Anda di halaman 1dari 3

KASUS SUAP IMPOR DAGING SAPI

1. Pendapat Para Ahli


"Penegak hukum harus melihat konteks yang lebih besar. Bahwa hukum alat
membangun keadilan dan kebenaran. Jadi bukan hukum untuk hukum" ujar
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie.
Jimly menanggapi penetapan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai
tersangka kasus suap impor daging sapi.
"Makanya saya selalu mengatakan penegak hukum itu harus bertangan
dingin, berhati dingin, berkepala dingin, dan berdarah dingin. Tidak boleh
tangan panas, tidak boleh berhati panas," ungkapnya.
Tak hanya itu, penegak hukum juga tidak boleh ingin menunjukkan
keberanian. Karena keberanian itu adalah ciri orang berdarah panas. Bahkan,
katanya, penegak hukum tidak boleh pemberani. Pemberani itu tidak relevan
untuk penegak keadilan.
"Sangat berbahaya kalau pedang keadilan diserahkan kepada orang yang
berani. Yang kita perlukan bukan pemberani. Sebab pemberani itu bisa berani
karena bodoh, bisa berani tapi pintar. Tapi sepintar-sepintar orang kalau dia
sedang berani sering emosional. Jadi menegakkan hukum tidak perlu berani
dan tidak perlu menunjukkan sikap pemberani," ungkapnya.
"Jangan sampai begitu. Menegakkan keadilan itu kan sebagian juga seni.
(Lutfhi) belum diperiksa kok dijadikan sebagai tersangka. Bok ditunggu
seminggu kalau memang ada alat bukti. Ini kan soal kecerdikan. Jadi ini
penegak hukumnya agak bodoh. Bisa karena bodoh, bisa karena goblok. Ini
bukan soal salah benar. Ini soal seni. Dia tidak berseni," tandasnya.

2. Alur Kasus
a. Pengintaian
Pada 29 Januari 2013, KPK mengikuti pergerakan Ahmad Fathanah (AF)
yang hendak menerima uang dari direktur PT Indoguna Utama Juard
Effendi dan Abdi Arya Effendi di kantor PT Indoguna Utama, Jalan Taruna
No 8, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Pergerakan AF terus diikuti hingga ia
meluncur ke Hotel Le Meridien, di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat.
b. Penangkapan
Masih pada hari yang sama, 29 Januari 2013 pukul 20.20 WIB, setelah
memastikan uang tersebut sudah berada di tangan AF, KPK menangkap
AF di basement hotel. Saat itu, ia tengah bersama seorang wanita
berinisial M. Dalam penangkapan ini, KPK menyita uang senilai Rp 1 miliar
berupa pecahan Rp 100.000 yang dibungkus dalam kantong plastik.

