktorPenghambat
Sikap tertutup danantipati
Perbedaan unsur-unsurkebudayaan
Kehidupan yang terisolasi dari kelompoklain
Kurangnya pengetahuan yangdimiliki
Sikap hidup egoisme danindividualistik
Pertentangan, konflik, ketegangan senantiasa terjadi dalam proses membangun
kerjasama, biasanya hal tersebut disebabkan beberapa faktor sebagaiberikut:
Perbedaan karakter atau kepribadian antarindividu/kelompok
Perbedaan kepentingan atautujuan
Perbedaankebudayaan
Perubahan yang terjadi akibat perkembangan zaman dan kemajuaniptek
Dalam membangun kerjasama antar pemangku kepentingan di desa untuk
mencapai tujuan kolektif masyarakat desa dengan pemerintahan tentunya memiliki
dinamika dalam proses membangun ditingkat imnternal desa. Kondisifitas di internal
Desa tentunya berpengaruh untuk membangun kerjasama ditingkat antar desa.
d. Badan KerjasamaAntar-Desa
Badan Kerjasama Antar-Desa (BKAD) adalah badan yang dibentuk atas dasar
kesepakatan antar-Desa untuk membantu kepala Desa dalam melaksanakan kerja
sama antar-Desa. BKAD dibentuk sesuai dengan kebutuhan Desa melalui
mekanisme Musyawarah antar-Desa(MAD).
107
Matriks: Tahapan Fasilitasi Pembentukan dan Penataan Badan Kerjasama
Antar Desa
Sosialisi dalam Forum Musyawarah Antar Desa, yang dibahas dalam forum
sosialisasi ini, antaralain:
Sosialisasi perlunya melakukankerjasama
Identifikasi kelengkapan dokumen pembentukan orgnisasi Kerjasama Antar
Desa dan pembentukan BKAD adan Kerjasama Antar Desa dan dokumen
aturan dasar organisasi antardesa
Menyepakati kesepakatan untuk melakukan review proses dan penataan legalitas
dan dokumen administrasi Kerjasama Antar Desa melalui Pembentukan Badan
Kerjasama Antar Desa dan unit-unit kerja Badan Kerjasama AntarDesa
Menyusun RKTL tahapan penataan kelembagaan BKAD dan menyepakati
jadwal Musyawarah Desa untuk menjelaskan rencana dilakukannya kerjasama
antardesa.
Musyawarah Desa Persetujuan Kerjasama Antar Desa yang dibahas dalam forum
ini antaralain:
Sosialisasi tujuan, manfaat dan mekanisme pelaksanaan Kerjasama AntarDesa
Pandangan umum peserta musyawarah terhadap rencana kerjasama antardesa
Pernyataan persetujuan peserta musyawarah untuk melakukan kerjasama
antardesa
Menetapkan bidang-bidang kegiatan apa saja yang akan menjadi kegiatan
Kerjasama Antar Desa, serta sumberdaya apa saja yang akan dikerjasamakan
pengelolaannya melalui Kerjasama AntarDesa
Penetapan Calon pengurus Badan Kerjasama Antar Desa(BKAD).
Penyusunan Rancangan Permkades bersama tim tentang kerjasama antar desa
untuk disahkan dalam musyawarah desa dengan badan permusyawaratandesa.
Penetapan Permakades tentang Kerjasama Antar Desa dilakukan oleh kepala
desa setelah diterbitkan persetujuan olehBPD.
Setelah Permakades ditetapkan maka Kades menetapkan dan mengangkatkan
pengurus BKAD melalui surat keputusan kepaladesa.
Penyiapan Dokumen antar Desa dan dokumen ini disiapan oleh tim kecil yang
merupakan perwakilan dari BKAD yang dibantu oleh pendamping desa. Dokumen
yang disiapkan terdiridari:
Rancangan Permakades untuk melakukan Kerjasama AntarDesa.
Rancangan Permakades Tentang Badan Kerjasama AntarDesa
Rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah TanggaBKAD
Rancangan SOP kerjaBKAD.
108
Perumusan Rencana Strategis Kegiatan BKAD. Rencana strategis Badan
Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah sebuah dokumen tertulis yang memuat arah
kebijakan pelaksanaan kerjasama antar desa melalui BKAD selama masa
kepengurusan. Rencana strategis BKAD setidaknya memuat tiga hal pentingyaitu:
Arah Organisasi (Visi dan Misi), program jangka panjang, dan program jangka
pendek atau lingkup kerjasama dengan pihak lain yang sesuai dengan Visi dan
MisiBKAD;
Manajemen organisasi dan sumberdaya manusia meliputi perencanaan dan
pengembangan unit pendukung organisasi, zzpenguatan kapasitas dan
mekanisme pengisian personil kelembagaan pendukungBKAD;
Manajemen keuangan, meliputi perencanaan keuangan, pengelolaan
keuangan, dan penggalangan sumber-sumber dana untuk membiayai
keberlangsungan lembagaBKAD.
Tugas BKAD
Fungsi PokokBKAD
109
Kepengurusan BKAD
Pengurus BKAD
110
JaringanKerjasama
Pertanggungjawaban
Perselisihan
Pembubaran
Penutup
6) Pembiayaan BKAD
Pengurus BKAD dapat diberikan biaya operasional yang besarnya
dicantumkan dalam Keputusan Bersama Kepala Desa. Biaya operasional BKAD
dicantumkan dalam Peraturan Desa tentang APBDes masing-masing desa.
MEMBANGUN JEJARING
Jaringan sosial adalah kumpulan individu atau kelompok yang terikat oleh
kepentingan dan/atau tujuan yang sama. Membangun jaringan sosial dan
mengembangkan kerjasama merupakan agenda penting dan strategis yang harus
dipahami dengan baik oleh para pendamping desa. Pehahaman yang baik terhadap
jaringan sosial yang terbangun di pedesaan selama ini akan sangat membantu proses-
proses pendampingan yang dilakukan di tingkat masyarakat desa. Mulai dari proses
perencanaan pembangunan sampai pada kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.
Salah satu hal mendasar yang harus dipahami dari hubungan sosial yang melahirkan
jaringan sosial karena setiap orang mempunyai akses yang berbeda terhadap sumber
daya yang bernilai seperti akses terhadap sumber daya alam, informasi atau kekuasaan.
Artinya bahwa dengan memahami jaringan sosial di pedesaan akan memudahkan
111
bagi pendamping desa dalam membangun jaringan sosial baru untuk kepentingan
implementasi UU Desa serta memudahkan untuk mengembangkan kerjasama.
Karenanya, salah satu tugas dan peran penting dari pendamping desa adalah
membantu desa dalam membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial serta
mengembangkan kerjasama, baik kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga
guna mewujudkan tujuan dari pembangunan desa, sebagaimana dinyatakan dalam
Desa, khususnya tujuan yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat melalui
kerjasama sebagai beriku:
112
1) Stakeholder Kunci (Tersier)
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara
legal dalam hal pengambilan kevputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud
adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder
kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten.
PemerintahKabupaten
DPRDKabupaten
Dinas yang membawahi langsung proyek yangbersangkutan
Setelah diketahui untuk membantu memetakan tokoh atau para pihak
tersebut, pertanyaan-pertanyaan dibawah ini diharapakan dapat membantu:
113
membangun jejaring kerja dan kemitraan pada dasarnya dapat dilakukan jika
pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Ada dua pihak atau lebihorganisasi
Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuanorganisasi
Ada kesepahaman ataukesepakatan
Saling percaya danmembutuhkan
Komitmen bersama untuk mencapai tujuan bersama yang lebihbesar
114
dengan pembentukan dan pemanfaatan jaringan sosial merupakan
strategi adaptasi yang paling efektif dan utama.
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Salah satu tujuan membangun jaringan kemitraan adalah membangun
kesadaran masyarakat pelaku utama dalam menumbuhkan minat dan
kepedulian dalam kegiatan pembangunan partisipatif desa.
Mensinergikan Program
Tujuan dalam membangun kemitraan adanya kesamaan visi misi tujuan
yang diinginkan akan bermuara pada upaya mensinergikan program/
kegiatan yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
115
Komunikasi
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling
menghargai satu sama lainnya. Komunikasi dialogis merupakan
pondasi dalam membangun kerjasama.
Komitmen yang Kuat
Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen
satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.
116
mendalam dan intensif dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak
kerjasama.
Penyusunan Rencana Kerja
Penyusunan rencana kerja sama dan harus melibatkan pihak-pihak
yang akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap
pihak dapatterwakili.
Membuat Kesepakatan
Para pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan
tanggung jawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan
dilakukan bersama yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman atau
Memorandum of Understanding (MoU).
Penandatanganan Kerjasama (MoU)
Nota Kesepakatan yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani
oleh pihak-pihak yangbermitra.
Pelaksanaan Kegiatan
117
Modelaliansi
Kerja sama antar forum/lembaga untuk menyuarakan isu yang sama,
misalnya: Aliansi Gerakan Pengentasan Kemiskinan yang terdiri dari
pendamping desa, Pemda, NGO, dll.
Modelkoalisi
Beberapa forum/lembaga melakukan merger menggunakan satu nama,
misal: Koalisi Pengentas Kemiskinan Pedesaan, bersifat sementara (ad
hoc) dipimpin oleh seorang koordinator.
118
POKOK BAHASAN 7
Hierarki atau tata urutan produk hukum dari tertinggi ke yang terendah
menurut UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan pasal (7) sebagai berikut:
Gambar 32. Tata urutan produk hukum menurut UU No. 12 Tahun 2011
119
tentang Pembentukan Peraturan perundang undangan tidak disebutkan
mengenai Peraturan Desa.
Sementara disisi lain yang menjadi dasar dalam pembentukan peraturan
desa adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 jo Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Peraturan Pelaksana UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa dan Permendagri Nomor 111 tahun 2014 tentang Pedoman
Teknis Peraturan di Desa. Ada 2 peraturan perundang-undangan yang
berbeda yang mengatur mengenai pembentukan peraturan perundang-
undangan. Benang merah perbedaan ini terjawab dalam Pasal 8 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan perundang-
undangan.
120
Peraturan bersama Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b berisi materi kerjasama desa.
Peraturan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c
berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa
dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
121
Dasar penerapan sangsi
Sarana mencapai kesejahteraan masyarakat
Mengatur hubungan antar lembaga desa dan antar lembaga desa
dengan masyarakat.
b. Arti Penting
Memberikan Kepastian Hukum Bagi Warga Masyarakat Desa;
Melindungi dan Mengayomi Hak Masyarakat Desa;
Memberikan Rasa Keadilan Bagi Masyarakat Desa
Menciptakan Kedamaian dan Ketentraman Bagi Masyarakat Desa;
Menghindari Kesewenang-wenangan Aparatur Desa (Kades, Perangkat
Desa & BPD).
Sebagai Alat Pengawasan.
Penyusunan regulasi yang aspiratif dan partisipatif hendaknya
mencerminkan komitmen bersama antara Kepala Desa (Kades), Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan masyarakat desa. Komitmen bersama ini
diharapkanjadi proses demokratisasi yang baik dalam kehidupan
bermasyarakat. Apalagi masyarakat desa sudah diberi wewenang oleh
pemerintah untuk mengatur dirinya sendiri, yaitu melalui Perdes yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peraturan Desa
Peraturan desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati oleh Badan Permusyawaratan
Desa. Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan
penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pelaksanaan kewenangan desa dalam penyusunan peraturan desa memuat
aspirasi dan partisipasi antara Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan
masyarakat Desa melalui musyawarah Desa yang termuat dalam Pasal 3
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu asas musyawarah,
partisipasi, kesetaraan dan pemberdayaan.
Pembentukan peraturan hukum seperti Peraturan Desa yang demokratis
hanya akan terjadi apabila didukung oleh pemerintahan desa yang baik dan
sebaliknya pemerintahan yang baik akan diperkuat dengan peraturan hukum
yang demokratis.
122
Peraturan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah berjalan proses penyelenggaraan
Pemerintahan Desa yang partisipatif, akuntabel, transparansi dan berkeadilan.
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Pembinaan
masyarakat Desa adalah upaya meningkatkan kinerja kelembagaan Desa adalah
upaya menigkatkan kinerja kelembagaan Desa dan masyarakat Desa.
Pemberdayaan masyarakat desa adalah mendorong adanya kemandirian pada
masyarakat Desa.
Peraturan Desa mencakup tiga bagian yaitu bagian Perencanaan,
Penyusunan Peraturan Desa oleh Kepala Desa dan penyusunan Peraturan Desa
oleh BPD, Pembahasan, Penetapan, Pengundangan dan Penyebarluasan.
Bagian ini diatur dalam pasal 5 sampai pasal 13 (Permendagri Nomor 111 tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa).
123
Sedangkan pada posisinya sebagai pelaksana peraturan yang lebih tinggi yaitu
Perdes memuat materi yang mengatur kewenangannya atau materi yang
diperintahkan atau didelegasikan dari peraturan yang lebih tinggi.
124
LANGKAH KEDUA
125
Ruang Lingkup Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan
Desa
Ruang Lingkup Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan
Desa adalah mengatur kewenangan 2 jenis desa yaitu:
Kewenangan Skala Lokal Desa
Kewenangan Desa dilaksanakan melalui penataan kewenangan Desa. Penataan
kewenangan desa meliputi 2 hal yaitu jenis dan perincian kewenangan desa dan
kriteria kewenangan desa.
126
Kewenangan Kewenangan Lokal Berskala Desa paling sedikit terdiri dari:
Pengelolaan tambatan perahu
Pengelolaan pasar Desa
Pengelolaan tempat pemandian umum
Pengelolaan jaringan irigasi
Pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa
Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan
terpadu
Pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar
Pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan
Pengelolaan embung Desa
Pengelolaan air minum berskala Desa
Pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian
Dll
Selain kewenangan di atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
melakukan identifikasi dan inventarisasi Kewenangan lokal berskala desa lainnya
dengan mengikutsertakan pemerintah desa. Berdasarkan hasil identifikasi dan
inventarisasi kewenangan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menetapkan kewenangan lokal berskala desa lainnya dengan memperhatikan
situasi, kondisi, dan kebutuhan. Kewenangan Lokal Berskala Desa diatur dan
diurus oleh Desa.
127
Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau
Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi:
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pelaksanaan Pembangunan Desa
Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan budaya, tradisi/adatistiadat.
Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Kewenangan Penugasan ini diurus oleh
Desa sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku. Krieria kewenangan Desa
dapat dilihat pada bagan berikut:
128
Perincian Kewenangan Berdasarkan Hak Asal -usul Desa
Perincian kewenangan berdasarkan hak asal-usul desa meliputi:
Pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli
Pengaturan dan pengurusan ulayat atau wilayah adat
Pelestarian nilai sosial budaya desa adat
Penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di
desa adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi
manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah
Penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan desa adat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat
berdasarkan hukum adat yang berlaku di desa adat dan
Pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat desa adat
Penyelenggaraan kewenangan berdasarkan hak asal usul desa paling
sedikit meliputi:
Penataan sistem organisasi dan kelembagaan masyarakat adat
Pranata hukum adat
Pemilikan hak tradisional
Pengelolaan tanah ulayat
Kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa adat
Pengelolaan tanah kas desa adat
Pengisian jabatan kepala desa adat dan perangkat desa adat
Masa jabatan kepala desa adat dan perangkat desa adat Kewenangan
yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa Adat
Kriteria Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
Kriteria Kewenangan Desa Adat berdasarkan Hak Asal-Usul, antara lain:
Adat istiadat dan hak tradisional yang masih hidup dan berkembang
dalam penyelenggaraan desa adat
Hak sosial budaya masyarakat desa adat
Sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kriteria Kewenangan Lokal Berskala Desayang ditugaskan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota berlaku mutatis mutandis bagi desa adat.
129
Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Skala Lokal Desa dan Berdasarkan
Hak Asal-usul
Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Desa dan Desa Adat menurut
Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa adalah
melalui Peraturan Desa yang didasari oleh Peraturan Bupati/Walikota.
Dimana setelah Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota
tentang Daftar Kewenangan Desa dan Desa Adat sebagai berikut :
Gambar 38. Proses Penetapan Perbup dan Perdes tentang Kewenangan Desa
130
Urusan Pemerintahan Konkuren Yang Ditugaskan kepada Desa
Urusan Pemerintahan Konkuren Yang Ditugaskan kepada Desa dan
Desa Adat diatur dalam Ketentuan Pasal 24 hingga Pasal 29 Permendagri
44/2016 tentang Kewenangan Desa. Jika diurutkan seperti ini:
131
Urusan Pemerintahan Umum Dan Tugas Pembantuan Yang Ditugaskan
kepada Desa
Urusan pemerintahan umum dan tugas pembantuan yang menjadi
kewenangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat ditugaskan sebagian pelaksanaan urusannya kepada
Desa dan Desa Adat. Tata cara pelaksanaan penugasan, pembentukan
kelompok kerja dan pendanaan untuk melaksanakan sebagian pelaksanaan
urusan pemerintahan konkurensebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal
25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28 dan Pasal 29 Permendagri 44/2016 tentang
Kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa dan Desa Adat
berlaku mutatis mutandis bagi urusan pemerintahan umum dan tugas
pembantuan yang sebagian pelaksanaannya ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada
Desa dan Desa Adat yang menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
132
Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan penataan kewenangan desa dan desa adat diatur
dalam Pasal 31 Permendagri 44/2016 tentang Kewenangan Desa:
Bupati/Walikota melaporkan kepada Gubernur pelaksanaan penataan
kewenangan desa dan desa adat di wilayahnya.
Gubernur melaporkan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Bina
Pemerintahan Desa terhadap pelaksanaan penataan kewenangan
desa dan desa adat di kabupaten/kota.
Pelaporan dilakukan secara tertulis dan disampaikan paling sedikit satu
kali dalam satu tahun atau sesuai kebutuhan.
Hasil pelaporan dijadikan bahan Menteri untuk menyusun kebijakan
terkait pelaksanaan penataan kewenangan Desa.
133
Permendagri Nomor 44 tahun 2016 tentang Kewenangan Desa mengakui
pemerintah lokal seperti Papua, Aceh dan Yogyakarta yang memiliki aturan
tersendiri karena lokalitas dan keistimewaan daerah tersebut yaitu:
Hak-hak ulayat Desa diakui keberadaannya sepanjang kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya masih hidup, sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penataan kewenangan Skala Lokal Desa dan Berdasarkan Hak Asal-Usul di
Provinsi Aceh, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Papua,dan
Provinsi Papua Barat selain berpedoman pada Peraturan Menteri ini, juga
mempedomani ketentuan peraturan perundangan-undangan yang mengatur
kekhususan daerah Provinsi Aceh, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat.
134
MUSYAWARAH DESA a.
Pengantar
135
Penyusunan Bahan Pembahasan
Badan Permusyawaratan Desa menyampaikan surat kepada
pemerintah desa perihal penyiapan bahan pembahasan/materi
tentang hal bersifat strategis yang akan dibahas dalam Musyawarah
Desa.
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan rapat anggota
untuk merumuskan pandangan resmi Badan Permusyawaratan
Desa yang dituangkan dalam berita acara rapat BPD.
Pembentukan dan Penetapan Panitia Musyawarah Desa Keanggotaan
panitia Musyawarah Desa bersifat sukarela.
Susunan kepanitiaan Musyawarah Desa disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat antara lain:
Sekretaris BPD sebagai ketua
Anggota Badan Permusyawaratan Desa
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
Unsur masyarakat
Perangkat desa
Ditetapkan melalui surat keputusan ketua Badan Permusyawaratan
Desa.
136
Penyelenggaraan Musyawarah Desa (Musdes)
Ketua BPD bertindak sebagai pimpinan musyawarah desa dan panitia
musyawara desa (anggota BPD, KPMD dan atau unsur masyarakat) bertindak
sebagai sekretaris musyawarah desa. Kegiatan penyelenggaraan
musyawarah desa meliputi:
Oleh BPD difasilitasi oleh Pemdes
Didampingi oleh pemerintah daerah dan secara teknis dilaksanakan oleh
OPD, tenaga pendamping profesional, KPMD dan pihak ketiga
Camat melakukan koordinasi pendampingan
Peserta Pemdes, BPD dan unsur masyarakat seperti tokoh adat, agama,
masyarakat dan pendidik, perwakilan kelompok tani, nelayan, pengarajin,
perempuan, pemerhati dan perlindungan anak serta masyarakat miskin.
137
b. Meminta Badan Permusyawaratan Desa untuk menjelaskan
pandangan resmi terhadap hal yang bersifat strategis
c. Meminta unsur pemerintah daerah yang hadir untuk menjelaskan
pandangan resmi terhadap hal yang bersifat strategis
d. Meminta pihak dari luar desa yang terkait dengan materi untuk
menyampaikan agendanya terhadap hal yang bersifat strategis
e. Meminta pendamping Desa yang berasal dari OPD kabupaten,
pendamping profesional dan/atau pihak ketiga untuk membantu
memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa
Diskusi kelompok atau umpan balik dengan peserta musdes untuk
pendalaman terhadap materi strategis yang dibahas di musdes
Penyusunan dan pembacaan risalah kesepakatan musdes dan
penandatangan berita acara pelaksanaan musdes oleh pimpinan
musdes dan kepala desa serta unsur perwakilan peserta musdes
Pimpinan Musyawarah Desa menutup seluruh rangkaian musdes dan
hasil kesepakatan musdes menjadi dasar pemerintahan desa dan
BPD dalam menyusun kebijakan pemerintahan desa.
138
Jika kehadiran peserta tetap tidak tercapai kuorum sampai dengan batas
waktu tersebut pimpinan meminta persetujuan peserta yang hadir untuk
menunda pelaksanaan musyawarah desa untuk kedua kali di waktu atau
hari lain
Pimpinan mengumumkan pengunduran waktu atau hari lain setelah
disepakati berapa lama batas waktu pengunduran oleh peserta yang
hadir tersebut
Pimpinan bertanggungjawab mengulang kembali proses pengundangan
peserta melalui panitia Musyawarah Desa sampai dengan pelaksanaan
persidangan Musyawarah Desa berlangsung
Setelah dilakukan penundaaan dua kali pelaksanaan musyawarah desa
tetap dihadiri peserta yang tidak mencapai ketentuan kuorum, pimpinan
Musyawarah Desa melanjutkan memulai Musyawarah Desa dengan
dihadiri oleh peserta yang ada.
Pendanaan
Difasilitasi Pemdes
Rutin disiapkan dalam RKP Tahunan Desa
Tak terduga disiapkan paling lambat 1 mimggu sebelum pelaksanaan
musdes dalam dana cadangan APBDesa
Sesuai dengan RAB yg diusulkan
Masuk dalam belanja operasional BPD
139
Catatan/notulen dan laporan memuat pokok pembicaraan, kesimpulan
dan keputusan yg dihasilkan juga risalah rapat penutupan musdes oleh
pimpinan musdes
Dismpaikan catatan sementara dan laporan singkat hasil musdes oleh
sekretaris musdes
Jika peserta sepakat maka dijadikan catatan tetap dan laporan singkat
ditetapkan sebagai hasil musdes
10) Ditandatangani pimpinan, sekretartis, kades dan salah seorang wakil
peserta, acara musdes ditutup
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa berasaskan “musyawarah
mufakat” sebagaimana menjadi amanah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa. Musyawarah Desa menjadi wujud demokratisasi dan kedaulatan
politik Desa. Masyarakat bebas menyampaikan aspirasi dan kepentingan, dan saling
menghormati perbedaan pendapat secara bermartabat. Sikap tidak memaksakan
pikiran tetapi memilih argumentasi terbaik, dibangun dan dikembangkan dalam
proses pembahasan. Nalar yang jernih, aspirasi yang jujur, kemampuan argumentasi
yang baik dalam menyuarakan kepentingan dan memihak sebesar-besar
kepentingan masyarakat menjadi dasar pertimbangan utama dalam proses
pengambilan keputusan. Untuk melaksanakan amanat UU tersebut, kementerian
Desa, PDT, dan Transmigrasi telah menetapkan peraturan mengenai mekanisme
musyawarah desa sebagaimana diatur dalam Permendesa 16 tahun 2019 tentang
musyawarah desa.
140
Pencapaian mufakat merupakan sebuah upaya yang tidak mudah dan
membutuhkan kesabaran dan kebesaran jiwa seluruh peserta Musyawarah Desa.
Untuk itu forum rapat atau musyawarah kelompok kepentingan dan kelompok
wilayah, dilakukan sebelum pelaksanaan Musyawarah Desa, sehingga proses
pelaksanaan persidangan Musyawarah Desa menjadi lebih efektif dan terfokus.
Pengambilan keputusan dengan cara menghitung suara atau voting
dikesampingkan dari Musyawarah Desa. Pemerintah Desa, BPD, dan unsur
masyarakat saling menjaga dan menghormati, membiasakan mendengar dan
memikirkan pandangan dan pendapat yang berbeda dan mencari kesimpulan
berdasar pertimbangan dan pemikiran yang terbaik bagi kepentingan masyarakat
Desa. Kemampuan memilah dan memilih secara hati-hati terus menerus harus
diupayakan dalam pembahasan sampai dengan merumuskan keputusan terbaik
yang bisa disepakati bersama. Jika diperlukan, dalam situasi persidangan mengalami
kebuntuan karena adanya adu argumentasi yang sulit dikendalikan dan adanya
perbedaan pendapat, persidangan dapat ditunda untuk memberikan waktu saling
mempertimbangkan.
Hal-hal yang wajib dipastikan dalam tata tertib pengambilan keputusan dalam
Musyawarah Desa, paling sedikit memuat:
Prinsip Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
1.) Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa dilakukan dengan
prinsip musyawarah untuk mufakat.
2.) Dalam hal Musyawarah Desa tidak dapat menghasilkan keputusan
secara mufakat, maka proses Musyawarah Desa dilakukan ulang
sampai diperoleh pemahaman utuh dan menyeluruh atas semua aspek
terkait hal yang bersifat strategis yang menjadi pokok bahasan,
sehingga sampai pada titik permufakatan dalam Musyawarah Desa.
3.) Untuk menjamin partisipasi masyarakat Desa dan demokratisasi, serta
meningkatkan kualitas pelaksanaan Musyawarah Desa dalam
mencapai permufakatan, maka kegiatan musyawarah pemangku
kepentingan atas hal yang bersifat strategis.
141
Proses Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
1.) Masing-masing peserta Musyawarah Desa yang mewakili kelompok
pemangku kepentingan diberikan kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, kepentingan, rekomendasi usulan dan saran secukupnya
untuk didengar, dipahami, dipertimbangkan, dibahas oleh sidang,
sebagai kritik, pendapat dan/atau pemikiran bagi perumusan
kesepakatan terkait hal bersifat strategis yang sedang
dimusyawarahkan.
2.) Semua peserta memiliki hak yang sama untuk mengemukakan
pendapat baik yang mendukung atau tidak mendukung, maupun yang
berbeda, setuju atau tidak setuju, atau pemikiran alternatif lain dengan
semangat mencari pikiran dan dasar pertimbangan terbaik bagi
kepentingan terbesar masyarakat Desa.
3.) Memperhatikan kepentingan, rekomendasi dan saran secukupnya
untuk didengar, dipahami, dipertimbangkan, dibahas oleh sidang,
sebagai kritik, pendapat dan/atau pemikiran.
4.) Dalam pengambilan keputusan, pimpinan Musyawarah Desa berhak
untuk menyiapkan rancangan keputusan yang mencerminkan pendapat
dalam Musyawarah Desa.
***
142
POKOK BAHASAN 6
143
Ada 7 (tujuh) proses pemberdayaan masyarakat desa, yaitu:
Persiapan
Pengkajian / identifikasi
Perencanaan alternatif kegiatan
Merealisasi rencana aksi
Pelaksanaan kegiatan
Evaluasi kegiatan
Terminasi / Penjadwalan ulang
Permendesa No.17 Tahun 2019 tentang pedoman umum pembangunan dan
pembedayan masyarakat desa, Disebutkan pasal 6 ayat 3 bahwa, pendamping
masyarakat terdiri dari:
a. Perangkat daerah kabupaten;
b. Tenaga pendamping profesional;
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan/atau
pihak lainnya.
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah pendamping yang ada di
tingkat desa dan bagian terkecil yang didampingi adalah RT, RW, dan Dusun yang
diberikan hak dan wewenang untuk mengatur segala kebutuhan dan kepentingannya
atas seijin Kepala Desa. Tugas seorang Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
adalah menumbuhkan, menggerakkan dan memotivasi secara partisipasi
masyarakat agar mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungannya dan desanya
melalui tahapan proses pemberdayaan.
Masyarakat desa sudah mempunyai suatu ciri khas yang sangat menarik sejak
dahulu kala yaitu gotong royong dan empati yang tinggi terhadap lingkungan, hanya
saja perlu adanya penggerakan dalam mengorganisir program kegiatan yang telah
direncanakan agar bisa memberikan output dan outcome secara maksimal dalam
rangka pemberdayaan masyarakat desa.
Partisipasi masyarakat desa di mulai dari tahap identifkasi, persiapan
perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban dan pengawasan termasuk
didalamnya monitoring dan evaluasi. Tahapan Identifikasi serta menemukenali
masalah atau kebutuhan menjadi sebuah kegiatan awal dalam rangka mewujudkan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
144
Ketika tahapan proses pemberdayaan dilaksanakan melalui kegiatan
partisipasi masyarakat maka dipastikan pemberdayaan masyarakat desa akan
memberikan manfaat bagi masyarakat seperti: adanya potensi desa untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat didesanya melalui penciptaan lapangan
kerja baru, meningkatnya kegiatan usaha ekonomi dan budaya berbasis kearifan
lokal di desa, meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan.
Kemadirian masyarakat desa dapat dilakukan oleh masyarakat desa beserta
lembaganya ketika suatu desa berkeinginan untuk mewujudkan desa tersebut
menjadi desa yang lebih maju dan mandiri perlu dukungan semua elemen. Konsep
pembangunan 'pentahelix', di mana unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas,
akademisi, pengusaha, dan media bersatu membangun kebersamaan dalam
pembangunan di desa. Pemerintah mempunyai political power, untuk merumuskan
sebuah kebijakan melalui keputusan. Sementara masyarakat atau komunitas disebut
social power.
145
Menggerakkan masyarakat untuk bangkit dan memberdayakan dirinya
dengan pendampingan dari Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa, dalam
peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pemberdayaan
masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan
individu-individu, kelompok-kelompok dalam masyarakat desa, menjadi
katalisator untuk bertindak dan menolong sepanjang proses
pengembangan diri masyarakat dengan menyediakan waktu, pemikiran dan
sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut.
146
Merealisasikan rencana aksi
KPMD ikut membantu individu /kelompok untuk merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
sesuai dengan hasil survey sumber daya alam di desa.
Pelaksanaan program atau kegiatan
Tugas seorang KPMD tidak hanya berhenti pada saat perencanaan partisipatif
tetapi juga pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat diharapkan bisa
mendampingi dan menjaga kelangsungan kegiatan yang telah dikembangkan.
Evaluasi
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dan seberapa besar manfaat program
kegiatan perlu diadakannya evaluasi termasuk didalamnya kegiatan
monitoring. Ada yang membutuhkan waktu pendek dan atau panjang. Evaluasi
pemberdayaan masyarakat yang sedang berlangsung, sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan masyarakat, yang diharapkan dalam jangka pendek bisa
membentuk sistem komunitas pengawasan secara internal dan dalam jangka
panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mandiri dengan
memanfaatkan sumber daya yang sudah ada.
Terminasi
Ketika dalam suatu proses berjalannya pendampingan apabila suatu
kelompok sudah dapat dikatakan mandiri, tentunya melalui pengukuran
indikator output dan outcome maka diharapkan secara formal sudah bisa
melakukan pemutusan hubungan (pendampingan).
Contoh Indikator Keberhasilan Hasil Pemberdayaan Masyarakat:
Untuk mengukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat, dapat menggunakan
indikator sebagai berikut :
Input
Sumber daya manusia, yakni tokoh atau pemimpin masyarakat baik tokoh
formal maupun informal
Besarnya dana yang digunakan, baik dana yang berasal dari swadaya
masyarakat desa maupun dana yang diperoleh dari bantuan di luar
masyarakat tersebut.
147
Bahan-bahan, alat-alat atau materi lain yang digunakan untuk mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut.
Proses
Jumlah/frekuensi kunjungan dalam pendampingan.
Jenis kegiatan dilaksanakan.
Jumlah tokoh masyarakat atau kader yang dilatih.
Frekuensi pertemuan masyarakat desa dalam rangka perencanaan dan
pengambilan keputusan
Output
Jumlah dan jenis kegiatan: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dana
Sehat, dan sebagainya.
Jumlah orang atau anggota masyarakat yang telah meningkat
pengetahuan dan perilakunya dalam kesehatan.
Jumlah keluarga yang mempunyai fasilitas MCK.
Meningkatkan fasilitas-fasilitas umum di masyarakat (Sosialisasi kesehatan
di musim penghujan).
Outcome
Menurunnya angka orang sakit dalam masyarakat
Menurunnya angka kematian umum dalam masyarakat
Meningkatnya status gizi anak balita dalam masyarakat
Peserta diajak untuk membuat matriks dari masing - masing kegiatan yang
dilakukan di desanya.
Hakikat Prinsip Pemberdayaan
Beberapa prinsip yang digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan,
adapun penjelasan terhadap prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat :
Prinsip kesetaraan (Keberpihakan pada masyarakat miskin dan disabilitas,
gender, kedudukan yang sama antara masyarakat dan lembaga)
Masyarakat miskin dan disabilitas tergolong masyarakat minoritas yang
menganggap bahwa suara atau keberadaan mereka tidak pernah diapresiasi
bahkan terkadang diabaikan. Meskipun kaum minoritas, mereka juga
mempunyai hak sebagai warga masyarakat desa sama seperti masyarakat
yang lain.
148
Prinsip Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat
adalah program yang sifatnya partisipatif mulai dari kegiatan direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat.
Prinsip Swadaya
Prinsip swadaya adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat dari pada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang
miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan sebagai subjek
yang memiliki kemampuan sedikit.
Prinsip Keberlanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi
secara perlahan, peran pendamping akan makin berkurang, masyarakat
sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.
Prinsip Akuntabilitas
Akuntabel tidak dapat langsung terbentuk dalam suatu oraganisasi. Banyak
yang harus dipenuhi bila kita hendak mengembangkan sistem akuntabilitas
dalam suatu oraganisasi, ada lima persyaratan yang bisa diaplikasikan untuk
membuat sistem pada sebuah organisasi menjadi akuntabel :
Semua masyarakat yang ada harus mengetahui apa yang kita lakukan.
Masyarakat harus percaya bahwa tujuan dan sasaran tujuan bersama
masuk akal.
Semua memerlukan batasan dan sasaran hasil kerja yang terukur.
Semua pihak memerlukan umpan-balik (feedback), adanya keterbukaan
informasi.
Siapa ditugaskan apa dan berkoordinasi dengan siapa
Semua pihak memerlukan evaluasi terhadap pelaksanaan dan tanggung
jawab yang diembannya.
149
Gambar 44. Pemberdayaan Masyarakat
150
Memahami diri dan potensinya
Mampu merencanakan masa depan
Mampu mengambil keputusan
Mempunyai daya saing dan daya tawar
Bertanggung jawab atas tindakan pada dirinya
151
Gambar 45. Siklus dan Jadwal Penyusunan Anggaran RPJM Desa dan RKP Desa
152
IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA
a. Tahapan Persiapan Pengembangan Kemandirian Desa
Pada tahapan ini pemerintah desa menyelenggarakan sosialisasi kepada
masyarakat tentang perencanaan desa dan membentuk tim atau pokja
perencanaan desa. Sosialisasi adalah upaya pemerintah desa menyampaikan
informasi, pemahaman kepada masyarakat serta menghimpun respon balik /
feedback dari masyarakat atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan terkait
dengan rencana Penyusunan Rencana Pengembangan Desa.
153
Musyawarah Desa
Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka
menetapkan perihal usulan kebutuhan masyarakat tingkat pedukuhan yang
dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut
kebutuhan masyarakat Desa. Hasil ini menjadi acuan bagi perangkat Pemerintah
Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan kegiatan di desa. Yang dimaksud
dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok peternak,
kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok masyarakat difabel.
Berdasarkan PermenDesa PDTT No. 16 tahun 2019, Musyawarah Desa atau
yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang pimpin
oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati rencana yang bersifat
strategis.
154
Gambar 46. Contoh Peta Desa
155
No
Masalah Penyebab Masalah Langkah Kerja
kelestarisan hutan.
2 Dst
156
Tabel 13. Pemetaan Kapasitas Kelembagaan Sosial
157
Tabel 14. Pengorganisasian Masalah Teknik RRA
2. SDM
3. SDB
4. Dll
Identifikasi Masalah
1.
2.
2.
158
Setelah pelaksanaan musyawarah dusun (Musdus) menghasilkan data
permasalahan serta data potensi maka hasil tersebut dibawa ke musyawarah di
tingkat Desa. Tahapan Selanjutnya maka akan dibentuk penyusun RPJM untuk
menghasilkan RPJM Desa alur penyusunan perencanaan desa, sebagai berikut:
Sosialisasi dan Pembentukan tim penyusun RPJM Desa.
Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota
Pengkajian keadaan desa
Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah desa
Penyusunan rancangan RPJM desa
Penetapan RPJM Desa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJMDes disusun secara
berjangka selama periodik jabatan Kades sedangkan RKP Desa selama 1 (satu)
tahun. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Permendagri No.114 disebutkan
bahwa Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun;
Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKP DESA), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja
Pemerintah Desa, ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Permendagri No.114 Tahun 2014 telah menyajikan alur perencanaan
pembangunan desa yang disatu sisi memuat subtansi metodologi ilmiah dan
disisi lain tetap mempertimbangkan aspek partisipasi masyarakat.
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan
mengikutsertakan unsur masyarakat Desa.
Secara lebih komprehensif penyusunan perencanaan pembangunan
dengan mengedepankan partisipasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam
Permendagri No.114 Tahun 2014 dapat disajikan dalam matrik tahapan sebagai
berikut:
159
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
1 Sosialisasi Pemahaman Pemerintah Desa
masyarakat terkait
program kegiatan
2 Pembentukan tim Tim penyusun Dibentuk oleh kepala
penyusun RPJM desa (7-11 orang) desa, SK Kepala
Desa
2. Penyelarasan arah Data dan analisis: Dilakukan oleh Tim
kebijakan - Rencana Penyusun RPJM
pembangunan pembangunan Desa
Kabupaten/Kota jangka menengah
daerah
kabupaten/kota
- Rencana
pembangunan
kawasan perdesaan
3. Pengkajian keadaan - Penyelarasan data Dilakukan oleh Tim
Desa desa (data Penyusun RPJM
sekunder) Desa
- Penggalian gagasan
masyarakat, untuk
melihat potensi
masalah
- Penyusunan laporan
hasil pengkajian
keadaan desa
- Data rencana
program
pembangunan
kabupaten/kota yang
akan masuk ke
Desa
160
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
pelaporan sudah diselaraskan Desa
- Data rencana
program
pembangunan
kabupaten/kota yang
akan masuk ke
Desa
- Data rencana
program
pembangunan
kawasan pedesaan
- Rekapitulasi usulan
rencana kegiatan
pembangunan Desa
dari dusun dan/
kelompok
masyarakat.
-
5. Penyusunan rencana Berita acara - BPD
pembangunan desa penyusunan Rencana - Tim penyusun
melalui Musyawarah RPJM Desa, yang RPJM Desa
Desa dilampiri : - Masyarakat
- Laporan hasil desa
pengkajian keadaan
desa
- Rumusan arah
kebijakan
pembangunan Desa
yang dijabarkan dari
visi dan misi kepala
desa
- Rencana prioritas
kegiatan
161
No TAHAPAN/KEGIATAN HASIL/OUTPUT KETERANGAN
penyelenggaraan
pemerintahan Desa,
pembangunan desa,
dan pemberdayaan
masyarakat desa
162
Tahapan Pelaksanaan Pembangunan Desa
Dalam tahap ini Kepala Desa mengoordinasikan tahapan pelaksanaan kegiatan
yang sekurang-kurangnya meliputi :
Rapat kerja dengan pelaksana kegiatan
Kepala Desa menyelenggarakan rapat kerja pelaksana kegiatan dalam rangka
pembahasan tentang perkembangan pelaksanaan kegiatan. Rapat kerja
dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahap mengikuti tahapan pencairan
dana desa yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara.
Dalam rapat kerja tersebut membahas antara lain:
perkembangan pelaksanaan kegiatan;
pengaduan masyarakat;
masalah, kendala dan hambatan;
target kegiatan pada tahapan selanjutnya; dan
perubahan kegiatan.
Kepala Desa dapat menambahkan agenda pembahasan rapat kegiatan sesuai
dengan kondisi perkembangan pelaksanaan kegiatan yang ada di Desa.
Pemeriksaan pelaksanaan kegiatan infrastruktur Desa
Kepala Desa mengkoordinasikan pemeriksaan tahap perkembangan dan tahap
akhir kegiatan infrastruktur Desa. Pemeriksaan ini dapat dibantu oleh tenaga
ahli di bidang pembangunan infrastruktur sesuai dengan dokumen RKP Desa.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa dan menilai sebagian
dan/atau seluruh hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur Desa.
Dalam Pemeriksaan ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahap meliputi:
tahap pertama: penilaian dan pemeriksaan terhadap 40% (empat puluh
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan;
tahap kedua: penilaian dan pemeriksaan terhadap 80% (delapan puluh
per seratus) dari keseluruhan target kegiatan; dan
tahap ketiga: penilaian dan pemeriksaan terhadap 100% (seratus per
seratus) dari keseluruhan target kegiatan.
Perubahan pelaksanaan kegiatan
Pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan peraturan tentang kejadian
khusus yang berdampak pada perubahan pelaksanaan kegiatan pembangunan
di desa dalam pembangunan desa dalam hal terjadi:
kenaikan harga yang tidak wajar;
kelangkaan bahan material; dan/atau
163
terjadi peristiwa khusus seperti bencana alam, kebakaran, banjir dan/atau
kerusuhan sosial.
Kepala Desa mengkoordinasikan perubahan kegiatan ketentuan sebagai berikut:
penambahan nilai pagu dana kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa
dilakukan melalui :
swadaya masyarakat,
bantuan pihak ketiga, dan/atau
bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota.
tidak mengganti jenis kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa; dan
tidak melanjutkan kegiatan sampai perubahan pelaksanaan kegiatan
disetujui oleh kepala Desa.
Pengelolaan pengaduan dan penyelesaian masalah;
Kepala Desa mengkoordinasikan penanganan pengaduan masyarakat dan
penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa.
Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat dan penyelesaian masalah
meliputi kegiatan:
penyediaan kotak pengaduan masyarakat;
pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat;
penetapan status masalah; dan
penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah.
Penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan
Pelaksana kegiatan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan kepada kepala Desa. Dalam laporan dilampiri dokumentasi hasil
pelaksanaan kegiatan pembangunan desa yang sekurang-kurangnya meliputi :
realisasi biaya beserta lampiran bukti-bukti pembayaran;
foto kegiatan infrastruktur Desa kondisi 0%, 40%, 80% dan 100% yang
diambil dari sudut pengambilan yang sama;
foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja dan/atau melakukan
kegiatan secara beramai-ramai;
foto yang memperlihatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan Desa;
foto yang memperlihatkan pembayaran upah secara langsung kepada
tenaga kerja kegiatan pembangunan Desa; dan
gambar purna laksana untuk pembangunan infrastruktur Desa.
164
f. Musyawarah pelaksanaan kegiatan Desa dalam rangka pertanggungjawaban
hasil pelaksanaan kegiatan dan pelestarian dan pemanfaatan hasil kegiatan.
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Desa, Badan Permusyawaratan Desa
menyelenggarakan musyawarah Desa yang diselenggarakan setiap semester
yaitu pada bulan Juni dan bulan Desember. Masyarakat desa berpartisipasi
menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa yang disampaikan dalam
musyawarah desa, pada kenyataannya masyarakat tidak pernah diundang untuk
evaluasi.
Melakukan Survey kebutuhan dan potensi pemberdayaan di desa sasaran
Tahap 1: mengikuti pertemuan tingkat RT dan RW. (dengan tuuan untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat serta menginventarisir potensi lingkungan
yang ada). Dan dilanjutkan inventarisasi akan kebutuhan masyarakat dan
serta pendataan potensi yang dimiliki oleh desa binaan PLD dan KPMD.
Tahap 2 : menghadiri pertemuan tingkat Dusun/Musyawarah Dusun. (dengan
tujuan untuk memantau memberi masukan bila diperlukan, akan kebutuhan
masyarakat dan potensi yang diselaraskan dengan APBDes atau RKPDes yg
akan disusun sesuai skala prioritas sebagai tujuan kebijakan program desa).
Komunikasi yang lebih efektif dan proaktif antara KPMD dengan Kades,
dan PLD dan sebaliknya.
Menggunakan metode yang sangat fleksibel dan mudah diaplikasikan.
(sederhana)
Tahapan Pengawasan Pembangunan Desa
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pengawasan dan
pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa
yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa. Pemantauan
pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada tahapan
perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan pembangunan
Desa. Pemantauan tahapan perencanaan dengan cara menilai penyusunan
RPJM Desa dan RKP Desa. Pemantauan tahapan dilakukan dengan cara
menilai antara lain : pengadaan barang dan/atau jasa, pengadaan
bahan/material, pengadaan tenaga kerja, pengelolaan administrasi keuangan,
pengiriman bahan/material, pembayaran upah, dan kualitas hasil kegiatan
pembangunan Desa.
165
MENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN DESA
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat. Berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa desa merupakan wilayah yang
mempunyai hak otonom dalam pengelolaan pembangunan desa. Agar dapat
diwujudkan maka desa perlu diperkuat sehingga menjadi desa yang mandiri.
Desa yang mandiri adalah desa yang mampu mengelola kekuatan (asset dan
potensi) yang dimiliki serta mampu memanfaatkan peluang yang ada dalam
pengelolaan pembangunan untuk kesejateraan masyarakat desa.
Dengan melaksanakan konsep pentahelix (kemitraan 4 aktor: pemerintah,
akademisi, swasta/perusahaan, media, dan masyarakat) difasilitasi oleh KPMD,
pendamping professional desa, dan atau pihak ketiga lain guna membangun
jejaring tidak hanya di internal desa tetapi eksternal. Sehingga dengan jalinan
kerjasama yang lebih luas desa lebih mempunyai peluang dalam
pengembangannya.
Secara umum desa mandiri dicirikan sebagai berikut:
a. Kemampuan desa mengurus dirinya sendiri dengan kekuatan yang dimiliki
sendiri
b. Pemerintah desa memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelola
pembangunan yang didukung oleh kemandirian dalam perencanaan dan
penganggaran (satu desa satu perencanaan) sebagai acuan dalam kegiatan
dan dijalankan secara konsisten
Sistem pemerintahannya menjunjung tinggi aspirasi da partisipasi masyarakat
desa (kaum miskin, difabel, kaum muda, laki laki dan perempuan)
Sumber daya pembangunan dikelola secara optimal, transparan, dan
akuntabel untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya kesejahteran masyarakat
166
kemajuan dan kemandirian Desa yang ditetapkan berdasar Indeks Desa
Membangun ini diklasifikasi dalam 5 status Desa yakni:
Desa Mandiri, atau bisa disebut sebagai Desa Sembada;
Desa Maju, atau bisa disebut sebagai Desa PraSembada;
Desa Berkembang, atau bisa disebut sebagai Desa Madya;
Desa Tertinggal, atau dapat disebut Desa PraMadya; dan
Desa Sangat Tertinggal, atau dapat disebut Desa Pratama.
Berdasarkan kriteria status desa yang sudah ditetapkan dalam IDM di atas tentunya
dalam membangun pengembangan kemandirian desa dalam setiap tahapan status
desa akan berbeda mulai dari desa tertinggal sampai kepada desa Mandiri. Indeks
Desa Membangun merupakan indeks komposit yang terdiri dari:
a. Indeks Ketahanan Sosial (IKS);
b. Indeks Ketahanan Ekonomi (IKE); dan c.
Indeks Ketahanan Lingkungan (IKL). *sebagai
bahan bacaan: idm.kemendesa.go.id*
167
Untuk melakukan identifikasi menuju kemandirian desa tergantung pada
posisi mana desa itu berada apakah di posisi 1, 2, 3, 4 dan 5 Karena masing
masing mempunyai pola sendiri dalam melakukan Pendekatan dan intervensi
yang akan diterapkan.
Indikator - indikator lain yang bisa digunakan dalam membangun desa
menjadi desa mandiri kedepannnya. Dapat dibedakan bebrapa aspek dengan
indikator dan alat ukur pembuktiannya seperti:
168
1.5. RKP Desa dipertanggung jawabkan
melalui LPPD, dievaluasi secara
partisipatif dan ditetapkan melalui
musrenbang Desa.
2. Dokumen perencanan 2.1 Daftar kegiatan RKP Desa tertuang
pembangunan desa menjadi dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA)
acuan seluruh program untuk menyusun APBDesa
pembangunan di desa dan 2.2 Kegiatan dalam RKP Desa yang tidak
dijalankan secara konsisten mungkin dibiayai melalui APBDesa
diusulkan melalui APBD/N atau pihak
lain dan diusulkan dalam Musrenbang
Tingkat Kecamatan.
3. Penentuan penerimaan 3.1 Ada surat keputusan kades terkait data
bantuan program kemiskinan penetapan kesejahteraan yang disusun
secara partisipatif dan diperbarui setiap
tahun
4. Ada regulasi daerah yang 4.1 Adanya ketentuan / regulasi daerah
mendukung perencanaan yang memastikan kegiatan
pembangunan desa perencanaan desa yang masuk dalam
perencanaan pembangunan daerah
4.2. Ada regulasi yang mengatur
pengelolaan pembangunan partisipatif
desa
4.3. Ada regulasi ditingkat kabupaten yang
menekankan program didesa wajib
mengacu perencanaan desa
Partisipasi Warga
Ukuran kinerja : 1) Warga termasuk orang miskin dan
perempuan secara aktif berperan dalam
pengelolaan pembangunan
(perencanaan sampai dengan evaluasi)
Indikator
1. keterlibatan dan posisi 1.1. Ada pasal dalam aturan desa baik
169
strategis perempuan dan Perdes maupun SK yang menjamin
orang miskin dalam proses perempuan, warga miskin dan
pengelolaan pembangunan kelompok marginal dalam proses
desa musyawarah desa
1.2. Tersedianya sarana transparansi
pembangunan (papan informasi,
kotak pengaduan, pengumuman
terbuka)
1.3. Minimal 30% warga miskin
perempuan dan kelompok marginal
terlibat dalam organisasi pelaksana
(panitia) pembangunan desa
170
masyarakat di desa yang
membantu memperbaiki kualitas
pelayanan dasar
171
Keuangan desa termasuk ADD 1.1. Peraturan desa yang menjamin
dikelolasecaratransparantransparansi dan akuntabilitas
akuntable dan mandiri pengelolaan keuangan desa.
1.2. APBDes dan APBDes-P ditetapkan
dengan Perdes melalui musyawarah
dan diumumkan secara terbuka di
papan informasi publik
1.3. Pengguna anggaran
mempertanggung jawabkan
pengelolaan anggaran desa
1.4. SK Kades tentang Pelaksana
kegiatan Pembangunan Desa
termasuk Pengguna Anggaran)
1.5. Buka Kas Harian dan Buku Kas
Umum yang disusun dan dilaporkan
secara periodik (bulan) kepada
Kades
1.6. APBdes dipertanggungjawabkan
oleh pemerintah melalui
1.7. LKPJ akhir tahun anggaran dan
LKPJ akhir jabatan Kepala Desa
1.8. Ada berita acara tanggapan BPD
terhadap LKPJ dan LPPD
2. Desa memiliki sumber-sumber 2.1. Ada PADes dalam APBDes yang
pendapatan asli yang pasti dan bersumber dari potensi desa dan
berkelanjutan ( misalnya memiliki dianut dalam regulasi/Perdes
usaha atau bumdes) 2.2. PAdesa dapat dibuktika dalam
APBdes dan Laporan Realisasi
Anggaran (RLA)
3. Regulasi daerah yang mengatur 3.1. Ada regulasi di daerah tentang
akuntabilitas keuangan desa pengelolaan keuangan desa secara
transparan dan akuntabel
172
Ukuran kinerja 1. Kepala desa dan perangkatnya
memahami kependudukan dan
wilayahnya serta berbagai regulasi
terkait
2. Kepala desa dan perangkatnya
memahami peran tugas pokok dan
fungsinya
3. Pemerintah desa dan BPD mampu
mengembangkan regulasi desa
4. BPD mampu memahami peran dan
fungsinya
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber
pembuktian
1. BPD tanggap terhadap aspirasi 1.1. Dokumen tanggapan (berita acara,
warga catatan/notulensi)
2. Regulasi dikembangkan dan 2.1 Minimal 2 regulasi baik perdes
disusun sesuai peran dan tugas maupun SK Kades yang ditetapkan
pemdes dan BPD setiap tahun (RKP Desa dan APB
desa)
3. Perangkat Pemdes 3.1 ada perda/Perdes atau Keputusan
mempertimbangkan keterwakilan lain ditingkat desa yang mengatur
wilayah, gender dan sesuai kelembagaan pemerintahan Desa
kapasitas (Pemerintahan Desa, BPD, dan
kelembagaan formal lainnya) yang
mewajibkan minimal 30% kuota
perempuan dan mempertimbangkan
keterwakilan wilayah dan
kompetensi
173
marginal) yang kuat dan menjadi
mitra strategis pemdes dalam
pembangunan desa
174
mendukung pengelolaan
pembangunan desa
Indikator Alat ukur/verifikasi/sumber
pembuktian
1. Fasilitator desa seimbang (laki Ada fasilitator (KPMD) dan kader,
perempuan, kaya, miskin) seimbang laki-laki dan perempuan
serta ada perwakilan dari rumah
tangga miskin dan keterwakilan
wilayah
2. Kapasitas fasilitator desa / kader 2.1 KPMD, kader pembangunan
memadai dalam menggerakkan (kader posyandu, kader
proses pengelolaan pembangunan pendidikan, dll) serta fasilitator
desa secara partisipatif, transparan lainnya aktif memfasilitasi
dan akuntabel kegiatan sesuai fungsinya serta
menyelesaikan keluhan warga
dan penyusunan perencanaan
dan penganggaran desa serta
pelaksanaan Musrenbangdes
2.2 Ada pertemuan reguler antar
fasilitator /KPMD/kader ditingkat
desa
175
Upaya dalam mewujudkan desa mandiri
Aktor pembangunan sangat berpengaruh dalam mewujudkan proses
kemandirian desa melalui berbagai aspek termasuk indikator indikatornya.
Aktor di desa yang seharusnya berperan aktif, adalah:
Warga desa: perempuan, laki-laki, warga miskin, kaya, kaum
termarjinalkan. Peran utamanya adalah sebagai pelaku utama dalam
proses perencanaan partisipatif sebagai narasumber dan pelaku.
Pemerintah desa, sebagai sumber informasi dan mendorong partisipasi
aktif warga, membuat SK Kades, menyusun draft rancangan Perdes
sesuai kebutuhan.
LKD/LAD dan KPMD, sebagai fasilitator dalam setiap tahapan proses
mewujudkan desa mandiri.
Organisasi kemasyarakatan lainnya, sebagai sumber informasi dan
pendukung dalam pelaksanaan upaya mewujudkan desa mandiri.
BPD, mempunyai peran mengembangkan kebijakan dan regulasi desa
(PERDes) serta melakukan pemantauan pelaksanaan
program/kegiatan serta anggaran dalam kerangka mewujudkan desa
mandiri.
Semua aktor tersebut harus berperan aktif dalam upaya mewujudkan
kemandirian desa, menjalankan tugasnya sesuai dengan kapasitasnya.
Hal penting lainnya guna mempercepat proses perwujudan kemandirian
Desa adalah penyusunan rencana pembangunan jangka menengah desa
(RPJMdesa) dan rencana kerja pemerintah desa (RKPdesa). RPJMdesa
dan RKPdes tersebut disusun berdasarkan indikator yang terdapat di IDM
yang mempengaruhi dalam perubahan status perkembangan desa.
176
Proses penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa harus menjadi
wahana:
Membangun kesepahaman pengertian antar para aktor terhadap
indikator/ukuran desa mandiri,
Dokumen RPJMdesa dan RKPdesa menjadi acuan bersama dalam
mewujudkan desa mandiri,
Membangun komitmen rasa memiliki dan tanggung jawab bersama
para aktor pembangunan di Desa.
RPJMdesa dan RKPdesa yang disusun dapat berfungsi sebagai:
Sebagai alat bantu dalam pelaksanaan program dan kegiatan
Sebagai alat bantu dalam pengukuran pencapain kinerja serta
monitoring dan evaluasi
Prinsip dasar penyusunan RPJMdesa dan RKPdesa:
Jelas, mudah dipahami
Ringkas, jelas padat sesuai dengan format yang ditentukan
Terukur, program, kegiatan, target, waktu, output, dan outcome
harus dapat diukur
Adjustable, dapat mengakomodasi umpan balik dan perbaikan-
perbaikan
Terinci
Komitmen
Dokumen resmi dan ditetapkan dengan Peraturan desa.
***
177