Selain itu, disita pula dua buah buku tabungan Bank Mandiri dan sebuah
tas hitam. Terkait pemberian uang ini, KPK menduga PT Indoguna Utama
akan menyuap Luthfi Hasan Ishaaq terkait pembahasan rekomendasi
impor daging sapi di Kementerian Pertanian.
Pada pukul 22.30 WIB, KPK menangkap Juard dan Abdi Arya Effendi di
kawasan Cakung, Jakarta Timur.
c. Penetapan tersangka
Pada 30 Januari 2013 pukul 20.00 WIB, KPK mengumumkan tiga orang
yang tertangkap dan Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka. Pada malam
itu juga, pukul 23.30 WIB, KPK menjemput Luthfi untuk diperiksa. Menurut
KPK, ada dua alat bukti yang mengindikasikan keterlibatan Luthfi.
d. Bukti menjerat Luthf
Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, alat bukti yang dimiliki KPK untuk
menjerat Luthfi tidak hanya diperoleh saat operasi tangkap tangan. KPK
telah mengumpulkan bukti sebelum operasi itu. Sebab, KPK telah lama
mengikuti pergerakan Fathanah. Salah satu bukti adalah pertemuan Luthfi
dan Fathanah terkait pemberian uang suap tersebut.
Informasi dari KPK menyebutkan, ada komitmen Rp 40 miliar yang diduga
dijanjikan kepada Luthfi. Komitmen itu dihitung dari banyaknya kuota
daging yang diizinkan dikalikan dengan Rp 5.000 per kilogram daging.
(Baca: Diduga, Uang yang Dijanjikan ke Luthf Mencapai Rp 40 Miliar)
Adapun uang Rp 1 miliar yang disita dari proses tangkap tangan KPK
diduga sebagai uang muka dari komitmen Rp 40 miliar tersebut.
e. Membantah
Sementara itu, seusai ditetapkan sebagai tersangka, Luthfi membantah
terlibat dalam kasus dugaan suap ini. Ia mengatakan, tidak ada satu pun
kadernya yang menerima uang suap itu.
"Kalau (suap) itu sudah barang tentu benar, saya tidak akan
menerimanya. Tidak saya, tidak pengurus, tidak kader menerima hal
seperti itu," ujar Luthfi dalam jumpa pers di kantor DPP PKS, Jakarta, Rabu
(30/1/2013) malam.
Untuk mengungkap kasus ini, KPK telah melakukan penggeledahan di
empat tempat. Keempat lokasi penggeledahan itu adalah kantor
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Kementerian
Pertanian (Kementan), Ragunan, Jakarta Selatan; kantor PT Indoguna di
Pondok Bambu, Jakarta Timur; rumah tersangka Arya Abdi Effendi di
kawasan Taman Duren Sawit, Jaktim; serta kediaman tersangka Ahmad
Fathanah di Apartemen Margonda Kamar 605, Depok, Jawa Barat.
Dari penggeledahan itu, KPK menyita sejumlah dokumen dan laptop.
3. Penyelesaian Kasus
Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq dijatuhi
vonis 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar karena terbukti melakukan
tindak pidana korupsi dan pencucian uang dalam kasus impor daging sapi.
Vonis dibacakan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam pembacaan vonis tersebut, Luthfi Hasan Ishaaq dinyatakan terbukti
melakukan tindak pidana pencucian uang saat menjabat anggota DPR RI

2004-2009 dan setelahnya. Dia dianggap melanggar Pasal 3 Ayat 1 huruf a,b,
c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang (TPPU) sebagaimana diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2003 tentang
TPPU, Pasal 6 Ayat 1 huruf b dan c UU Nomor 25/2003 tentang TPPU,
kemudian Pasal 3 dan Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan TPPU.
Luthfi divonis 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider kurungan 1
tahun penjara. Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta
menyatakan Luthfi terbukti menerima suap Rp 1,3 miliar dari Direktur Utama
PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman melalui Ahmad Fathanah dan
terbukti melakukan pencucian uang.
Uang itu diterima Luthfi ketika masih menjabat anggota Komisi I DPR RI dan
Presiden PKS. Untuk tindak pidana korupsi, Luthfi dianggap melanggar Pasal
12 huruf a Undang-Undang
4. Pencegahan
a. Melakukan review dan harmonisasi terhadap peraturan perundangan
terkait impor komoditas pangan strategis, dan Analisis yang komprehensif
atau kajian pendahuluan disertai data yang valid dalam setiap pembuatan
atau perubahan kebijakan impor dengan mengutamakan perlindungan
kepada peternak atau petani lokal.
b. Mengintegrasikan sistem aplikasi impor komoditas pangan strategis dari
hulu ke hilir.
c. Pembuatan database informasi komoditas pangan strategis yang memuat
berbagai informasi terkait pangan (produksi, konsumsi, sentra produksi,
musim panen, iklim, jenis atau varietas, harga, impor, ekspor, dan profil
importir).
d. Penguatan mekanisme pengawasan, baik di tingkat pusat maupun di
daerah, yang disertai dengan pemberian sanksi atas pelanggaran impor
yang dilakukan dan ditemukan di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai